2A
KEPMENKES NO. 715/Menkes/SK/V/2003)
A. Penjelasan Umum
2. Digunakan di lapangan dengan cara mengisi nilai pada kolom “X” dengan
angka maksimum sebagai mana terdapat dalam kolom bobot. Nilai yang
diberikan adalah angka satuan (bulat), untuk memudahkan penjumlahan
dan memperkecil kesalahan.
Contoh :
No. 1. Pada kolom bobot tertulis 1: nilai yang dapat diberikan 0 dan 1
No. 2. Pada kolom bobot tertulis 5: nilai yang dapat diberikan
0,1,2,3,4,5
No. 3. Pada kolom bobot tertulis 3: nilai yang dapat diberikan 0,1,2,3
B. Penjelasan Khusus
2. Untuk setiap nomor yang dinilai hanya ada 1 (satu) di antara 2 (dua)
pilihan, yaitu memenuhi syarat atau tidak. Bilamana menurut
pertimbangan teknis cenderung lebih banyak kepada memenuhi
persyaratan, maka berilah”tanda” pada kolom X. Bilamana menurut
pertimbangan teknis cenderung lebih banyak tidak memenuhi
persyaratan, maka kolom X dibiarkan kosong.
6. Formulir ini ditanda tangani oleh petugas pemeriksa, sebagai laporan UJI
KELAIKAN PEMERIKSAAN FISIK JASBOGA, yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan.
UJI KELAIKAN FISIK
UNTUK HIGIENE SANITASI MAKANAN JASABOGA
Form. JB.2A (KEPMENKES RI, NOMOR : 715/Menkes/SK/V/2003)
PENCAHAYAAN
7. Pencahayaan sesuai dengan kebutuhan dan 1 1
tidak menimbulkan bayangan. Kuat cahaya
sedikitnya 10 fc pada bidang kerja
PENGHAWAAN
8. Ruangan kerja maupun peralatan dilengkapi 1 1
ventilasi yang baik sehingga diperoleh
kenyamanan dan sirkulasi udara
AIR BERSIH
9. Sumber air bersih yang aman, jumlahnya 5 4
cukup dan air bertekanan
AIR KOTOR
10. Pembuangan air kotor dari dapur, kamar 1 1
mandi, WC dan air hujan lancar, bak dan
kering sekitar
PEMBUANGAN SAMPAH
KARYAWAN
15. Semua karyawan yang bekerja bebs dari 5 5
penyakit infeksi, penyakit kulit, bisul, luka
terbuka dan infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA)
16. Tangan selalu dicuci bersih, kuku dipotong 5 3
pendek, bebas kosmetik dan perilaku yang
higienis
17. Pakaian kerja dalam keadaan bersih, rambut 1 1
pendek dan tubuh bebas perhiasan
MAKANAN
18. Sumbernya, keutuhan dan tidak tusak 5 4
19. Bahan yang terolah dalam wadah/kemasan 3 2
asli, terdaftar, berlabel, tidak kadaluarsa
PERLINDUNGAN MAKANAN
20. Penanganan makanan yang potensi bahaya 5 3
pada suhu, cara dan waktu yang memadai
selama penyimpanan, peracikan, persiapan,
penyajian dan 3pengangkutan makanan, serta
melunakkan makanan beku sebelum dimasak
(thawing)
JUMLAH 65
JUMLAH 68
KHUSUS GOLONGAN B
JUMLAH 92
KHUSUS GOLONGAN C
41. Ventilasi dilengkapi dengan alat pengatur suhu 1
42. Air keran bertekanan 15 psi 2
43, Lemari penyimpanan dingin tersedia untuk tiap 4
jenis bahan dengan suhu yang sesuai
kebutuhan
44. Rak pembawa makanan/alat dilengkapi 1
dengan roda penggerak
JUMLAH 100
Pemeriksa,
………………………………
……….
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada kunjungan uji kelaikan fisik hygiene sanitasi makanan jasaboga
yang dilakukan oleh mahasiswa gizi pada hari rabu, 26 juli 2017 didapatkan hasil
bahwa AA catering belum memenuhi syarat hygiene sanitasi makanan jasaboga
didapatkan hasil pencapaian secara keseluruhan bejumlah 60. Usaha AA catering
termasuk jasa boga golongan A3. Nilai pencapaian untyk jasa boga golongan A3
yaitu 74 .
Konstruksi bangunan untuk kegiatan jasa boga harus kokoh dan aman,
selalu dalam keadaan bersih secara fisik dan bebas dari barang-barang sisa atau
bekas yang ditempatkan sembarangan. Konstruksi dapur sebaiknya menghindari
terbentuknya sudut-sudut dan celah mati yang sulit dibersihkan. Bagian ruangan
seperti ini kemungkinan besar akan menjadi tempat akumulasi kotoran atau
tempat bersarangnya serangga dan hewan pengerat (Purnawijayanti, 2011).
AA catering dari segi bangunan sudah sesuai dengan standar konstruksi
bangunan yaitu bersih, bebas dari barang-barang bekas. Selain itu, Pencahayaan
juga memadai hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa semua peralatan yang
digunakan di dapur dan di ruang penyajian dalam keadaan bersih. Selain itu
pencahayaan yang memadai juga sangat penting untuk menjamin keberhasilan
pekerjaan preparasi, pengolahan, penyajian, dan penyimpanan makanan. Sistem
ventilasi dapur dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dihindari terjadinya
kondensasi di ruangan dapur yang dapat memacu pertumbuhan jamur dan bakteri.
Seluruh katering sudah memiliki ventilasi dan pencahayaan yang cukup dalam
dapur. Ventilasi pada katering sudah didesain untuk dapat mengeluarkan uap,
kondensasi, kelebihan panas, dan bau dari ruangan. AA catering sudah memiliki
alat penghisap (exhaust fan) yang berfungsi untuk mengeluarkan asap yang
dihasilkan dari berbagai proses pemasakan seperti pembakaran, dapat dikeluarkan
dari ruangan dapur namun belum digunakan sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi
karena para penjamah makanan belum terbiasa dan mengaku bising dengan
dihidupkannya alat penghisap (exhaust fan) sehingga mengganggu pekerja.
Katering yang dikunjungi ini memiliki lokasi yang bersih dan jauh (berjarak 500
meter) dari tempat pembuangan sampah dan halaman terpelihara bersih. Halaman sesuai
dengan persyaratan teknis higiene sanitasi jasa boga yaitu bersih, tidak bersemak.
Namun, diarea pengolahan terlihat banyak lalat dan terlihat tidak bersih. Aliran air
pembungan limbah juga tidak tertutup sehingga baunya dapat menguap kearea
pengolahan.
Perlindungan terhadap binatang pengganggu dilihat dari penanganan
maupun pencegahan terjadinya kontaminasi makanan akibat dari adanya binatang
pengganggu seperti serangga, tikus dan lainnya sudah dilakukan. Namun,
berdasarkan hasil pengamatan masih terlihat binatang seperti kecoa dan tikus di
sekitar area bangunan produksi. Hal ini terjadi karena tirai dipintu dapur pengolahan
selalu dalam keadaan terbuka dan pintu didekat dapur pengorengan tidak diberi
plastic Curtain
Perilaku karyawan katering yang sesuai higiene sanitasi jasa boga menurut
Permenkes RI (2011) pada saat menjamah/produksi makanan adalah tidak
merokok, tidak makan atau mengunyah, tidak memakai perhiasan, kecuali cincin
kawin yang tidak berhias (polos), tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang
bukan untuk keperluannya, selalu mencuci tangan sebelum bekerja, setelah bekerja dan
setelah keluar dari toilet/jamban, selalu memakai pakaian kerja dan pakaian pelindung
dengan benar, selalu memakai pakaian kerja yang bersih yang tidak dipakai di luar tempat
jasa boga, tidak banyak berbicara dan selalu menutup mulut pada saat batuk atau bersin
dengan menjauhi makanan atau keluar dari ruangan, tidak menyisir rambut di dekat
makanan yang akan dan telah diolah. Hasil observasi pada tenaga penjamah makanan
katering, masih terdapat karyawan yang mengobrol pada saat kegiatan produksi
makanan , tidak menggunakan sarung tanggan dan masker saat melakukan pengolahan.
KESIMPULAN
1. Parit di dalam dapur pengolahan yang berfungsi sebagai aliran air limbah tidak
ditutup
2. Penjamah makanan masih ngobrol , tidak memakai sarung tangan dan masker
saat melakukan pengolahan.
3. Tirai dipintu dapur pengolahan selalu dalam keadaan terbuka. Hal ini dapat
mengakibatkan serangga seperti lalat, mudah masuk