Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmatnya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sholawat serta salam saya curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta
kelauargnya.
Sadar akan kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki, kami mohon maaf
jika ada penulisan yang kurang berkenan dihati para pembaca yang membaca isi dari
makalah kami ini. Saran dan kritik sangat kami harapkan untuk meningkatkan bobot
dari makalah ini agar isi dari makalah ini dapat bernilai lebih baik lagi dan
bermanfaat buat kita semuanya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Belitang, Mei 2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................

ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................
C. Tujuan ........................................................................................

BAB II

1
1
1

PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.

Surat Al Qadr..............................................................................
Surat Al-Alaq.............................................................................
Surat At Tin ...............................................................................
Surat Al Insyiroh........................................................................
Surat Ad Dhuha..........................................................................

2
4
9
13
19

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA

............................................26

24

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam memahami kandungan ayat-ayat Al- Quran diperlukan pengetahuan
tentang latar belakang turunya ayat-ayat Al Quran, atau yang sering disebut dengan
asbabun nuzul . Asbabun nuzul adalah sebab-sebab turunnya suatu ayat, Asbabun
nuzul dapat membantu kita untuk lebih memahami makna dan kandungan ayat
tersebut, serta akan terlepas dari keraguan- keraguan dalam menafsirkannya. Pada
surat Al Qodar, Al Maun, Al kafirun, Al fil, dan surat Al ashr juga terdapat asbabun
nuzul yang mendasari turunnya ayat-ayat tersebut. Selain itu juga terdapat kandungan
isi dari surat- surat tersebut. Dalam makalah ini penulis juga akan memaparkan hadist
tentang hormat kepada orang tua.
B. Rumusan Masalah
a. Apa isi kandungan surat Al Qadr?
b. Apa isi kandungan surat Al Alaq?
c. Apa isi kandungan surat At Tinr?
d. Apa isi kandungan surat Al Insyiroh?
e. Apa isi kandungan surat Ad Dhua?
C. Tujuan
a.
b.
c.
d.

Untuk memaparkan isi kandungan surat Al Qadr.


Untuk memaparkan isi kandungan surat Al Alaq
Untuk memaparkan isi kandungan surat At Tinr
Untuk memaparkan isi kandungan surat Al Insyiroh

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Surat Al Qadr
Surah Al-Qadr (bahasa Arab: ) adalah surah ke-97 dalam Al-Qur'an yang
terdiri atas 5 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah. Surah ini diturunkan
setelah surah 'Abasa dan dinamai Al-Qadr (Kemuliaan) yang diambil dari kata AlQadr yang terdapat pada ayat pertama surah ini.1[1]

a.

Lafadz dan Terjemah


Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

1.

Sesungguhnya

Kami

telah

menurunkannya

(Al

Quran)

pada

malam

kemuliaan[1593].
2. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?
3. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan.
5. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.
[1593] Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul
Qadr Yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu
permulaan turunnya Al Quran.
b. Asbabun Nuzul Surat Al Qadr
Asbabun Nuzul (Sebab-sebab turunnya ayat Al Quran) di atas adalah:
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah menyebutnyebut seorang Bani Israil yang berjuang fisabilillah menggunakan senjatanya selama
seribu bulan terus menerus. Kaum muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut.
Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr: 1-3) yang menegaskan bahwa satu
malam lailatul qadr lebih baik daripada perjuangan Bani Israil selama seribu bulan
itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Al Wahidi).
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di kalangan Bani Israil terdapat
seorang laki-laki yang suka beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang
memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukannya selama seribu
bulan. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr : 1-3) yang menegaskan bahwa

satu malam lailatul qadr lebih baik daripada amal seribu bulan yang dilakukan oleh
seorang laki-laki dari Bani Israil tersebut. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir).
Para sahabat kagum dan iri karena lelaki Bani Israel tersebut selama 1.000
bulan (83 tahun 4 bulan) selalu beribadah dan berjihad kepada Allah karena sejak
lahir dia sudah berada di atas agama yang lurus. Sedang para sahabat karena ajaran
Islam baru disyiarkan Nabi, banyak yang masuk Islam pada umur 40 tahun atau lebih.
Sehingga sisa waktu mereka hanya 20-30 tahun saja. Tak bisa menandingi ibadah
lelaki dari Bani Israel tersebut.
Karena itulah turun ayat di atas. Jika ummat islam beribadah pada malam
tersebut, niscaya pahalanya sama dengan pahala 1000 bulan. Karena itu perbanyaklah
shalat, dzikir, doa, membaca Al Quran, bersedekah, dan berjihad di jalan Allah pada
malam Lailatul Qadar.
b.

Kandungan Isi Surat Al Qadr


Pokok-pokok isi kandungan surat Al-Qadr antara lain:

al quran mulai diturunkan kepada Nabi Muhammad pada malam lailatul qodar
(17 Romadlon). Bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M yang disebut
dengan malam Nuzulul Quran. Wahyu pertama yang diturunkan adalah surah
al alaq ayat 1-5 sewaktu beliau di gua hira. Surah yang terahir turun adalah
surah almaidah ayat 3 saat beliau wukuf di Arafah melakukan haji Wada (9
Dzulhijjah ke 10 H)

Malam lailatul qodar lebih baik dari seribu bulan atau 83 tahun 4 bulan.
Rosulullah menghimbau umatnya agar mencarinya pada sepuluh terahir bulan
Ramadlon terutama pada malam ganjil yaitu tanggal 21,23,25,27,29
Ramadlon.

Perkataan

seribu

bulan

menurut

sebagian

ahli

hikmah

menunjukkan pada arti yang banyak, hal ini seperti dijelaskan dalam firman
Allah yang artinya: "masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu
tahun." (QS. AlBaqarah: 96)

Pada malam lailatul qadar para malaikat dan ruh Jibril turun ke bumi dengan
izin tuhannya untuk menyampaikan pondasi hidup dan mengatur urusan yang
berlaku sampai dengan tahun mendatang.

lailatul qadar merupakan malam yang penuh kesejahteraan, kebaikan dan


berkah lailatul qodar yaitu berakhir sampai terbitnya fajar sadiq sebagai tanda
datangnya subuh2[2]

B. Al-Alaq
surah Al-'Alaq (bahasa Arab:, "Segumpal Darah") adalah surah ke-96 dalam alQur'an. Surah ini terdiri atas 19 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah.
Ayat 1 sampai dengan 5 dari surah ini adalah ayat-ayat Al-Quran yang pertama
diturunkan, yaitu di waktu Nabi Muhammad bersemedi di Gua hira. Surah ini
dinamai Al 'Alaq (segumpal darah), diambil dari perkataan Alaq yang terdapat pada
ayat 2 surat ini. Surat ini dinamai juga dengan Iqra atau Al Qalam.
surah al-'Alaq ayat 1 sampai 4 yang berasal dari Mesir
Perintah membaca lingkungan alam semesta untuk menemukan siapa sebenarnya
Tuhan; tersurat dalam Surat Al alaq: manusia dijadikan dari segumpal darah; Allah
menjadikan kalam sebagai alat mengembangkan pengetahuan;Janganlah manusia
bertindak melampaui batas karena merasa dirinya serba cukup; ancaman Allah
terhadap orang-orang kafir yang menghalang-halangi kaum muslimin melaksanakan
perintah-Nya.


1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
2

[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.


5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.



6. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,

7. karena Dia melihat dirinya serba cukup.



8. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah kembali(mu).

9. bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,




10. seorang hamba ketika mengerjakan shalat[1590],

[1590] Yang dimaksud dengan orang yang hendak melarang itu ialah Abu Jahal, yang
dilarang itu ialah Rasulullah sendiri. akan tetapi usaha ini tidak berhasil karena Abu
Jahal melihat sesuatu yang menakutkannya. setelah Rasulullah selesai shalat
disampaikan orang berita itu kepada Rasulullah. kemudian Rasulullah mengatakan:
"Kalau jadilah Abu Jahal berbuat demikian pasti Dia akan dibinasakan oleh
Malaikat".


11. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran,

12. atau Dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?

13. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?

14. tidaklah Dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala
perbuatannya?


15. ketahuilah, sungguh jika Dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami
tarik ubun-ubunnya[1591],

[1591] Maksudnya: memasukkannya ke dalam neraka dengan menarik kepalanya.

16. (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.


17. Maka Biarlah Dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),


18. kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah[1592],

[1592] Malaikat Zabaniyah ialah Malaikat yang menyiksa orang-orang yang berdosa
di dalam neraka.

19. sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan
dekatkanlah (dirimu
kepada Tuhan).
Kandungan isi surat al-alaq
Ayat ke-1:
Ayat ini mengandung perintah agar mamusia memiliki keimanan, yaitu berupa
keyakinan terhadap adanya kekuasaan dan kehendak Allah, juga mengandung pesan
ontologis tentang sumber ilmu pengetahuan. Ayat-ayat Allah terdiri dari yang tertulis
(Al-Qurn), tidak tertulis (keadaan jagat raya), dan yang ada pada diri manusia. Dari
berbagai ayat tersebut jika telaah secara cermat, diobseravasi, diidentifikasi,
dikategorikan, dibandingkan, dianalisa, dan disimpulkan dapat menghasilkan ilmu
pengetahuan.[7] Membaca ayat-ayat Allah didalam Al-Qurn dapat menghasilkan
ilmu agama Islam seperti; Fiqh, Tauhid, Akhlak dsb. Membaca ayat-ayat Allah yang
ada di jagat raya dapat menghasilkan sains seperti Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi,
Geologi, Botani, dsb. Selanjutnya membaca ayat-ayat Allah yang ada pada diri
manusia dari segi fisiknya menghasilkan ilmu kedokteran, ilmu tentang raga, dan
dari segi tingkah lakunya menghasilkan ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi,
antropologi, dsb. Pemanfaatan ilmu-ilmu tersebut harus ditujukan dengan
mendekatkan diri dan terus beribadah kepada Allah SWT.
Ayat ke- 2:
Ayat kedua ini mengandung informasi tentang pentingnya memahami asal-usul
proses dan kejadian manusia dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya. Untuk
itu kesadaran manusia dapat timbul dalamn dirinya agar kelak diakhirat kita dapat
mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita selama didunia. Dalam ayat ini
juga dapat kita rumuskan tujusn pendidikan yaitu, adalah upaya membina jasmani
dan rohani manusia dengan segenap potensi yang ada pada keduanya secara
seimbang sehingga dapat melahirkan manusia yang seutuhnya. Pelajaran agama
misalnya untuk ditujukan untuk membina sikap keberagaman, pelajaran matematika
ditujukan untuk membina potensi berpikir, pelajaran sejarah ditujukan untuk
membina potensi bermasyarakat,dsb.
Ayat ke- 3:
Dalam ayat ketiga ini mengandung arti tentang mengenali, mengidentifikasi,
mengklasifikasi, membandingkan, menganalisa, menyimpulkan, membina, dan
membuktikan. Dengan demikian ayat ini erat kaitannya dengan metode pendidikan.
7

Sebagaimana halnya dijumpai pada metode Iqra dengan sifat Tuhan yang Maha
Mulia.
Ayat ke- 4 & 5:
Didalam ayat ini mengandung pengertian tentang al-qalam yaitu sesuatu yang
agak keras seperti kuku dan kayu, yang secara khusus digunakan untuk menulis.
Menurut Al-Maraghi al-qalam adalah dan alat yang keras yang tidak mengandung
unsur kehidupan, dan tidak pula mengandung unsur pemahaman. Maksudnya disini
ialah al-qalam adalah sesuatu yang bias digunakan oleh manusia untuk mengetahui
atau mengembangkan ilmu pengetahuan dengan mudah melalaui al-qalam tersebut.
Jadi al-qalam adalah alat-alat yang digunakan untuk menyimpan sesuatu, misal pada
perkembangan saat ini yaitu alat pemotret berupa kamera, alat penyimpan data berupa
komputer, alat perekam berupa recording, mikro film, video compact disc (VCD), dll.
Berupa alat yang dapat menunjang pendidikan.
Ayat ke- 6-13:
Pada ayat ini berisi tentang asal-usul kejadian manusia beserta sebagian sifat-sifatnya
yang negatif. Penjelasan ini sangat membantu dalam rangka merumsukan tujuan,
materi dan metode pendidikan. Berdasarkan kandungan pada surat ini tujuan
pendidikan Islam nya yaitu manusia harus diarahkan untuk memilki kesadaran dan
tanggung jawab sebagai makhluk yang selalu harus beribadah kepada Allah SWT dan
mempertanggungjawabkan perbuatannya di akhirat kelak. Untuk itu manusia harus
dididik dengan menggunakan kurikulum yang komprehensif, yaitu kurikulum yang
tidak hanya memuat materi pendidikan agama, tetapi harus memuat materi
pendidikan umum. Karna pendidikan agama dan pendidikan umum sama-sama
dibutuhkan oleh manusia.

Ayat ke- 14-19:


Pada pada ayat ke 14-19 ini berisi tentang kekuasaan Allah, yaitu bahwasannya
Ia Berkuasa untuk menciptakan manusia, serta memberikan nikmat dan karunia
berupa memberikan kemampuan membaca kepada Nabi Muhammad SAW, walaupun
sebelumnya Beliau belum pernah belajar membaca. Selain itu sifat Allah yang Maha
Melihat terhadap segala sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia serta Allah
berhak memberikan balasan yang setimpal sesuai dengan perbuatan manusia tersebut.
Dari uraian tersebut dapat diambil kesimpulan tentang Pendidikan yaitu merumuskan
tujuan pendidikan, yaitu agar manusia senantiasa menyadari dirinya sebagai ciptaan
Allah yang harus patuh dan tunduk pada-Nya.
Asbabunuzul Surah Al-Alaq
Surat Al-Alaq terdiri atas 19 ayat, diturunkan di Mekah (Makkiyah). Dalam surat AlAlaq ini dibicarakan tentang penciptaan manusia dari Al-Alaq (segumpal darah)
hingga nasibnya di akhirat nanti. Sehingga surat Al-Alaq ini tidak ubahnya seperti
Al-syarh wa Al-bayan (penjelasan dan keterangan). Ayat pertama sampai kelima
adalah ayat yang diturunkan pertama kali oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw,
yaitu pada waktu ia berkhulwat di gua Hira.
Asbabun nuzulnya adalah adanya problema aktual yang dihadapi ummat yang
menjadi sebab umat tersebut jatuh kedalam lubang jahiliyah, yaitu :
1)
Karena mereka menyekutukan Tuhan (syirik);

2)
Karena mereka tidak mengetahui tentag siapa dirinya dan apa tugas yang harus
dilakukan;
3)
Karena mereka membiarkan dirinya berada dalam kebodohan

C. TAFSIR SURAT AT TIIN


{ 3} { 2} { 1}

{ 5} { 4}
{8} { 7} { 6}
(1) Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.
(2) Dan demi Bukit Sinai.
(3) Dan demi kota (Mekkah) ini yang aman.
(4) Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya.
(5) Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
(6) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi
mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
(7) Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah
(adanya keterangan-keterangan) itu?
(8) Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?
Kandungan Isi Surat Ini adalah makkiyah3[1].

{1}
Artinya: Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.
2
Pada ayat pertama surat ini, Allah Subhanahu wa Taala bersumpah dengan At Tin
dan Az Zaitun. Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan At Tin dan Az
Zaitun4[2], namun tidak ada satupun pendapat mereka yang berdasar pada dalil yang
shahih, kecuali pendapat yang mengatakan bahwa At Tin adalah buah At Tin yang
3[1]Tafsir Al Quran Al Azhim (8/434)
4[2] Asy Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi di dalam tafsirnya
Adhwa Al Bayan (9/3-4)

(sudah dikenal dan) biasa dimakan, dan Az Zaitun adalah (juga) buah Az Zaitun yang
biasa diperas darinya minyak Zaitun5[3].

{2}

Artinya: Dan demi Bukit Sinai.


Pada ayat ini Allah Subhanahu wa Taala bersumpah dengan Thuur Siiniin,
yaitu sebuah bukit yang padanya Allah Subhanahu wa Taala berbicara kepada Musa
alaihissalam6[4].


{3}
Artinya: Dan demi kota (Mekkah) ini yang aman.
Berikutnya Allah bersumpah dengan Al Balad Al Amin, yaitu Makkah.7[5]
Lalu, mengapa Allah Subhanahu wa Taala bersumpah dengan hal-hal tersebut? Para
ulama tafsir menerangkan sebab-sebabnya yang diantaranya; karena kedua tumbuhan
tersebut (At Tin dan Az Zaitun) banyak mengandung manfaat, baik pada pohonnya
maupun buahnya, dan karena keduanya sangat tumbuh subur dan baik di Syam, yang
merupakan tempat diutusnya Nabi Isa alaihissalam menjadi seorang rasul.
Kemudian Allah Subhanahu wa Taala bersumpah dengan sebuah bukit, karena di
tempat itulah Allah Subhanahu wa Taala berbicara kepada Nabi Musa dan
mengutusnya menjadi seorang rasul. Adapun mengapa Allah bersumpah dengan Al
Balad Al Amin? Itu karena Mekkah adalah sebuah negeri yang aman bagi orang
memasukinya, juga karena di tempat itulah Rasulullah Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam diutus menjadi seorang rasul. dari sini, jelaslah mengapa Allah
Subhanahu wa Taala bersumpah dengan hal-hal tersebut? Itu karena ketiga tempat
tersebut adalah tempat-tempat yang disucikan yang Ia pilih, dan telah diutus padanya
rasul-rasulNya yang paling mulia8[6].

{4}

5[3] Al Jami Li Ahkam Al Quran (20/102-103)].


6[4] Al Jami Li Ahkam Al Quran (20/104), Tafsir Al Quran Al Azhim
(8/434).
7[5] Al Hafizh Ibnu Katsir berkata di dalam tafsirnya (8/434):
8[6] Tafsir Al Quran Al Azhim (8/434-435) dan Taisir Al Karim Ar Rahman
(2/1180).

10

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang


sebaik-baiknya.
Ayat berikutnya adalah jawaban dari sumpahNya terhadap hal-hal tadi, bahwa
sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala telah menciptakan manusia dalam bentuk
dan sifat yang sebaik-baiknya, dengan seluruh anggota tubuh yang seimbang,
sempurna, dan tidak kekurangan suatu apapun. Dan semuanya itu menunjukkan atas
kekuasaan Allah yang mutlak atas penciptaan dan pengembalian manusia pada hari
kebangkitan9[7].
4
Allah swt. dalam ayat ini menegaskan secara eksplisit bahwa manusia itu
diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Ar-Raghib Al-Asfahani, seorang
pakar bahasa Al Quran menyebutkan bahwa kata 'taqwiim' pada ayat ini merupakan
isarat tentang keistimewaan manusia dibanding binatang, yaitu dengan
dikaruniainya akal, pemahaman, dan bentuk fisik yang tegak dan lurus. Jadi
'ahsani taqwiim' berarti bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya. Kalau kita
cermati lebih jauh, sesungguhnya kesempurnaan manusia bukan hanya sekedar
pada bentuk fisik dan psikisnya saja, kedudukan manusia di antara makhluk Allah
lainnya pun menempati peringkat tertinggi, melebihi kedudukan malaikat, "Dan
sesungguhnya Kami telah memuliakan anak Adam (manusia) dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-makhluk
yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol." (Q.S. Al Isra 17:70) Pada
prinsipnya, malaikat adalah makhluk mulia. Namun jika manusia beriman dan taat
kepada Allah swt., ia bisa melebihi kemuliaan para malaikat. Ada beberapa
alasan yang mendukung pernyataan tersebut. Pertama, Allah swt. memerintahkan
kepada malaikat untuk bersujud (hormat) kepada Adam a.s. Saat awal penciptaan
manusia Allah berfirman, "Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para
Malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia
enggan dan takabur dan ia adalah termasuk golongan kafir." (Q.S. Al Baqarah 2:34)
Kedua, malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah tentang al asma (namanama ilmu pengetahuan), sedangkan Adam a.s. mampu karena memang diberi ilmu
oleh Allah swt., "Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para malaikat, lalu berfirman, "
Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang golongan yang
benar. Mereka menjawab, "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain
apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." Allah berfirman, "Hai Adam,
beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah
diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda
itu,
Allah
berfirman,
"Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui
rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang
kamu sembunyikan." (Q.S. Al Baqarah 2:31-32). Ketiga, kepatuhan malaikat kepada
Allah swt. karena sudah tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu;
sedangkan kepatuhan manusia pada Allah swt. melalui perjuangan yang berat
melawan hawa nafsu dan godaan setan. Keempat, manusia diberi tugas oleh Allah
menjadi khalifah di muka bumi, "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi..."
(Q.S. Al Baqarah 2:30).
9[7] Tafsir Al Quran Al Azhim (8/435),

11

Mencermati analisis di atas, bisa disimpulkan betapa Allah swt. Telah


memberikan kemuliaan yang begitu tinggi pada manusia, bukan hanya yang bersifat
fisik dan psikis, tapi juga dari segi kedudukannya. Namun, kalau manusia tidak
mampu mengemban amanah yang begitu besar, derajatnya akan turun ke tingkat
yang paling hina, bahkan bisa lebih hina dari binatang sekalipun, sebagaimana
dijelaskan dalam ayat berikutnya.

Kemudian Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

{6}
{ 5}
Artinya: Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, maka bagi
mereka pahala yang tiada putus-putusnya
5
Pada ayat pertama dari kedua ayat ini Allah Subhanahu wa Taala menerangkan
tentang keadaan kebanyakan manusia yang kufur terhadap nikmat yang telah Ia
berikan kepadanya berupa bentuk fisik yang sempurna dan baik. Maka sudah
sewajibnya seorang manusia bersyukur atas nikmat ini, namun justru kebanyakan
manusia lalai dan lupa terhadap penciptanya yang telah memberikan kenikmatankenikmatan yang tak terbilang, mereka sibuk dengan bermain-main dan hal-hal yang
melalaikan mereka. Mereka ridha dengan perkara-perkara rendah dan akhlak-akhlak
buruk yang merusak diri mereka sendiri. Akhirnya Allah pun mengembalikan mereka
ke dalam neraka yang paling bawah, tempatnya ahli maksiat yang membangkang dan
menentang perintah-perintah Allah. Kecuali orang orang yang beriman, yang telah
diberikan oleh Rabb mereka keutamaan berupa keimanan, amal yang shalih, dan
akhlak yang tinggi dan mulia. Maka bagi mereka derajat yang tinggi di sisi Allah
Subhanahu wa Taala, dan pahala dariNya yang tiada henti-hentinya terus mengalir
kepada mereka dan tanpa terputus. Bahkan mereka terus mendapatkan kelezatan
kelezatan yang terus-menerus, kebahagiaan yang tiada habis-habisnya, dan
kenikmatan kenikmatan tak terhingga yang abadi dan kekal selama-lamanya10[8].
Pada ayat berikutnya Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

{7}
Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah
(adanya keterangan-keterangan) itu?
Pada ayat ini Allah Subhanahu wa Taala bertanya dan menegaskan kembali
kepada manusia yang telah diciptakan dalam sebaik-baik bentuk, sempurna dan utuh
tanpa kekurangan suatu apapun, namun di antara manusia masih ada yang kufur
terhadap nikmat nikmat Rabbnya dan ingkar terhadap hari pembalasan,Apa yang
membuatmu dan menyebabkanmu wahai anak Adam mendustakan dan mengingkari
hari pembalasan terhadap seluruh amal perbuatan, padahal kamu telah mengetahui
10[8] Taisir Al Karim Ar Rahman (2/1181).

12

kekuasaan Rabbmu yang mampu menciptakanmu dengan baik dan sempurna?


Bukankah Ia yang telah menciptakanmu jauh lebih mampu untuk menghidupkanmu
kembali dan membalas amal-amalmu? Apa yang membuatmu mendustakan semua ini
sedangkan kamu mengetahui kebenarannya?11[9]
Dan di akhir surat At Tiin ini Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

{8}
Artinya: Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?
6
Allah Subhanahu wa Taala kembali bertanya dalam ayat ini yang maknanya,
Apakah adil dan sesuai dengan hikmahNya jika Ia menciptakan makhlukNya untuk
kemudian dibiarkan dan ditinggalkan begitu saja tanpa diperintah dan dilarang, dan
tanpa diberikan balasan baik ataupun buruk? Ataukah sesuai keadilan dan hikmahNya
itu, jika Ia Yang Maha Pencipta dengan tahapan demi tahapan penciptaan, kemudian
Ia memberikan seluruh nikmat-nikmatNya yang tiada terbilang, lalu membimbing
mereka dengan bimbingan yang baik dan bijaksana, dan akhirnya Ia mengembalikan
mereka kepada tujuan dan inti kehidupan mereka, yaitu akhirat yang kepadanyalah
orang-orang beriman menuju?12[10]
Ada sebuah hadits yang erat kaitannya dengan ayat terakhir ini. Yang
mungkin hadits ini dijadikan hujjah oleh sebagian mereka yang beranggapan akan
sunnahnya hukum membaca lafazh ( ) , atau lafazh (

) tatkala seseorang membaca surat At Tiin ini sampai pada penghujung


ayatnya.
Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud, At Tirmidzi, Ahmad, dan lain-lainnya dari
Abu Hurairah radhiallahu anhu , beliau berkata13[11]:

: : :
.
Barangsiapa yang membaca Wat tiini waz Zaituun sampai ia membaca
Alaisallaahu bi Ahkamil Haakimiin ; maka hendaknya ia mengucapkan: Balaa Wa
Ana Alaa Dzaalika minasy Syaahidiin (Ya, dan aku atas hal itu termasuk orangorang yang bersaksi).

11[9] Tafsir Al Quran Al Azhim (8/435) dan Taisir Al Karim Ar Rahman


(2/1181).
12[10] Taisir Al Karim Ar Rahman (2/1181).
13[11] Sunan Abi Dawud (1/234 no. 887), Jami At Tirmidzi (5/443 no.
3347), Musnad Al Imam Ahmad (2/249 no. 7385)

13

Namun hadits ini dhaif, sebagaimana yang telah dihukumi oleh Asy Syaikh Al
Albani14[12], disebabkan pada sanadnya terdapat perawi (dan ia bukan seorang
sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam -pen) yang mubham

D. Membaca Surah Al Insyirah

Tafsir Surat Alam Nasyrah


1. Bukankah kami Telah melapangkan untukmu dadamu?,
2. Dan kami Telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
3. Yang memberatkan punggungmu?
4. Dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu,
5. Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
7. Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
8. Dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

Kandungan Surah Al Insyirah


Surat al-Insyirah turun sebelum Nabi Muhammad berhijrah ke
Madinah. Al-Insyirah artinya kelapangan dada. Surat ini juga dinamakan
dengan

al-Syarh. Ada juga yang menyebutnya surat Alam Nasyrah.

Semua nama tersebut merujuk ke ayat pertamanya.

14[12] Dhaif Sunan Abi Dawud, Dhaif Sunan At Tirmidzi, Dhaif Al Jami
(5784), Tamaam Al Minnah (hal. 186), dan kitab beliau yang lainnya.

14

Surat al-Insyirah adalah surah ke-94, termauk wahyu yang ke-12 yang
diterima Nabi Muhammad Saw. Ia turun sesudah surat ad-Duha dan
sebelum al-Ashr. Ia terdiri dari 8 ayat.
Menjelang turunnya surah ad-Dhuha, Rasulullah Saw sangat
gelisah dan bimbang, karena lama tidak mendapatkan wahyu lagi dari
Allah.

Sedangkan

ketika

turunnya

surat

ini,

kegelisahan

dan

kekhawatiran tersebut telah hilang. Beliau merasakan kelapangan dada


dan jiwa yang tenang. Oleh karena itu pada awal surat ini Allah
mengingatkan beliau tentang anugerah tersebut.
Isi kandungan surat ini berkaitan dengan akhir surat sebelumnya,
ad-Duha. Yaitu perintah untuk menyampaikan dan menunjukkan nikmatnikmat Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Diantara nikmat itu adalah
wahyu yang selama ini telah beliau terima. Dalam surat ini beliau
diingatkan

agar

terus

menyampaikan

dakwahnya,

walaupun

penyampaian itu berat dan mendapat penolakan oleh banyak manusia.


Beliau tidak perlu khawatir dan berkecil hati, karena Allah akan selalu
bersama beliau.
Allah tidak akan pernah meninggalkan nabi-Nya. Buktinya adalah
Dia telah melapangkan dada (hati) beliau sehingga mendapatkan
ketenangan. Kelapangan dada inilah yang menyebabkan Nabi saw
mampu

menerima

dan

menemukan

kebenaran,

hikmah

dan

kebijaksanaan. Serta dapat memberikan maaf atas kesalahan dan


gangguan dari orang lain.
Bukti kedua, Allah telah menghilangkan beban berat yang harus
beliau pikul. Diantaranya adalah :
a.

wafatnya istri beliau, Khadijah ra. dan paman beliau, Abu Thalib

b.

beban berat saat menerima wahyu

c.

beban psikologis (mental) akibat keadaan umat yang beliau yakini


berada dalam jurang kebinasaan, tapi belum tahu jalan keluar yang tepat.
Menghadapi kondisi Nabi Saw yang seperti ini, Allah kemudian
menghibur beliau dengan berfirman : Dan Kami tinggikan bagimu
15

sebutan (nama)mu. Nama beliau disebut dalam dua kalimat syahadat


dan adzan. Disamping itu Allah juga memerintahkan kaum muslimin
agar bershalawat dan mentaati perintah beliau. Mentaati beliau juga
berarti mentaati Allah, sebagaimana firman-Nya :


(59)
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Qur'an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa [4] : 59)
Ini semua Allah sebutkan untuk memompa semangat beliau. Allah
juga mengingatkan bahwa beliau adalah manusia paling mulia di
hadapan-Nya. Sehingga tidak perlu khawatir dan kecil hati. Serta tidak
perlu untuk berputus asa, karena setiap kesulitan pasti jalan keluarnya.
Selanjutnya, Allah tunjukkan bukti kebenaran firman-Nya kepada
beliau. yaitu keberhasilan beliau dalam berdakwah di masa-masa awal.
Pada awalnya beliau sendirian, ditantang dan dianiaya oleh kaum kafir
Mekah. Sampai-sampai beliau dan keluarganya diboikot, tidak boleh
berjual beli, bicara, kawin dan berbicara selama tiga tahun lamanya. Tapi
akhirnya tiba juga kelapangan dan jalan keluarnya. Hal ini seakan
menyatakan bahwa kelapangan dada, keringanan beban yang dirasakan
dan keharuman nama Nabi Saw karena sebelumnya beliau telah
mengalami puncak kesulitan. Namun beliau tetap tabah dan optimis.
Sehingga berlaku sunnatullah Apabila kesulitan telah mencapai
puncaknya maka pasti akan sirna dan disusul dengan kemudahan.
Namun semua kemudahan tersebut tidak akan dapat dicapai bila
tidak dibarengi dengan kesungguhan dalam berusaha. Disamping
kesungguhan dalam berusaha, juga harus dibarengi dengan pengharapan
16

(doa) kepada Allah Swt. Sesuai dengan sebuah ungkapan Ora et


Labora (berdoa dan berusaha). Sebagaimana firman Allah :
( 2) ...
(3)

Artinya :
.... Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman
kepada Allah dan hari akhirat. Barang siapa yang bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. At-Thalaq [65] : 2-3)

Perilaku Menurut Al - Qur`an Surah Al


Insyirah
Perilaku yang dapat kita ambil dari makna yang terdapat dalam surah Al
Insyirah adalah
Bahwa Allah SWT telah membukakan hati Rasulullah untuk menerima
cahaya ilahi, sehingga beliau mmiliiki kearifan, mmpunyai kelapangan
hati untuk mnghadapi berbagai kesuliitan serta memahami hakikat
kehidupan.
Bahwa Rasulullah pernah merasakan beban yang sangat berat dalam
kehidupannya. Ditengah menghadapi beban tersebut Allah SWT
mengutus Malaikat Jibril untuk memberikan wahyu kepadanya. Dengan
wahyu dari Allah SWT, Rasulullah mendapat pencerahan bagaimana
menanggulangi umat islam yang diliputi kezaliman dan kebejatan moral.
Apabila dibandingkan dengan masalah Rasulullah, masalah kamu tidak
seberapa oleh karena itu apabila kamu menghadapi masalah baik dalam
belajar, bekerja, atau dengan teman kamu harus sabar dan berusaha dan
semaksimal mungkin agar masalah yang dihadapi dapat diselesaikan.
Bahwa Allah SWT telah meninggikan dan mengharumkan Rasulullah
dan menjadi manusia pilihannya. Semua hamba Allah pasti akan diangkat
derajatnya asalkan mau berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
17

Allah menerangkan bahwa setiap menghadapi berbagai kesulitan kamu


harus yakin bahwa aka nada penyelesaian dan jalan keluarnya.
Sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan.
Allah cinta kepada orang yang suka bekerja keras tanpa lelah berfikir
tanpa henti Khalifah Umar Bin Khatab berpesan, aku benci melihat
kalian tidak melakukan aktifitas yang menyangkut kehidupan dunia dan
akhirat. Intinya islam tidak menganjurkan umatnya untuk berdoa tanpa
usaha.
Kita harus selalu berharap kepada Allah dari usaha yang telah dilakukan
dengan sungguh-sungguh, tentunya dengan doa dan ikhtiar.

