Anda di halaman 1dari 5

1.

Pernyataan-pernyataan untuk mengembangkan kurikulum :


a. Pernyataan Ralph W. Tyler
1.1. What educational purposes should the school seek to attain?
 Apakah tujuan pendidikan harus mencari sekolah untuk mendapatkannya?
1.2. What educational experiences can be provided that are likely to attain these
purposes?
 Apakah pengalaman-pengalaman pendidikan dapat diharapkan yang boleh jadi
untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan?
1.3. How can these educational experiences be effectively organized?
 Bagaimana mungkin pengalaman-pengalaman pendidikan menjadi terorganisir
secara efektif?
1.4. How can we determine whether these purpose are being attained?
 Bagaimana mungkin kita menentukan apakah tujuan ini bisa dicapai?
b.

2. Beberapa tujuan dalam yang berkenaan dengan kurikulum


a. Tujuan Nasional adalah tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran
akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan, artinya setiap
lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia yang
sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Tujuan pendidikan umum
biasanya dirumuskan dalam bentuk prilaku yang ideal sesuai dengan pandagan
hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk
undang-undang.
b. Tujuan Institusional adalah rumusan tujuan pendidikan yang terdiri dari rumusan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharpkan dicapai anak setelah
menyelesaikan keseluruhan program pendidikan pada suatu sekolah tertentu.
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi
yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat
menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional
merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam
bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, seperti standar kompetensi
pendidikan dasar, menengah kejuruan, dan jenjang pendidikan tinggi.

c. Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau
mata pelajaran. Oleh sebab itu, tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai
kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu
bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler pada
dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan.
Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan
untuk mencapai tujuan institusional.
d. Tujuan instruksional merupakan tujuan yang paling khusus dan merupakan bagian
dari tujuan kurikuler. Tujuan pembelajran dapat didefinisikan sebagai kemampuan
yang harus dimiliki anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam
bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang
memahami kondisi lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan
melakukan pembelajaran di suatu sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran
ini adalah tugas guru. Sebelum guru melakukan proses belajar mengajar, guru perlu
merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik setelah
mereka selesai mengikuti pelajaran.

 Dari keempat tujuan di atas, tujuan yang mudah untuk mengukur/evaluasi bahwa
kurikulum itu berhasil adalah
3. a. Asas psikologi dijadikan asas dalam pengembangan kurikulum karena asas ini
berkenaan dengan perilaku manusia. Landasan psikologis berkaitan dengan cara
peserta didik belajar, dan faktor apa yang dapat menghambat kemauan belajar mereka
selain itu psikologis memberikan landasan berpikir tentang hakikat proses belajar
mengajar dan tingkat-ingkat perkembanganpeserta didik. Kurikulum pada dasarnya
disusun agar peserta didik dapat tumbuh dan berkembang dengan baik ini berarti
bahwa kurikulum dan pengajaran yang dilaksanakan dengan mempertimbangkan
peserta didik sebagai peserta utama dlm proses belajar mengajar akan lebih
meningkatkankeberhasilan kurikulum, daripada kurikulum yang mengabaikan faktor
psiklogis peserta didik
b. Stimulus dan Respon
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin,
2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja
yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan
respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Sebagai contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan, Jika anda
mempunyai pasangan yang “sangat suka (UCR)” dengan coklat (UCS). Disetiap
anda bertemu (CS) dengan kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk
kekasih anda, secara otonom dia akan sangat suka dengan coklat pemberian anda.
Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang,  selanjutnya
cukup dengan bertemu dengan anda tanpa memberikan coklat, maka secara otonom
pasangan anda akan sangat suka (CR) dengan anda, hal ini dapat terjadi karena
pembentukan perilaku antara UCS, CS, UCR, dan CR seperti ekperimen yang telah
dilakukan oleh pavlov.
4.

5. Yang saya ketahui tentang:


a. Pendidikan PAI terpadu adalah alternative penyelenggaraan pendidikan dengan
tujuan agar mampu menghadapi berbagai persoalan hidup di era globalisasi, serta
untuk menjadi hamba yag sholeh secara individual, sosia, serta professional, yang
menuntut peserta didik agar memiliki kematangan yang integritas dan kemampuan
pribadi yang lengkap.

b. Tujuan kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk memperdalam pengetahuan siswa


mengenai materi yang diperoleh di kelas, mengenal hubungan antar mata pelajaran
dengan keimanan dan ketaqwaan, menyalurkan bakat dan minat siswa, serta
melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Oleh karena itu, kegiatan
ekstrakurikuler harus dilaksanakan dengan berlandaskan dan mengikuti nilai-nilai
Imtaq.
c. Visi, misi dan tujuan sekolah
 Visi Sekolah
"Terwujudnya siswa yang memiliki keseimbangan antara imtaq dan iptek".
 Misi Sekolah

a) Pemantapan sistem pendidikan nasional yang menjamin terwujudnya aspek


keimanan dan ketaqwaan dalam penyelenggaraan pendidikan;
b) Proses kegiatan belajar mengajar yang dapat mewujudkan perilaku peserta
didik yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan;
c) Terwujudnya pola pikir yang tidak dikhotomis antara iptek dan imtaq.
 Tujuan Sekolah

a) Memberikan pemahaman bagi semua jajaran di lingkungan Depdiknas,


Depag, dan sekolah-sekolah, tentang pentingnya program IMTAQ untuk
kemudian menerapkan program tersebut di lingkungannya masing- masing.
b) Melaksanakan pembinaan sekolah untuk dapat meningkatkan pemahaman
dan pengamalan nilai-nilai IMTAQ dalam kehidupan sehari-hari bagi
peserta didik.
c) Pendidikan Agama (keimanan dan ketaqwaan) merupakan bagian integral
dalam Sistem Pendidikan Nasional dan tidak bersifat dikotomi dengan
pendidikan umum.
d) Ranah afektif untuk setiap mata pelajaran dapat mengandung nilai
keimanan dan ketaqwaan yang secara sadar harus diprogramkan dalam
proses belajar mengajar.
e) Nilai keimanan dan ketaqwaan merupakan core (inti) dalam Sistem
Pendidikan Nasional yang terintegrasi dalam IPTEK.
d. Lingkungan tempat siswa tinggal sangat berpengaruh terhadap tingkah laku dan
pola pikir siswa, sehingga upaya peningkatan Imtaq siswa harus ditunjang oleh
situasi yang kondusif di sekolah. Situasi yang kondusif ini harus dikembangkan
secara sadar dan sengaja melalui berbagai kiat-kiat kependidikan yang terprogram
dengan baik, antara lain melalui penerapan tata tertib sekolah yang bernuansa
Imtaq, dan pembiasaan kegiatan dan perilaku yang bernuansa Imtaq. Kebiasaan
membaca basamalah ketika akan melakukan suatu pekerjaan, membaca do'a pada
saat mulai pelajaran, mengucapkan salam kepada guru dan sesama teman, bahkan
juga menggunakan busana yang tidak mempertontonkan aurat merupakan contoh
penciptaan suasana yang kondusif di sekolah.
e. Kerjasama Waktu belajar di luar sekolah (keluarga dan masyarakat) sesungguhnya
lebih banyak dibandingkan dengan waktu belajar di sekolah. Oleh sebab itu
pengaruh luar sekolah ini cukup dominan terhadap perkembangan siswa. Dalam
upaya peningkatan keimanan dan ketaqwaan ini perlu adanya kerjasama antara
sekolah dan orangtua, dan kerjasama antara sekolah dengan orangtua siswa dan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai