Anda di halaman 1dari 22

HAK PREROGATIF ALLAH KEPADA PARA MALAIKAT

(Tafsir Pendidikan Q.S Ar-Ra’du Ayat 11)

Muhamad Rizki Ramadhan


Prodi Pascasarjana IIQ Jakarta
e-mail: rizki.ramabel@gmail.com

Abstract
Islamic education will never escape from the basic fundamentals of the Qur'an and Sunnah.
Both play an absolute role in the education process which involves education practitioners
as a whole and has no limits at all levels, ages, even positions. The role of educators is
crucial to achieving educational goals because it is in direct contact with students on a
daily basis. Services and education try to pass on the value of endeavor to students in
running their activities. Control in the inner battle between good and evil that is
Sunnatullah must if made the main basis. This study will explore the views of the previous
Muslim scientists in the book of Tafsir Ibn Katsir, Al-Maraghi, and At-Thabari which the
author relied on in writing. God as the Educator of the Universe always pays attention to
His servants as evidenced by the delegation of Malaikat at all times to safeguard people
from misconduct and always direct humans on the straight path.

Keywords: Education, Al-Qur’an, Allah, Malaikat, Life

Abstrak
Pendidikan Islam tidak akan pernah melepaskan diri dari dasar-dasar yang hakiki yaitu Al-
Qur’an dan Sunnah. Keduanya berperan mutlak dalam proses Pendidikan yang melibatkan
pelaku pendidikan secara menyeluruh dan tiada batas baik jenjang, usia, bahkan jabatan
sekalipun. Peran pendidik krusial untuk mencapai tujuan pendidikan karena bersentuhan
langsung dengan peserta didik pada kesehariannya. Pelayanan dan pendidikan berusaha
menularkan nilai ikhsan kepada peserta didik dalam menjalakan aktivitasnya. Kontrol
dalam peperangan batin antara kebaikan dan keburukan yang bersifat Sunnatullah harus
jika jadikan dasar utama. Kajian ini akan mengupas pandangan para mufassir terdahulu
dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, Al-Maraghi, dan At-Thabari yang penulis jadikan sandaran
dalam penulisan. Allah sebagai Pendidik Semesta Alam selalu memperhatikan hamba-Nya
terbukti pendelegasian para malaikat setiap waktu untuk menjaga manusia dari perbuatan
tercela dan selalu mengarahkan manusia pada jalan yang lurus.

Kata Kunci: Pendidikan, Al-Qur’an, Allah, Malaikat, Kehidupan

1
HAK PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT |2

PENDAHULUAN
Pendidikan seyogyanya menciptakan suasana yang nyaman, aman, dan
damai bagi para pelaku di dalamnya tanpa terkecuali. Pencapaian kualitas ideal
dalam pendidikan tidak dapat diukur hanya sekedar penilaian formatif tapi harus
juga melalui pendekatan normatif yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Hal ini kemudian akan menghadirkan pemahaman mendalam terkait hakikat
pendidikan guna menghidupkan nilai ketauhidan bagi para pelakunya. Namun jika
tidak dipahami dengan tepat, maka hal ini kemudian akan memunculkan masalah
dan problematika dalam dunia pendidikan.

Kesenjangan yang hadir ke permukaan dunia pendidikan senantiasa dititik-


beratkan kepada pendidik dan peserta didik sebagai pelaku utama. Tidak kemudian
dilibatkan orang tua hingga lingkungan sebagai subjek itu sendiri yang pada kajian
ontologi nya berkedudukan sejajar yaitu manusia sebagai hamba Allah.1 Hingga
harus disadari bahwa pendidikan adalah usaha menyeluruh untuk mencapai tujuan
yang hakiki yaitu kebahagiaan dan dunia dan akhirat. Kebahagiaan yang akan
membawa kita menjadi hamba Allah yang senantiasa bersyukur.

Pencapaian sebuah tujuan tentu tidak terlepas dari proses yang dihadapi.
Perjalanan panjang atas kehidupan jika tidak dapat dimaknai secara hakikat maka
hanya mengantarkan manusia ke jalan yang penuh dengan kehampaan dan ke sia-
siaan karena ketidak tepatan dalam berpijak.2 Ini akhirnya diperlukan effort yang
sungguh-sungguh dari pemangku kepentingan secara menyeluruh untuk dapat
menghadirkan nili-nilai yang akan bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Usaha dan upaya yang kemudian membutuhkan kerjasama akan mendapat
hambatan jika metode dan pendekatan yang digunakan bertentangan dengan dasar
ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.

1
Mahfud, “Mengenal Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi dalam Pendidikan Islam”,
dalam Cendikia: Jurnal Studi Keislaman, Vol. 4 No. 1 Juni 2018, h. 87
2
Humam Mustajib, “Filsafat Pendidikan Hasan Langgulung”, dalam El-Tarbawi, Vol. 9 No.
2 Januari 2016, h. 91

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


3 |H A K PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT

Berangkat dari pernyataan di atas secara makna memberikan kita isyarat dan
pencerahan bahwa kita tidak boleh berlari serta menjauhi disiplin ilmu Tafsir Al-
Qur’an mengenai pemahaman di dalamnya, secara khusus terkait dengan Tafsir
ayat-ayat pendidikan. Berhubungan dengan hal tersebut, maka dalam literatur ini
akan dihadirkan tafsir ayat-ayat pendidikan mengenai hubungan Allah dan pelaku
pendidikan secara menyeluruh baik itu pendidik, peserta didik, dan keluarga.

METODE
Dalam tulisan ini penulis menggunakan penelitian kualitatif dalam kategori
kepustakaan (library research) yang pokok kajiannya dihasilkan dari sumber yang
sudah ada yaitu kitab tafsir para mufassir terdahulu. Adapun sumber data yang
digunakan adalah buku, karya ilmiah, dan penelitian terdahulu yang telah dilakukan
oleh tokoh pemikir sebelumnya.3 Sumber data sekunder ini diperoleh dari tangan
kedua yang pada kondisinya tidak terbatas ruang dan waktu.4 Sumber data tersebut
kemudian peneliti analisis berdasarkan pengumpulan data pustaka serta diolah
untuk sajikan dalam bentuk pengetahuan baru yang disebut juga hasil temuan.
Analisis deskriptif komparatif dijadikan sebagai pendekatan yang dilakukan
dalam penulisan ini yang bertujuan untuk membuat konsep dasar baru.5 Teori
substantif ini menjelaskan temuan secara deskriptif yang memiliki relevansi dengan
realita dalam lingkup pendidikan Islam sebagai objek penulisan. Nantinya
penafsiran hasil temuan bertujuan untuk memperkuat ataupun memperjelas teori
yang sudah ada.6 Penulisan ini berusaha meng-construct teori lama dengan temuan
penelitian hingga akhirnya memberikan pandangan baru terkait nilai pendidikan
yang ada dalam Q.S Ar-Ra’du ayat 11.

3
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2017), Cet. ke-36, h. 159
4
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Pustaka Obor, 2014), h. 4-5
5
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 269
6
J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakter, dan Keunggulannya, (Jakarta:
Grasindo, 2010), h. 127

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


HAK PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT |4

HASIL DAN PEMBAHASAN


Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dalam penulisan, akan
penulis jabarkan secara umum terlebih dahulu temuan baru yang didapatkan. Garis
besarnya mendeskripsikan bahwa Allah memberikan tugas yang mulia dan khusus
kepada para malaikat untuk menjaga manusia setiap saat. Pernyataan ini sesuai
dengan penjelasan yang ada dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, Al-Maraghi, Ath-
Thabari, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, dan kitab lainnya yang sudah penulis cantumkan
dalam referensi penelitian ini. Penafsiran dalam kitab tersebut peneliti sandingkan
dengan nilai-nilai pendidikan yang ada pada realitas pendidikan Islam.

A. Hasil
Tabel 1 Penjagaan Malaikat Allah Terhadap Manusia

No Tafsir Ibnu Katsir Tafsir Al-Maraghi Tafsir Ath-Thabari


1 8 Malaikat 8 Malaikat 20 Malaikat
2 4 pagi dan 4 sore hari 4 pagi dan 4 sore hari 10 pagi dan 10 sore hari
3 2 mencatat 2 mencatat 2 mencatat
4 2 menjaga 2 menjaga 2 menjaga
5 2 di bibir
6 2 di mata
7 1 di ubun-ubun
8 1 dalam rongga mulut

Tabel 2 Nilai Pendidikan dan Komponen Pendidikan


No Nilai-Nilai Pendidikan Komponen dalam Pendidikan
1 Tauhid Uluhiyyah Pendidikan Karakter
2 Tauhid Rububiyyah Prinsip Pendidikan
3 Kerja Keras Tujuan Pendidikan
4 Takdir dan Doa Proses Pendidikan
5 Manusia dan Kewajibannya Metode Belajar

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


5 |H A K PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT

Tabel 1 menunjukkan tugas para malaikat dalam menjaga manusia yang


penulis simpulkan secara garis besarnya karena ketiga kitab di atas memiliki kajian
mendalam terhadap peran malaikat pada Q.S Ar-Ra’du ayat 11. Adapun tabel 2
merupakan hasil pengolahan data peneliti berdasarkan analisa mendalam terkait
dengan nilai-nilai pendidikan dan komponen pendidikan pada Q.S Ar-Ra’du ayat
11. Secara umum, perbuatan dan tingkah laku hamba menjadi target malaikat dalam
menjalankan tugas mulia dari Allah SWT yang mengharuskan setiap langkah kita
berdasarkan atas ibadah kepada Allah. Hal ini dimaksudkan agar keridhoan dan
Rahmat Allah sampai kepada kita. Perkara hati manusia diluar kekuasaan dan
tanggung jawab malaikat karena hanya Allah yang bisa menilai hati manusia.

B. Pembahasan

1. Tafsir Ayat Al-Qur’an

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,


di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah”
Manusia sebagai ciptaan Allah memiliki malaikat-malaikat penjaga
yang berjumlah delapan malaikat, malaikat-malaikat tersebut bertugas pada
siang dan malam hari berjumlah empat malaikat untuk selalu mendampingi
manusia secara bergiliran. Di depan dan di belakang masing-masing ada
malaikat penjaga manusia dari kejahatan dan kecelakaan, sedangkan yang
dua lainnya bertugas mencatat amal baik dan buruk manusia kakan dan kiri.
Dalam Hadist riwayat Imam Bukhori disebutkan bahwa empat
malaikat tersebut silih berganti untuk menjaga manusia pada waktu shubuh
dan ashar ketika manusia sedang melaksanakan ibadah sholat. Adapun
Hadist tersebut berbunyi :

‫ْح‬
ِ ‫صب‬ُّ ‫ص َلةِ ال‬ َ ‫ َو َيجْ ت َِمعُونَ فِي‬،‫ار‬ ِ ‫َيتَ َعاقَبُونَ فِي ُك ْم َم َل ِئ َكةٌ ِباللَّ ْي ِل َو َم َل ِئ َكةٌ ِبال َّن َه‬
:‫ص َع ُد ِإلَ ْي ِه الَّذِينَ َباتُوا فِي ُك ْم فَ َي ْسأَلُ ُه ْم َوه َُو أ َ ْعلَ ُم بكم‬
ْ ‫ فَ َي‬،‫ص ِر‬ ْ ‫ص َلةِ ْال َع‬ َ ‫ْف َو‬ َ ‫َكي‬
َ‫صلُّون‬
َ ُ‫ َوت ََر ْكنَا ُه ْم َو ُه ْم ي‬، َ‫صلُّون‬
َ ُ‫ أَتَ ْينَا ُه ْم َو ُه ْم ي‬: َ‫ت ََر ْكت ُ ْم ِع َبادِي؟ فَ َيقُولُون‬

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


HAK PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT |6

“Malaikat-malaikat di malam hari dan malaikat-malaikat di siang hari


silih berganti menjaga kalian, dan mereka berkumpul di waktu salat
Subuh dan salat Asar. Maka naiklah para malaikat yang menjaga kalian
di malam hari, lalu Tuhan Yang Maha Mengetahui keadaan kalian
menanyai mereka, "Dalam keadaan apakah kalian tinggalkan hamba-
hamba-Ku?” Mereka (para malaikat malam hari) menjawab, "Kami
datangi mereka sedang mereka dalam keadaan salat dan kami tinggalkan
mereka sedang mereka dalam keadaan salat”. (H.R. Bukhori)

Penjagaan yang dilakukan oleh malaikat bukan lain karena perintah


Allah SWT. Banyak pandangan terkait pernyataan tersebut, diriwayatkan
oleh Ali bin Abi Thalhah dan lain-lain, dari Ibnu Abbas dan pendapat ini
didukung para Mujahid seperti Sa’id bin Jubair, Ibrahim an-Nakha’i dan
lain-lain. Penjelasan pembahasan ini secara keseluruhan merujuk kepada
Kitab Tafsir Ibnu Katsir.7
Sayyid Qutub menjelaskan ayat ini disandingkan dengan ayat
sebelumnya tentang keadaan manusia di dunia baik secara ucapan ataupun
perbuatan. Allah memiliki pengetahuan yang amat luar biasa tentang
keadaan manusia baik di waktu siang maupun malam hari. Di ayat
sebelumnya, terdapat kata “as-saarib” yang berjalan dan diartikan juga
“adz-Dzaahib” orang yang berjalan atau yang pergi, dengan demikian kata
berjalan dan pergi adalah suatu aktivitas.
Allah begitu amat perhatian kepada makluknya yang sempurna
hingga mengurusi setiap detik pergerakannya dengan memberikan mandat
khusus kepada para malaikat secara bergiliran untuk menjaga. Namun
betapa penuh dengan teka-teki ayat ini hingga tiada kejelasan malaikat
seperti apa dan bagaimana cara mereka menjaga manusia. Ketersembunyian
inilah yang kemudian memiliki nuansa ketakutan dan kesamaran jika
diperjelas bentuk pertanyaan atas keberadaan para malaikat Allah.

7
Al-Imam Abul Fida Ismai’il Ibnu Katsir ad-Dimasyqy, Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir
Juz 13, (Bandung: Sinar Baru Al-Gesindo, 2006), h. 482

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


7 |H A K PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT

Pengetahuan Allah atas makluknya diperankan langsung oleh


malaikat-malaikat-Nya yang secara khusus diperintahkan oleh Allah untuk
menjaga dan mengawasi segala hal yang dilakukan oleh manusia. Hak
prerogatif yang Allah berikan kepada para malaikat penjaga merupakan
suatu pengetahuan luar biasa bagi manusia agar senantiasa memberikan
filter atas apa yang dilakukan dan diucapkan. Begitu kira nya apa yang
dituliskan dalam kitab Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.8
Imam Zamakhsyari dalam kitabnya9 memberikan penjelasan dalam
ayat ini tidaklah terlalu mendalam seperti Mufassir lainnya, akan tetapi ada
kemiripan secara redaksi dengan Tafsir Fi Zilalil Qur’an nya Sayyid Qutub
yang mana tidak memberikan penjelasan terpisah antara ayat 10 dan 11.
Kedua ayat ini memiliki keterkaitan karena berbicara tentang keadaan
manusia, lahu pada ayat 11 dijelaskan dalam kitab ini kembali kepada
mustahifun dan as-Saarib yang memiliki makna orang yang bersembunyi
dan orang yang berjalan.
Mustahifun bil-laili berarti orang yang bersembunyi di malam hari
secara tersirat adalah pergerakan manusia yang tidak diketahui oleh manusia
lainnya akan tetapi Allah mengetahui dan malaikat memiliki catatan
tersebut. Adapun Saaribun bi-an-nahar berarti yang berjalan di siang hari,
penulis memaknai kata ini dengan aktivitas ciptaan Allah dalam hal ini
manusia pada suatu hari sebelum matahari terbenam. Meskipun tidak ada
penjelasan tentang hal tersebut dalam kitab ini, namun kata an-nahaar
dianalisa sebagai hari yang terang-benderang yaitu dari pagi hingga sore
hari dimana segala aktivitas manusia berlangsung.
Pembahasan mendalam tentang malaikat pada ayat ini dijelaskan
oleh Syekh Ahmad Mustofa Al-Maraghi.10 Bagi setiap manusia ada
malaikat-malaikat yang silih berganti pada malam dan siang hari untuk
menjaga manusia dalam setiap keadaan. Pergantian malaikat tersebut untuk

8
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid VIII, (Jakarta: Gema Insani, 2010), h. 38
9
Az Zamakhsyari, al-Kasyaf an Haqaiq Gawamid at Tanzil wa Uyun al Aqawil fi Wujuh
at Ta’wil Juz III, (Beirut: Dar El Hadist, 2008), h. 336
10
Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir al-Maraghi Juz XIII, (Beirut, tt, 1365), h. 77

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


HAK PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT |8

menjaga perbuatan-perbuatan manusia yang baik dan buruk, ada dua


malaikat di kanan untuk mencatat kebaikan manusia dan di kiri untuk
mencatat perbuatan buruk manusia. Adapun dua malaikat lainnya terfokus
atas penjagaan terhadap manusia di bagian depan dan belakang, menjaga
setiap langkah manusia itu sendiri.
Dengan demikian, berarti pada setiap manusia memiliki empat
malaikat di siang hari dan empat malaikat di malam hari, dua malaikat
bertugas mencatat amal perbuatan manusia dan dua lainnya bertugas
menjaga keadaan makhluk Allah yaitu manusia. Dalam Hadist Shohih pun
dijelaskan bahwa ada malaikat-malaikat yang silih berganti menjaga
manusia pada malam dan siang hari, mereka berkumpul pada waktu sholat
shubuh dan sholat Ashar.
Diceritakan malaikat penjaga malam naik ke langit untuk
menghadap Allah dalam pergantian tugas di waktu shubuh dan Allah
bertanya kepada malaikat tersebut walaupun Allah lah yang Maha
Mengetahui. Terjadi diskusi antara Allah dan malaikat, bagaimana kalian
meninggalkan hamba-hamba-Ku? Dan malaikat menjawab kami datang
kepada mereka disaat manusia sedang sholat, dan kami pun meninggalkan
mereka disaat mereka sedang sholat. Disini dapat kita ambil kesimpulan
bahwa para malaikat datang untuk mejaga manusia disaat kita sedang
melaksanakan sholat.
Dalam penjelasannya, kitab ini pun menerangkan terkait gambaran
psikologis manusia andaikan secara zhohir mengetahui pergerakan
malaikat. Dijelaskan bahwa manusia akan senantiasa waspada untuk
melakukakan kemaksiatan dikarenakan ketakutan yang luar biasa atas
kehadiran para malaikat yang mulia. Manusia juga akan selalu merasa malu
dan berusaha untuk mencegah dari perbuatan-perbuatan yang keliru sama
hal nya ketika manusia merasa malu dihadapan manusia lainnya.
Menarik dibahas dan diketahui untuk kita, bahwa tugas malaikat
yang begitu detail atas penjagaan dan pencatatan amal perbuatan manusia
dianggap tidak masuk akal karena bagaimana mungkin setiap manusia

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


9 |H A K PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT

memiliki lebih dari dua malaikat. Namun sesungguhnya pertanyaan tersebut


dapat terpecahkan secara akal sehat dan logika manusia pada umumnya,
terlebih perkembangan zaman yang sudah maju dari berbagai sisi dan dapat
kita kaitkan dan sinergikan dengan kegiatan para malaikat di atas.
Dalam perkembangan teknologi modern segala hal bisa diukur dan
dihitung menggunakan perangkat dan alat-alat yang modern, ilmu
pengetahuan yang terus berkembang dan semakin maju menjadi alasan
kemungkinan tersebut. Semua kemungkinan dalam realita kehidupan terkait
perhitungan dan pengukurannya, dibahas pula tentang air dan listrik
diperkotaan terlebih kota maju. Air sebagai sumber kehidupan pokok setiap
manusia dan listrik yang berfungsi sebagai penerangan jalan dan tempat
tinggal pun dapat dihitung dan diukur pemakaiannya.
Imam Abu Jafar dalam kitabnya11 menjelaskan bahwa pada setiap
hamba memilki malaikat-malaikat yang silih berganti di waktu-waktu
tertentu. Tidak banyak berbeda dengan kitab Tafsir lainnya bahwa waktu
yang dimaksud adalah malam dan siang hari, dimana malaikat penjaga
malam akan naik ke langit untuk menghadap Allah dan digantikan posisi
malaikat tersebut oleh malaikat penjaga siang begitupun sebaliknya.
Tugas malaikat di atas pun sama hal nya dengan apa yang penulis
sampaikan dalam makalah ini berdasarkan beberapa kitab tafsir yaitu untuk
menjaga dan mencatat amal perbuatan manusia. Namun kita ketahui
bersama bahwa Tafsir Ath-Thobari lebih banyak menyandarkan tulisannya
pada hadist-hadist Nabi, dan salah satu hadist yang penting untuk dibahas
pada makalah ini yaitu tentang bagaimana malaikat melakukan pencatatan
amal buruk manusia atas beberapa pertimbangan dan penuh toleransi.
Saat Utsman bin Affan bertanya kepada Rasulullah tentang jumlah
malaikat yang ada pada setiap diri manusia. Rasulullah menjawab bahwa
ada malaikat di sisi kanan untuk melakukan hal-hal yang baik dan malaikat
tersebut menjaga manusia atas malaikat yang berada di sisi kiri. Ketika kita

11
Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi Al-Qur’an
(Beirut: Dar al-Fikr, 1995), h. 369

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


HAK PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT | 10

melakukan satu kebaikan maka sesungguhnya malaikat kanan mencatat nya


dengan 10 kali kebaikan, dan ketika melakukan suatu keburukan atau suatu
kemaksiatan makanya ada hal yang menjadi pertimbangan malaikat kiri
untuk mencatat keburukan tersebut.
Malaikat memiliki penilaian khusus atas kemaksiatan dan keburukan
yang dilakukan manusia berbeda dengan satu kebaikan yang memiliki bobot
nilai 10 kebaikan. Penilaian khusus tersebut yaitu malaikat bernegosiasi
untuk pencatatan kesalahan manusia hingga tiga kali kesalahan barulah
malaikat mencatat keburukan tersebut. Bukti kasih Allah lewat perantara
malaikat inilah yang kemudian harus kita sadari bersama betapa Allah
menunujukkan sifat Maha Kasih dan Maha Pengampun kepada hamba-Nya.
Kitab Ath-Thobari menceritakan pada suatu ketika datang kepada
Ali bin Abi Thalib seseorang dari Kabilah Murad. Maksud dan tujuan
pemuda tersebut adalah memperingatkan Ali agar berhati-hati karena akan
ada yang berniat membunuh Ali dari Kabilah Murad. Namun Ali dengan
tenang menjawab bahwa setiap manusia memiliki dua malaikat yang
menjaga daripada takdir masing-masing hamba.

“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum


sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-
kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Ibrahim An-Nakha’i pada ayat sebelumnya berbicara tentang
malaikat dan pada ayat ini berbicara terkait takdir suatu kaum pada zaman
dahulu. Di riwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa “Allah mewahyukan
kepada salah seorang Nabi dari Bani Israil; “Hendaklah kamu katakan
kepada kaummu bahwa warga desa dan anggota keluarga yang taat kepada

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


11 | H A K PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT

Allah kemudian bermaksiat dan durhaka kepada Allah, pasti Allah merubah
dari mereka apa yang disenangi menjadi sesuatu yang mereka benci.”12
Masih memiliki kaitan dengan ayat sebelumnya yang membicarakan
tugas mulia para malaikat. Tidak sebatas penjagaan dan pencatatan semata,
adapun tindak lanjut dari pengawasan malaikat ini langsung ditangani oleh
Allah SWT. Segala upaya manusia untuk merubah keadaan dan kondisi
mereka di aminkan oleh Allah dengan merubah keadaan hamba-Nya.
Keadaan dan kondisi manusia yang dimaksudkan disini yaitu
berkaitan dengan kenikmatan, bencana, kemuliaan, kerendahan, kedudukan,
atau kehinaan suatu hamba13. Hal yang paling penting disini adalah sejauh
mana manusia dapat mengolah perasaan, perbuatan, dan kenyataan hidup
mereka agar senantiasa dalam kebenaran dan jauh dari kezhaliman. Hukum
sebab-akibat bermain disini, yang mengakibatkan manusia berada dalam
posisi kurang baik adalah sebab-sebab yang telah dilakukan manusia itu
sendiri. Adapun ketentuan Allah ini mutlak atas kehendak Allah tidak bisa
diduga oleh manusia itu sendiri.
Konsekuensi manusia sebagai ciptaan Allah sudahlah amat jelas
yaitu beribadah dan melakukan amar ma’ruf . Segala yang kita lakukan jika
kita sandarkan kepada Allah maka segala sesuatunya akan mudah, tentunya
diiringi dengan usaha dan kerja keras kita sebagai makhluk ekonomi sosial.
Allah memberikan keleluasaan kepada kita untuk melakukan hal apapun
sesuai kehendak kita selama masih berada dalam koridor Allah
Dalam tafsir Al-Thobari dijelaskan bahwa yang dimaksud pada ayat
ini adalah keadaan manusia dalam hal kesehatan dan nikmat 14. Dapat
dikatakan bahwa segala nikmat dan sehat yang kita alami sesungguhnya
adalah usaha dan kemampuan kita untuk menjaga takdir yang telah Allah
tentukan kepada kita, adapun sebaliknya jika kita mendzalimi atas takdir
Allah maka kita mendapatkan konsekuensi atas apa yang kita perbuat.

12
Ibnu Katsir ad-Dimasyqy, Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir Juz 13, h. 484
13
Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid VIII, h. 38
14
Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi Al-Qur’an, h. 383

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


HAK PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT | 12

2. Nilai-nilai Pendidikan
a. Tauhid Uluhiyyah-Nilai Ketaatan kepada Allah
Kasih Allah kepada kita sebagai hamba dapat dianalisa dengan
sangat mudahnya. Alat indera sudah paling sempurna, Allah berikan
akal untuk kita berpikir, rasa sudah Allah sisipkan dalam diri kita untuk
merasakan kenikmatan luar biasa. Pertanyaan mendasar bagi manusia
adalah pengulangan ayat sebanyak 31 kali dalam surah Ar-Rahman.

Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan? pertanyaan


ini seringkali dibahas dalam berbagai kajian bertemakan rasa syukur
atas nikmat yang Allah berikan. Salah satu cara kita mensyukuri nikmat
yang Allah berikan adalah mendekatkan diri kepada Allah bertujuan
berkeyakinan kuat atas kehadiran-Nya di kehidupan manusia15.

b. Tauhid Rububiyyah-Malaikat Penjaga


Allah adalah pemilik alam semesta ini, segala penciptaan yang
ada merupakan kuasa-Nya, baik penciptaan yang berwujud ataupun
tidak. Ciptaan Allah yang paling istimewa adalah manusia karena
memiliki kesempurnaan yang tidak dimiliki makhluk lainya. Berangkat
dari keistimewaan itulah, cara Allah memperlakukan manusia berbeda
dalam memberikan kenyamanan dan ketenangan hamba-Nya.
Allah sudah mengetahui bahwa manusia akan memilki penyakit-
penyakit yang teridentifikasi karena kecintaan terhadap dunia. Karena
sebab itulah para malaikat pendamping menjaga manusia dari tipu daya
syahwat dan kesenangan duniawi16. Malaikat memainkan peran utama
disini, segala sesuatu yang terjadi pada manusia tidak sedetikpun yang
luput dari pengetahuan malaikat-malaikat Allah.

15
Muhammad Ahsin Sakho, Keberkahan Al-Qur’an:Memahami Tema-Tema Penting
Kehidupan dalam Terang Kitab Suci, (Jakarta: Qaf Media Kreativa, 2017), h. 84
16
Abdul Hadi Hasan, Agar dicintai Allah-Fii Zhilalil Mahabbah, (Jakarta: Robbani Press,
2003), h. 14

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


13 | H A K PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT

Jelas bahwa diturunkan nya para malaikat bagi manusia sebagai


fasilitas yang tidak didapatkan oleh makluk lainnya. Berbeda tugas
dengan 10 malaikat yang kita ketahui pada umumnya, diciptakannya
malaikat pendamping ini secara khusus untuk menjaga manusia dan
mencatat segala perbuatan baik dan buruk secara terperinci.

c. Pendidikan Karakter-Ikhsan
Pembinaan manusia dalam kehidupan ini secara keseluruhan
telah di atur oleh Al-Qur’an. Pendidikan karakter yang di galakkan
akhir-akhir ini oleh pemerintah ternyata sudah terlebih dahulu bahkan
Allah sudah memberikan banyak isyarat tentang pentingnya karakter
baik segi spiritual, mental, dan akhlak. Karakter seseorang tidak menjadi
baik jika tidak dilandasi dengan nilai spiritual yang tinggi, sentuhan
spiritual begitu memiliki makna hebat untuk pembinaan manusia.
Pendekatan Allah untuk melakukan pembinaan kepada hamba-
Nya sangatlah sempurna dan salah satunya dibuktikan dengan turunnya
ayat ini yang menjadikan malaikat sebagai media yang menjembatani
terwujudnya manusia yang berkarakter dengan ibadah. Segala yang
dilakukan oleh malaikat hakikatnya untuk mengontrol dan mengawasi
yang secara kasat mata keberadaannya tidak bisa dijangkau. Hanya
manusia yang memiliki keyakinan dan penghambaan kepada Allah lah
yang dapat merasakan kehadiran dan kontrol Allah melalui malaikat.
Menarik bagi penulis untuk mengkaitkannya dengan nilai Ikhsan.
Ikhsan berasal dari kata bahasa Arab َ‫حسُن‬
َ yang berarti berbuat baik,
ْ ‫س‬
bentuk mashdarnya yaitu ‫ان‬ َ ْ‫ اِح‬yang berarti kebaikan. Ihsan dalam arti
khusus disamakan dengan akhlak, yaitu tingkah laku dan budi pekerti
yang baik.17 Pendapat lain mengemukakan ihsan dengan muraqabah
yang berarti merasa diawasi; penghambaan dan ibadah kita kepada
Allah seakan-akan dilihat dan diperhatikan.18

17
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 37
18
Abdul Hadi, Agar dicintai Allah-Fii Zhilalil Mahabbah, h. 188

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


HAK PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT | 14

Ihsan adalah melaksanakan ibadah sesuai apa yang diperintahkan


Allah, antara lain khusyuk, runduk, ikhlas, dan menghadirkan kalbu.
Yang juga tercakup di dalam ihsan adalah menghadirkan keagungan dan
kebesaran Allah, merasa dilihat Allah, baik ketika diam maupun
bergerak, seperti yang diisyaratkatkan Nabi dalam hadistnya yaitu:
َ‫هللا َكأَنَّكَ تَ َراهُ فَ ِإ ْن لَ ْم تَك ُْن تَ َراهُ فَ ِإنَّهُ يَ َراك‬
َ ‫أَ ْن تَ ْعبُ َد‬
“Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya,
dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)19
Pandangan lain menjelaskan ihsan adalah perbuatan baik
yang nampak pada sikap jiwa dan perilaku yang berlandaskan
aqidah dan syariat.20 Keikhsanan seseorang tidak dapat dinilai
orang lain melalui tingkah lakunya saja. Akan tetapi ikhsan juga
memerujuk kepada kesadaran dalam diri untuk berbuat kebaikan
karena dorongan niat serta kuatnya keimanan kepada Allah SWT.

d. Metode Diskusi dan Problem Solving


Sebuah kegiatan pembelajaran akan berjalan efektif dan
maksimal jika dilalui dengan metode yang tepat. Lazim hal ini
dilakukan oleh pelaku pendidikan khususnya guru yang seringkali
memilih metode tertentu demi tercapainya tujuan sebuah pembelajaran
yang nantinya mempermudah dalam pengelolaan kelas pada kegiatan
tersebut. Metode yang digunakanpun variatif, menyesuaikan materi
yang akan disampaikan kepada peserta didik.
Kaitannya dengan tafsir ayat ini, Allah menunjukkan kuasanya
dengan menghadirkan malaikat pendamping dengan perencanaan yang
sempurna, mengajarkan manusia untuk berdiskusi dan memecahkan
suatu masalah yang sudah terlebih dahulu bahkan hingga sekarang
dilakukan oleh malaikat tersebut.

19
Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun
Ihsan Secara Terpadu, h. 123
20
Zakiah Daradjat, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), h. 256

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


15 | H A K PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT

Dalam kitab Tafsir karya Imam Ath-Thobari, ketika manusia


melakukan suatu keburukan dan malaikat sisi kanan kiri sebagai
petugas untuk mencatat baik-buruk manusia berdiskusi untuk mencatat
keburukan tersebut, “tulislah!” malaikat kiri berbicara kepada malaikat
sisi kanan dan di jawab “tidak, nantinya ia akan bertaubat dan meminta
ampunan kepada Allah” diskusi tersebut berlangsung tiga kali hingga
akhirnya malaikat kanan berkata kepada malaikat kiri “ya, tulislah! 21
Kisah di atas merupakan salah satu metode yang dilakukan oleh
malaikat untuk mengetahui kualitas hambanya, diskusi ini berlangsung
selama tiga kali dalam usaha memecahkan masalah yang ada yaitu
bagaimana seorang hamba memiliki kesempatan untuk memperbaiki
diri dari kesalahan yang telah diperbuat.

e. Proses Pembelajaran (Media, Waktu, Pelaku, Evaluasi, dan Penilaian)


Proses secara spontanitas akan mengarah kepada suatu kegiatan
yang memiliki tujuan. Misalnya, bagaimana proses penciptaan manusia?
jawabannya adalah fase perkembangan yang penciptaannya berasal dari
air mani, pada kaum pria bersumber dari bahan makanan yang berada di
tanah. Sebagaimana telah Allah informasikan kepada kita dalam Q.S Al-
Mu’minun ayat 12-14 dan Q.S Al-Haj ayat 5, adapun tujuan penciptaan
manusia adalah beribadah dan berkewajiban mematuhi aturan Allah22.
Pergantian siang-malam, bulan–matahari, hingga mesranya langit
-bumi merupakan zonasi waktu dan fenomena yang Allah jadikan media
bagi manusia untuk berpikir atas Kuasa-Nya.23 Proses pengawasan dan
penjagaan yang dilakukan para malaikat bergiliran di waktu siang dan
malam hari, sebagaimana ayat sebelumnya dijelaskan dengan saaribun
bi an-nahaari dan mustahifun bi al-laili. Proses penghambaan kepada

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi Al-Qur’an, h. 370
21

Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi : Pesan-Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan, (Jakarta:


22

Amzah, 2015), h. 10
23
Yusuf, Tafsir Tarbawi : Pesan-Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan, h. 139

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


HAK PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT | 16

Allah pada hakikatnya tidak dibatasi oleh waktu karena datangnya gelap
dan kita terlelap masih ada kegiatan ibadah.
Fenomena ini penulis pahami sebagai proses pembelajaran
dimana Allah adalah Pendidik bagi alam semesta yang dijadikan-Nya
sebagai media bagi manusia untuk dapat belajar lebih dekat dengan
Allah menggunakan potensi jasmani dan rohani yang dimiliki manusia24
dengan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di bumi sebagai
penghormatan Allah atas manusia25.
Menarik dan membuat penulis berpikir lebih dalam tentang rotasi
yang Allah tetapkan pada malaikat penjaga. Ibnu Katsir menerangkan
perotasian malaikat terjadi pada waktu ashar dan shubuh sehingga dua
waktu tersebut pastinya memiliki keistimewaan. Jikalau memang tidak,
kenapa bukan waktu sholat magrib yang digunakan untuk berotasi
dimana waktu itulah yang menjadi pembatas antara siang dan malam.
Setelah melewati proses berpikir berdasar pada kajian literatur
Qur’an, penulis mencoba sedikit menoleh kepada Qur’an Surat Al-‘Ashr
yang memiliki arti demi masa/waktu. Allah mengajak manusia lewat
surah ini untuk memikirkan kembali apakah waktu yang telah
dihabiskan bermanfaat dan bernilai ibadah ataukah justru
menjerumuskan manusia ke dalam jurang kerugian.
Dengan jumlah ayat yang sedikit namun ternyata surat ini
memiliki makna yang sangat luas bahkan dapat menjadi tolak ukur
kesuksesan manusia. Imam Asy Syafi’i dalam tafsir Ibnu Katsir berkata
; “Seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu
akan mencukupi untuk mereka.26” Cukup jelas bahwasanya Allah
ciptakan waktu ashar ini khusus bagi manusia untuk mengevaluasi diri
mereka atas apa yang telah diperbuat untuk kemudian diperbaiki.

24
Yusuf, Tafsir Tarbawi : Pesan-Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan, h. 7
25
Sakho, Keberkahan Al-Qur’an:Memahami Tema-Tema Penting Kehidupan dalam
Terang Kitab Suci, h. 52
26
Muhammad Nur Ichwan Muslim, Tafsir Surat Al-‘Ashr: Membebaskan Diri Dari
Kerugian, dipublikasikan pada 7 April 2010 pada laman muslim.or.id, di akses pada 13 November
2019 Pukul 00.24 WIB.

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


17 | H A K PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT

Kaitannya dengan pembahasan ayat ini, malaikat melaksanakan


tugasnya secara sistematis mulai dari pengamatan objek dalam hal ini
adalah manusia, observasi data yang dikumpulkan berdasarkan catatan
perbuatan manusia. Aspek penilaian pun sangat sempurna bukan hanya
pada sikap, pengetahuan, dan keterampilan akan tetapi lebih mendetail.
Jika dikaji lebih dalam lagi tentang penilaian maka para malaikat
telah menjalankan prinsip yang dilaksanakan yaitu; 27
1) Sahih, malaikat memiliki data yang menjadi alat ukur penilaian,
2) Objektif, tidak berpihak karena berdasar amar ma’ruf nahi munkar,
3) Adil, tidak ada perbedaan bagi manusia karena memiliki status yang
sama dan pendamping yang sama,
4) Terpadu, penilaian yang dilakukan oleh para malaikat ini adalah
suatu kegiatan yang tak terpisahkan dengan kehidupan,
5) Terbuka, Allah pada akhirnya akan membuka semua tabir perbuatan
manusia semasa hidupnya pada saat yaumul hisab,
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, mencakup kehidupan manusia
secara menyeluruh dan kontinue,
7) Sistematis, perencanaan yang jelas dimulai dari penciptaaan
manusia hingga kematian dan berakhir di akhirat,
8) Akuntabel, pertanggung-jawabannya langsung menghadap Allah.

f. Tujuan Pendidikan Islam


Pendidikan dirancang untuk terwujudnnya manusia yang beriman
dan bertaqwa dengan akhlak mulia sebagai perangainya.28 Manusia
yang beriman dan bertaqwa identik dengan kualitas ibadahnya, Q.S
Adz-Dzariyat ayat 56 menyebutkan bahwa penciptaan jin manusia oleh
Allah SWT adalah untuk beribadah kepada-Nya.
Ibadah manusia digolongkan ke dalam kategori ikhtiyar
(pilihan).29 Akal pikiran manusia menjadi penentu pilihan untuk berbuat

27
PERMENDIKBUD No. 23 Tahun 2016, BAB IV, Pasal 5
28
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3.
29
Yusuf, Tafsir Tarbawi : Pesan-Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan, h. 92

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


HAK PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT | 18

atau tidak. Ruang lingkup ibadah ini sangat luas karena menyangkut
ketaatan manusia terhadap aturan Allah. Hubungannya vertikal dan
horizontal yaitu berhubungan langsung dengan Allah dalam hal ibadah,
dan aturan yang berhubungan dengan manusia terkait perbuatan.
Pendidikan dan ibadah menghasilkan pola pikir rasional dan
integral bahwa sesungguhnya sebuah pendidikan tidak bisa terlepas dari
ibadah. Pembahasan malaikat untuk mengawal perbuatan manusia sama
hal nya dengan Allah senantiasa memberikan perintah kepada kita untuk
selalu memulai segala aktivitas dengan nama Allah dan karena Allah.

g. Prinsip Pendidikan – Mengikuti Perkembangan


Ilmu adalah cahaya Allah yang disebarluaskan bagi manusia
bertaqwa dengan tidak melanggar aturan Allah dan senantiasa ikhlas
menjalankan kewajibannya. Pendidikan adalah media untuk meraih
ilmu tersebut, didapatkannya ilmu pastilah melewati proses pendidikan
dan tidak secara mudah dan instan dalam menggapainya.
Manusia harus memiliki pola pikir untuk menyesuaikan
perkembangan yang ada. Terlebih perubahaan generasi kini yang
diterangi modernisasi teknologi hingga menciptakan generasi “Z”,
potensi yang dihadirkan memanfaatkan digitalisasi untuk pemenuhan
kebutuhan. Ketika manusia enggan belajar untuk beradaptasi dengan
perubahan, maka Allah tidak mengubah hamba-Nya.

h. Kerja keras
Takdir yang Allah gariskan kepada kita di dunia terdiri atas
kemudahan dan kesulitan sebagaimana telah diterangkan dalam Q.S Al-
Insyirah ayat 5 dan 6. Ahsin Sako dalam bukunya menyatakan kata “al-
‘usr” dan “yusran” memiliki makna mendalam. Kesulitan yang ada di
dunia bersifat sementara sedangkan kemudahan bersifat tidak terbatas,30
kesuksesan di dunia pasti melewati fase kesulitan di dalam nya.

Sakho, Oase Al-Qur’an Penyejuk Kehidupan, h. 252


30

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


19 | H A K PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT

Banyak sekali nikmat yang kita rasakan hingga tidak dapat kita
deskripsikan kata demi kata, Sayyidina Ali pernah menyebutkan bahwa
nikmat dibagi menjadi 6 macam, yaitu ; Islam, Qur’an, Muhammad,
terpelihara dari ‘aib, keselamatan, dan kecukupan. Adapun hal yang bisa
disetarakan dengan kenikmatan dunia yaitu; makanan lezat, anak sholeh,
istri sholehah, ucapan yang dapat dipercaya, akal, dan kesehatan.31

i. Hubungan Takdir dengan Ikhtiar dan Doa


Rukun iman yang wajib dipercayai dan diyakini oleh manusia
salah satunya adalah qada dan qadar Allah. Takdir yaitu mempercayai
dengan sepenuh hati ketetapan pada diri manusia merupakan kehendak
Allah sejak zaman azali dan tertulis dalam lauhul mahfudz. Takdir pada
pembahasan ini dibagi dua yaitu muallaq dan mubram.
Muallaq berarti ketentuan Allah yang dititik-beratkan kepada
usaha manusia. Manusia diberikan hak oleh Allah untuk menentukan
hidupnya sehingga dapat merubah keadaannya sesuai dengan apa yang
diusahakannya. Mubram merupakan takdir yang menjadi hak Allah
secara mutlak dan tidak bisa diubah serta diusahakan ketentuannya.32
Usaha manusia untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya
adalah ikhtiar. Usaha ini harus berdampingan dengan tawakkal yakni
menyerahkan segala usahanya kepada Allah. Kedua hal di atas harus
disinergikan dengan do’a karena Allah lah tempat kita meminta dan
segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini adalah kehendak Allah.33

j. Manusia dan tanggung jawabnya


Fitrah manusia yang Allah ciptakan sudah sangat sempurna dan
dalam keadaan yang baik diibaratkan dengan kertas kosong tanpa

31
Sholihin, Terjemahan Kitab: Nashaihul Ibad, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002), h. 210
32
Wahyudi, Dedi, dan Lilis Marwiyanti, Penerapan Model Pembelajaran Inside Outside
Circle dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak, dalam Jurnal MUDARRISUNA, Vol. 2 No. 2 July-
Desember 2017, h. 276
33
Nurwahidin, Memaknai Eskatologi dan Semangat Etos Kerja Islami, dalam Humanika,
Vol. 9 No. 1 Maret 2009, h. 17

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


HAK PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT | 20

setitikpun goresan tinta. Tabir dibalik penciptaan malaikat pendamping


untuk manusia adalah jawaban atas betapa perhatiannya Allah kepada
manusia untuk selalu berbuat kebajikan dan amal sholeh.
Baik dan buruk diumpamakan air hujan dan logam, air hujan
turun dari langit sesuai kadarnya, mengalir hingga bermuara di laut
ataupun melebur bersama tanah hingga menjadi sumber kehidupan bagi
makhluk-Nya. Kemudian hilang tanpa jejak, tidak dapat di identifikasi
keberadaannya. Logam yang berharga ternyata berproses untuk menjadi
istimewa, seleksi bahan ini melalui pengolahan bagian yang bagus dan
dibuang yang tidak berharga hingga berwujud lah logam tersebut.34

k. Tauhid Uluhiyyah – Isti’adzah (Perlindungan dan Pengampunan)