Khasiat

dari Surah Al Insyirah


Surat ini mengandung beberapa khasiat kaitannya dengan Rizki
sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW:
Barang siapa membaca surat Alam Nasyroh seperti ia mendatangi aku
dan aku telah mengambil kesempatan maka menjadi suatu kelapangan
dari padaku.
Al-Imam Syafii Rahimahullah berkata Barang siapa ingin merasa
kenyang dan sabar dari rasa lapar, maka bacalah surat Alam Nasyroh 7
(Tujuh) kali.
Dan barang siapa ingin marahnya menjadi santun, maka bacalah surat
Alam Nasyroh setiap hari 1 (satu) kali.
Dan barang siapa ingin merasakan tidur yang sedikit namun merasa
cukup baginya, Maka bacalah surat Alam Nasyroh 3-7 (Tiga atau tujuh)
kali ketika hendak tidur.
Dan barang siapa ingin kesulitannya dipermudahkan oleh Allah, Maka
bacalah surat alam nasyroh 3 (Tiga) kali setiap selesai shalat lima
waktu.
1. Barang siapa membaca Alam Nasyroh setiap selesai shalat fardhu maka
Allah SWT akan memudahkan segala urusannya, dan dimudahkan
rizkinya dengan datang tanpa di duga-duga, serta dijauhkan dari segala
macam kesulitan dan kesukaran.
2. Barang siapa membacanya 9 kali selesai shalat fardhu, maka Allah SWT
akan melapangkan dadanya dari sifat kesal, jenuh, jengkel dan
dilapangkan rizkinya dan segala urusannya menjadi serba mudah.
3. Barang siapa membaca surat Alam Nasyroh sebanyak 41 kali seama 7
hari berturut-turut tanpa putus yang dimulai hari Ahad (Minggu) sampai
dengan hari sabtu, maka Insya Allah, dengan izin Allah SWT ia akan
diberi kecukupan rizqi, diberi kekayaan hati, dan diberikan rizqi yang
sangat luas dengan jalan tidak terduga.
4. Bila anda mempunyai suatu Hajat yang sangat besar seperti ingin Naik
Haji, Menjadi Bupati, Lurah, atau masuk Calon Pegawai negeri sipil, dan
ingin agar Hajat anda bisa dikabulkan oleh Allah SWT maka anda
bepuasa selama 7 hari yang dimulai dari hari Jumaat, dan selama

18

menjalani puasa tengah malamnya anda Sholat Hajat Khusus yaitu 4


Rakaat dengan 2 kali salam, selesai shalat membaca istighfar 100 kali
dan shelawat 100 kali, kemudian membaca surat Alam Nasyroh 1000
kali, Lalu berdoa kepada Allah apa yang di Hajatkan, Insya Allah bila
anda serius dan tekun, Akan dimudahkan segala niat anda atas RidhoNya.
Amin.
5. Bila anda membaca surat Alam Nasyroh 200 kali sesudah shalat Dhuha 4
rakaat setiap harinya, maka Allah SWT akan memperlihatkan berbagai
perkara-perkara Gaib kepadanya yang tidak bisa dilihat oleh Manusia.
6. Bila anda mempunyai suatu Hajat kepada Allah SWT baik soal Rizqi,
mencari pekerjaan yang cocok, dimudahkan mendapatkan jodoh yang
terbaik, maka bacalah surat Alam Nasyroh sebanyak bilangan jumlah
hurufnya yaitu 101 kali setiap malam setelah shalat Tahajud ataupun
Hajat selama 7 hari berturut-turut tanpa putus, Caranya : Setelah sholat
Hajat 2 Rakaat, lalu membaca istighfar 100 kali dan shelawat 100 kali,
kemudian bacalah surat Alam Nasyroh 101 kali, lalu memohon Hajatnya,
Insya Allah akan tercapai, Bila sangat penting usahakan dengan berpuasa
Hajat pada siang harinya, agar lebih maqbul.

D.

Surah Ad-Dhuha

Makna dan Kandungan Surah Ad-Dhuha - Surah Ad-Dhuha adalah surah ke-93
dalam al-Qur'an dan terdiri atas 11 ayat. Surah ini termasuk golongan surah
Makkiyah dan diturunkan sesudah surah Al-Fajr. Nama Adh Dhuhaa diambil dari kata
yang terdapat pada ayat pertama, yang artinya "waktu matahari sepenggalahan naik".
Surat Adh Dhuhaa, menerangkan tentang pemeliharaan Allah SWT terhadap Nabi
Muhammad SAW dengan cara yang tak putus-putusnya, larangan berbuat buruk
terhadap anak yatim dan orang yang meminta-minta dan mengandung pula perintah
kepada Nabi supaya mensyukuri segala nikmat.

Inilah Ayat Ad-Dhuha Arab Beserta Arti dan


Terjemahannya :

() ( ) ( )

19

) ( )

( )

(
(( ) ( )
( )
)

()

Artinya :
"Demi waktu matahari sepenggalahan naik, (1) dan demi malam apabila telah sunyi,
(2) Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada [pula] benci kepadamu [1], (3) dan
sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan [2]. (4) Dan kelak
Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu [hati] kamu menjadi puas.
(5) Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. (6)
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung [3], lalu Dia memberikan
petunjuk. (7) Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia
memberikan kecukupan. (8) Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu
berlaku sewenang-wenang. (9) Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah
kamu menghardiknya. (10) Dan terhadap nimat Tuhanmu maka hendaklah kamu
menyebut-nyebutnya [dengan bersyukur]. (11)"

Adapun Tafsir Makna dan Kandungan Surah AdDhuha Sebagai Berikut :


1. Ibnu Katsir berkata, Dianjurkan bertakbir dari akhir surah Adh Dhuha sampai
akhir surah An Naas. Para ahli qiraaat menyebutkan, bahwa hal itu termasuk sunnah
yang ada riwayatnya, dan mereka menyebutkan alasan mengucapkan takbir dari awal
surah Adh Dhuha, yaitu bahwa ketika wahyu terlambat turun kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dan terputus selama waktu tersebut, kemudian malaikat
datang dan menyampaikan wahyu kepada Beliau, Wadh Dhuhaa-Wallaili bidzaa
sajaa. Yakni surah Adh Dhuha sampai akhirnya, maka Beliau bertakbir karena
gembira dan senang. Ibnu Katsir berkata pula, Riwayat tersebut tidak diriwayatkan
dengan isnad yang dapat dihukumi shahih maupun dhaif, wallahu alam.
2. Imam Bukhari meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Jundub bin
Sufyan ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah sakit sehingga
tidak bangun selama dua atau tiga malam, lalu ada seorang wanita yang datang
berkata, Wahai Muhammad, sesungguhnya aku berharap setanmu telah
meninggalkanmu, karena aku tidak melihat dia mendekatimu sejak dua atau tiga
malam. Maka Allah Azza wa Jalla berfirman, Wadh dhuhaaWallaili idzaa sajaa
Maa waddaaka Rabbuka wamaa qalaa. (Hadits ini diriwayatkan pula oleh
Muslim, Tirmidzi, dan ia berkata, Hadits ini hasan shahih, Ahmad, Thayalisi, Ibnu
Jarir, Al Humaidiy, dan Al Khathiib dalam Muwadhdhih Awhaamil Jami wat Tafriiq
juz 2 hal. 22).
3. Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersumpah dengan waktu dhuha dan waktu malam
ketika telah sunyi untuk menerangkan perhatian Dia kepada Rasul-Nya shallallahu
'alaihi wa sallam.

20

4. Maksudnya, ketika turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa


sallam terhenti untuk sementara waktu, orang-orang musyrik berkata, "Tuhannya
(Muhammad) telah meninggalkannya dan benci kepadanya. Maka turunlah ayat di
atas untuk membantah perkataan orang-orang musyrik itu, yaitu, Tuhanmu tidak
meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu, yakni Allah
Subhaanahu wa Ta'aala tidaklah meninggalkan Beliau dan membiarkannya sejak Dia
mengurus dan mendidik Beliau, bahkan Dia senantiasa mengurus dan mendidik
Beliau dengan pendidikan yang sebaik-baiknya serta meninggikan Beliau sederajat
demi sederajat.
5. Yakni Dia tidak membencimu sejak Dia mencintaimu. Inilah keadaan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam yang dahulu dan yang sekarang; yakni keadaan yang
paling sempurna; kecintaan Allah untuk Beliau dan tetap terus seperti itu serta
diangkatnya Beliau kepada kesempurnaan, dan tetap terusnya mendapatkan perhatian
dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Adapun keadaan Beliau pada masa mendatang,
maka sebagaimana firman-Nya, Dan sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu
daripada yang permulaan.
6. Maksudnya, bahwa akhir perjuangan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam itu akan menjumpai kemenangan-kemenangan meskipun permulaannya penuh
dengan kesulitan-kesulitan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menguatkan agama Beliau,
memenangkan Beliau terhadap musuh-musuhnya serta memperbaiki kondisi Beliau
sehingga Beliau mencapai keadaan yang tidak dapat dicapai oleh orang-orang
terdahulu maupun yang datang kemudian, baik dalam hal keutamaan, kebanggaan
maupun kegembiraan. Sedangkan di akhirat, maka tidak perlu ditanya tentang
keadaan Beliau; keadaan Beliau penuh dengan berbagai kemuliaan dan kenikmatan.
Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, Dan sungguh, kelak
Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.
Pemberian-Nya yang besar tidak mungkin diungkapkan selain dengan kata-kata itu.
Di antara mufassir ada yang menafsirkan akhirat dengan kehidupan akhirat beserta
segala kenikmatannya, dan ula dengan kehidupan dunia.
7. Al Hafizh Ibnu Katsir berkata: Imam Abu Amr Al Auzai berkata (meriwayatkan)
dari Ismail bin Ubaidullah bin Abul Muhajir Al Makhzumiy dari Ali bin Abdullah
bin Abbas dari bapaknya ia berkata: Ditunjukkan kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam segala sesuatu dari perbendaharaan yang akan ditaklukkan untuk
umatnya satu persatu, Beliau pun bergembira dengannya, maka Allah menurunkan
ayat, Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu,
sehingga engkau menjadi puas. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan
memberikan kepada Beliau di surga sejuta istana, dimana masing-masing istana ada
istri-istri dan pelayan-pelayan yang layak untuk Beliau. (Diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari jalannya, dan ini adalah isnad yang shahih sampai
kepada Ibnu Abbas).
Syaikh Muqbil berkata, Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Jarir sebagaimana
dikatakan Al Haafizh Ibnu Katsir juz 30 hal. 232 dari dua jalan dari Al Auzaiy,
dimana pada salah satunya ada Amr bin Hasyim Al Bairutiy rawi yang
meriwayatkan dari Al Auzaiy, dan dia dhaif, sedangkan pada jalan yang lain ada
Rawwad bin Al Jarrah yang diperselisihkan. Saya kira, orang yang mentsiqahkannya
adalah karena kejujurannya dan agamanya, sedangkan orang yang mencacatkannya
karena ia adalah seorang yang mukhtalith (bercampur hapalannya). Hadits tersebut
juga diriwayatkan oleh Hakim dan ia menshahihkannya juz 2 hal. 526, dan Adz
Dzahabiy mengomentarinya dengan berkata, Isham bin Rawwad menyendiri
dengan hadits itu dari bapaknya, sedangkan ia didhaifkan. Thabrani juga

21

meriwayatkan dalam Al Kabir dan Al Awsath, Al Haitsami berkata, Sedangkan


dalam riwayat di Al Awsath disebutkan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, Ditunjukkan kepadaku segala sesuatu yang akan ditaklukkan untuk
umatku setelahku sehingga membuatku senang. Maka Allah menurunkan ayat, Dan
sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan. Lalu
disebutkan sama seperti dalam hadits sebelumnya, namun di sana terdapat
Muawiyah bin Abul Abbas yang aku (Haitsami) tidak mengenalnya, sedangkan para
perawi yang lain adalah tsiqah, dan isnad dalam Al Kabir adalah hasan.
Syaikh Muqbil juga berkata, Abu Nuaim juga meriwayatkan dalam Al Hilyah juz 3
hal. 212 dari Thabrani dan di sana terdapat Amr bin Hasyim Al Bairutiy, selanjutnya
ia berkata, Hadits ini gharib dari hadits Ali bin Abdullah bin Abbas, dimana tidak
ada yang meriwayatkan darinya kecuali Ismail. Dan Sufyan ats Tsauriy
meriwayatkan hadits itu dari Al Auzai dari Ismail seperti itu. (lihat Ash Shahihul
Musnad karya Syaikh Muqbil hal. 267-268).
8. Apa yang disebutkan dalam ayat ini dan setelahnya merupakan bukti perhatian
Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada Beliau.
9. Allah Subhaanahu wa Ta'aala mendapati Beliau dalam keadaan yatim-piatu; Beliau
ditinggal wafat ibu dan bapaknya ketika Beliau tidak bisa mengurus diri Beliau, maka
Allah Subhaanahu wa Ta'aala melindunginya, menyerahkan kepada kakeknya Abdul
Muththalib, dan setelah kakeknya wafat Dia menyerahkan kepada pamannya Abu
Thalib sampai kemudian Allah Subhaanahu wa Ta'aala membantu Beliau dengan
pertolongan-Nya kemudian dengan kaum mukmin.
10.Yang dimaksud dengan bingung di sini ialah kebingungan untuk mendapatkan
kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh akal; Beliau tidak tahu apa itu kitab dan apa
itu iman, lalu Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengajarkan kepada Beliau apa yang
Beliau tidak ketahui; menurunkan wahyu kepada Beliau dan memberikan Beliau
taufiq kepada amal dan akhlak yang paling baik.
11. Yakni membuatmu qanaah (puas dan menerima apa adanya). Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:



Kaya itu bukanlah dengan banyaknya harta. Akan tetapi, kaya itu dengan kecukupan
(kepuasan) jiwa. (HR. Muslim)
Atau maksudnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mencukupkan Beliau dengan
menaklukkan berbagai negeri untuk Beliau, dimana harta dan hasilnya diperuntukkan
kepada Beliau. Oleh karena Dia (Allah) telah melimpahkan berbagai kenikmatan itu,
maka hadapilah nikmat-Nya itu dengan disyukuri.
12. Yakni jangan bergaul secara buruk terhadapnya, janganlah dadamu merasa sempit
terhadapnya dan janganlah membentaknya, bahkan muliakanlah, berikanlah
kemudahan untuknya, dan berbuatlah terhadapnya sesuatu yang engkau suka jika
anakmu diperlakukan seperti itu.
13. Yakni jangan sampai keluar dari mulutmu ucapan yang mengandung penolakan
terhadap permintaannya dengan bentakan dan sikap yang buruk, bahkan berikanlah
kepadanya apa yang mudah bagimu atau tolaklah dengan cara yang baik dan ihsan.

22

Kata saail (meminta) di sini menurut Syaikh As Sadiy, termasuk pula yang meminta
harta dan yang meminta ilmu. Oleh karena itu, pengajar diperintahkan berakhlak
mulia kepada penuntut ilmu, memuliakannya dan menaruh rasa kasihan kepadanya,
karena yang demikian dapat membantu maksudnya serta memuliakan orang yang
berniat menyebarkan manfaat bagi hamba dan dunia.
14. Baik nikmat agama maupun nikmat dunia.
15. Yakni pujilah Allah terhadapnya dan sebutlah nikmat itu jika ada maslahatnya.
Hal itu, karena menyebut-nyebut nikmat Allah dapat membantu untuk bersyukur,
membuat hati mencintai yang memberikannya, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta'aala,
karena hati itu dijadikan cinta kepada yang berbuat baik kepadanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:








Menyebut-nyebut nikmat Allah adalah bersyukur, meninggalkannya adalah kufur.
Barang siapa tidak bersyukur terhadap yang sedikit, maka dia tidak akan bersyukur
kepada yang banyak. Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia
tidak akan bersyukur kepada Allah. Berjamaah adalah berkah, sedangkan berpecah
adalah azab. (HR. Baihaqi dalam Asy Syuab, dihasankan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahihul Jaami no. 3014)

23

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Surah Al-Qadr (bahasa Arab: )adalah surah ke-97 dalam al-Qur'an yang terdiri
atas 5 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah. Pada surah al-Qadr ini
diterangkan bahwa permulaan al-Qur'an diturunkan ialah pada malam Lailatul Qadr
dan diterangkan juga ketinggian derajat malam ini.
2. surah Al-'Alaq (bahasa Arab:, "Segumpal Darah") adalah surah ke-96 dalam alQur'an. Surah ini terdiri atas 19 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah.
Ayat 1 sampai dengan 5 dari surah ini adalah ayat-ayat Al-Quran yang pertama
diturunkan, yaitu di waktu Nabi Muhammad bersemedi di Gua hira

Allah SWT mengingatkan kepada manusia bahwa Dia telah memberikan


nikmat yang jumlahnya tiada terhitung. Hanya saja kebanyakan manusia
tidak menyadari atau lupa ketika mendapat nikmat. Sebaliknya, kalau
mendapatkan sedikit kesulitan saja atau masalah dia pasti menyadarinya,
bahkan tak henti-hentinya mengeluh. Tahukah kamu bahwa ketika
sedang mengeluh kita lupa bahwa seakan-akan kita tak pernah
mendapatkan nikmat.
4. Setiap masalah pasti ada penyelesaiannya, setiap kesulitan tentu ada jalan
keluarnya. Oleh karenanya kita diperintahkan untuk terus berusaha
mencari jalan keluar yang paling baik ketika mendapatkan masalah. Kita
dilarang berputus asa, misalnya ketika ada masalah malah melakukan
tindakan yang menyakiti diri sendiri seperti merokok, mengkonsumsi
narkoba sebagai pelampiasan masalah, atau bahkan sampai bunuh diri.
Hal ini tidak menyelesaikan masalah, malahan menambah masalah.
Bagaimana cara terbaik yang harus dilakukan? Caranya adalah dengan
berzikir, beribadah, introspeksi diri, apa yang masih kurang, mohon
ampun kepada Allah SWT danmemohon agar segera ditunjukkan jalan
keluarnya.
5. Ketika telah selesai menyelesaikan suatu pekerjaan, maka dengan segera
lakukanlah pekerjaan yang lain. Hal ini mengisyaratkan bahwa kita
diperintahkan untuk menjadi umat yang rajin bekerja dan kreatif, tidak
menjadi umat yang pemalas. Contoh orang yang malas adalah baru mau
bekerja kalau sudah tidak mempunyai uang. Sikap mental semacam ini
tidak dikehendaki oleh Allah SWT. Kita diperintahkan untuk bekerja
keras, tekun, gigih, dan ulet, sehinga tidak hidup kekurangan, bahkan
kalau bisa membantu orang lain.
3.

24

6. Sukses atau tidaknya suatu pekerjaan ditentukan oleh sejauh mana

semangat seseorang dalam berusaha. Selain itu kita juga diperintahkan


untuk berserah diri kepada Allah, karena Dialah Yang Maha Kuasa dan
menentukan segalanya. Jangan cepat puas dan menyombongkan diri
ketika sukses, dan jangan cepat menyerah ketika menemui kendala.
Sebaliknya, kita diajarkan untuk bersyukur ketika sukses, dan tetap sabar
ketika menemui rintangan.
B. Saran
Sebagai makhluk Allah yang lemah dan sempurna sudah semestinya untuk taat dan
patuh terhadapa hukum Allah; dan Allah lah yang kuasa lagi bijaksana untuk
menentukan semua pembalasan di mahkamah Allah atas apa yang manusia yang
dikerjakan dibumi yang fana ini. Semoga kita dapat tergolong kedalam orang-orang
yang Shalih.
Amiin ya Rabbal Alamin...
Waallahualam...

DAFTAR RUJUKAN
Wikipedia, Surat Al Qadr, ( http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Qadr), diakses pada
hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 11:10 am
Ernaz Siswanto, Memahami kandungan Surat Al Qadr
(http://anaksdpintar.blogspot.com/2011/08/memahami-kandungan-surat-alqadr.html), diakses pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 12:06 am
Wikipedia, Surat Al Maun, (http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Ma%27un) diakses
pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 11:42 am

25

Nur Kholik, Asbabun Nuzul Surat Al Maun,


(http://racun86.mywapblog.com/asbabun-nuzul-surat-al-maun-ayat-4-sampa.xhtml) ,
diakses pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 11:45.
Muhlisrizal,Kandungan
Surat
Al
(http://muhlisrizal.wordpress.com/2013/05/25/kandungan-surat-al-maun/),
pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 11:49 am

Maun
diakses

Surat Al Kafirun ( http://id.wikipedia.org), diakses pada hari Jumat tanggal 19


September 2014 pukul 19:33 pm.
Furqon Aji dan Mila Tri Cahyani. Al Kafirun 1-6 Tidak Ada Toleransi Keimanan
Peribadahan (http://incigar.blogspot.com/2013/07/al-kafirun-1-6-tidak-ada-toleransikeimanan-peribadahan.html), diakses pada hari Jumat tanggal 19 September 2014
pukul 09:50 am
Wikipedia, Surah Al-Ashr
http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-%27Asr di akses tanggal : 22-9-2014 pukul :
11.55
Veni Yunita, hadits tentang Menghormati Orang Tua
https://www.google.co.id/?
gws_rd=cr,ssl&ei=WnIhVPL5H8SRuATn8YHICA#q=hadist+tentang+hormat+kepa
da+orang+tua) Diakses pada tanggal 22-9-2014 , pukul : 12 0

26

Anda mungkin juga menyukai