Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era globalisasi menuntut adanya perubahan dari berbagai bidang. Tak
terkecuali bidang kurikulum yang merupakan dasar lahirnya putera-puteri
bangsa yang akan membangun negeri ini kelak dikemudian hari. Perubahan
kurikulum merupakan harga mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Hal ini
sebagaimana dikemukakan Rudi Susilana dkk. (2006:9) yang mengatakan
bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa
agar memiliki sifat well Adjusted, yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan. Baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu
sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis.
Mengacu pada fungsi kurikulum sebagaimana dikemukakan di atas,
maka jelaslah bahwa dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi saat ini
menuntut kurikulum juga berubah. Namun demikian, bukan berarti asumsi
masyarakat selama ini yang memandang bahwa ganti pejabat ganti kebijakan itu
adalah benar, tetapi betul-betul menuntut perubahan ke arah yang lebih baik.
Untuk itu, para pengembang kurikulum harus mulai membenahi
paradigma masyarakat yang kelihatan apatis dan skeptis terhadap perubahan
yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perubahan kurikulum tidak
terlalu signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan di tanah air.
Mengapa hal ini terjadi? Bukankah perubahan tersebut merupakan hasil
analisis dan pengkajian yang mendalam terhadap kelemahan yang ada?
Ataukah justru para pengambil kebijakan yang menjadi permasalahannya?
Terlepas dari mana titik lemah permasalahan pendidikan tersebut, yang
terpenting adalah pelaksana kurikulum mampu mengaplikasikannya di lapangan
dengan baik. Hasil observasi yang dilakukan penulis di Propinsi Jawa Barat
menunjukkan bahwa para pelaksana kurikulum meskipun telah hadirnya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) justru kurang diaplikasikan
secara

1
serius , mereka masih terpaku pada pola lama yang bersifat konvensional dan
tidak terpengaruhi oleh perubahan-perubahan yang ada.
Untuk membenahi itu semua, pengembangan kurikulum model grass
roots merupakan salah satu alternatif untuk diterapkan di sekolah. Karena
model ini merupakan pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah,
sehingga isi kurikulum merupakan kreativitas mereka yang disesuaikan dengan
potensi daerah masing-masing. Dalam proses pengembangan kurikulum ini
harus diawali atau dimulai dari gagasan guru-guru sebagai pelaksana
pendidikan di sekolah. Bahkan pihak profesional, orang tua, dan unsur
masyarakat dapat terlibat dalam pengembangan kurikulum model ini.
Melalui pengembangan kurikulum model grass roots akan berdampak
pada adanya perbedaan muatan kurikulum antar daerah, bahkan antar sekolah.
Hal ini disebabkan karena potensi dan karakteristik setiap daerah atau sekolah
berbeda- beda pula. Namun demikian, walaupun terdapat perbedaan muatan
kurikulum antar daerah bukan berarti tidak adanya standar secara nasional.
Walau bagaimana pun standar secara nasional masih dibutuhkan untuk mencapai
kualitas pendidikan yang merata dan tidak adanya kesenjangan antara daerah
yang satu dengan daerah yang lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis sangat tertarik untuk
menganalisis lebih jauh mengenai ”Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa Melalui Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots” sebagai
pemecahan terhadap berbagai masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan
saat ini.

B. Identifikasi Masalah
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan, antara lain: Apa yang menyebabkan kualitas pendidikan
sangat rendah? Mengapa pelaksana kurikulum masih menggunakan model lama
dan bersifat konvensional dalam melaksanakan pembelajarannya? Upaya apa
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa? Apakah
pengembangan kurikulum model graas roots mampu meningkatkan prestasi
hasil belajar siswa? Bagaimanakah kondisi dan kualitas pelaksana kurikulum
di sekolah? Mampukah

2
pelaksana kurikulum mengaplikasikan perubahan yang terjadi? Bagaimanakah
kondisi lapangan yang sesungguhnya sehubungan dengan perubahan tersebut? Sudah
siapkah pelaksana kurikulum menerima perubahan?

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah


Sehubungan dengan banyaknya permasalahan yang muncul, supaya
kajian terhadap permasalahan tersebut lebih efektif dan efisien maka
permasalahannya akan dibatasi sebagaimana tampak pada rumusan masalah berikut:
”Apakah pengembangan kurikulum model grass roots dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa?”

D. Tujuan Penulisan dan Manfaat Makalah


1. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan pokok yang mesti
diperhatikan oleh pihak-pihak terkait yang berada di lingkungan pendidikan,
di antaranya:
a. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) belum
dilaksanakan secara maksimal sehingga perlu adanya monitoring dan
evaluasi ke lapangan;
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada dasarnya merupakan
jelmaan dari Kurikulum “Model Grass Roots”. Dengan demikian,
makalah ini dapat dijadikan barometer implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang sesungguhnya;
c. Mendeskripsikan Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots secara
sistematis sehingga dapat dijadikan kajian lebih lanjut; dan
d. Bahan kegiatan lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) tingkat Propinsi Jawa
Barat perwakilan dari Kabupaten Bandung Barat sebagai wujud nyata
partisipasi dan kepedulian penulis meskipun memiliki latar belakang
sederhana dan peserta di luar latar belakang Pendidikan Luar Biasa
(PLB).

3
2. Manfaat Makalah
Makalah ini diharapkan memiliki manfaat untuk berbagai pihak,
terutama sekali bagi:
a. Penulis
1) Menambah wawasan dan pengalaman penulis sehingga diharapkan
dapat dijadikan bahan yang sangat berguna bagi penulis sebagai
bagian dari tenaga pendidik di lingkungan Sekolah Luar Biasa (SLB);
2) Memupuk kreativitas dan inovasi-inovasi baru dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran dan profesionalisme diri sebagai
tenaga pendidik di lingkungan Sekolah Luar Biasa (SLB);
3) Meningkatkan kemampuan menulis Karya Tulis Ilmiah sebagai bahan
untuk pengembangan karier di masa yang akan datang; dan
4) Memotivasi diri penulis dalam upaya mencapai harapan-harapan yang
ingin dicapai di masa-masa yang akan datang.
b. Sekolah
1) Menambah referensi perpustakaan sehingga dapat dijadikan bahan
masukan dan acuan untuk penyusunan Karya Tulis selanjutnya;
2) Merangsang kreativitas dan persaingan sehat di antara guru-guru
Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam upaya memupuk kebiasaan menulis
di antara tenaga pendidik di lingkungan Sekolah Luar Biasa (SLB);
dan
3) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengembangan kurikulum
yang harus dilaksanakan Sekolah Luar Biasa (SLB) sehingga
diharapkan dapat diimplementasikan di sekolah.
c. Pengambil Kebijakan
1) Bahan kajian dan perbandingan terhadap pelaksanaan kurikulum yang
sedang berlaku; dan
2) Bahan pembinaan terhadap pimpinan sekolah dan tenaga kependidikan
lainnya sehingga diharapkan dapat melaksanakan pengembangan
kurikulum sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

4
E. Sistematika Penulisan
Sesuai dengan kaidah penulisan Karya Tulis Ilmiah, format yang telah
digariskan pada saat seleksi lomba Karya Tulis Ilmiah, dan saran dari Tim Juri
di Gugus XXXXI, maka sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari:
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
D. Tujuan dan Manfaat Makalah
E. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots
B. Proses Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots
C. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pengembangan Kurikulum Model
Grass Roots
D. Implementasi Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots
E. Pembahasan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

5
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS

A. Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots


Pengembangan kurikulum model grass roots merupakan model
pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah. Dalam prosesnya,
pengembangan kurikulum model ini dimulai dari gagasan-gasan guru sebagai
ujung tombak pelaksanaan pendidikan di sekolah. Selain itu, pihak profesional,
orang tua siswa, dan unsur masyarakat dapat ikut berperan aktif dalam
pengembangan kurikulum model ini.
Pengembangan kurikulum model grass roots dapat dikembangkan secara
makro maupun mikro. Dapat berlaku untuk bidang studi maupun pada sekolah
tertentu, tetapi dapat pula berlaku untuk beberapa bidang studi maupun pada
beberapa sekolah yang lebih luas. Artinya, pengembangan ini akan
menghasilkan kemampuan peserta didik yang kompetitif dan didukung oleh
kemampuan guru dan pelaksana sekolah yang kreatif, inovatif, dan dinamis.
Bahkan dalam prosesnya, guru-guru harus mampu melakukan kerja
operasional dalam pengembangan kurikulum secara kooperatif sehingga dapat
menghasilkan suatu kurikulum yang sistemik. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaannya pengembangan kurikulum model ini sangat membutuhkan
dukungan moril maupun materil yang bersifat kondusif dari pihak pimpinan.
Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini di antaranya adalah
partisipasi sekolah secara demokratis, apabila tidak terkontrol cenderung
banyak mengabaikan kebijakan dari pusat.

B. Proses Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots


Pengembangan kurikulum model grass roots merupakan model
pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah. Dalam prosesnya,
pengembangan kurikulum model ini dimulai dari gagasan-gasan guru sebagai
ujung tombak pelaksanaan pendidikan di sekolah. Selain itu, pihak profesional,

6
orang tua siswa, dan unsur masyarakat dapat ikut berperan aktif dalam
pengembangan kurikulum model ini.
Pengembangan kurikulum model grass roots dapat dikembangkan secara
makro maupun mikro. Dapat berlaku untuk bidang studi maupun pada sekolah
tertentu, tetapi dapat pula berlaku untuk beberapa bidang studi maupun pada
beberapa sekolah yang lebih luas. Artinya, pengembangan ini akan
menghasilkan kemampuan peserta didik yang kompetitif dan didukung oleh
kemampuan guru dan pelaksana sekolah yang kreatif, inovatif, dan dinamis.
Bahkan dalam prosesnya, guru-guru harus mampu melakukan kerja
operasional dalam pengembangan kurikulum secara kooperatif sehingga dapat
menghasilkan suatu kurikulum yang sistemik. Oleh karena itu, dalam
pelaksanaannya pengembangan kurikulum model ini sangat membutuhkan
dukungan moril maupun materil yang bersifat kondusif dari pihak pimpinan.
Ada beberapa hal yang harus diantisipasi dalam model ini di antaranya adalah
partisipasi sekolah secara demokratis, apabila tidak terkontrol cenderung
banyak mengabaikan kebijakan dari pusat.

C. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pengembangan Kurikulum


Model Grass Roots
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, dalam pengembangan kurikulum
model grass roots perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Guru harus Memiliki Kemampuan yang Profesional
Sadar atau tidak, guru merupakan ujung tombak keberhasilan program
pendidikan. Maka suka atau tidak, guru perlu memiliki berbagai ilmu
pengetahuan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Seorang guru yang
mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, dapat dikatakan sebagai
seorang guru yang profesional. Seorang guru yang profesional akan mampu
melaksanakan kurikulum secara efektif dan efisien, serta mampu
mengembangkannya dengan berbagai inovasi dan kreativitasnya.

7
Berkenaan dengan perannya sebagai pelaksana kurikulum, guru yang
profesional menurut Finch dan Crunkilton sebagaimana dikutip Sukmara
(2007:15) akan menunjukkan perilaku sebagai berikut:
a. Selalu membuat perencanaan konkrit dan detail yang siap untuk
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran;
b. Berkehendak mengubah pola pikir lama menjadi pola pikir baru yang
menempatkan siswa sebagai arsitek pembangun gagasan dan guru
berfungsi sebagai pelayam dan berperan sebagai mitra siswa supaya
peristiwa belajar bermakna dan berlangsung pada semua individu;
c. Bersikap kritis danberani menolak kehendak yang kurang edukatif;
d. Berkehendak mengubah pola tindak dalam menetapkan peran siswa,
guru, dan gaya mengajar. Peran siswa digeser dari peran sebagai
konsumen (menyalin, mendengar, dan menghapal) ke peran sebagai
produsen (bertanya, meneliti, mengarang, menulis gagasan, laporan, atau
sejarah);
e. Berani meyakinkan kepala sekolah, orang tua, dan masyarakat, agar
dapat berpihak pada mereka terhadap beberapa inovasi pendidikan yang
edukatif, argumentatif logis dan kritis; dan
f. Bersikap kreatif dalam membangun dan menghasilkan karya
pendidikan seperti: pembuatan alat bantu belajar, analisis materi
pembelajaran, penyusunan alat penilaian yang beragam, perancangan
beragam organisasi kelas dan perancangan kebutuhan kegiatan
pembelajaran lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan betapa besarnya harapan
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran kepada
kepiawaian seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya, terutama berkenaan dengan keberhasilan belajar siswa. Guru
dituntut memiliki kemampuan dan kesanggupan dalam merubah tatanan
paradigma berpikir lama ke arah paradigma berpikir baru.

8
2. Guru harus Terlibat Langsung dalam Perumusan Tujuan, Pemilihan Bahan
dan Penentuan Evaluasi
Sebagai ujung tombak dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru
yang merupakan pelaksana kurikulum perlu menentukan tujuan ke arah
mana peserta didik akan dibawa. Dengan demikian, guru harus terlibat
langsung dalam perumusan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal ini
sudah barang tentu merupakan hal mendasar karena walau bagaimana pun,
gurulah satu-satunya orang yang memahami dan mengetahui karakteristik
peserta didik.
Sehubungan dengan itu, maka tak dapat dipungkiri bahwa dalam
pemilihan bahan dan evaluasi pun guru tidak boleh ketinggalan. Karena
antara tujuan, bahan, dan evaluasi saling berhubungan antara yang satu
dengan yang lainnya. Tujuan merupakan dasar bagi bahan yang akan
disajikan dalam pembelajaran, sementara bahan merupakan dasar bagi
evaluasi. Dengan demikian, ketiga-tiganya memiliki hubungan yang sangat
erat. Hal ini sejalan dengan pandangan Safari (2003:5) yang mengatakan
bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengetahui apakah suatu
program telah berhasil dan efisien atau tidak. Dengan demikian evaluasi
merupakan alat untuk mengetahui tingkat ketercapaian program-program
yang telah direncanakan sebagai dasar untuk mengetahui ketercapaian
tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa program
merupakan seperangkat bahan yang direncanakan untuk disampaikan pada
siswa. Program-program tersebut merupakan serangkaian tujuan yang
diharapkan dicapai oleh siswa. Atas dasar tersebut maka semakin jelaslah
bahwa ketiga istilah tadi merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling
berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya.

9
3. Seringnya Pertemuan Kelompok dalam Pembahasan Kurikulum akan
Berdampak terhadap Pemahaman Guru dan Akan Menghasilkan Konsensus
Tujuan, Prinsip maupun Rencana-rencana
Pertemuan merupakan suatu ajang refleksi diri, baik bagi guru sebagai
pelaksana kurikulum maupun stakeholder yang lainnya. Melalui pertemuan
akan dapat ditemukan berbagai kendala atau hambatan sehingga dapat
dicarikan solusinya. Kendala atau hambatan tersebut tidak hanya yang
dialami guru-guru saja, termasuk di dalamnya kendala-kendala yang dialami
pengelola sekolah, orang tua, masyarakat, atau pun pengguna dari alumni
sekolah tersebut. Dengan demikian, kegiatan pertemuan dapat juga
dipandang sebagai arena evaluasi terhadap berbagai kelemahan dan
kelebihan dari pelaksanaan kurikulum yang dilakukan oleh suatu sekolah.
Dengan ditemukannya berbagai kelemahan dan kelebihan dari
pelaksanaan kurikulum, maka guru akan semakin memahami berbagai
permasalahan yang dihadapi. Pada akhirnya, guru semakin berkualitas dan
profesional dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Hal ini dapat
dimungkinkan karena guru akan mendapatkan berbagai pengalaman nyata
sehingga bertambah wawasan dan pengetahuannya.
Pengalaman nyata, wawasan, dan pengetahuan yang dimiliki guru
tersebut pada akhirnya akan berguna bagi pencapaian tujuan, prinsip, dan
rencana-rencana yang telah ditetapkan. Karena secara tidak langsung
melalui pengalaman-pengalaman nyata yang didapat guru di lapangan akan
dapat digunakan untuk pencapaian tujuan atau rencana-rencana yang telah
ditetapkan tersebut. Akhirnya, guru akan memiliki prinsip-prinsip yang kuat
untuk mengimplementasikan kurikulum secara efektif dan efisien.

D. Implementasi Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots


Dengan mengacu pada definisi, konsep, dan pola pengembangan
kurikulum model grass roots, maka berdasarkan kedudukan, peran, dan
tanggung jawab guru, implementasi pengembangan kurikulum model grass
roots dapat diuraikan sebagai berikut:

10
1. Implementasi dalam Orientasi Pembelajaran
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, pengembangan
kurikulum model grass roots senantiasa berlandaskan pada potensi guru
secara utuh dan menyeluruh. Kosasih Djahiri sebagaimana dikutip
Sukmara (2007:41) mengemukakan bahwa:
Rekayasa pembelajaran adalah reka upaya menginternalisasikan dan
mempribadikan (internalizing and personalizing) substansi menjadi isi
ketiga potensi diri manusia (kognitif, afektif, dan psikomotor) serta
memanfaatkan substansi tersebut untuk pembinaan proses pelakonan
(experiencing) potensi diri tadi secara optimal sehingga potensi-
potensi tersebut padat pengalaman, terlatih, dan terdidik dengan baik
(well experienced, well trained, and well educated) serta menunjukkan
tampilan diri dan kehidupan yang berbudaya (civilized) dan
memasyarakat (sociatable).

Berdasarkan pandangan tersebut, maka kegiatan pendidikan


diharapkan mampu membuahkan hasil yang mengintegrasikan secara utuh
dan menyeluruh aspek-aspek potensi manusia tersebut. Potensi-potensi
tersebut sangat berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum model
grass roots, karena sebagaimana diuraikan di atas bahwa pengembangan
kurikulum model grass roots bertititik tolak dari guru sebagai perancang ide
dan konsep.
Untuk merancang ide dan konsep pengembangan kurikulum model
grass roots ini dibutuhkan kreativitas dan kemampuan guru yang optimal.
Seorang guru harus peka terhadap kebutuhan pengguna kurikulum dan
mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal ini tentu
membutuhkan wawasan dan pengetahuan guru yang lebih baik, sehingga
dapat menghasilkan program-program pembelajaran yang berdaya guna dan
berhasil guna untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun demikian, perancangan ide dan konsep ini, dalam
pengembangan kurikulum model grass roots perlu adanya bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Terutama sekali dari pihak-pihak pengelola
sekolah sebagai penentu kebijakan sekolah yang bersangkutan, baik bantuan
dan dukungan dalam bentuk moril maupun spirituil. Hal ini dimaksudkan

11
agar terjalin suatu hubungan yang harmonis sehingga terdapat kesamaan
persepsi dan tujuan pendidikan yang diharapkan.
2. Implementasi dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Seiring dengan bergulirnya kebijakan pemerintah tentang
penyempurnaan sistem pendidikan pada umumnya, serta terhadap
kurikulum pada khususnya. Sebagai implikasi diberlakukannya peraturan
pemerintah yakni PP No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan dan
akhir-akhir ini telah disosialisasikan pula Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Maka pengembangan kurikulum model grass roots
merupakan dasar yang paling cocok untuk mendukung kebijakan tersebut.
Dalam pengembangan kurikulum model grass roots, para praktisi di
lapangan pada setiap satuan pendidikan bahkan guru bidang studi diberikan
kewenangan untuk mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang bersifat operasional. Berdasarkan kewenangan tersebut, guru selaku
praktisi di lapangan dituntut mampu mengintegrasikan kemampuannya
dalam perencanaan kegiatan pembelajaran secara jelas, terarah, dan
terencana dengan matang.
Berkenaan dengan hal tersebut, Tim BBE Depdiknas memberikan
alternatif dalam merumuskan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan
skema sebagai berikut:

Semua jenis mata pelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan Bahan Ajar/Model Kecakapan Hidup
KONSEPTUAL/REALITA

Permasalahan dalam kehidupan nyata yang harus disikapi dan dihadapi dengan kecakapan–kecakapan tertentu

Berdasarkan skema di atas, maka langkah-langkah yang dapat


ditempuh dalam merencanakan pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai
berikut:

12
Pertama :Lakukan identifikasi rencana-rencana yang akan
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan kehidupan nyata di
masyarakat
Kedua : Identifikasi pokok bahasan/topik keilmuan yang diperlukan
Ketiga : Kemas dalam bentuk mata pelajaran
Keempat : Penyajian materi pelajaran yang menunjuk pada apa yang
diharapkan dalam membentuk kecakapan hidup yang
diperlukan

Demikian pula dalam penyusunan rencana pembelajaran serta


pelaksanaannya, disusun dan diorganisasikan secara sistematis sesuai
dengan susunan kompetensi sehingga dapat memberikan arah terhadap
kegiatan yang tertuju pada penguasaan kompetensi, baik kompetensi dasar,
standar kompetensi, maupun kompetensi lulusan bagi siswa yang berada
pada tingkatan terakhir.
3. Implementasi dalam Pengembangan Proses dan Penilaian Hasil Belajar
Proses pembelajaran dengan menggunakan pengembangan kurikulum
model grass roots berlandaskan pada aktivitas dan kreativitas guru dan
siswa dengan kadar tinggi dan multi domain serta multi dimensional melalui
pola pengorganisasian bahan ajar serta proses pembelajaran yang utuh dan
terpadu. Proses merancang bahan dan kegiatan pembelajaran harus
memperhitungkan pendekatan interdisipliner dan transdisipliner, bahkan
antar bidang kajian.
Dalam pengembangan kurikulum model grass roots, perlu ditetapkan
stándar kompetensi dalam bentuk kompetensi dasar, materi stándar, dan
indikator-indikator penilaiannya yang diketahui dan ditetapkan oleh pihak
sekolah dengan melibatkan unsur pimpinan, guru, masyarakat dan pihak-
pihak profesional lainnya. Sedangkan pengembangan kegiatan dan proses
pembelajaran dilaksanakan oleh setiap guru yang bersangkutan.
Pola pembelajaran dan penilaian tidak lagi bersifat pragmentaris
(insidental dan terputus-putus) melainkan saling berhubungan dan
berkesinambungan untuk seluruh masa belajar siswa. Sehingga dirasakan
sebagai suatu proses yang dijalankannya secara aktif dan kreatif penuh
kebebasan dan alternatif. Dengan demikian, evaluasi bersifat kumulatif.

13
E. Pembahasan
Secara umum dapat dikatakan bahwa pengembangan kurikulum model
grass roots memberikan kebebasan pada guru untuk mengembangkan dan
menyusun suatu langkah-langkah strategis yang mampu meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hal ini dapat dimungkinkan karena guru bebas memilih isi
kurikulum yang dibutuhkan sesuai dengan karakteristik siswa, sekolah,
lingkungan sekitar, dan perkembangan teknologi yang ada.
Namun demikian, kebebasan guru tersebut perlu adanya pengawasan dan
masukan yang sifatnya membangun dari stakeholder yang ada. Hal ini
diperlukan guna mengantisipasi terhadap berbagai kebijakan yang sekiranya
dapat dilanggar oleh guru yang bersangkutan. Karena walau bagaimana pun
dalam suatu lembaga pendidikan tidak akan luput dari berbagai kepentingan,
baik itu yang menyangkut kepentingan sekolah, daerah, maupun pusat.
Untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan tersebut, maka perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pembinaan secara rutin dari pimpinan sekolah melalui berbagai
pertemuan dan situasi yang mendukung kegiatan pembinaan dilakukan;
2. Mengikutsertakan guru-guru yang bersangkutan dalam berbagai
kegiatan yang dilakukan oleh pihak-pihak lain untuk menambah wawasan
dan pengetahuannya;
3. Memfasilitasi berbagai kebutuhan yang diperlukan oleh guru yang
bersangkutan sebagai konsekuensi dari sistem yang telah ditetapkan;
4. Menyusun sebuah kelompok kerja, sehingga akan dapat
menanggulangi kelemahan setiap guru yang bersangkutan. Hal ini
dimaksudkan guna terjalinnya hubungan yang harmonis dan saling
membantu antara yang satu dengan yang lainnya; dan
5. Perlu adanya jadwal pertemuan yang rutin untuk membahas
berbagai hambatan dan kendala yang dihadapi sehingga dapat dicarikan
jalan keluarnya.
Namun demikian, hal ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa para guru sudah kehilangan

14
semangat dan kreativitasnya dalam mengajar. Dengan sering terjadinya
perubahan kurikulum, membuat para guru menjadi bingung bahkan tidak
memahami apa yang semestinya mereka kerjakan.
Menghadapi problema semacam itu, maka langkah utama sebelum
dilakukan pengembangan kurikulum, diperlukan persiapan sumber daya
manusia terlebih dahulu. Para guru di lapangan perlu dipersiapkan, dengan
dibekali berbagai pemahaman pengetahuan dan keterampilan untuk
pelaksanaan model kurikulum yang akan dipergunakan. Hal ini sangat penting
dilakukan untuk menyamakan persepsi dan tujuan sehingga tercapai apa yang
dicita-citakan bersama.

