c. Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau
mata pelajaran. Oleh sebab itu, tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai
kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu
bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler pada
dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan.
Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan
untuk mencapai tujuan institusional.
d. Tujuan instruksional merupakan tujuan yang paling khusus dan merupakan bagian
dari tujuan kurikuler. Tujuan pembelajran dapat didefinisikan sebagai kemampuan
yang harus dimiliki anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam
bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang
memahami kondisi lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan
melakukan pembelajaran di suatu sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran
ini adalah tugas guru. Sebelum guru melakukan proses belajar mengajar, guru perlu
merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik setelah
mereka selesai mengikuti pelajaran.
Dari keempat tujuan di atas, tujuan yang mudah untuk mengukur/evaluasi bahwa
kurikulum itu berhasil adalah
3. a. Asas psikologi dijadikan asas dalam pengembangan kurikulum karena asas ini
berkenaan dengan perilaku manusia. Landasan psikologis berkaitan dengan cara
peserta didik belajar, dan faktor apa yang dapat menghambat kemauan belajar mereka
selain itu psikologis memberikan landasan berpikir tentang hakikat proses belajar
mengajar dan tingkat-ingkat perkembanganpeserta didik. Kurikulum pada dasarnya
disusun agar peserta didik dapat tumbuh dan berkembang dengan baik ini berarti
bahwa kurikulum dan pengajaran yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan
peserta didik sebagai peserta utama dlm proses belajar mengajar akan lebih
meningkatkankeberhasilan kurikulum, daripada kurikulum yang mengabaikan faktor
psiklogis peserta didik
b. Stimulus dan Respon
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin,
2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja
yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan
respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Sebagai contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan, Jika anda
mempunyai pasangan yang “sangat suka (UCR)” dengan coklat (UCS). Disetiap
anda bertemu (CS) dengan kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk
kekasih anda, secara otonom dia akan sangat suka dengan coklat pemberian anda.
Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang, selanjutnya
cukup dengan bertemu dengan anda tanpa memberikan coklat, maka secara otonom
pasangan anda akan sangat suka (CR) dengan anda, hal ini dapat terjadi karena
pembentukan perilaku antara UCS, CS, UCR, dan CR seperti ekperimen yang telah
dilakukan oleh pavlov.
4.