Anda di halaman 1dari 21

Pemanfaatan Minyak Biji Labu.........Rohani, Shibghatun, Romdhonah, Lily.

PEMANFAATAN MINYAK BIJI LABU KUNING (Cucurbita


moschata Durch) MENJADI SEDIAAN NANOEMULSI
TOPIKAL SEBAGAI AGEN PENGEMBANGAN
COSMETICAL ANTI AGING

Rohani Panjaitan, Shibghatun Ni’mah, Romdhonah, Lily Annisa

Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,


Universitas Islam Indonesia

RINGKASAN

Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang berfungsi sebagai pelindung
dan merupakan salah satu jalur ekskresi tubuh. Oleh karena itu, kulit sangat

kerusakan pada sel-sel kulit. Kerusakan tersebut dapat menyebabkan kulit


menjadi kusam dan dapat mempercepat penuaan serta berisiko terkena kanker
kulit.

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar perekonomiannya


mengandalkan sektor pertanian. Ragam tanaman yang diproduksinya pun
banyak mulai dari tanaman palawija, sayur-sayuran hingga buah-buahan, dan
di antara beragam tanaman tersebut selain berfungsi untuk memenuhi bahan
pangan juga dapat bermanfaat dalam pengembangan di bidang kesehatan.

Aging merupakan suatu proses penuaan yang ditandai dengan penurunan


energi seluler yang menurunkankemampuan sel untuk memperbaiki diri. Agen
kimia seperti polutan, asap rokok, sinar matahari berlebih yang mengandung
radikal bebas dari peroksida yang mengikat oksigen adalah faktor lingkungan
yang dapat mempercepat penuaan atau yang dikenal dengan penuaan dini.

Labu kuning atau Cucurbita moschata merupakan tanaman yang banyak


dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Pemanfaatan bijinya di Indonesia masih
terbatas pada produksi kuaci biji labu sedangakan biji labu kuning ternyata
memiliki beberapa senyawa yang sangat berpotensi sebagai antiaging.
Diantaranya adalah asam lemak utama, vitamin E, karotenoid, asam amino,
dan inhibitor tripsin. Senyawa-senyawa tersebut bermanfaat untuk menghambat
peroksida menjadi radikal bebas, sebab radikal bebas tersebut dapat merusak

61
KHAZANAH, Vol. 7 No.2 Januari 2015

membran sel yang dapat berakibat pada penyakit degeneratif dan kanker kulit.

Penelitian ini dimaksudkan memanfaatkan minyak biji labu untuk dibuat


dalam sediaan nanoemulsi dan mengetahui stabilitas sediaan nanoemulsi
minyak biji labu tersebut. Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia selama

BAB 1. PENDAHULUAN sudarto (2000) buah labu kuning


adalah jenis tanaman yang mudah
1.1 Latar Belakang tumbuh dan tidak sulitbaik dari segi
Kulit merupakan organ yang
pembibitannya dan perawatannya,
menutupi permukaan tubuh dan
hasilnya pun cukup memberikan
membentuk perbatasan antara tu-
nilai ekonomis untuk masyarakat.
buh dengan lingkungan (Wilkin-
Objek yang akan diteliti adalah
son & Moore, 1982). Oleh karena
minyak biji labu kuning.Biji labu
kulit berada pada permukaan tubuh
kuning memiliki kandungan ber-
paling luar sehingga kulit paling
khasiat seperti asam amino, Zn
(seng), Mg (magnesium), asam
maupun kimia yang menimbulkan
lemak utama, vitamin E (tokoferol),
kerusakan pada jaringan kulit. Aging
karetenoid, sterol, kriptoxantin,
merupakan suatu proses penuaan
sesquiterpenoid monosiklik dan
yang ditandai dengan ditandai
inhibitor tripsin yang dapat meng-
penurunan energi seluler yang
hambat peroksida yang berubah
menurunkankemampuan sel untuk
menjadi radikal bebasdan mampu
memperbaiki diri. Agen kimia seperti
polutan, asap rokok, sinar matahari mengoksidasi asam lemak tidak
berlebih yang mengandung radikal jenuh dalam membran sel sehing-
bebas dari peroksida yang mengikat ga merusak membran tersebutdan
oksigen adalah faktor lingkungan menjadi agen anti aging. Oleh
yang dapat mempercepat penuaan karena itulah banyak pakar meng-
atau yang dikenal dengan penuaan atakan biji labu ini mempunyai po-
dini. tensi untuk mencegah terjadinya
Indonesia kaya akan tanaman penuaan dini. Minyak biji labu
budidaya yang dapat dimanfaatkan kuning akan dikembangkan dalam
dalam pengembangan ilmu penge- bentuk sediaan nanoemulsi kare-
tahuan. Salah satu budidaya yang na diharapkan diperoleh sediaan
banyak ditanam di Indonesia ada- yang lebih stabil karena dengan
lah buah labu kuning. Menurut ukuran globul yang sangat kecil

62
Pemanfaatan Minyak Biji Labu.........Rohani, Shibghatun, Romdhonah, Lily.

dapat mencegah terjadinya cre- b. Bagaimana stabilitas nano-


aming, sedimentasi, koalesens, emulsi topikal yang digunakan
dan membuat nanoemulsi sema- untuk anti aging ?
kin unik, mendekati stabilitas ter-
modinamik dan lebih menarik 1.3 Tujuan Penelitian
a. Pemanfaatan minyak biji labu
penampilannya yang jernih dan kuning (Curcubita) menjadi se-
transparan tidak seperti emulsi diaan nanoemulsi topikal
biasa( Tardos, 2005; Solans, 2003). b. Pengembangan minyak biji
labu kuning (Curcubita) dalam
tinggi dalam menembus stratum sediaan nanoemulsi topikal se-
corneum pada kulit juga dapat bagai kosmetik anti aging.
mengurangi penyebab penuaan
dalam tubuh atau lebih dikenal 1.4 Urgensi penelitian
sebagai anti aging (Swarbrick, Pada penelitian ini pengem-
2007). Sediaan nanoemulsi topikal bangan sediaan nanoemulsi yang
yang diperoleh dapat dipasarkan
masih jarang diaplikasikan dalam
menjadi produk yang bermanfaat
ilmu kefarmasiaan dengan bahan
bagi masyarakat untuk mencegah
dasar yang juga masih kurang
penuaan dini pada kulit khususnya
dimanfaatkan oleh para ilmuan dan
kaum wanita.
masyarakat. Bahan dasar tersebut
Pada penelitian sebelumnya
yaitu biji labu kuning, dikalangan
di Indonesia oleh Raharjo dkk
(2011), minyak biji labu kuning masyarakat hanya dibuang sete-
(Cucurbita moschata D.) hanya lah mendapatkan daging buah labu
sebatas dianalisisnya kandungan kuning (curcubita). Maka dari itu
asam lemak dari minyak biji labu, dengan mengolah biji labu kuning
selain itu penelitian Vermaak I., et menjadi minyak yang mengandung
al memanfaatkan minyak biji labu senyawa-senyawa sebagai anti
hanya kandungan asam lemak aging dalam bentuk sediaan nano-
sebagai kosmetik. Oleh karena emulasi topikal. Pengembangan
itu peneliti mengambil senyawa ini juga dapat membantu masalah
vitamin E dalam minyak biji labu penuaan para wanita khususnya,
kuning dalam pengembangan kulit kusam akibat polusi udara atau
sediaan kosmetik nanoemulsi. asap rokok dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


1.5 Konstribusi Penelitian
a. Apakah minyak biji labu kuning
dapat dimanfaatkan menjadi Memberikan informasi pe-
sediaan nanoemulsi topikal? ngembangan minyak biji labu

63
KHAZANAH, Vol. 7 No.2 Januari 2015

kuning menjadi nanoemulsi topi- 3. Meningkatkan taraf kesehatan


kal sebagai anti aging dalam me- masyarakat melalui pengem-
menuhi kebutuhan masyarakat bangan ilmu kefarmasian yang
dengan harga yang terjangkau, membantu tujuan pemerintah
karena labu kuning yang mudah dalam bidang kesehatan.
didapat dan murah dipasaran.
Sehingga secara tidak langsung BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
dapat pula membantu industri 2.1 Labu Kuning
kosmetik dalam mengembangkan
formula kosmetik.

1.6 Luaran Penelitian


Diharapkan hasil sediaan
nanoemulsi topikal dari minyak biji

ini dapat menghasilkan penda-


patan ekonomi, tentunya juga
diiringidengan peningkatan taraf
kesehatan masyarakat dari segi
pencegahan dari penuaan dini.
Hasil formulasi ini, peniliti dapat
bekerja sama dengan industri
kosmetik untuk memunculkan
suatu produk baru dimasyarakat
yang bermanfaat
(gambar 1. Buah Labu Kuning)
1.7 Manfaat Penelitian (gambar 2. Biji Labu Kuning)
1. Terbentuknya produk baru
Kingdom : Plantae
anti aging dari minyak biji labu
Divisi : Spermatophyta
kuning dalam pengembangan
Sub divisi : Angiospermae
ilmu pengetahuan dibidang
Kelas : Dicotyledonae
kefarmasian
Ordo : Cucurbitales
2. Terpenuhinya kebutuhan mas-
Familia : Cucurbitaceae
yarakat dalam pencegahan
Genus : Cucurbita
penuaan diusia dini dan me-
Spesies : Cucurbita moschata
minimalisir kerutan di wajah
Durch
yang menjadi masalah bagi
(Hutapea, J.R, 1994)
kaum wanita.

64
Pemanfaatan Minyak Biji Labu.........Rohani, Shibghatun, Romdhonah, Lily.

2.1.2 Morfologi stearat), vitamin E (tokoferol),


Labu kuning merupakan tana- karetenoid, sterol, kriptoxantin,
man yang berasal dari Benua sesquiterpenoid monosiklik dan
Amerika terutama di Negara inhibitor tripsin (Hargono, 1999).
Peru dan Meksiko. Terdapat lima 2.1.4 Kegunaan
spesies labu kuning yang umum Dalam pengobatan tradisio-
dikenal, yaitu Cucurbita maxima nal di Amerika Utara dan
Duchenes, Meksiko, biji labu telah digunakan
Bouche, Cucurbita mixta, Cucurbita sebagai agen antelmintik dan
moschata Duchenes dan Cucurbita pengobatan suportif dalam
pipo L (Brotodjojo, 2010). Buah gangguan fungsional kandung
labu kuning berbentuk bulat pipih, kemih.Biji labu juga digunakan
lonjong, atau panjang dengan
banyak alur (15-30 alur). Ukuran kardioprotektif. Kegunaan labu
pertumbuhannya mencapai 350 kuning di Indonesia masih
gram per hari. Buahnya besar sebatas daging buah yang
dan warnanya hijau apabila masih dapat diolah menjadi panganan
muda, sedangkan yang lebih tua seperti kue basah, kolak dan
berwarna kuning orange sampai sayur berkuah.Sedangkan untuk
kuning kecokelatan. Daging buah pemanfaatan biji waluh kurang
tebalnya sekitar 3 cm dan rasanya maksimal, hanya sebatas kuaci
agak manis. Bobot buah rata- waluh (Hargono, 1999).
rata 3-5 kg bahkan sampai 15 kg. 2.1.5 Mekanisme Kerja Minyak
Bunganya besar dan berwarna Biji Labu Kuning sebagai
kuning dengan mahkota bunga anti aging
berbentuk lonceng, ujungnya Minyak biji labu mengan-
melebar, bergigi tidak beratur, dung senyawa seperti, asam
dan berambut. Biji berbentuk oval linoleat, protein, Zn, dan anti-
pipih, panjangnya mencapai 2 cm, oksidan (karotenoid, tokoferol).
lebar mencapai 5 mm, berwarna Senyawa-senyawa ini berperan
kekuningan atau abu-abu. dalam memproteksi kulit dari
2.1.3 Kandungan kimia biji labu proses penuaan (aging) dengan
kuning mekanisme yang berbeda. Kan-
Biji waluh mengandung zat- dungan senyawa minyak biji labu
zat yang berkhasiat seperti ini dapat memperlambat proses
asam amino, Zn (seng), Mg penuaan dan dapat melindungi
(magnesium), Asam lemak sel dari oksidasi radikal bebas
utama (linoleat, oleat, palmitat, dan serta bereaksi dengan lipid yang

65
KHAZANAH, Vol. 7 No.2 Januari 2015

dihasilkan dalam reaksi berantai atau menggunakan lata dengan


peroksidasi lipid dengan cara kecepatan tinggi. Nanoemulsi
memberikan elektronnya kepa- terbentuk sebagai cairan seperti air,
da molekul radikal bebas tan- losion, atau gel (korting(a) & korting
pa terganggu sama sekali (b), 2010).
fungsinya (Mi Young, kim., et Nanoemulsi memiliki keuntung-
al, 2012). Selain itu, dapat juga an sebagai berikut (Tadros, 2005).
menurun ROS (reactive oxygen 1. Ukuran tetesan sangat kecil
species) dengan penghambatan menyebabkan penurunan pada
oksidase NADPH dan dapat gaya gravitasi dan gerak Brown
menjaga kelembapan kulit serta yang mungkin cukup untuk
menyediakan energi bagi yang mengatasi gravitasi. Hal ini
mendukung proses regenerasi berarti tidak terjadi creaming atau
jaringan ikat sel dengan me- sedimentasi selama penyimpanan.
rangsang produksi kolagen dan 2. Ukuran tetesan yang kecil yang
elastin (Williams, Abumrad&
Barbul, 2002). dan memungkinkan sistem untuk
teap tersebar tanpa adanya
2.2 Nanoemulsi pemisahan, serta dapat mencegah
Nanoemulsi adalah sistem trans- koalesens.
paran atau bening dengan ukuran 3. Nanoemulsi cocok untuk
globul seragam dan sangat kecil penghantaran bahan aktif lewat
(biasannya dalam kisaran 2-500 nm). kulit. Luas permukaan yang besar
Nanoemulsi stabil secara kinetik. dari sistem emulsi meningkatkan
Namun, karena memiliki stabilitas penetrasi yang cepat dari bahan
aktif.
koalense), membuat nanoemulsi 4. Karena ukuran yang kecil,
menjadi unik dan terkadang disebut nanoemulsi dapat melewati
“mendekati stabilitas termodinamik” permukaan kulit yang kasar dan
(Tadros, 2005; Solans, 2003; Fast & dapat meningkatkan penetrasi
Mecozzi, 2009). obat.
Nanoemulsi terdiri atas globul- 5. Karena sifatnya yang transparan
globul berukuran nano dari cairan
yang terdispersi dalam cairan minyak yang sesuai) dapat
lainnya. Nanoemulsi merupakan memberikan estetika yang
sistem metastabil dimana stukturnya menarik dan menyenangkan saat
bergantung dari proses pembua- digunakan.
6. Ukuran tetesan yang kecil

66
Pemanfaatan Minyak Biji Labu.........Rohani, Shibghatun, Romdhonah, Lily.

memudahkan penyebaran labu, Kertas saring, n-heksana,


dan penetrasi mungkin dapat Sorbitol, Tween 80.
ditingkatkan karena tegangan 3.6 Cara Kerja
permukaan dan tegangan 3.6.1 Tahap Pendahuluan
antarmuka rendah Perlakuan pendahuluan
meliputi pembersihan biji labu
BAB 3. METODE PENELITIAN dari kotoran, pengeringan
3.1 Jenis Penelitian dengan udara terbuka,
Penelitian ini bersifat ekspe- penghalusan dengan
rimen yaitu memanfaatkan minyak menggunakan alat penyerbuk.
biji labu kuning sebagai anti 3.6.2 Tahap Ekstraksi Minyak
aging menjadi produk nanoemulsi Sebanyak 20 gram serbuk
topikal. biji labu kuning dimasukkan ke
3.2 Lokasi penelitian dalam kantung yang terbuat
Penelitian dilaksanakan di dari kertas saring dan kemudian
Laboratorium Terpadu Fakultas diletakkan ke dalam alat eks-
Matematika dan Ilmu Pengetahuan traktor soxhlet. Kemudian di-
Alam, Universitas Islam Indonesia. ekstraksi menggunakan n-
3.3 Subjek Penelitian heksan sebanyak 80 ml. Ek-
Sampel yang digunakan dalam straksi dilakukan hingga pelarut
penelitian ini adalah nanoemulsi yang merendam sampel ter-
topikal sebagai anti penuaan. lihat jernih. Proses ekstraksi ini
3.4 Objek Penelitian dilakukan sebanyak 3 kali.
Objek penelitian adalah minyak Ekstrak yang berwarna
biji labu kuning. hijau kecoklatan kemudian
3.5 Instrumentasi Penelitian dipekatkan menggunakan ro-
a. Alat penelitian tary evaporator dengan pe-
Alat yang digunakan dalam ngurangan tekanan. Setelah
penelitian ini antara lain: itu dilakukan penguapan di
Homogenizer, Neraca atas waterbath. Ditutup dan
analitik, Seperangkat alat disimpan pada tempat yang
GC-MS, Seperangkat alat dingin dalam botol gelap.
gelas, Seperangkat alat KLT, 3.6.3 Pembuatan Nanoemulsi
Seperangkat alat soxhletasi,. Dicampur tween 80, sorbitol,
b. Bahan penelitian dan minyak biji labu kuning
Bahan-bahan yang dalam gelas beaker.Dibuat
digunakan dalam penelitian ini dalam tiga formula dengan
antara lain: Aquabidestilata, Biji perbandingna yang berbeda

67
KHAZANAH, Vol. 7 No.2 Januari 2015

yaitu formula I (2:1), formula 3.6.7 Uji Sentrifugasi


II (1:1), formula 3 (3:1). Ketiga Uji sentrifugasi nanoemulsi
formula dibuat dan masing- dalam tabung sentrifugasi dima-
masing formula Dilakukan sukkan kedalam sentrifugator
penambahan aquabidestilata dengan kecepatan putaran
dengan metode titrasi sedikit 3800 rpm selama 30 menit. Uji
demi sedikit dihomogenkan sentrifugasi bertujuan untuk
dengan pengadukan meng- mengetahui kestabilan sediaan
gunakan magnetic stirrer diatas nanoemulsi dengan cara
penangas pada kecepatan mengamati pemisahan fase
300rpm. Proses penambahan setelah disentrifugasi. Uji ini
aquabidestilata dihentikan hi- diperlukan untuk mengetahui
ngga volume mencapai 80 mL. efek guncangan pada saat
Nanoemulsi yang terbentuk transport produk terhadap
berwarna jernih.
3.6.4 Uji pH 3.6.8 Uji Pengukuran Distribusi
Dilakukan uji pH pada Ukuran Globul
suhu 25°C (pada suhu ruang Diambil 1 ml sediaan
menggunakan menggunakan nanoemulsi minyak biji labu
pH-meter. Dilakukan setiap kemudian ditambahkan aquabi-
minggu selama 4 minggu. destilata hingga 20-40 ml. Dan
Dicatat hasil pH meter sediaan dilakukan uji ukuran globul
nanoemulsi. menggunakan alat zetasizer
3.6.5 Uji Viskositas 3.6 Penyimpulan Hasil Penelitian
Uji viskositas dilakukan a. Biji labu kuning dari hasil
dengan cara mengambil 0.5 ekstraksi dengan metode sox-
ml sediaan kemudian dibaca letasi dapat menghasilkan min-
viskositasnya menggunakan yak yang mengandung asam
alat viscometer amino, Zn (seng), Mg (mag-
2T. Dilakukan satu kali setiap nesium), Asam lemak utama
minggu selama 4 minggu. (linoleat, oleat, palmitat, dan
Dicatat hasil viskositasnya. stearat), vitamin E (tokoferol),
3.6.6 Uji Organoleptis dan karetenoid yang berfungsi
Uji organoleptis yang sebagai anti aging.
dilakukan meliputi wujud, b. Minyak biji labu dapat difor-
warna, dan aroma sediaan mulasikan menjadi sediaan
nanoemulsi, setiap minggu nanoemulsi topikal sebagai
selama 4 minggu anti aging.

68
Pemanfaatan Minyak Biji Labu.........Rohani, Shibghatun, Romdhonah, Lily.

c. Nanoemulsi dari minyak biji BAB 4. HASIL YANG DICAPAI


labu memiliki stabilitas yang
4.1 Hasil Uji Organoleptis
baik dan nyaman saat digu-
nakan.

Sediaan nanoemulsi meru- sangat kecil (Tadros, 2005;


pakan sediaan dengan sistem Solans, 200; Fast & Mecozzi,
transparan atau bening dengan 2009). Berdasarkan hasil uji
ukuran globul seragam dan formulasi 1, 2 dan 3 , wujud

69
KHAZANAH, Vol. 7 No.2 Januari 2015

sistem nanoemulsi yang paling itu mengingat basis yang


mendekati adalah formulasi digunakan dalam percobaan
1 dimana, formulasi tersebut kali ini merupakan basis larut
memperlihatkan wujud sediaan minyak.
yang tranparan dibandingkan Berdasarkan literatur war-
dengan, kedua formulasi lain- na yang terlihat dari minyak
nya. Dimana formulasi 2 yang biji labu adalah hijau terang
memperlihatkan wujud sediaan hingga merah gelap, hal ini
yang sedikit keruh dan formulasi sesuai dengan warna ekstrak
3 yang mempelihatkan sujud biji labu yang terbentuk da-
sediaan yang sangat keruh. Hal lam penelitian ini yaitu ber-
ini diperkirakan terjadi karena warna merah kecoklatan
ukuran partikel globul yang (Anonim,2014). Pada fomula
lebih besar pada formulasi 2 1 terlihat warna sediaan ber-
dan ukuran globul paling besar warna kuning jernih yang
pada formulasi 3 dibandingkan konsisten pada pengamatan
dua formulasi lainnya. Namun tiap minggunya. Warna ter-
hal ini dibuktikan pada uji sebut apabila dibandingkan
pengkuran partikel globul. dengan literatur kurang sesuai
Stabilitas wujud sediaan pa- dengan warna minyak biji labu,
da ketiga formulasi sendiri hal ini kemungkinan dikarenakan
cukup baik terlihat dari wujud dalam formula bukan hanya
sediaan dari ketiga formulasi mengandung minyak saja na-
yang tidak berubah pada hasil mun juga mengandung eksipien
pengamatan tiap minggunya. dan diperkirakan warna kuning
Minyak biji labu kuning yang terbentuk berasal dari
mengandung asam lemak warna asli tween yang berwarna
dengan konsentrasi yang kuning (Rowe, 2009).
cukup tinggi, dimana asam Pada formulasi 2 dan 3
lemak utama yang terkandung terlihat warna sediaan juga ber-
diantaranya linoleat, oleat, warna kuning jernih pada hari
palmitat, dan stearat (Hargono, pertama pembuatan (minggu
1999). Sehingga aroma yang ke-0), sedangkan pada peng-
timbul dari ketiga formulasi amatan minggu 1,2,3,4 ter-
nanoemulsi minyak biji labu lihat warna sediaan yang ber-
(formulasi 1, 2 dan 3) pada warna kuning kehijauan. War-
tiap minggunya tercium na kuning yang terbentuk
seperti aroma minyak, selain kemungkinan disebabkan oleh

70
Pemanfaatan Minyak Biji Labu.........Rohani, Shibghatun, Romdhonah, Lily.

campuran minyak biji labu minggunya karena jumlah


dngan eksipien lain dalam hal surfaktan yaitu tween yang
ini tween yang memiliki warna digunakan lebih sedikit se-
asli kuning (Rowe, 2009), hingga sediaannya lebih cair,
sehingga terbentuk warna transparan dan mudah di-
kuning pada formula. Pada tuang sedangkan formula III
minggu berikutnya formula mengalami penurunan dan
terlihat sedikit kehijauan, hal ini penaikan dan nilai viskositas
dimungkinkan karena pengaruh lebih besar karena jumlah
dari warna asli minyak biji labu surfaktan yaitu tween yang
atau stabilitas dari formula ini digunakan lebih besar sehingga
sulit dituang. Diketahui bahwa
4.2 Hasil Uji Viskositas viskositas berpengaruh pada
Uji viskositas bertujuan pelepasan zat aktif dari sediaan,
untuk mengetahui kekentalan dan nilai viskositas yang sangat
dari sediaan nanoemulsi dari besar sulit melepaskan zat aktif
minyak biji labu kuning.Uji sehingga efek farmakologi untuk
viskositas dilakukan penga- antiaging pun tidak optimal.
matan selama 4 minggu. Ber- Nilai viskositas bergantung dari
dasarkan hasil pengukuran surfaktan yang digunakan serta
menggunakan viscometer cenderung meningkat dengan
DV2T, bahwa vis- adanya peningkatan viskositas.
kositas masing-masing nano- Maka formula I dan II lebih baik
emulsi pada formula I dan II daripada formula III.
mengalami peningkatan tiap

71
KHAZANAH, Vol. 7 No.2 Januari 2015

Hasil viskositas dianalisis untuk melihat rata-rata yang


secara statisik, berdasarkan berbeda dibuktikan dengan uji
literatur Sarwono (2009) dan ANOVA dan diketahui bahwa
S.Christianus (2010) dilakukan
uji statistik One Way Anova maka disimpulkan bahwa
secara asumsi bahwa dengan rata-rata formula I, formula
uji kolmogorov-smirnov hasil II dan formula III berbeda
menunjukkan data terdistribusi
normal, karena nilai p-value ketiga formula tersebut
dapat ditunjukkan dengan uji
Kemudian dilanjutkan dengan perbandingan ganda sehingga
uji Homogenity of Variance, diperoleh rata-rata fomula 3 <
diketahui bahwa data tersebut rata-rata formula 2 < rata-rata
memiliki variansi yang berbeda formula 3
dibuktikan dengan hasil p-value
4.3 Hasil Uji pH

Berdasarkan hasil uji pH


Akan tetapi formula I
formula selama penyimpanan
disuhu ruangan (25°C), pH yang lebih baik. Hasil Uji
menunjukkan nilai pH yang pH dari ketiga formula ini
tidak jauh berbeda. Ketiga masih dinyatakan baik, pH
formula memiliki nilai pH yang yang baik bagi sediaan topikal

72
Pemanfaatan Minyak Biji Labu.........Rohani, Shibghatun, Romdhonah, Lily.

untuk kulit adalah pH yang dan dibuktikan dengan hasil


sama dengan pH kulit yaitu p-value
4,5 – 6,5. Sediaan topikal yang selanjutnya dilanjutkan uji
ideal adalah tidak mengiritasi ANOVA dan dibuktikan
kulit dan tidak bersifat terlalu pengujian tersebut memiliki
asam dan terlalu basa untuk nilai p-value
penerimaan penyerapan obat maka disimpulkan bahwa
pada kulit. Hal ini dikarenakan rata-rata formula I, formula II
bahan-bahan yang digunakan dan formula III sama secara
berada pada kisaran pH netral
seperti tween 80 memilki pH
7, sorbitol memiliki pH 3.5-7 4.4 Hasil Uji Sentrifugasi
(menurut USP 32-NF27), dan Ketiga formula nanoemulsi
aquabidestilata memiliki pH 7. disentrifugasi dengan kecepatan
Walaupun demikian, terlihat 3800rpm selam 30 menit, dan hasilnya
sedikit perbedaan pH diantara ada pada tabel 3. Dan Gambar 7
formula tersebut. menunjukkan tidak terjadi pemisahan
Hasil uji pH dianalisi secara fase pada formula I dan II sehingga
secara statistik, dilakukan formula I dan III memiliki kestabilan
uji statistik One Way Anova selama 1 tahun (Rieger, M.M, 1994).
secara asumsi bahwa dengan Sedangkan pada formula II terjadi
uji kolmogorov-smirnov hasil pemisahan, berarti formula tersebut
menunjukkan data terdistribusi tidak stabil secara mekanik, karena
normal, karena nilai p-value kandungan tween sebagai surfaktan
dalam formula ini paling sedikit
Kemudian dilanjutkan dengan dibanding formula lainnya 22.5%
uji Homogenity of Variance, sehingga kurana mampu menjaga
diketahui bahwa data tersebut kestabilan nanoemulsi
memiliki variansi yang sama

Gambar 6.Sebelum sentrifugasi Gambar 7.Hasil uji sesudah sentrifugasi

73
KHAZANAH, Vol. 7 No.2 Januari 2015

4.5 Hasil Uji Pengukuran Dis- besar yaitu 33.75% dari formula
tribusi Ukuran Globul I yaitu 30% tetapi konsentrasi
Penentuan ukuran nanoemulsi sorbitol paling kecil pada formula
ditentukan dengan menggunakan III sebesar 6.25% dari formula I
zetasizer mempunyai ukuran sebesar 15% sehingga hasil ukuran
globul yang berkisar 5-200 nm. globul cukup besar pada formula
Berdasarkan hasil pengukuran, III dibanding formula I. Kemudian
minggu ke-2 diperoleh bahwa formula II memiliki konsentrasi
ukuran partikel masing-masing tween dan sorbitol sama yaitu
formula.Pada formula I, II, III 22.5%. Maka dapat disimpulkan
berturut-turut yaitu 13.64 nm, 163.2 bahwa konsentrasi surfaktan
nm, dan 70.66 nm. Berdasarkan dan kosurfaktan yaitu tween 80
nilai ukuran partikel tersebut dan sorbitol dari masing-masing
diketahui bahwa ukuran masing- perbandingan mempengaruhi pe-
masing globul berbeda, namun nurunan distribusi ukuran globul
ukuran tersebut masih dalam nanoemulsi (Piao & Adachi,2006).
range yang diterima untuk ukuran
nanopartikel. Pada umumnya pe- 4.6 Kemajuan Pekerjaan
nggunaan konsentrasi surfaktan Pembuatan nanoemulsi
dan kosurfaktan dapat menurunkan dari minyak biji labu kuning
tegangan permukaan karena ini dilakukan dengan meng-
adanya peningkatan absorpsi ekstraksi minyak biji terlebih
surfaktan diantara minyak -air dahulu kemudian di formulasi
sehingga memperkecil ukuran menjadi nanoemulsi dan dila-
globul dari sediaan nanoemulsi kukan evalusai sediaan. Hasil
(Salim, Basri, Rahman, Abdullah, pemanfaatan minyak biji labu
Basri & Salleh,2011) Selain itu, dapat dilihat pada Gambar 8,
kombinasi antara peningkatan Gambar 9 dan Gambar 10
konsentrasi surfaktan dan energi
pengadukan cenderung meng-
hasilkan penurunan ukuran globul
(Salager, et.al., 2002).
Hasil pengukuran distribusi
ukuran globul pada minggu ke-2,
sediaan tidak terjadi pengadukan
setelah penyimpanan, maka ukuran
globul pada formula III walaupun Gambar 8. Ekstraksi sokletasi min-
konsentrasi tween 80 paling yak biji labu kuning

74
Pemanfaatan Minyak Biji Labu.........Rohani, Shibghatun, Romdhonah, Lily.

4.7 Pemeriksaan secara kualitatif


senyawa vitamin E
Uji kualitatif dengan KLT ber-
tujuan untuk mengetahui ada tidak-
nya kandungan senyawa vitamin E
(tokoferol) yang terkandung dalam
minyak biji labu kuning (Cucurbita
moschata D.) standar yang digunakan
Gambar 9. Formulasi nanoemulsi adalah senyawa tokoferol. Fase diam
minyak biji labu kuning yang digunakan adalah Silika Gel
F254 dan fase gerak menggunakan
n heksa-etil asetat (90:10) dengan
pereaksi semprot adalah antimon
chloride yang menunjukkan ada-
nya perubahan warna spot tokoferol
di visible adalah kuning kelabu dan
menandakan adanya senyawa to-
koferol. Berdasarkan migrasi atau
perpindahan pada plat KLT yaitu
berdasarkan nilai Rf diperoleh nilai
Rf sebesar 0,68 cm yang ideal
karena mendekati nilai Rf standar
tokoferol yaitu 0,71cm. Hasil uji
kualitatif kandungan senyawa
Gambar 10. Uji ukuran partikel, Uji vitamin E minyak biji labu kuning,
pH dan Uji viskositas nanoemulsi dapat dilihat pada gambar berikut :

Keterangan
P = standar tokoferol
S = sampel tokoferol

75
KHAZANAH, Vol. 7 No.2 Januari 2015

4.8 Uji Kuantitatif senyawa vitamin dan disentrifuge.


E dari minyak biji labu kuning Dilakukan perulangan 3 kali
( Cucurbita moschata D.) dan ditambahkan 100µl etanol.
kemudian spoting 20µl pada
Uji kualitatif senyawa vita-
plat silikagel menggunakan
min E dilakukan dengan metode
microsyringe, sama halnya
KLT densitometry bertujuan
dengan baku standar tokoferol.
untuk mengetahui kadar dari
Lakukan penjenuhan chamber
sampel yang mengandung
dielusi hingga batas diangkat
senyawa vitamin E (tokoferol)
dan dianginkan. Kemudan dila-
dalam minyak biji labu kuning
kukan densitometry tokoferol
(Cucurbita moschata D.). Stan-
dar yang digunakan adalah
278 nm. Setelah itu ditentukan
senyawa tokoferol murni.
nilai resolusi yang optimal dari
Fase diam yang digunakan
regresi linier standaar tokoferol
adalah Silika Gel 60 F254 dan
yaitu 0,99 dan dibandingkan
fase gerak menggunakan n
dengan sampel yang masuk
heksa-etil asetat (90:10) dan
range area pada standar
menggunakan plat KLT pada
tokoferol. Diketahui bahwa
jarak rambat 8,0 cm. Pada
sampel positif masuk standar
awalnya dilakukan ekstraksi
regresi pada range 64491,53-
2ml heksan dari sampel serbuk
118483,9 yaitu sebesar
biji labu kuning, lalu divortex.
71498,1. Berikut adalah hasil
Diambil fase heksan, ditam-
analisis kadar metode TLC
bahkan pelarut etanol 2 ml
densitometri :
kedalam residu, divortex lagi

76
Pemanfaatan Minyak Biji Labu.........Rohani, Shibghatun, Romdhonah, Lily.

Hasil kurva regresi linier standar tokoferol

Hasil kurva regresi linier sampel minyak biji labu

77
KHAZANAH, Vol. 7 No.2 Januari 2015

4.9 Uji determinasi biji labu kuning pengamatan bagian biji labu
(Cucurbita moschata D.) kuning dan disesuaikan dengan
Penelitian ini menggunakan literatur dari buku Flora of Java.
biji labu kuning (Cucurbita Kemudian uji mikroskopik biji
moschata D.) yang diperoleh
dari provisi Kalimantan barat. yang digunakan. Determinasi
Uji makroskopik berdasarkan dilakukan bertujuan untuk

78
Pemanfaatan Minyak Biji Labu.........Rohani, Shibghatun, Romdhonah, Lily.

memastikan kebenaran tana- kebenaran tanaman dan


man dan menghindari kesala- menghindari kesalahan dalam
han penggunaan nya. penggunaanya (Backer, 1965).
Penelitian ini menggunakan Hasil determinasi tanaman biji
biji labu kuning, hasil budidaya labu kuning bahwa jenis biji
yang diperoleh dari kota Balik- labu kuning yang diperoleh
papan, Kalimantan Timur. adalah jenis spesies Cucurbita
Determinasi tanaman dilakukan moschata (Duch) Poir, dengan
bertujuan untuk memastikan suku Cucurbitaceae

79
KHAZANAH, Vol. 7 No.2 Januari 2015

BAB 5. Rencana Tahapan Labu (Cucurbita sp.) Untuk


Berikutnya Kesehatan, Media Litbangkes
1. Publikasi jurnal Volume IX Nomor 2, hal 4-5.
Hutapea, J. R., 1994, Inventaris
DAFTAR PUSTAKA Tanaman Obat Indonesia
Anonim, 1995, Farmakope In- (III), Badan Penelitian dan
donesia, Edisi IV, Depar- Pengembangan Kesehatan,
temenKesehatanRepublik Departemen Kesehatan, Jakarta.
Indonesia, Jakarta, 4, 7, 405, Korting(a), H. C., Korting(b), M. S.,
515, 771 2010, Carriers in the Topical
Anonim, 2014, Pumpkin oil available Treatment of Skin Disease, In
at http://www.reference.com/ korting, Monika Schafer (Ed),
browse/green+cabbage- Drug Delivery, Berlin: Springer-
+seed+oil , diakses pada tanggal Verlag Berlin Heidelberg, 446,
26 Mei 2014 Oktober 10, 2013, http://books.
Anonim, 2009, Unique E-Book of The google.co.id.
S Pharmacopoeia 30-NF25, The Mi Young, Kim.,Eun Jin, Kim.,
Unites States Pharmacopenia Young-Nam, Kim., Changsun,
Convention Choi.,and Bog-Hieu, Lee., 2012,
Backer, C.A., Brink, R. C. B. V. Comparison of the chemical
D., 1965, Flora Of Java compositions and nutritive
(spermatophytes only), N. values of various pumpkin
V. P. Noordhoff-groningen-the (Cucurbitaceae) species and
Netherlands, Leyden, 139 parts, Nutr Res Pract, 6(1):
Brotodjojo, L C., 2010, Semua Serba 21–27.
Labu Kuning, Gramedia Pustaka Piao, J.& Adachi, S,., 2006, Stability
Utama, Jakarta. of O/W Emulsion Prepared
Fast, J. P., & Mecozzi, S., 2009, Using Various Monoacylsugar
Nanoemulsions for Intravenous
Drug Delivery, In Villiers, M. M. Innovative Food Science and
De., Aramwit, P., & Kwon, G. S., Emerging Technologies 7, 216
(Ed)., Nanotechnology in Drug Raharjo Tri Joko, Laily Nurliana,
Delivery, New York: American dan Sabirin Mastjeh, 2011,
Association of Pharmaceutical Phospolipids From Pumpkin
Scientists, 461, 463-465, (Cucurbita moschata Duch.)Poir)
Oktober 10, 2013, http://books. Seed Kernel Oil And Their Fatty
google.co.id. Acid Composition, Indo.J.Chem.,
Hargono, Djoko., 1999, Manfaat Biji 11(1), 48-52, 50

80
Pemanfaatan Minyak Biji Labu.........Rohani, Shibghatun, Romdhonah, Lily.

Rieger M.M., 1994, Emulsi, Dalam : in Solution., New York: Marcel


Lachman. L., H.A., Liberman, Dekker, 472, Oktober 10, 2013,
& J.L. Kanig. Teori dan Praktek http://books.google.co.id.
Farmasi Industri I. Terjemahan: Sudarto, 2000, Penanaman Buah
Siti Suyatmi, UI Press, Jakarta, Labu Kuning (Cucurbita)
1029 dan Manfaatnya, Bursa Ilmu,
Rowe.R.C., Sheskey.P.J .,Quinn.M.E, Yogyakarta, 281.
2009, Hand Book Of Swarbrick, J., 2007, Encyclopedia of
Pharmaceutical Exipients sixth Pharmaceutical Technology(3rd
edition, Pharmaceutical Press, Edition), Volume 1, New York
Washington, USA 549-551 : Informa Healtcare USA,
Salager, J. L., J. M. Andérez, M. I. 1561-1562
Briceño, de Sánchez, M. P., & Tadros, Tharwat F., (Ed), Applied
and de Gouveia M. R., 2002, Surfactan: Surfactan in
Nanoemulsion, Weinheim:
Formulation and Composition Wiley-VCH Verlag, 285-286,
Variables as well as Stirring Oktober 10, 2013, http://books.
Energy, Rev. Téc. Ing. Univ. google.co.id.
Zulia. Vol. 25 (3), 16 Vermaak I. et al, 2011, African seed
Salim, N., Basri, M., Rahman, M. oils of commercial importance
B., Abdullah, D. K., Basri, – Cosmetic application,
H., & Salleh, A. B., 2011, South African Journal of Botany,
Phase Behavior, Formation No.77, 920
and Characterization of Pal,- Wilkinson, J. B. & Moore, R. J.,
Based Esters Nanoemulsion 1982, Harry’s Cosmeticology
Formulation containing Ibuprofen. 7th Edition, New York, Chemical
J Nanomedic Nanotechnol Vol 2 Publishinf Company, 240-241.
Issue 4, 1-5 Williams, J.Z., Abumrad, N. & Barbul,
Sarwono Jonathan, 2009, Panduan A., 2002, Effect of a Specialized
Lengkap Untuk Belajar Komputasi Amino Acid Mixture on Human
Statistik Menggunakan SPSS Collagen Deposition Annals of
16 Ed.I, C.V ANDI OFFSET, Surgery, Volume 236, issue 3,
Yogyakarta, 215, 319 (pp. 369-375)
Solans, Conxita, 2003, Nanoemulsions
Formation, Properties, and
Application, In Mittal, K. L., &
Shah, D. O., (Ed), Adsorption
ang Aggregation of Surfactan

81

Anda mungkin juga menyukai