15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN SERTA REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) belum berjalan secara
optimal. Dengan demikian, perlu terobosan-terobosan baru untuk mengatasi
permasalahan tersebut;
2. Salah satu alternatif pemecahannya bisa dilakukan melalui “Pengembangan
Kurikulum Model Grass Roots” sebagai rohnya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP);
3. Pengembangan Kurikulum Model Grass Roots” adalah model
pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah;
4. Dalam prosesnya, pengembangan kurikulum model grass roots dapat
dimulai dari gagasan-gasan guru sebagai ujung tombak pelaksanaan
pendidikan di sekolah, pihak profesional, orang tua siswa, dan unsur
masyarakat;
5. Pengembangan kurikulum model grass roots dapat dikembangkan secara
makro maupun mikro, dapat berlaku untuk bidang studi maupun pada
sekolah tertentu, tetapi dapat pula berlaku untuk beberapa bidang studi
maupun pada beberapa sekolah yang lebih luas;
6. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model
grass roots, di antaranya: (a) guru harus memiliki kemampuan yang
profesional; (b) guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan,
pemilihan bahan dan penentuan evaluasi; dan (c) seringnya pertemuan
kelompok dalam pembahasan kurikulum akan berdampak terhadap
pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, prinsip maupun
rencana-rencana.
7. Implementasi pengembangan kurikulum model grass roots dapat dilakukan
melalui: (a) orientasi dalam pembelajaran; (b) penyusunan rencana

16
pelaksanaan pembelajaran; (c) pengembangan proses dan penilaian hasil
Belajar;
8. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, pengembangan kurikulum
model grass roots senantiasa berlandaskan pada potensi guru secara utuh
dan menyeluruh;
9. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam merencanakan pelaksanaan
pembelajaran adalah sebagai berikut: (a) lakukan identifikasi rencana-
rencana yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan kehidupan nyata
di masyarakan; (b) identifikasi pokok bahasan/topik keilmuan yang
diperlukan; (c) kemas dalam bentuk mata pelajaran; dan (d) penyajian
materi pelajaran yang menunjuk pada apa yang diharapkan dalam
membentuk kecakapan hidup yang diperlukan; serta
10. Proses pembelajaran dengan menggunakan pengembangan kurikulum
model grass roots berlandaskan pada aktivitas dan kreativitas guru dan
siswa dengan kadar tinggi dan multi domain serta multi dimensional melalui
pola pengorganisasian bahan ajar serta proses pembelajaran yang utuh dan
terpadu.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka sehubungan dengan
pengembangan kurikulum model grass roots disarankan sebagai berikut:
1. Pengambil kebijakan sebaiknya melakukan monitoring dan evaluasi untuk
melihat realita sebenarnya yang terjadi di lapangan;
2. Pengembangan kurikulum model grass roots dapat dijadikan solusi untuk
mengatasi permasalahan, sehingga proses pembelajaran dapat berdaya guna
dan berhasil guna; dan
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan acuan sehingga
dapat dipadukan dengan pengembangan kurikulum model grass roots.

17
C. Rekomendasi
Sehubungan dengan permasalahan sebagaimana dikemukakan di atas,
maka supaya pelaksanaan pengembangan kurikulum model grass roots dapat
berjalan secara efektif dan efisien perlu direkomendasikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pimpinan sekolah sebaiknya tidak mengikat kreativitas dan inovasi
guru dalam menyusun program-program yang akan dilaksanakan;
2. Pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan pengayaan program-
program sekolah perlu diberdayakan sehingga diharapkan terbentuknya
program-program sekolah yang berkualitas; dan
3. Perlu adanya penetapan standar kompetensi yang diharapkan yang
disesuaikan dengan kebutuhan siswa, sekolah, daerah, dan pusat sehingga
kualitas pendidikan merata diberbagai bidang.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dian Sukmara. (2007). Implementasi Life Skill dalam Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan. Bandung: Mughni Sejahtera.

Djahiri A. Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan


Games dalam VCT. Bandung: jurusan PPKn-FPIPS IKIP Bandung.

Oemar Hamalik. 2000. Model-Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:


Yayasan Al-Madani Terpadu.

Rudi Susilana. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Tim


Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Fakultas Ilmu
Pendidikan-Universitas Pendidikan Indonesia.

Tim Rekayasa Kurikulum Propinsi Jawa Barat. (2002). Pengembangan


Kurikulum Berbasis Kemampuan Dasar. Pendidikan Dasar dan
Menengah. Karya Tulis pada SEMILOKA dan kongres IGI Jawa Barat.
Bandung.

Team Broad Base Education. (2001). Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup.


Jakarta: Depdiknas.

19

Anda mungkin juga menyukai