Anda di halaman 1dari 12

SKINSAVER RED ONION SUNSCREEN SPF 50 : PEMANFAATAN KULIT

BAWANG MERAH SEBAGAI TABIR SURYA INOVATIF

Diusulkan Oleh:

1. Chyntya Angelina Putri Nainggolan 4212510001


2. Khairahma 4213210007
3. Khairhami 4213510003

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
DAFTAR PUSTAKA

BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 3
1.2. Tujuan.............................................................................................................................. 5
1.3. Manfaat............................................................................................................................ 5
1.4. Keutamaan Penelitian ...................................................................................................... 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
GAMBARAN USAHA ............................................................................................................. 6
2.1. Kondidi Umum Lingkungan ........................................................................................... 6
2.2. Gambaran Umum Produk................................................................................................ 6
BAB III ...................................................................................................................................... 8
METODE PELAKSANAAN USAHA...................................................................................... 8
3.1. Metode Pelaksanaan ........................................................................................................ 8
3.2. Tahap Persiapan .............................................................................................................. 8
3.3. Prosedur Penelitian .......................................................................................................... 8
1. Tahapan Produksi ........................................................................................................ 8
2. Jumlah dan Kapasitas Produk ................................................................................... 10
3. Desain Kemasan Produk ........................................................................................... 10
3.4. Pemasaran...................................................................................................................... 10
3.5. Tahap Evaluasi .............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia, negeri tropis yang diselimuti oleh sinar matahari sepanjang tahun.
Penyinaran ini mengandung spektrum yang luas, mulai dari inframerah yang terlihat
hingga sinar ultraviolet yang tak kasat mata (Depkes RI, 1985). Sinar ultraviolet ternyata
berperan penting dalam membantu tubuh membentuk vitamin D yang esensial untuk
kesehatan tulang. Namun, perlu diingat bahwa sinar ini juga dapat berisiko bagi kulit,
bahkan dapat memicu kondisi serius seperti kanker kulit (Lavi, 2009).

"Paparan sinar UV pada kulit menghasilkan Reactive Oxygen Species (ROS) dan
Reactive Nitrogen Species (RNS), termasuk radikal hidroksil, anion superoksida, dan
radikal peroksil. Sinar UVB dapat memicu kerusakan fotokimia pada DNA sel, yang
berpotensi memicu kanker kulit (Kaur dan Saraf, 2009). Oleh karena itu, perlindungan
kulit perlu dilakukan dengan meminimalkan paparan langsung sinar matahari dan
menggunakan tabir surya atau sunscreen, yang dapat menyerap sinar matahari secara
efektif, terutama pada wilayah emisi gelombang UV. Ini penting untuk mencegah
gangguan pada kulit akibat paparan langsung sinar UV. Sebagian besar senyawa tabir
surya adalah golongan flavonoid yang juga berperan sebagai antioksidan. Antioksidan
dapat melawan radikal bebas, dan berperan penting dalam menghambat oksidasi lipid
(Soeksmanto dkk., 2007)."

Salah satu komponen alami yang telah terbukti memiliki sifat antioksidan dan
diperkirakan juga memiliki efek sebagai tabir surya adalah kulit bawang merah. Di dalam
kulit bawang merah terkandung senyawa-senyawa seperti flavonoid, tanin, saponin, dan
glikosida. Flavonoid adalah jenis senyawa bioaktif yang telah terbukti memiliki berbagai
aktivitas bermanfaat, termasuk sebagai antioksidan, agen anti-dermatosis, kemopreventif,
anti-kanker, dan anti-virus.

Bawang merah merupakan varietas makanan yang kaya akan kandungan metabolit
sekunder dan memiliki popularitas yang tinggi di kalangan masyarakat. Pada tahun 2020,
produksi total bawang merah mencapai 1.815.445 ton. Meskipun bawang merah sering
kali dimanfaatkan terutama bagian umbinya, kulit bawang masih sering diabaikan dan
tidak dimanfaatkan sepenuhnya. Hanya sebagian kecil yang dimanfaatkan sebagai pakan
ternak, sementara sisanya dibuang begitu saja. Ironisnya, didalam kulit bawang merah
juga terkandung senyawa-senyawa aktif seperti metabolit sekunder dan organosulfur. kulit
bawang merah memiliki aktivitas antimikroba dengan kandungan metabolit sekunder
yaitu alkaloid, flavonoid, terpenoid, saponin, polifenol, dan kuersetin (Octaviani dkk.,
2019).

Senyawa fenolik khususnya golongan flavonoid dan tanin mempunyai potensi


sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor yang mampu menyerap sinar UV
3
sehingga mengurangi intensitasnya pada kulit (Whenny dkk., 2015). Nilai SPF
pada basis emulgel sebesar 2,16 sehingga menunjukkan bahwa basis emulgel memiliki
potensi sebagai tabir surya tetapi sangat minimal, dan ekstrak etanol kulit bawang
merah memiliki nilai SPF yaitu 63,96 (Wulandari dkk., 2021). Menurut Prasiddha dkk
(2016) kulit bawang merah mengandung senyawa fenolik yaitu flavonoid dan tanin yang
mempunyai potensi sebagai sebagai tabir surya dikarenakan adanya gugus kromofor
(ikatan rangkap tunggal terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV (Shovyana dan
Zulkarnain 2013). Senyawa flavonoid sebagai tabir surya bekerja dengan cara menyerap
sinar yang masuk ke kulit sehingga dapat mengurangi kerusakan kulit yang disebabkan
sinar UV.

Dengan mengacu pada tantangan yang dihadapi, tim pengusul berkeinginan kuat untuk
menggali potensi kulit bawang merah dan memanfaatkannya secara optimal. Dengan
pikiran kreatif, analisis kritis, dan tanggung jawab yang besar, tim pengusul menghadirkan
solusi inovatif dengan mengembangkan tabir surya “SkinSaver: Red Onion Sunscreen”
yang menggunakan kulit bawang merah sebagai bahan utama atau campuran dengan sifat
antiinflamasi. Tujuan utama adalah melindungi kulit dari paparan sinar UV, sambil
memberikan kelembapan, menangkal efek penuaan, dan memberikan efek pencerahan
alami tanpa meninggalkan jejak putih dari senyawa lain yang terkandung di dalamnya.

4
1.2. Tujuan

1. Menilai potensi aktivitas antiinflamasi dari senyawa yang terdapat dalam kulit bawang
merah dalam melindungi kulit dari efek paparan sinar UV.
2. Mengembangkan produk yang menggunakan bahan baku alami sebagai solusi untuk
melindungi kulit dari radiasi matahari.
3. Menciptakan produk yang mampu menjaga kelembaban kulit, sehingga menghasilkan
kulit yang sehat dan terawat.
1.3. Manfaat

Manfaat utama penelitian ini adalah melindungi kulit dari efek negatif paparan sinar
UV dengan memanfaatkan aktivitas antiinflamasi yang terdapat dalam kulit bawang
merah. Menghadirkan produk pelindung kulit dari radiasi matahari dengan menggunakan
bahan baku alami. Membuat produk yang mampu mempertahankan kelembaban kulit,
sehingga menghasilkan kulit yang sehat dan terjaga. Hal ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif dalam perawatan dan kesehatan kulit.

1.4. Keutamaan Penelitian

Dalam rutinitas sehari-hari, berbagai kegiatan dapat mengakibatkan berbagai masalah


pada kulit seperti luka bakar matahari, perubahan pigmen kulit, penuaan dini, bahkan
berpotensi menyebabkan kanker kulit. Oleh karena itu, masalah ini perlu ditangani dengan
serius dan benar.

5
BAB II

GAMBARAN USAHA

2.1. Kondidi Umum Lingkungan

Indonesia memiliki banyak sekali tanaman holtikultura yang berpotensi sebagai bahan
baku obat-obatan. Bawang merah merupakan salah satu tanaman holtikultura yang banyak
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Bawang merah dengan nama latin (Allium cepa
L) berasal dari kawasan Asia Tengah. Bawang merah (A.cepa L) sebagai komoditi
tanaman holtikultura terbesar kedua di Indonesia setelah tomat. Bawang merah selain
memiliki nilai ekonomis yang tinggi juga memiliki potensi sebagai bahan baku obat herbal
yang sangat baik dan dapat dijadikan unggulan (Edi dkk, 2022).

Seiring berkembangnya zaman, banyak sekali sunscreen yang terbuat dari bahan
kimiawi dengan berbagai manfaat didalamnya. Pembuatan sunscreen biasanya melibatkan
bahan-bahan kimia sintesis seperti TiO2 dan ZnO yang berbahaya bagi kesehatan kulit
serta lingkungan. Maka tak jarang dalam pengaplikasiannya ke wajah menimbulkan efek
seperti whitecast, wajah menjadi kusam, bruntusan, alergi, dan bahkan timbul jerawat.
Salah satu mekanisme pertahanan kulit terhadap paparan sinar UV berlebih yakni dengan
menghasilkan keringat yang memungkinkan adanya pertumbuhan bakteri penyebab
jerawat. Maka dari itu, perlu perlindungan tambahan dalam sediaan kosmetik yaitu
dengan sunscreen. Banyaknya sunscreen yang ada, jarang ditemui sunscreen yang terbuat
dari bahan alamiah. Karena rata-rata sunscreen yang diproduksi terbuat dari bahan
kimiawi. Maka dari itu, menurut kami pembuatan suncreen dari bahan alamiah sangat
diperlukan, karena selain bahan baku yang digunakan bersifat alami dapat mencegah
terjadinya kanker seperti halnya kanker kulit dapat dilakukan tindakan pencegahan seperti
penggunaan krim tabir surya, yang saat ini telah banyak dikembangkan pada sediaan
farmasi. Pengembangan sediaan tabir surya dapat dalam bentuk krim yang substansi
formulanya mengandung senyawa kimia aktif yang dapat menyerap, memantulkan
ataupun menghamburkan energi sinar surya yang mengenai kulit manusia. Hadirnya
produk SkinSaver: Red Onion Sunscreen ini akan meningkatkan inovasi dalam bidang
industry kreatif dengan mengangkat salah satu kebudayaan masyarakat, yaitu Bawang
Merah.

2.2. Gambaran Umum Produk

SkinSaver: Red Onion Sunscreen merupakan salah satu produk pada inovasi dibidang
industry kreatif yang bertujuan mengenalkan dan turut serta mempromosikan salah satu
kebudayaan yaitu bawang merah. SkinSaver: Red Onion Sunscreen juga hadir sebagai
produk kesehatan, khususnya pada kesehatan kulit. Pembuatan SkinSaver: Red Onion
Sunscreen pada umumnya sama seperti pembuatan sunscreen lainnya, hanya saja pada
sunscreen ini digunakan bahan baku alamiah berupa bawang merah dengan campuran
bahan lainnya. Ekstrak kulit bawang merah memiliki kategori pelindung maksimal sampai
ultra. Hal ini disebabkan kulit bawang merah mengandung senyawa flavonoid yang
mempunyai sifat anti oksidan disebabkan kemampuannya bertindak sebagai radikal

6
ekseptor yang bebas dan juga sifat metalnya yang kompleks. Jenis flavonoid yang
terkandung di dalam kulit bawang merah yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan krim
tabir surya adalah kuersetin yang berfungsi sebagai inhibitor tirosinase atau pemutih kulit.
Tentunya dengan melakukan dan melewati serangkaian pengujian SkinSaver ini dapat
digunakan dengan aman dan nyaman oleh konsumen. Proses pembuatan SkinSaver ini
telah direncanakan sebaik mungkin oleh mahasiswa pengusul dari berbagai bidang
keilmuan, mulai dari kimia, teknik, dan ekonomi dengan menggunakan alat dan bahan
yang berkualitas sehingga aman digunakan.

7
BAB III

METODE PELAKSANAAN USAHA

3.1. Metode Pelaksanaan

Tahap Tahap Tahap Tahap


Persiapan Poduksi Pemasaran Evaluasi

3.2. Tahap Persiapan

Kami telah merancang serangkaian tahapan yang sistematis untuk memastikan bahwa
persiapan proyek dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan rencana. Namun,
diperlukan beberapa bahan dan alat sebagai penunjang yang harus disiapkan terlebih
dahulu. Berikut adalah rincian kelompok alat dan bahan tersebut:

Alat Bahan Baku Kemasan


Gelas ukur Bawang Merah Pot SkinSaver: Red Onion
Sunscreen.
Tabung reaksi Alkohol 50% Stiker Kemasan
Corong Parafin cair
Batang pengaduk Setil alkohol
Kompor listrik Asam stearat
Labu ukur Nipasol
Erlenmeyer TEA
Neraca Analitik Gliserin
Toples Nipagin
Saringan Akuades
Pipet tetes
Gunting
Baskom
Blender
Spektrofotometer UV VIS

3.3. Prosedur Penelitian

1. Tahapan Produksi
Persiapan sampel dimulai dengan pengambilan sampel di pasar, yang terdiri dari
kulit bawang merah yang telah dikeringkan. Langkah selanjutnya melibatkan proses
pencucian secara menyeluruh guna menghilangkan segala jenis bahan pengotor yang
melekat. Setelah proses pengeringan selesai tahap selanjutnya adalah penggilingan
guna untuk mendapatkan serbuk kulit bawang merah. Dalam rangka penelitian ini,

8
diperlukan penggunaan larutan etanol dengan konsentrasi 50%. Sebagai langkah awal,
larutan etanol dengan konsentrasi awal 96% diambil sebanyak 130 ml, kemudian
dilakukan proses pengenceran hingga mencapai volume total 250 ml.
a. Pembuatan Ekstrak Kulit Bawang Merah
Tahap ekstraksi kulit bawang merah dimulai dengan penimbangan serbuk
bawang merah sebanyak 100 gram. Selanjutnya, serbuk dimasukkan ke dalam
wadah yang berisi 1 liter pelarut etanol 50%, memastikan agar serbuk benar-
benar terendam. Proses ekstraksi kemudian dilakukan menggunakan metode
maserasi selama 1 hari pada suhu ruang. Setelah selesai direndam, dilakukan
penyaringan, dan cairan hasilnya disimpan dalam wadah terpisah. Kemudian,
ampas dari proses maserasi pertama ditambahkan ke dalam 1 liter pelarut etanol
50% untuk proses maserasi kedua yang dilakukan selama 1 hari. Setelah
mendapatkan hasil maserasi kedua, cairan tersebut dicampurkan dengan hasil
maserasi pertama. Untuk mendapatkan ekstrak kental dari kulit bawang merah,
dilakukan pemanasan terlebih dahulu dengan menggunakan evaporator dengan
suhu 50 derajat. Setelah itu, ekstrak kental yang dihasilkan ditimbang masing-
masing 0,04 gr.
b. Pembuatan Krim Sunscreen
Proses dimulai dengan pembuatan campuran pertama, yaitu fase minyak,
dengan memanaskan parafin cair, setil alkohol, asam stearat, dan nipasol pada
suhu 70˚C hingga semua komponen melebur secara menyeluruh. Selanjutnya,
campuran kedua atau fase air disiapkan dengan memanaskan TEA, gliserin,
nipagin, dan akuades pada suhu 70˚C hingga semua bahan terlarut sepenuhnya.
Kedua campuran kemudian digabungkan secara bergantian menggunakan
mortar dan alu hingga terbentuk basis krim yang homogen. Selanjutnya,
dilakukan pencampuran ekstrak kulit bawang merah yang sebelumnya telah
dilarutkan dalam etanol 50% ke dalam krim, yang kemudian dihomogenkan
kembali.
c. Tahap Pengujian
Dilakukan uji mutu fisik, stabilitas, penentuan nilai SPF (Sun Protection
Factor) secara in vitro menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Nilai SPF
dihitung dengan persamaan Mansyur. Uji in vivo menggunakan kelinci jantan
(New Zealand) yang diradiasi lampu exoterra UV B selama 24 jam untuk
melihat efek eritema yang dihasilkan.Hasil penelitian menunjukkan sediaan
emulgel ekstrak etanol kulit bawang merah memiliki mutu dan stabilitas yang
baik. Uji perlindungan tabir surya secara in vitro dan in vivo menunjukkan
adanya aktivitas perlindungan tabir surya yang memenuhi syarat keefektifan
tabir surya dengan nilai SPF emulgel.

9
2. Jumlah dan Kapasitas Produk
Pada rancangannya, jumlah dan kapasitas krim Sunscreen yang dihasilkan dalam
sekali produksi berjumlah 100 buah.
3. Desain Kemasan Produk
Setelah proses pruduksi dari produk selesai, selanjutnya kami telah menyiapkan
desain kemasan yang akan digunakan sebagai identitas produk SkinSaver: Red Onion
Sunscreen.

Gambar 3.2. kemasan Skinsaver: Red Onion Sunscreen

3.4. Pemasaran

1. Konsep Produksi, pada konsep ini konsumen tentunya akan lebih tertarik dengan
produk yang harganya lebih terjangkau. Sehingga, manajemen lebih berfokus untuk
meningkatkan efisiensi produk tanpa mengurangi kualitas dari produk.
2. Konsep Produk, pada konsep ini konsumen akan lebih tertarik dengan produk yang
memiliki aspek yang jelas dan memiliki ciri khas yang unik. Oleh karena itu,
SkinSaver: Red Onion Sunscreen berfokus untuk menjadi sunscreen dengan bahan
baku berupa bawang merah.
3. Konsep Penjualan, pada konsep ini diperlukan upaya penjualan dan periklanan,
periklanan ini bertujuan agar produk SkinSaver: Red Onion Sunscreen ini dapat lebih
dikenal oleh konsumen. Untuk strategi penjualan, dilakukan secara offline dan online.
Target pemasaran dari produksi SkinSaver: Red Onion Sunscreen ini ialah semua
kaum baik pria maupun Wanita. SkinSaver: Red Onion Sunscreen ini juga nantinya bisa

10
digunakan oleh usia remaja sampai dewasa, kecuali untuk kulit yang sensitive serta ibu
hamil dan menyusui.

Untuk pemasaran pada produk ini, akan dilakukan dengan pempublikasian baik secara
offline maupun online, yang akan dilakukan menggunakan akun media sosial seperti
Facebook, Instagram, Twitter, ataupun Tiktok. Penjualan juga akan dilakukan melalui
market place seperti pada Tiktok, Lazada, dan Shopee. Untuk promosi secara offline maka
akan dilakukan oleh tim pemasaran langsung yang akan menawarkan produk sunscreen
ini kepada masyarakat.

3.5. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap kekurangan dan kelebihan produk yang
dipasarkan. Pada tahapan ini diharapkan dapat dilakukannya peningkatan mutu produk.
Hal ini bertujuan untuk menjaga kepercayaan serta kepuasan konsumen terhadap
SkinSaver: Red Onion Sunscreen yang telah dilakukan pemasaran sebelumnya. Selain
itu, evaluasi tidak hanya dilakukan untuk meninjau kelebihan dan kekurangan produk,
tetapi juga sebagai evaluasi pada kinerja kami sebagai tim bisnis. Evaluasi ini akan
dilakukan kepada masing masing anggota. Dengan cara menambah ilmu wirausaha, skill
manajemen, skill bisnis yang dilakukan dengan mengikuti pelatihan- pelatihan yang
nantinya bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan tim dalam berbisnis. Untuk tahap
evaluasi produk, timkami tentunya telah membuat target-target tertentu yang harus dicapai
dalam waktu yang telah ditentukan dan disepakati. Pada tahap ini, kami akan melakukan
evaluasi dengan cara menanyakan kepuasan konsumen pada salep ini. Dan melalui review
produk yang langsung diberika oleh para konsumen akan membantu untuk meningkatkan
produk sunscreen ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan.

Edy, H. J., Jayanti, M., & Parwanto, E. (2022). Pemanfaatan Bawang Merah (Allium Cepa L)
Sebagai Antibakteri di Indonesia. Pharmacy Medical Journal, 5(1), 27-35.

Octaviani, M., Fadhli, H., & Yuneistya, E. (2019). Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol
dari Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) dengan Metode Difusi Cakram. Pharm. Sci.
Res., 6(1), 62–68. https://doi.org/10.7454/psr.v6i1.4333

Soeksmanto, A., Hapsari, Y., & Simanjuntak, P. (2007). Kandungan Antioksidan pada
Beberapa Bagian Tanaman Mahkota Dewa, Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.
(Thymelaceae). Biodiversitas, 8, 92-95.

Kaur, C. D., & Saraf, S. (2009). In Vitro Sun Protection Factor Determination of Herbal Oils
Used in Cosmetics. Pharmacognosy Research, 2, 22-23.

Lavi, N. (2009). Tabir Surya Bagi Pelaku Wisata. SMF Farmasi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.

Nopiyanti, V., & Wulandari, L. (2021). Formulasi dan Uji Aktivitas Perlindungan Tabir Surya
Emulgel Ekstrak Etanol Kulit Bawang Merah (Allium cepa L.) secara In Vitro dan In
Vivo. CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, 12(1), 1-9.

Prasiddha IJ, Rosalina AL, Teti E dan Jaya M.M. (2016). Potensi Senyawa Bioaktif Rambut
Jagung (Zea mays) untuk Tabir Surya Alami. Jurnal Pangan dan Agroindustri., 4(1),
40-45.

Whenny R, Rusli, dan Rijai L. (2015). Aktivitas Tabir Surya Ekstrak Daun Cempedak
(Artocarpus champeden Spreng). Jurnal Sains dan Kesehatan., 1(4), 154-158.

Shovyana HH, Zulkarnain AK. (2013). Stabilitas Fisik dan Aktivitas Krim W/O Ekstrak
Etanolik Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarphBoerl) sebagai Tabir Surya.
Traditional Medicine Journal., 18(2), 109- 117.

12

Anda mungkin juga menyukai