Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmatnya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Sholawat serta salam saya curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta
kelauargnya.
Sadar akan kekurangan dan keterbatasan yang saya miliki, kami mohon maaf
jika ada penulisan yang kurang berkenan dihati para pembaca yang membaca isi dari
makalah kami ini. Saran dan kritik sangat kami harapkan untuk meningkatkan bobot
dari makalah ini agar isi dari makalah ini dapat bernilai lebih baik lagi dan
bermanfaat buat kita semuanya. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................
C. Tujuan ........................................................................................
BAB II
1
1
1
PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
Surat Al Qadr..............................................................................
Surat Al-Alaq.............................................................................
Surat At Tin ...............................................................................
Surat Al Insyiroh........................................................................
Surat Ad Dhuha..........................................................................
2
4
9
13
19
DAFTAR PUSTAKA
............................................26
24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam memahami kandungan ayat-ayat Al- Quran diperlukan pengetahuan
tentang latar belakang turunya ayat-ayat Al Quran, atau yang sering disebut dengan
asbabun nuzul . Asbabun nuzul adalah sebab-sebab turunnya suatu ayat, Asbabun
nuzul dapat membantu kita untuk lebih memahami makna dan kandungan ayat
tersebut, serta akan terlepas dari keraguan- keraguan dalam menafsirkannya. Pada
surat Al Qodar, Al Maun, Al kafirun, Al fil, dan surat Al ashr juga terdapat asbabun
nuzul yang mendasari turunnya ayat-ayat tersebut. Selain itu juga terdapat kandungan
isi dari surat- surat tersebut. Dalam makalah ini penulis juga akan memaparkan hadist
tentang hormat kepada orang tua.
B. Rumusan Masalah
a. Apa isi kandungan surat Al Qadr?
b. Apa isi kandungan surat Al Alaq?
c. Apa isi kandungan surat At Tinr?
d. Apa isi kandungan surat Al Insyiroh?
e. Apa isi kandungan surat Ad Dhua?
C. Tujuan
a.
b.
c.
d.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Surat Al Qadr
Surah Al-Qadr (bahasa Arab: ) adalah surah ke-97 dalam Al-Qur'an yang
terdiri atas 5 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah. Surah ini diturunkan
setelah surah 'Abasa dan dinamai Al-Qadr (Kemuliaan) yang diambil dari kata AlQadr yang terdapat pada ayat pertama surah ini.1[1]
a.
1.
Sesungguhnya
Kami
telah
menurunkannya
(Al
Quran)
pada
malam
kemuliaan[1593].
2. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?
3. malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan.
5. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.
[1593] Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul
Qadr Yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu
permulaan turunnya Al Quran.
b. Asbabun Nuzul Surat Al Qadr
Asbabun Nuzul (Sebab-sebab turunnya ayat Al Quran) di atas adalah:
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah saw. pernah menyebutnyebut seorang Bani Israil yang berjuang fisabilillah menggunakan senjatanya selama
seribu bulan terus menerus. Kaum muslimin mengagumi perjuangan orang tersebut.
Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr: 1-3) yang menegaskan bahwa satu
malam lailatul qadr lebih baik daripada perjuangan Bani Israil selama seribu bulan
itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Al Wahidi).
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa di kalangan Bani Israil terdapat
seorang laki-laki yang suka beribadah malam hari hingga pagi dan berjuang
memerangi musuh pada siang harinya. Perbuatan itu dilakukannya selama seribu
bulan. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Al Qadr : 1-3) yang menegaskan bahwa
satu malam lailatul qadr lebih baik daripada amal seribu bulan yang dilakukan oleh
seorang laki-laki dari Bani Israil tersebut. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir).
Para sahabat kagum dan iri karena lelaki Bani Israel tersebut selama 1.000
bulan (83 tahun 4 bulan) selalu beribadah dan berjihad kepada Allah karena sejak
lahir dia sudah berada di atas agama yang lurus. Sedang para sahabat karena ajaran
Islam baru disyiarkan Nabi, banyak yang masuk Islam pada umur 40 tahun atau lebih.
Sehingga sisa waktu mereka hanya 20-30 tahun saja. Tak bisa menandingi ibadah
lelaki dari Bani Israel tersebut.
Karena itulah turun ayat di atas. Jika ummat islam beribadah pada malam
tersebut, niscaya pahalanya sama dengan pahala 1000 bulan. Karena itu perbanyaklah
shalat, dzikir, doa, membaca Al Quran, bersedekah, dan berjihad di jalan Allah pada
malam Lailatul Qadar.
b.
al quran mulai diturunkan kepada Nabi Muhammad pada malam lailatul qodar
(17 Romadlon). Bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M yang disebut
dengan malam Nuzulul Quran. Wahyu pertama yang diturunkan adalah surah
al alaq ayat 1-5 sewaktu beliau di gua hira. Surah yang terahir turun adalah
surah almaidah ayat 3 saat beliau wukuf di Arafah melakukan haji Wada (9
Dzulhijjah ke 10 H)
Malam lailatul qodar lebih baik dari seribu bulan atau 83 tahun 4 bulan.
Rosulullah menghimbau umatnya agar mencarinya pada sepuluh terahir bulan
Ramadlon terutama pada malam ganjil yaitu tanggal 21,23,25,27,29
Ramadlon.
Perkataan
seribu
bulan
menurut
sebagian
ahli
hikmah
menunjukkan pada arti yang banyak, hal ini seperti dijelaskan dalam firman
Allah yang artinya: "masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu
tahun." (QS. AlBaqarah: 96)
Pada malam lailatul qadar para malaikat dan ruh Jibril turun ke bumi dengan
izin tuhannya untuk menyampaikan pondasi hidup dan mengatur urusan yang
berlaku sampai dengan tahun mendatang.
B. Al-Alaq
surah Al-'Alaq (bahasa Arab:, "Segumpal Darah") adalah surah ke-96 dalam alQur'an. Surah ini terdiri atas 19 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah.
Ayat 1 sampai dengan 5 dari surah ini adalah ayat-ayat Al-Quran yang pertama
diturunkan, yaitu di waktu Nabi Muhammad bersemedi di Gua hira. Surah ini
dinamai Al 'Alaq (segumpal darah), diambil dari perkataan Alaq yang terdapat pada
ayat 2 surat ini. Surat ini dinamai juga dengan Iqra atau Al Qalam.
surah al-'Alaq ayat 1 sampai 4 yang berasal dari Mesir
Perintah membaca lingkungan alam semesta untuk menemukan siapa sebenarnya
Tuhan; tersurat dalam Surat Al alaq: manusia dijadikan dari segumpal darah; Allah
menjadikan kalam sebagai alat mengembangkan pengetahuan;Janganlah manusia
bertindak melampaui batas karena merasa dirinya serba cukup; ancaman Allah
terhadap orang-orang kafir yang menghalang-halangi kaum muslimin melaksanakan
perintah-Nya.
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
2
[1590] Yang dimaksud dengan orang yang hendak melarang itu ialah Abu Jahal, yang
dilarang itu ialah Rasulullah sendiri. akan tetapi usaha ini tidak berhasil karena Abu
Jahal melihat sesuatu yang menakutkannya. setelah Rasulullah selesai shalat
disampaikan orang berita itu kepada Rasulullah. kemudian Rasulullah mengatakan:
"Kalau jadilah Abu Jahal berbuat demikian pasti Dia akan dibinasakan oleh
Malaikat".
11. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran,
12. atau Dia menyuruh bertakwa (kepada Allah)?
13. bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?
14. tidaklah Dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala
perbuatannya?
15. ketahuilah, sungguh jika Dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami
tarik ubun-ubunnya[1591],
[1592] Malaikat Zabaniyah ialah Malaikat yang menyiksa orang-orang yang berdosa
di dalam neraka.
19. sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan
dekatkanlah (dirimu
kepada Tuhan).
Kandungan isi surat al-alaq
Ayat ke-1:
Ayat ini mengandung perintah agar mamusia memiliki keimanan, yaitu berupa
keyakinan terhadap adanya kekuasaan dan kehendak Allah, juga mengandung pesan
ontologis tentang sumber ilmu pengetahuan. Ayat-ayat Allah terdiri dari yang tertulis
(Al-Qurn), tidak tertulis (keadaan jagat raya), dan yang ada pada diri manusia. Dari
berbagai ayat tersebut jika telaah secara cermat, diobseravasi, diidentifikasi,
dikategorikan, dibandingkan, dianalisa, dan disimpulkan dapat menghasilkan ilmu
pengetahuan.[7] Membaca ayat-ayat Allah didalam Al-Qurn dapat menghasilkan
ilmu agama Islam seperti; Fiqh, Tauhid, Akhlak dsb. Membaca ayat-ayat Allah yang
ada di jagat raya dapat menghasilkan sains seperti Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi,
Geologi, Botani, dsb. Selanjutnya membaca ayat-ayat Allah yang ada pada diri
manusia dari segi fisiknya menghasilkan ilmu kedokteran, ilmu tentang raga, dan
dari segi tingkah lakunya menghasilkan ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi,
antropologi, dsb. Pemanfaatan ilmu-ilmu tersebut harus ditujukan dengan
mendekatkan diri dan terus beribadah kepada Allah SWT.
Ayat ke- 2:
Ayat kedua ini mengandung informasi tentang pentingnya memahami asal-usul
proses dan kejadian manusia dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya. Untuk
itu kesadaran manusia dapat timbul dalamn dirinya agar kelak diakhirat kita dapat
mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita selama didunia. Dalam ayat ini
juga dapat kita rumuskan tujusn pendidikan yaitu, adalah upaya membina jasmani
dan rohani manusia dengan segenap potensi yang ada pada keduanya secara
seimbang sehingga dapat melahirkan manusia yang seutuhnya. Pelajaran agama
misalnya untuk ditujukan untuk membina sikap keberagaman, pelajaran matematika
ditujukan untuk membina potensi berpikir, pelajaran sejarah ditujukan untuk
membina potensi bermasyarakat,dsb.
Ayat ke- 3:
Dalam ayat ketiga ini mengandung arti tentang mengenali, mengidentifikasi,
mengklasifikasi, membandingkan, menganalisa, menyimpulkan, membina, dan
membuktikan. Dengan demikian ayat ini erat kaitannya dengan metode pendidikan.
7
Sebagaimana halnya dijumpai pada metode Iqra dengan sifat Tuhan yang Maha
Mulia.
Ayat ke- 4 & 5:
Didalam ayat ini mengandung pengertian tentang al-qalam yaitu sesuatu yang
agak keras seperti kuku dan kayu, yang secara khusus digunakan untuk menulis.
Menurut Al-Maraghi al-qalam adalah dan alat yang keras yang tidak mengandung
unsur kehidupan, dan tidak pula mengandung unsur pemahaman. Maksudnya disini
ialah al-qalam adalah sesuatu yang bias digunakan oleh manusia untuk mengetahui
atau mengembangkan ilmu pengetahuan dengan mudah melalaui al-qalam tersebut.
Jadi al-qalam adalah alat-alat yang digunakan untuk menyimpan sesuatu, misal pada
perkembangan saat ini yaitu alat pemotret berupa kamera, alat penyimpan data berupa
komputer, alat perekam berupa recording, mikro film, video compact disc (VCD), dll.
Berupa alat yang dapat menunjang pendidikan.
Ayat ke- 6-13:
Pada ayat ini berisi tentang asal-usul kejadian manusia beserta sebagian sifat-sifatnya
yang negatif. Penjelasan ini sangat membantu dalam rangka merumsukan tujuan,
materi dan metode pendidikan. Berdasarkan kandungan pada surat ini tujuan
pendidikan Islam nya yaitu manusia harus diarahkan untuk memilki kesadaran dan
tanggung jawab sebagai makhluk yang selalu harus beribadah kepada Allah SWT dan
mempertanggungjawabkan perbuatannya di akhirat kelak. Untuk itu manusia harus
dididik dengan menggunakan kurikulum yang komprehensif, yaitu kurikulum yang
tidak hanya memuat materi pendidikan agama, tetapi harus memuat materi
pendidikan umum. Karna pendidikan agama dan pendidikan umum sama-sama
dibutuhkan oleh manusia.
2)
Karena mereka tidak mengetahui tentag siapa dirinya dan apa tugas yang harus
dilakukan;
3)
Karena mereka membiarkan dirinya berada dalam kebodohan
{ 3} { 2} { 1}
{ 5} { 4}
{8} { 7} { 6}
(1) Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.
(2) Dan demi Bukit Sinai.
(3) Dan demi kota (Mekkah) ini yang aman.
(4) Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya.
(5) Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
(6) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi
mereka pahala yang tiada putus-putusnya.
(7) Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah
(adanya keterangan-keterangan) itu?
(8) Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?
Kandungan Isi Surat Ini adalah makkiyah3[1].
{1}
Artinya: Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.
2
Pada ayat pertama surat ini, Allah Subhanahu wa Taala bersumpah dengan At Tin
dan Az Zaitun. Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan At Tin dan Az
Zaitun4[2], namun tidak ada satupun pendapat mereka yang berdasar pada dalil yang
shahih, kecuali pendapat yang mengatakan bahwa At Tin adalah buah At Tin yang
3[1]Tafsir Al Quran Al Azhim (8/434)
4[2] Asy Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi di dalam tafsirnya
Adhwa Al Bayan (9/3-4)
(sudah dikenal dan) biasa dimakan, dan Az Zaitun adalah (juga) buah Az Zaitun yang
biasa diperas darinya minyak Zaitun5[3].
{2}
{3}
Artinya: Dan demi kota (Mekkah) ini yang aman.
Berikutnya Allah bersumpah dengan Al Balad Al Amin, yaitu Makkah.7[5]
Lalu, mengapa Allah Subhanahu wa Taala bersumpah dengan hal-hal tersebut? Para
ulama tafsir menerangkan sebab-sebabnya yang diantaranya; karena kedua tumbuhan
tersebut (At Tin dan Az Zaitun) banyak mengandung manfaat, baik pada pohonnya
maupun buahnya, dan karena keduanya sangat tumbuh subur dan baik di Syam, yang
merupakan tempat diutusnya Nabi Isa alaihissalam menjadi seorang rasul.
Kemudian Allah Subhanahu wa Taala bersumpah dengan sebuah bukit, karena di
tempat itulah Allah Subhanahu wa Taala berbicara kepada Nabi Musa dan
mengutusnya menjadi seorang rasul. Adapun mengapa Allah bersumpah dengan Al
Balad Al Amin? Itu karena Mekkah adalah sebuah negeri yang aman bagi orang
memasukinya, juga karena di tempat itulah Rasulullah Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam diutus menjadi seorang rasul. dari sini, jelaslah mengapa Allah
Subhanahu wa Taala bersumpah dengan hal-hal tersebut? Itu karena ketiga tempat
tersebut adalah tempat-tempat yang disucikan yang Ia pilih, dan telah diutus padanya
rasul-rasulNya yang paling mulia8[6].
{4}
10
11
{6}
{ 5}
Artinya: Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, maka bagi
mereka pahala yang tiada putus-putusnya
5
Pada ayat pertama dari kedua ayat ini Allah Subhanahu wa Taala menerangkan
tentang keadaan kebanyakan manusia yang kufur terhadap nikmat yang telah Ia
berikan kepadanya berupa bentuk fisik yang sempurna dan baik. Maka sudah
sewajibnya seorang manusia bersyukur atas nikmat ini, namun justru kebanyakan
manusia lalai dan lupa terhadap penciptanya yang telah memberikan kenikmatankenikmatan yang tak terbilang, mereka sibuk dengan bermain-main dan hal-hal yang
melalaikan mereka. Mereka ridha dengan perkara-perkara rendah dan akhlak-akhlak
buruk yang merusak diri mereka sendiri. Akhirnya Allah pun mengembalikan mereka
ke dalam neraka yang paling bawah, tempatnya ahli maksiat yang membangkang dan
menentang perintah-perintah Allah. Kecuali orang orang yang beriman, yang telah
diberikan oleh Rabb mereka keutamaan berupa keimanan, amal yang shalih, dan
akhlak yang tinggi dan mulia. Maka bagi mereka derajat yang tinggi di sisi Allah
Subhanahu wa Taala, dan pahala dariNya yang tiada henti-hentinya terus mengalir
kepada mereka dan tanpa terputus. Bahkan mereka terus mendapatkan kelezatan
kelezatan yang terus-menerus, kebahagiaan yang tiada habis-habisnya, dan
kenikmatan kenikmatan tak terhingga yang abadi dan kekal selama-lamanya10[8].
Pada ayat berikutnya Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
{7}
Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah
(adanya keterangan-keterangan) itu?
Pada ayat ini Allah Subhanahu wa Taala bertanya dan menegaskan kembali
kepada manusia yang telah diciptakan dalam sebaik-baik bentuk, sempurna dan utuh
tanpa kekurangan suatu apapun, namun di antara manusia masih ada yang kufur
terhadap nikmat nikmat Rabbnya dan ingkar terhadap hari pembalasan,Apa yang
membuatmu dan menyebabkanmu wahai anak Adam mendustakan dan mengingkari
hari pembalasan terhadap seluruh amal perbuatan, padahal kamu telah mengetahui
10[8] Taisir Al Karim Ar Rahman (2/1181).
12
{8}
Artinya: Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?
6
Allah Subhanahu wa Taala kembali bertanya dalam ayat ini yang maknanya,
Apakah adil dan sesuai dengan hikmahNya jika Ia menciptakan makhlukNya untuk
kemudian dibiarkan dan ditinggalkan begitu saja tanpa diperintah dan dilarang, dan
tanpa diberikan balasan baik ataupun buruk? Ataukah sesuai keadilan dan hikmahNya
itu, jika Ia Yang Maha Pencipta dengan tahapan demi tahapan penciptaan, kemudian
Ia memberikan seluruh nikmat-nikmatNya yang tiada terbilang, lalu membimbing
mereka dengan bimbingan yang baik dan bijaksana, dan akhirnya Ia mengembalikan
mereka kepada tujuan dan inti kehidupan mereka, yaitu akhirat yang kepadanyalah
orang-orang beriman menuju?12[10]
Ada sebuah hadits yang erat kaitannya dengan ayat terakhir ini. Yang
mungkin hadits ini dijadikan hujjah oleh sebagian mereka yang beranggapan akan
sunnahnya hukum membaca lafazh ( ) , atau lafazh (
: : :
.
Barangsiapa yang membaca Wat tiini waz Zaituun sampai ia membaca
Alaisallaahu bi Ahkamil Haakimiin ; maka hendaknya ia mengucapkan: Balaa Wa
Ana Alaa Dzaalika minasy Syaahidiin (Ya, dan aku atas hal itu termasuk orangorang yang bersaksi).
13
Namun hadits ini dhaif, sebagaimana yang telah dihukumi oleh Asy Syaikh Al
Albani14[12], disebabkan pada sanadnya terdapat perawi (dan ia bukan seorang
sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam -pen) yang mubham
14[12] Dhaif Sunan Abi Dawud, Dhaif Sunan At Tirmidzi, Dhaif Al Jami
(5784), Tamaam Al Minnah (hal. 186), dan kitab beliau yang lainnya.
14
Surat al-Insyirah adalah surah ke-94, termauk wahyu yang ke-12 yang
diterima Nabi Muhammad Saw. Ia turun sesudah surat ad-Duha dan
sebelum al-Ashr. Ia terdiri dari 8 ayat.
Menjelang turunnya surah ad-Dhuha, Rasulullah Saw sangat
gelisah dan bimbang, karena lama tidak mendapatkan wahyu lagi dari
Allah.
Sedangkan
ketika
turunnya
surat
ini,
kegelisahan
dan
agar
terus
menyampaikan
dakwahnya,
walaupun
menerima
dan
menemukan
kebenaran,
hikmah
dan
wafatnya istri beliau, Khadijah ra. dan paman beliau, Abu Thalib
b.
c.
Artinya :
.... Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman
kepada Allah dan hari akhirat. Barang siapa yang bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. At-Thalaq [65] : 2-3)
Khasiat
18
D.
Surah Ad-Dhuha
Makna dan Kandungan Surah Ad-Dhuha - Surah Ad-Dhuha adalah surah ke-93
dalam al-Qur'an dan terdiri atas 11 ayat. Surah ini termasuk golongan surah
Makkiyah dan diturunkan sesudah surah Al-Fajr. Nama Adh Dhuhaa diambil dari kata
yang terdapat pada ayat pertama, yang artinya "waktu matahari sepenggalahan naik".
Surat Adh Dhuhaa, menerangkan tentang pemeliharaan Allah SWT terhadap Nabi
Muhammad SAW dengan cara yang tak putus-putusnya, larangan berbuat buruk
terhadap anak yatim dan orang yang meminta-minta dan mengandung pula perintah
kepada Nabi supaya mensyukuri segala nikmat.
) ( )
( )
(
(( ) ( )
( )
)
()
Artinya :
"Demi waktu matahari sepenggalahan naik, (1) dan demi malam apabila telah sunyi,
(2) Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada [pula] benci kepadamu [1], (3) dan
sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan [2]. (4) Dan kelak
Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu [hati] kamu menjadi puas.
(5) Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. (6)
Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung [3], lalu Dia memberikan
petunjuk. (7) Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia
memberikan kecukupan. (8) Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu
berlaku sewenang-wenang. (9) Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah
kamu menghardiknya. (10) Dan terhadap nimat Tuhanmu maka hendaklah kamu
menyebut-nyebutnya [dengan bersyukur]. (11)"
20
21
Kaya itu bukanlah dengan banyaknya harta. Akan tetapi, kaya itu dengan kecukupan
(kepuasan) jiwa. (HR. Muslim)
Atau maksudnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mencukupkan Beliau dengan
menaklukkan berbagai negeri untuk Beliau, dimana harta dan hasilnya diperuntukkan
kepada Beliau. Oleh karena Dia (Allah) telah melimpahkan berbagai kenikmatan itu,
maka hadapilah nikmat-Nya itu dengan disyukuri.
12. Yakni jangan bergaul secara buruk terhadapnya, janganlah dadamu merasa sempit
terhadapnya dan janganlah membentaknya, bahkan muliakanlah, berikanlah
kemudahan untuknya, dan berbuatlah terhadapnya sesuatu yang engkau suka jika
anakmu diperlakukan seperti itu.
13. Yakni jangan sampai keluar dari mulutmu ucapan yang mengandung penolakan
terhadap permintaannya dengan bentakan dan sikap yang buruk, bahkan berikanlah
kepadanya apa yang mudah bagimu atau tolaklah dengan cara yang baik dan ihsan.
22
Kata saail (meminta) di sini menurut Syaikh As Sadiy, termasuk pula yang meminta
harta dan yang meminta ilmu. Oleh karena itu, pengajar diperintahkan berakhlak
mulia kepada penuntut ilmu, memuliakannya dan menaruh rasa kasihan kepadanya,
karena yang demikian dapat membantu maksudnya serta memuliakan orang yang
berniat menyebarkan manfaat bagi hamba dan dunia.
14. Baik nikmat agama maupun nikmat dunia.
15. Yakni pujilah Allah terhadapnya dan sebutlah nikmat itu jika ada maslahatnya.
Hal itu, karena menyebut-nyebut nikmat Allah dapat membantu untuk bersyukur,
membuat hati mencintai yang memberikannya, yaitu Allah Subhaanahu wa Ta'aala,
karena hati itu dijadikan cinta kepada yang berbuat baik kepadanya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Menyebut-nyebut nikmat Allah adalah bersyukur, meninggalkannya adalah kufur.
Barang siapa tidak bersyukur terhadap yang sedikit, maka dia tidak akan bersyukur
kepada yang banyak. Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia
tidak akan bersyukur kepada Allah. Berjamaah adalah berkah, sedangkan berpecah
adalah azab. (HR. Baihaqi dalam Asy Syuab, dihasankan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahihul Jaami no. 3014)
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Surah Al-Qadr (bahasa Arab: )adalah surah ke-97 dalam al-Qur'an yang terdiri
atas 5 ayat dan termasuk golongan surah Makkiyah. Pada surah al-Qadr ini
diterangkan bahwa permulaan al-Qur'an diturunkan ialah pada malam Lailatul Qadr
dan diterangkan juga ketinggian derajat malam ini.
2. surah Al-'Alaq (bahasa Arab:, "Segumpal Darah") adalah surah ke-96 dalam alQur'an. Surah ini terdiri atas 19 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah.
Ayat 1 sampai dengan 5 dari surah ini adalah ayat-ayat Al-Quran yang pertama
diturunkan, yaitu di waktu Nabi Muhammad bersemedi di Gua hira
24
DAFTAR RUJUKAN
Wikipedia, Surat Al Qadr, ( http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Qadr), diakses pada
hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 11:10 am
Ernaz Siswanto, Memahami kandungan Surat Al Qadr
(http://anaksdpintar.blogspot.com/2011/08/memahami-kandungan-surat-alqadr.html), diakses pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 12:06 am
Wikipedia, Surat Al Maun, (http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Ma%27un) diakses
pada hari Rabu tanggal 24 September 2014 pukul 11:42 am
25
Maun
diakses
26