Penutup dalam penulisan ini berbicara tentang dampak dan akibat
perbuatan suatu kaum yang berlaku zalim terhadap Allah di dunia.
Kezaliman tersebut hadir karena kelalaian manusia untuk beribadah
kepada-Nya, padahal Allah senantiasa mengingatkan manusia untuk
selalu mentaati peritah-Nya. Rasulullah pernah berkata kepada Abu
Dzarin ra “perbaharuilah perahumu, karena lautan itu sangat dalam”.
Pernyataan ini memiliki maksud pemberian informasi kepada
manusia bahwa kehidupan dunia itu penuh dengan gelombang maksiat,
godaan, halangan, dan rintangan. Cara untuk mengahadapi hal tersebut
adalah dengan ketaqwaan kepada Allah serta konsisten dalam ibadah
agar dengan mudah nantinya kita dapat melewati halangan tersebut35.
Keburukan yang menimpa manusia seringkali direspon oleh
manusia dengan keluh kesah tanpa memikirkan sebab turunnya musibah
tersebut hingga akhirnya terlambat mengevaluasi diri. Tatkala musibah
tersebut dijadikan alat evaluasi maka sikap yang tampak pada seorang
hamba adalah kesabaran yang nantinya akan berbuah kebahagiaan.36

34
Sakho, Oase Al-Qur’an Penyejuk Kehidupan, h. 118.
35
Sholihin, Terjemahan Kitab: Nashaihul Ibad, h. 90
36
Abu Abdullah Ali al-Maghribi, Terjemahan Kitab: Ash Shahih Min Fadhail al-A’mal wal
Auqat wal Amkinah, (Jakarta:Darul Haq, 2006), h. 204

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


21 | H A K PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT

Manusia tidak luput atas dosa dan kesalahan, tetapi mencegah


dari perbuatan dosa lebih baik untuk dilakukan. Adapun dosa yang
seringkali diperbuat manusia hingga setinggi langit pun akan mendapat
ampunan dari Allah jika manusia memilih jalan tobat dan meminta
perlindungan kepada Allah.

SIMPULAN
Ayat ini secara garis besar merupakan peringatan dari Allah kepada orang-
orang musyrik dan umat muslim secara umum. Memperolok para Nabi dan Rasul
Allah merupakan hal yang mencelakakan mereka (musyrik), dan umat muslim
senantiasa berbuat kebajikan dan mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan
dengan meningkatkan nilai Iman dan Taqwa dilandasi niat beribadah kepada Allah.
Segala perbuatan dan tingkah laku hamba menjadi target malaikat dalam
menjalankan tugas dari Allah SWT. Senantiasa apa yang dikerjakan berlandaskan
atas niat ibadah kepada Allah bukan karena hal lain, dimaksudkan agar keridhoan
dan Rahmat Allah sampai kepada kita. Adapun urusan hati adalah hubungan
manusia dengan Allah dan diluar kekuasaan serta tanggung jawab malaikat.
Nilai Pendidikan yang terkandung dalam ayat ini sangatlah luas, hal yang
dinilai penting diataranya yaitu nilai ketauhidan. Bertauhid kepada Allah dengan
kesungguhan dan yakin atas Dzat Yang Maha Esa merupakan kewajiban nyata bagi
umat muslim. Memikirkan betapa Besar dan Kasihnya Allah kepada hamba-Nya
dengan segala penciptaan yang maha sempurna teruntuk manusia adalah kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan dari keyakinan kita kepada Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA
Ad-Dimasyqy, Al-Imam Abul Fida Ismai’il Ibnu Katsir, Terjemahan Tafsir Ibnu
Katsir Juz 13, Bandung: Sinar Baru Al-Gesindo, 2006.
Al-Maghribi, Abu Abdullah Ali, Terjemahan Kitab: Ash Shahih Min Fadhail al-
A’mal wal Auqat wal Amkinah, Jakarta : Darul Haq, 2006.
Al-Maraghi, Ahmad Mustofa, Tafsir al-Maraghi Juz XIII, Beirut, tt, 1365.
Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi Al-
Qur’an, Beirut : Dar al-Fikr, 1995.

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan


HAK PREROGATIF ALLAH KEPADA MALAIKAT | 22

Az Zamakhsyari, al-Kasyaf an Haqaiq Gawamid at Tanzil wa Uyun al Aqawil fi


Wujuh at Ta’wil Juz III, Beirut : Dar El Hadist, 2008.
Anshari, Endang Saifuddin, Wawasan Islam, Jakarta: Gema Insani, 2004.
Daradjat, Zakiah Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1983.
Hasan, Abdul Hadi, Agar dicintai Allah-Fii Zhilalil Mahabbah, Jakarta : Robbani
Press, 2003.
Kadar, M. Yusuf, Tafsir Tarbawi : Pesan-Pesan Al-Qur’an tentang Pendidikan,
Jakarta: Amzah, 2015.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: R. Rosdakarya, 2017.
Sakho, Muhammad Ahsin, Keberkahan Al-Qur’an: Memahami Tema Penting
Kehidupan dalam Terang Kitab Suci, Jakarta : Qaf Media Kreativa, 2017.
Raco, J.R, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakter, dan Keunggulannya,
Jakarta: Grasindo, 2010.
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid VIII, Jakarta : Gema Insani, 2010.
Sholihin, Terjemahan Kitab Nashaihul Ibad, Jakarta : Pustaka Amani, 2002.
Sumaith, Habib Zain Ibrahim, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun
Ihsan Secara Terpadu, Bandung: Al-Bayan, 1998.
Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Pustaka Obor, 2014.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Pendidikan Nasional.
Muslim, Muhammad Nur Ichwan, “Tafsir Surat Al-‘Ashr: Membebaskan Diri Dari
Kerugian”, muslim.or.id. 2010. https://muslim.or.id/2535-tafsir-surat-al-
ashr-membebaskan-diri-dari-kerugian.html, [13 November 2019].
Nurwahidin, “Memaknai Eskatologi dan Semangat Etos Kerja Islami”, Humanika,
9 (1) Maret 2009:17.
Wahyudi, dkk, “Penerapan Model Pembelajaran Inside Outside Circle dalam Mata
Pelajaran Akidah Akhlak”, Mudarrisuna, 2 (2) July-Desember 2017: 276.
Sugiyarto, Untung “Asbabun Nuzul Surah Ar-Ra’d”, Alqur’an Mulia. 2013.
https://alquranmulia.wordpress.com/2013/ 01/25/ asbabun-nuzul-surah-ar-
rad/, [25 November 2019].

Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai