Anda di halaman 1dari 53

Lampiran :

SK Direktur No. : 05/042.1/SK/X/2016


Tanggal : 12 Oktober 2016
Tentang : Pedoman Pelayanan Instalasi Radiologi RS. Permata Bunda Purwodadi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah salah satu unsur yang penting untuk menjadikan sumber daya
manusia yang berkualitas dan produktif dan kesehatan bukanlah semata-mata merupakan
tanggung jawab pemerintah ( kementerian kesehatan), melainkan juga tanggung jawab dari
seluruh sektor, termasuk masyarakat dan swasta. Derajat kesehatan masyarakat sangat
dipengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan dan kondisi lingkungan sosial
masyarakat yang kondusif bagi terciptanya status kesehatan masyarakat. Dalam
melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan, parisipasi aktif lintas sektoral dan
seluruh masyarakat termasuk swasta sangat diharapkan.
Menciptakan kondisi kesehatan masyarakat telah terbingkai dalam pembangunan
kesehatan yang tertuang dalam undang-undang No.36 tahun 2009, bertujuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Salah satu tujuan dari
pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya untuk memperbaiki kualitas pelayanan
kesehatan. Pelayanan yang berkualitas ini harus dapat dilaksanakan di seluruh sarana
pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta. Dengan pelayanan bermutu ini diharapkan
masyarakat akan lebih berminat untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan rumah
sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Rumah sakit telah menyediakan dan menawarkan beberapa bentuk pelayanan medis
sebagai bentuk pendukung dari pelayanan bermutu kepada masyarakat, salah satu di
antaranya adalah pelayanan Radiologi. Pelayanan Radiologi merupakan pelayanan penunjang
medis yang bertujuan memberikan hasil diagnosa. Radiologi dalam operasionalnya
memanfaatkan radiasi pengion dalam hal ini sinar-X, yang telah diketahui selain manfaatnya
juga efek atau dampak negatif dari sinar-X perlu mendapat perhatian. Sehingga dalam
pemanfaatan sinar-X nya dapat memperhatikan kaidah-kaidah dari keselamatan pasien.
Untuk mencapai hal-hal tersebut diperlukan Standar Pelayanan Instalasi Radiologi ini
yang disusun dari berbagai buku acuan dan standar yang berlaku, yang disesuaikan dengan
kondisi RS Permata Bunda sehingga dapat memberikan gambaran pelayanan Instalasi
1
Radiologi dari sisi landasan hukum. Mekanisme pelayanan, sarana pendukung SDM, logistik
dan fasilitas serta peralatan, sanitasi dan K3, dan tak kalah pentingnya pembiayaan,
pengawasan dan pengendalian mutu. Buku standar pelayanan Instalasi radiologi ini juga
merupakan acuan bagi pelaku pelayanan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tercapainya standarisasi pelayanan radiologi diagnostik di RS Permata Bunda

2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan pelayanan radiologi di RS Permata Bunda
b. Sebagai tolak ukur dalam menilai penampilan untuk melakukan pelayanan di RS
Permata Bunda
c. Sebagai pedoman dalam upaya pengembangan standar pelayanan radiologi yang
telah dicapai dan kebutuhan pelayanan radiologi selanjutnya yang lebih berkualitas.
C. Ruang Lingkup
Pelayanan radiologi di RS Permata Bunda meliputi pelayanan radiodiagnostik & pelayanan
imejing diagnostik dengan ruang lingkup sebagai berikut :
1. Kepemimpinan dan perencanaan pelayanan Radiologi
2. Administrasi radiologi
3. Tindakan pelayanan medis radiologi
4. Hasil pemeriksaan radiologi
5. Pembacaan hasil radiologi (ekspertise)
6. Pemeriksaan Radiologi
7. Manajemen Peralatan Radiologi
8. Persetujuan Tindak Medik Radiologi
9. Keselamatan Kerja Radiologi
10. Pertemuan Radiologi
11. Pengelolaan limbah di radiologi
12. Pengendalian Mutu

2
D. Batasan Operasional
1. Kepemimpinan & Perencanaan Pelayanan Radiologi
Instalasi radiologi dipimpin oleh Ka. Instalasi dan dalam operasional dibantu oleh Kepala
Ruang Radiologi
2. Administrasi radiologi
Semua data pasien yang diperiksa di Instalasi Radiologi sudah tercatat secara
komputerisasi dalam sistem informasi rumah sakit yang dapat dicetak apabila diperlukan
Dokumen hasil pemeriksaan radiologi dan paparan radiasi pekerja radiologi harus
disimpan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku Pelaksanaan pelaporan
administrasi dilakukan sesuai prosedur yang ditetapkan
3. Tindakan pelayanan medis radiologi
Tindakan pelayanan medis radiologi hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan bidang
radiologi sesuai dengan penugasan klinis yang dimilikinya serta memiliki kredensial yang
diperlukan untuk dapat melakukan pekerjaannya.
a. Pelaksana tindakan radiologi dan diagnostik imaging adalah dokter spesialis
radiologi dan radiografer.
b. Pelayanan radiologi dan diagnostik imaging di luar radiologi dilakukan oleh dokter
spesialis yang memiliki kompetensi dan diberikan kewenangan klinis.
c. Pelaksana tindak medik radiologi dengan menggunakan media kontras harus
dibawah supervisi dokter radiologi. Penyuntikan kontras dan obat lainnya serta
pemberian obat yang diperlukan dilakukan oleh dokter radiologi/perawat yang
terampil.
4. Hasil pemeriksaan radiologi dan diagnostik imaging
Semua ekspertise hasil tindakan radiologi dibuat rangkap tiga, harus ditandatangani oleh
dokter spesialis radiologi serta dibubuhi nama jelas dokter spesialis radiologi yang
memeriksa. Hasil pemeriksaan radiologi dan tindakan pelayanan medik radiologi harus
disimpan dengan baik, aman, terstruktur, serta mudah dicari jika diperlukan
Hasil pemeriksaan radiologi dan diagnostik imaging diluar Instalasi radiologi dicatat dalam
rekam medis pasien.
5. Pembacaan hasil radiologi (ekspertise)
Pembacaan hasil ekspertise dilakukan oleh dokter spesialis radiologi yang mempunyai ijin
praktek yang masih berlaku.
Semua ekspertise dibuat rangkap tiga (3) yaitu 1lembar dijadikan satu dengan film atau
hasil gambar USG, lembar 2 untuk arsip radiologi, dan lembar 3 untuk dokumen rekam
3
medis pasien. Pada kasus foto belum dilakukan ekspertise karena peminjaman oleh
klinisi/pasien, maka foto wajib dikembalikan oleh perawat/ dokter peminjam/ pasien atau
dapat dibaca lewat monitor Computed Radiology oleh radiolog kecuali permintaan pasien
sendiri.
6. Pelayanan Radiodiagnostik
Pelayanan Radiodiagnostik adalah pelayanan untuk diagnosis dengan menggunakan
radiasi pengion, meliputi pelayanan X-ray konvensional, panoramik dan CT scan.
7. Pelayanan Diagnostik imaging
Pelayanan Diagnostik imaging adalah pelayanan untuk diagnosis dengan menggunakan
radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan dengan Ultrasonografi atau USG.
8. Semua tindakan medis harus dilengkapi dengan Standar prosedur
operasional (SPO) dan harus meminimalkan efek samping yang merugikan. Pemeriksaan
yang perlu persiapan akan diprogram sesuai jadwal agar teratur.
9. Manajemen Peralatan Radiologi
Semua peralatan radiologi harus terinventaris dengan baik dan fasilitas pelayanan
radiologi harus cukup (dalam jumlah dan kemampuan). Semua peralatan / sarana harus
dapat berfungsi dengan baik dan siap pakai. Pemeliharaan peralatan radiologi dilaksanakan
oleh petugas radiologi untuk kebersihan dan pemerliharaan harian, sedangkan untuk tiga
bulanan dapat dilakukan oleh teknisi RS atau vendor yang ditunjuk sesuai kontrak RS.
10. Persetujuan Tindak Medik Radiologi
Tindakan medis radiologi dan diagnostik imaging berisiko harus disertai dengan surat
persetujuan tindakan oleh pasien/keluarga pasien, termasuk pemakaian APD pada pasien
hamil yang membutuhkan pemeriksaan dengan X ray.
11. Keselamatan Kerja Radiologi
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, lingkungan kerja
serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi. Keselamatan kerja merupakan
tugas semua orang yang berada di rumah sakit termasuk Instalasi radiologi. Keselamatan
kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di rumah
sakit serta masyarakat disekitar rumah sakit yang mungkin terkena dampak akibat suatu
proses kerja.
10. Pertemuan Radiologi
Pertemuan radiologi adalah pertemuan yang dilakukan oleh staf Radiologi sebagai salah
satu sarana komunikasi staf Radiologi dan dilakukan untuk membahas berbagai masalah
ataupun untuk koordinasi secara internal radiologi maupun dengan Instalasi lain.
4
11. Pengelolaan limbah di radiologi
Untuk mengurangi risiko terjadinya penularan adalah dengan menjaga agar sampah medis
tersebut tetap tertutup dengan rapat dan ada prosedur yang dapat membantu pencapaian
tujuan pengurangan dari pemakaian limbah dari kegiatan RS harus dikelola dengan baik
sehingga tidak mencemari lingkungan
12. Pengendalian mutu
Kontrol mutu untuk pelayanan radiologi dan diagnostik imaging sesuai dengan indikator
mutu yang ditetapkan dalam satu bulan yaitu :
1. Pemeliharaan alat radiologi
2. Indikator mutu pelayanan radiologi;
a. Waktu tunggu foto thorax pada pasien rawat jalan
b. Angka pengulangan pemeriksaan/reject foto
3. Pendidikan dan pelatihan staf
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia) Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Republik
Indonesia Nomor 4431
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia) Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor
5063
3. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia) Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor
5072
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2000 Tentang Keselamatan
Dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion (Lembaran Negara Republik
Indonesia) Tahun 2000 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3922
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2008 Tentang Perizinan
Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007
Tentang Ijin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011
Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
5
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56/Menkes/SK/III/2007
Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 375/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Radiografer
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/Menkes/SK/XI/2008
tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 410/Menkes/SK/III/2010 tentang Perubahan Atas
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/Menkes/SK/XI/2008
tentang Standar Pelayanan Radiologi di Sarana Pelayanan Kesehatan
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087/Menkes/SK/II/2010
Tentang Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
14. Buku pedoman pelayanan Radiologi Rumah Sakit dan Sarana Pelayanan Kesehatan
Lainnya.

6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi dan Sumber Daya Manusia


Dalam upaya mempersiapkan tenaga Radiologi yang handal, perlu kiranya melakukan
kegiatan menyediakan dan mempertahankan sumber daya manusia yang tepat bagi
organisasi.
Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, yaitu proses mengantisipasi dan
menyiapkan kebutuhan tenaga Radiologi. Tujuannya adalah mendayagunakan sumber-
sumber tersebut seefektif mungkin sehingga pada waktu yang tepat dapat disediakan
sejumlah orang yang sesuai dengan persyaratan jabatan.
Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan oganisasi
dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi. Kualifikasi dan
sumber daya manusia di Instalasi Radiologi RS Permata Bunda adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan di Instalasi radiologi
No Nama Jabatan Kualifikasi Formal Keterangan
.
1 Kepala Instalasi S2 Kedokteran
Radiologi
Spesialis Radiologi
2 Kepala Ruang DIII Tehnik Pelatihan Bidang
Radiologi
Radiologi Manajemen

Memiliki pengalaman
bekerja di radiologi
3 Penanggung jawab DIII Tehnik Memiliki pengalaman
USG dan Radiologi bekerja di radiologi
pelayanan lintas
Instalasi
3 Dokter Spesialis S2 Kedokteran Memiliki SIP
Radiologi Spesialis Radiologi
5 Radiografer DIII Tehnik Memiliki STR & SIK
Radiologi
4 Petugas Radiasi DIII Tehnik Memiliki STR & SIK
7
Radiologi

Bersertifikat PPR

2. Pelayanan diluar Instalasi radiologi


No Nama Jabatan Kualifikasi Keterangan
. Formal
1 Dokter pelaksana S2 Kedokteran Memiliki SIP
USG Spesialis penyakit Pelatihan USG
dalam/spesialis
obsgyn
2 Perawat DIII Keperawatan Memiliki STR & SIP

B. Distribusi Ketenagaan
1. Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Radiologi adalah sebagai berikut:
a. Dinas Pagi:
Terdiri dari 4 orang yaitu:
i. 1 Kepala Ruang
ii. 1 Dokter Spesialis radiologi
iii. 2 Radiografer
b. Dinas Siang:
Terdiri dari 2 orang yaitu:
i. 2 Radiografer
c. Dinas Malam( on call ) :
i. Ada 1 Radiografer yang dinas on call sesuai jadwal.
2. Pola pengaturan ketenagaan pelayanan di luar radiologi
a. Dinas Pagi (mengikuti jadwal praktek dokter di poli kandungan) yaitu :
i. 2 Dokter Spesialis Kandungan
ii. 1 Perawat
b. Untuk tenaga struktural diatur oleh poli rawat jalan.

C. Pengaturan Jaga

8
1. Pelayanan Instalasi Radiologi
a. Pengaturan Jaga Dokter Spesialis Radiologi
i. Pengaturan jadwal dinas dokter spesialis radiologi dibuat dan dipertanggung
jawabkan oleh Ka.Sub.Bag.Yanmed
ii. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke dokter
spesialis radiologi setiap satu bulan.
iii. Ka.Sub.Bag.Yanmed akan melakukan koordinasi dengan dokter spesialis
radiologi dalam menyusun jadwal sehingga dapat mempertimbangkan keperluan
pribadi dokter namun tidak menganggu pelayanan radiologi.
iv. Karena dokter spesialis radiologi di RS Permata Bunda hanya Part Timer jadi
jadwal dinasnya sbb:
Hari senin – sabtu pukul 12.30 – s.d selesai ( kecuali hari jumat pukul 11.00)
v. Pada saat jadwal on call dokter spesialis radiologi :
 Jika ada foto cito maka dokter radiologi diberi laporan dengan mengirimkan
hasil foto melalui WA, BBM (Blackberry Message) atau email. Dokter jaga
radiologi memberikan jawaban sementara, juga lewat BBM atau email.
Jawaban sementara ini disampaikan oleh radiografer kepada dokter pengirim.
Baru keesokan harinya dokter jaga radiologi memberikan jawaban ekspertise
secara lengkap.
 Untuk pemeriksaan yang memerlukan kehadiran dokter radiologi secara
langsung (untuk pemeriksaan USG dan pemeriksaan radiologi lain), maka
radiografer akan menghubungi dokter jaga radiologi untuk datang langsung ke
rumah sakit.
vi. Apabila ada kondisi dimana dokter spesialis radiologi tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka dokter yang bersangkutan harus
memberitahu Ka.Sub.Bid.Yangmed/ Ka.Ruang radiologi 1 hari sebelumnya dan
mencari dokter pengganti.
vii. Apabila ada kondisi dimana dokter spesialis radiologi tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan (tidak terencana), maka Ka.Sub.Bid.Yangmed akan
mencari dokter pengganti.

b. Pengaturan jaga radiografer

9
i. Pengaturan jadwal dinas radiografer dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh
kepala ruang dan disetujui oleh
ii. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
radiografer setiap satu bulan.
iii. Apabila radiografer memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
radiografer tersebut dapat mengajukan permintaan dinas kepada kepala ruang
sebelum tanggal 15 setiap bulannya. Permintaan akan disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga yang ada (Apabila tenaga cukup dan berimbang serta tidak
mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
iv. Jadwal dinas terbagi sebagai berikut:
 Dinas Pagi : Pukul 07.00 – 14.30 WIB
 Dinas Siang: Pukul 14.00 – 21.00 WIB
 On call : Pukul 21.00 – 07.00 WIB
v. Apabila ada radiografer jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka radiografer yang bersangkutan
harus memberitahu kepala ruang. Sebelum memberitahu kepala ruang, diharapkan
radiografer yang bersangkutan sudah mencari radiografer pengganti. Apabila
radiografer yang bersangkutan tidak mendapatkan radiografer pengganti, maka
kepala ruang akan mencari radiografer pengganti yaitu radiografer yang hari itu
libur.
vi. Apabila ada radiografer tiba–tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan (tidak terencana), maka kepala ruang akan mencari radiografer
pengganti yang hari itu libur. Apabila radiografer pengganti tidak di dapatkan,
maka radiographer yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan
atau dilemburkan.
2. Pelayanan diluar Instalasi radiologi
Pengaturan jaga dokter spesialis obsygn dan perawat untuk pelaksana tindakan USG di
luar Instalasi radiologi sesuai ketentuan yang berlaku di poli rawat jalan.

10
BAB III
STANDAR FASILITAS DAN PERALATAN
INSTALASI RADIOLOGI

A. Denah Ruang Instalasi Radiologi

KETERANGAN:
1 A. RUANG ADMINISTRASI
B. RUANG PEMERIKSAAN RONTGEN KONVENSIONAL
C. RUANG PEMERIKSAAN CT-SCAN
A 10 D. KAMAR GELAP
3 E. RUANG RADIOGRAFER
F. GUDANG
B C G. KAMAR MANDI PEGAWAI
9 H. KAMAR MANDI PASIEN
8 1. MEJA ADMINISTRASI
2 2. ALAT X-RAY KONVENSIONAL
3. CT-SCAN
4. AUTOMATIC PROCCESING
5. COMPUTED RADIOGRAPHY (CR)
E D 6. PRINTER CR
H G 4 7. MEJA BACA RONTGEN
7 8. KONTROL PANEL X-RAY KONVENSIONAL
6 9. KONTROL PANEL CT-SCAN
F 5 10. PRINTER CT-SCAN

1. Pendekatan yang dipakai dalam menetapkan jenis dan luas ruangan


adalah :
a. Fungsi ruangan / jenis kegiatan
b. Proteksi terhadap bahaya radiasi bagi petugas, pasien, lingkungan
c. Efisiensi
2. Persyaratan ruangan :
a. Letak Instalasi radiologi RS Permata Bunda mudah dijangkau dari ruangan gawat
darurat, perawatan intensive care, kamar bedah, dan ruangan lainnya.
b. Di Instalasi Radiologi dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan suhu ruang
pemeriksaan 20 -24 C dan kelembapan 40 – 60 %.
c. Suhu untuk alat sesuai dengan kebutuhan alat tersebut.
11
i. Persyaratan ruangan, meliputi jenis , kelengkapan dan ukuran / luas ruangan
yang dibutuhkan sebagai berikut :
ii. Ketebalan dinding
Dinding terbuat dari bata dengan ketebalan 15 cm dan dilapisi timbal (Pb)
setebal 2 mm, sehingga tingkat radiasi di sekitar ruangan Pesawat Sinar – X
tidak melampaui nilai batas dosis 1 mSV
iii. Pintu
Pintu ruang pemeriksaan dilapisi dengan Pb yang memiliki ketebalan tertentu
sehingga tingkat radiasi di sekitar ruangan Pesawat Sinar – X tidak melampaui
nilai batas dosis 1 Msv.
No. JENIS KELENGKAPAN KETERANGAN
1 Gedung  Luas Instalasi Radiologi 114 m² dengan letak yang
mudah dijangkau.
 Mempunyai fasilitas tanda bahaya radiasi berupa lampu
merah sebagai tanda pesawat sedang dioperasikan.
 Mempunyai tanda peringatan bagi ibu hamil
 Tersedia APAR dan alat untuk memonitor suhu dan
kelembaban di masing-masing ruang pemeriksaan
 Ruangan dilengkapi dengan system pengaturan udara.
2 Penerangan (Lampu) Lampu penerangan semua ruang pemeriksaan memakai
lampu TL
4 Air Mengalir Bersih Tersedia air mengalir bersih
5 Daya Listrik Tersedia cadangan sumber listrik dari generator,
mengingat radiologi memberikan pelayanan 24 jam.
Untuk mengatasi listrik darurat (padam dalam waktu
mendadak) diperlukan adanya UPS.
6 Tata Ruang :
a. Rontgen  Ukuran 5,5m x 5,5m x 3,1m, memenuhi standar untuk
ruangan dengan alat x-ray berkekuatan s/d 125 kV
(Standar : 4m x 3m x 2,8m).
 Dinding terbuat dari bata dengan ketebalan 15 cm dan
dilapisi timbal (Pb) setebal 2 mm
 Digunakan untuk pemeriksaan radiologi konvensional
dan kontras

12
b. CT Scan  Ukuran 6m x 5m x 3,1m, memenuhi standar untuk
ruang CT-Scan (Standar : 6m x 4m x 3m.
 Ruang operator ukuran 3 m x 2 m x 3 m yang terbuat
dari bata dengan ketebalan 15 cm dan dilapisi timbal
(Pb) setebal 2 mm
 Dinding terbuat dari bata dengan ketebalan 15 cm dan
dilapisi timbal (Pb) setebal 2 mm
 Digunakan untuk pemeriksaan CT-Scan

 Ukuran 5m x 3,8m x 3,1m, memenuhi standar ruang


c. USG USG(Standar: 4m x 3m x 2.7m) dan dilengkapi dengan
tempat tidur pemeriksaan serta kursi pasien.
 Dinding terbuat dari bata dengan ketebalan 15 cm.
 Digunakan untuk pemeriksaan USG

 Ukuran 5,5m x 3m x 3,1m, memenuhi standar ruang


d. Ruang CR
CR-PACS (Standar: 3m x 3m x 2,8m) dan dapat
menampung tempat printer serta tempat processing.
 Dilengkapi dengan AC. Suhu ruangan dibawah 25ºC
dan kelembaban 40-60%
 Digunakan untuk mengolah gambar dengan peralatan
CR

 Ukuran 5m x 2,8m x 3,1m, memenuhi standar ruang


e. Ruang Baca dan
baca dan konsultasi dokter (Standar: 2m x 2m x 2,7m).
Konsultasi Dokter
 Tersedia 1 buah meja kerja, 2 buah kursi, 1 lemari dan
lightcase
 Digunakan untuk intepretasi hasil pemeriksaan
radiologi dan konsultasi dengan dokter spesialis
radiologi apabila diperlukan

f. Ruang ganti pasien


 Tersedia di ruang rontgen 1 dan ruang CT-Scan

g. Toilet
13
 Tersedia di dalam ruang rontgen 1, dan di dekat ruang
radiologi sebanyak 1 buah

h. Ruang Obat dan Alkes


 Ukuran 5m x 1,75m x 3,1m .dan dilengkapi dengan
AC
i. Pantry  Tersedia alat pengukur suhu dan kelembaban
 Tempat untuk makan / minum petugas

j. Ruang Arsip  Tempat untuk arsip dokumen hasil pemeriksaan


radiologi, berukuran1,8m x 1,5m x 3,1m
k. Ruang Administrasi

 Ukuran 3,4m x 2,8m x 3,1m


 Ruang ini digunakan untuk pendaftaran pasien dan
pengambilan hasil radiologi
 Termasuk juga untuk ruang jaga radiographer.,
l. Ruang tunggu pasien
 Ruang tunggu untuk pasien yang melakukan
pemeriksaan radiologi

C. Peralatan Radiologi
Peralatan di Instalasi Radiologi sebagai berikut :
No Peralatan Merk Jml Spesifikasi Lokasi Status
14
&Kelengkapan Alat
1 MSCT 4 Asteion 1 Injektor otomatis : 1 Ruang Milik RS
slices Toshiba CT-Scan
Printer laser : 1
Phantom : 2
monitor
2 Pesawat Listem 1 Kapasi 125 kV-300mA, Rontgen Milik RS
konvensional 1 Meja kontrol
2 meja peneriksaan
dengan bucky (1 meja
dilengkapi tilting)
1 bucky stand
Support untuk CR,
dilengkapi kaset
ukuran:

 26x36 cm : 2 buah
 20x26 cm : 2 buah
 35x43 cm :1 buah
 Panoramic : 1 buah
printer film (thermal)
lampu sorot dengan
stand
3 USG siement 1 Tranduser linear & Ruang Milik RS
Multipurpose curve (2.5, 4.8, 7.5 USG
, Color mHz)
Doppler, 4D Monitor USG
Printer Sony
Printer CP-800
UPS & Stabilizer
4 USG Famio 5 1 Tranduser linear & Ruang Milik RS
Multipupose, curve (3.75, 6.0, 8.0 USG
small part mHz)

15
Monitor USG
Printer Sony
5 Panoramik Ashahi 1 Kapasitas tabung 90kV, Ruang ct Milik RS
10mA dan 12 s scan

6 Peralatan proteksi radiasi


Lead apron 2 Tebal 0,5 mm Pb Ruang
Rontgen
Pelindung - Tebal 0,5 mm Pb Ruang
tiroid Pb Rontgen
gloves 1 Tebal 0,5 mm Pb Ruang
pasang Rontgen

8 Perlengkapan protektif radiasi

TLD

9 Radiologi Fuji FCR 1 Dilengkapi 1 monitor, 1 Ruang


Digital XG-1 printer dan 1 reader CR
10 Emergency 1 set Sesuai standar RS Trolly
kit Emergen
si
11 Tensimeter Reister 1

12 Stetoskop One-Med 1

12 Tabung 1 Ruang
Oksigen CT-Scan

D. Bahan Kontras dan Alat Kesehatan


No Nama Jumlah
Bahan Kontras
1 Iopamiro 300 larutan 50 ml 5 vial
2 Iopamiro 370 larutan 50 ml 15 vial

16
3 Barium Microbar 3500 gram

Film
1 Film CR ukuran 26 x 36cm 450 lembar
2 Film CR ukuran 35 x 43 cm 200 lembar
3 Film CT-Scan ukuran 35 x 43 cm 250 lembar
4 Film CR ukuran 20 x 26 300 lembar
5 Film konvensional ukuran 35x35 cm 100 lembar
6 Film USG 10 rol
7 Kertas foto USG 40 Lb
Obat emergensi
1 Amiodaron injeksi (Tiaryt) 1 ampul
2 Atropin Sulfas injeksi 10 ampul
3 Dexamethasone injeksi 2 ampul
4 Dextrose 40% 25 cc 1 plabote
5 Diazepam injeksi (Valisanbe) 1 ampul
6 Epinefrin injeksi 4 ampul
Alat kesehatan
1 Albothyl conc 5 ml 1 botol
2 Alcohol swab 1 box
3 Alkohol 1000 cc 75% one med 3 botol
4 Extension tube 5 buah
5 Folley catheter three way no 24 1 buah
6 Folley catheter two way gold no.14 1 buah
7 Folley catheter two way gold no.8 1 buah
8 Hand sanitizer (handrub) 2000 cc
9 Hansaplast kecil 5 rol
10 Jarum no.18 4 buah
11 Jarum no.23 5 buah
12 Kassa gulung buana jaya 1 rol
13 Kertas printer USG 6 pak
14 Ketamin-Hameln 50mg/ml 10 ml 1 vial
15 KY jelly 100gr 2 tube
16 Nelaton catheter no.14 4 buah
17 Otsu wi 25 cc 5 flash
18 Oxygen nasal canulla ( dewasa ) 1 buah
19 Oxygen nasal canulla ( pediatric ) 1 buah
20 Sarung tangan non steril 1 box
21 Spuit 20 cc 4
22 Spuit 5 cc 5
23 Ultrasonic jell 2000cc

E. Peralatan diluar Instalasi Radiologi


1. Peralatan
No Peralatan Merk Jml Spesifikasi Lokasi Status

17
&Kelengkapan
Alat
1 USG 4D siemen 1 Tranduser curve Poli Rawat Milik
(1) jalan RS
Tansduser
transvaginal (1)
Transduser 4D (1)
Monitor USG
Digital print
Digital color print

UPS

2. Bahan dan Alat Kesehatan


No Nama Jumlah Minimal
1 Film USG 1 Rol
2 Kertas foto 20 lembar
3 KY-Jelly 250 ml 1 botol
4 Tissue kotak 1 box

F. Pemeliharaan dan Kalibrasi Alat


Setiap alat kesehatan yang dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan harus dilakukan
pengujian dan kalibrasi secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun
untuk menjamin ketelitian dan ketepatan serta keamanan penggunaan alat kesehatan.
Pemeliharaan dan kalibrasi alat di pelayanan diagnostik imajing RS permata bunda
dilakukan sebagai berikut:

1. Pemeliharaan Peralatan
Pada setiap alat harus dilakukan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)
yaitu semua kegiatan yang dilakukan agar diperoleh kondisi yang optimal, dapat
beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan. Pemeliharaan alat baik yang ada di
Instalasi radiologi ataupun yang diluar Instalasi radiologi dilakukan sebagai berikut :

18
a. Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan rutin dilakukan harian oleh Instalasi radiologi termasuk pelayanan
di luar Instalasi radiologi yang meliputi pemeliharaan kebersihan serta uji fungsi
alat. Pemeliharaan rutin dilakukan setiap pagi oleh petugas Instalasi dan dilakukan
monitoring oleh atasan langsung. (Kartu Pemeliharaan Alat Terlampir)
b. Pemeliharaan berkala
Pemeliharaan berkala peralatan medik di Instalasi radiologi termasuk pelayanan
diluar Instalasi radiologi dilakukan oleh tenaga elektromedik dari Instalasi sarana
prasarana setiap 1 minggu sekali.
2. Kalibrasi Peralatan
Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional
penunjukan instrumen ukur dan bahan ukur. Kalibrasi peralatan kesehatan bertujuan
untuk memastikan hubungan antara nilai –nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur
atau sistem pengukur, atau nilai-nilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur, dengan
nilai sebenarnya dari besaran yang diukur. Peralatan Instalasi radiologi termasuk
pelayanan di luar Instalasi radiologi dikalibrasi satu tahun sekali oleh laboratorium
yang terakreditasi dan ditunjuk oleh BAPETEN

19
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pendaftaran Pemeriksaan
1. Pelayanan radiologi dilaksanakan atas indikasi dan permintaan tertulis dari dokter, dokter
gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis di surat/formulir pemintaan pemeriksaan
radiologi dimana:
a. Jenis pemeriksaan foto yang diminta jelas
b. Keterangan klinis tertulis jelas dan dapat terbaca
c. Ditandatangani dan diberi nama dokter yang meminta foto
Dalam hal ini Dokter yang meminta pemeriksaan dapat terjadi kemungkinan sebagai
berikut :
a. Dokter Internal RS Permata Bunda
i. Dokter pengirim dari RS Permata Bunda baik pasien rawat inap maupun rawat jalan
harus mengisi Formulir Permintaan Pemeriksaan Radiologi disertai klinisnya
sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi
ii. Pasien rawat jalan membawa sendiri Formulir Permintaan Pemeriksaan Radiologi
dari dokter pengirim ke Instalasi Radiologi. Perawat ruangan mengantarkan pasien
rawat inap untuk pemeriksaan Radiologi ke Instalasi Radiologi. Apabila
pemeriksaan memerlukan persiapan, perawat menghubungi radiografer terlebih
dahulu untuk menjadwalkan pemeriksaan.
b. Dokter Eksternal RS Permata Bunda
Pasien rawat jalan dari luar yang akan dilakukan pemeriksaan radiologi harus
membawa surat pengantar pemeriksaan radiologi dari dokter pengirimnya
2. Setiap pasien didaftar dan dibuatkan catatan medik/status tersendiri sesuai nomor rekam
medik pasien yang terdaftar di RS Permata Bunda.
3. Setiap tindakan radiologi yang menimbulkan risiko terhadap pasien yaitu pemeriksaan
radiologi menggunakan media kontras harus disertai surat persetujuan (informed
consent) setelah dijelaskan oleh dokter spesialis radiologi yang akan melakukan tindakan.

B. Jenis Pemeriksaan
Jenis pemeriksaan yang diselenggarakan dan harapan waktu proses pelayanan adalah
sebagai berikut:

20
CITO REGULER
JENIS PEMERIKSAAN
(jam) (jam)
1. Pelayanan di Instalasi radiologi
a. Radiologi konvensional
1) Cranium (AP/Lat/Towne, caldwel,
mandibula, maxilla, sinus paranasal, 1 3
TMJ, mastoid, orbita)
2) Dental / Panoramik 1 3
3) Thorax AP/Lat 1 3
4) Abdomen/ BNO 1 3
5) Abdomen 2/3 Posisi 1 3
6) Pelvis / Coxae 1 3
7) Collumna Vertebrae (cervical, thoracal, 1 3
lumbal, sacrum, coccygeus)
8) Extremitas Atas (Humerus, Elbow, 1 3
Antebrachi, Wrist Joint, Manus)
9) Extremitas Bawah (Femur, Genu, Cruris, 1 3
Ankle Joint, Pedis)
b. Radiologi dengan media kontras
1) Pemeriksaansalurancernabagianatas
(Oesophagus, OMD, follow through- 3 4
kontras per oral)
2) Pemeriksaan colon (colon inloop)- 3 4
kontras per anal
3) IVP/IVU 3 4
4) Cystography 3 4
5) Urethrocystography 3 4
6) Fistulography 3 4
c. USG
1) Abdomen 2
2) Kandungan 2
3) Ginjal Tidak ada 2
4) Trans Vaginal pelayanan 2
5) Tyroid cito kecuali 2

21
CITO REGULER
JENIS PEMERIKSAAN
(jam) (jam)
6) USG 3D/4D CT Scan 2
7) Small part (Testis, Mammae, dll) Kepala dan 2
8) Extremitas CT Scan 2
Abdomen (1
jam)

2. Pelayanan di luar Instalasi radiologi Tidak ada pemeriksaan cito,


a. USG Kandungan waktu proses pelayanan sesuai
b. USG 4D dengan lama waktu pelayanan
pasien di poliklinik
.
C. Berdasarkan Alur Pasien
1. Pasien rawat inap
Pasien rawat inap didaftarkan ke bagian Radiologi oleh perawat ruangan, kemudian
petugas administrasi menentukan jadwal pemeriksaannya berdasarkan kebutuhan
pelayanan. Apabila sudah tiba waktunya untuk diperiksa, pasien akan dipanggil oleh
petugas radiologi melalui telepon intern untuk dilakukan pemeriksaan.
2. Pasien rawat jalan
Pasien atau keluarga pasien datang ke bagian pendaftaran terlebih dahulu sebelum
ke radiologi untuk mendaftar agar mendapatkan No RM. Setelah terdaftar pasien
membayar ke loket 1( kasir ) dikasir inilah pasien menunjukan surat pengantar atau
surat permintaan pemeriksaan radiologi yang telah ditandatangani oleh dokter pengirim.
Kasir akan menginput dan membilling jenis pemeriksaan yang diminta dokternya.
Setelah selasai membayar dikasir pasien dipersilakan untuk ke radiologi dilakukan
pemeriksaan

3. Pelayanan diagnostik imaging di luar Instalasi radiologi

22
Pelayanan diagnostik imaging di luar Instalasi radiologi yaitu pelayanan USG
yang berada di bagian poli kandungan. Alur pelayanan menjadi satu dengan proses
pelayanan pasien poli kandungan karena pemeriksaan USG yang dilakukan merupakan
bagian dari pemeriksaan oleh dokter spesialis kandungan.
D. Informed Consent dan Edukasi
1. Informed Consent
Pemeriksaan radiologi yang beresiko wajib disertai informed consent sebelum
dilakukannya tindakan. Permintaan Informed Consent atau persetujuan tindakan dari
pasien dilakukan oleh dokter spesialis radiologi yang sebelumnya telah dijelaskan
terlebih dahulu mengenai tujuan dilakukannya tindakan radiologi, prosedur pemeriksaan,
resiko, komplikasi yang mungkin timbul sesuai ketentuan pemberian informed consent
yang berlaku di RS Permata Bunda. Setelah setuju dilakukan tindakan maka pasien atau
keluarga pasien menandatangani Formulir Persetujuan Tindakan Medis yang telah
disediakan. Tindakan radiodignostik imajing yang memerlukan informed consent adalah
sebagai berikut
a. Pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras intravena
 IVP/IVU
 CT-Scan dengan kontras
b. Pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras per oral seperti Oesophagus, OMD,
follow through, appedikogram
c. Pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras per anal seperti Colon In Loop
d. Pemeriksaan saluran kencing seperti Cystography & Urethrography
e. Pemeriksaan Fistulography
2. Edukasi
Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga pasien meliputi:
a. Penjelasan tindakan radiologi beresiko yang memerlukan informed consent
b. Pemeriksaan radiologi yang membutuhkan persiapan khusus (puasa dan atau urus-
urus) dan pemeriksaan USG
Bukti pelaksanaan edukasi di catat dalam lembar edukasi (pasien rawat inap) dan stempel
edukasi di FPR (pasien rawat jalan) dengan disertai tanda tangan pasien.

E. Pelaksanaan Pemeriksaan
23
1. Petugas radiologi membaca formulir pemeriksaan dan mengecek kelengkapannya
(identitas pasien, jenis pemeriksaan, klinis pasien dan nama serta tanda tangan dokter
pengirim)
2. Petugas radiologi memastikan pasien tidak dalam kondisi hamil (untuk wanita usia
produktif 14 s/d 50 tahun) kecuali memang permintaan foto adalah pemeriksaan pada ibu
hamil dengan indikasi medis.
3. Petugas radiologi mengecek kembali persiapan pemeriksaan yang dilakukan oleh pasien
(khusus pemeriksaan radiologi dengan persiapan khusus yaitu pemeriksaan yang
membutuhkan puasa dan atau urus-urus)
4. Pada pemeriksaan radiologi beresiko yaitu pemeriksaan dengan media kontras wajib
disertai dengan informed consent dari pasien sebelum pemeriksaan radiologi dilakukan
5. Mempersiapkan peralatan radiologi yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
6. Petugas radiologi melakukan pemeriksaan sesuai permintaan yang tertera di formulir
pemeriksaan dengan sebelumnya memastikan benar identitas pasien (nama lengkap dan
tanggal lahir)
7. Petugas radiologi melakukan pengolahan gambar dan mencetak radiograf.
8. Apabila pada saat pengambilan gambar kurang memenuhi kriteria radiograf yang baik,
maka dilakukan pengulangan foto. Pengulangan foto dicatat dalam lembar pemakaian
film beserta alasan pengulangannya yang akan dijadikan data indikator mutu angka
pengulangan foto dan penolakan expertise.
9. Radiograf diserahkan ke dokter spesialis radiologi untuk mendapatkan expertise (hasil
pemeriksaan radiologi)

F. Berdasarkan Urgency
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk kebutuhan rutin ataupun gawat darurat selama
24 jam. Pada kasus gawat darurat, pemeriksaan radiologi dilakukan segera (cito) dan
mendapat perhatian khusus untuk penanganan selanjutnya. Indikasi pelayanan cito adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan non kontras
a. CT Scan Kepala
i. Post trauma capitis
ii. Post CVD / stroke
iii. Pada penurunan kesadaran
iv. Pada cedera maxillofacial
24
b. Foto polos cranium post trauma capitis
c. Foto polos abdomen
i. Kolik abdomen
ii. Tertelan benda asing
d. Foto abdomen 2/3 posisi
i. Suspect ileus/ peritonitis/ perforasi
ii. Setelah luka tusuk abdomen
iii. Post trauma abdomen
e. Foto thorax
i. Setelah luka tusuk
ii. Post trauma tumpul dengan nyeri berat/ sesak nafas
iii. Sesak nafas tersangka pneumothorax/ pleural effusion
iv. Multiple trauma
f. Ekstremitas post trauma
g. Vertebra post trauma
h. Pelvis/ coxae post trauma
2. Pemeriksaan dengan kontras
a. IVP post trauma dengan gross hematuria
b. Urethrografi dengan trauma urethra
c. Cystografi pada trauma buli-buli
d. Colon In Loop pada distensi abdomen +colic abdomen+ BAB berdarah
e. Foto esophagus setelah tertelan benda asing dengan kesulitan menelan atau muntah-
muntah setiap makan/ minum
f. CT Scan Abdomen dengan kontras pada pasien post trauma abdomen
3. USG
a. Suspect appendicitis akut
b. Trauma abdomen
c. Suspect cystoma ovari terpuntir
d. Suspect rupture ovarial cysct
e. Suspect pancreatitis akut
f. Suspect peritonitis
Apabila pemeriksaan cito telah selesai, maka wajib segera diberi expertise dokter spesialis
radiologi dan dilaporkan ke DPJP seperti pelaporan hasil kritis pemeriksaan radiologi.
G. Pengolahan Gambar
25
Pengolahan gambar dilakukan dengan menggunakan Computed Radiography (CR) dengan
tahapan sesuai dengan SPO pencetakan gambar. Hasil yang sudah dicetak diserahkan ke
Dokter Radiologi untuk dilakukan interpretasi hasil (expertise).
H. Pemberian Expertise
Pemberian expertise dilaksanakan oleh dokter spesialis radiologi dengan standar sebagai
berikut:
1. Di dalam jam kerja
Pemberian expertise oleh dokter spesialis radiologi sesuai dengan jadwal yang berlaku
dan sesuai standar waktu yang berlaku
2. Di luar jam kerja
Pemberian expertise diluar jam kerja dilakukan pada kasus cito dengan cara sebagai
berikut :
i. Jika ada foto cito diluar jam dokter radiologi, maka dokter radiologi diberi laporan
dengan mengirimkan hasil foto melalui BBM (Blackberry Message) atau email.
Dokter jaga radiologi memberikan jawaban sementara, juga lewat BBM atau email.
Jawaban sementara ini disampaikan oleh radiografer kepada perawat PJ shift untuk
segera dilaporkan ke dokter pengirim. Baru keesokan harinya dokter jaga radiologi
memberikan jawaban ekspertise secara lengkap di lembar HPR (Hasil Pemeriksaan
Radiologi)
ii. Untuk pemeriksaan yang memerlukan kehadiran dokter radiologi segera atau cyto
(USG, pemeriksaan radiologi dengan media kontras), maka dokter radiologi akan
datang langsung ke rumah sakit atau dilakukan penjemputan bila diperlukan
3. Pelayanan diagnostik imajing diluar Instalasi radiologi
Pelayanan USG di poliklinik tidak diberikan expertise, namun dokter spesialis kandungan
wajib menuliskan hasil USG di rekam medik pasien.
I. Hasil Kritis Hasil Pemeriksaan Radiologi
Sewaktu memberikan expertise, apabila dokter radiologi menemukan adanya “Hasil Kritis”
yang perlu segera ditindak lanjuti oleh dokter pengirim, maka wajib segera di laporkan.
Kriteria hasil kritis pemeriksaan radiologi adalah sebagai berikut:
1. X-Foto Thorax
a. Pneumothorax
b. Efusi pleura masif
c. Pneumopericardium
2. X-Foto Abdomen dan USG Abdomen
26
a. Tanda-tanda peritonitis
b. Ileus obstruksi
c. Ruptur organ solid intra abdomen
d. Perdarahan intra abdomen
3. CT-Scan Abdomen
a. Ruptur organ-organ abdomen
b. Perdarahan intra abdomen
4. CT-Scan Kepala
a. Perdarahan intracranial
b. Terdapat peningkatan tekanan intracranial
c. Infark luas
d. Trauma tembus kepala (e.c luka tembak, luka tusuk) dengan kemungkinan benda
asing tertinggal di intracranial
Pelaporan nilai kritis dilakukan sebagai berikut:
1. Pelaporan dilakukan oleh radiografer kepada perawat ruangan yang mengirim pasien
dengan membacakan “Hasil/Kesan” pemeriksaan radiologi jika sudah dibaca radiolog
tetapi jika belum dibaca tetapi dari hasil fotonya menunjukan hasil kritis maka perawat
yang mengantar diberi tahu terlebih dahulu untuk lapor ke dokter pengirim/DPJP
2. Perawat wajib segera melapor ke DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien) tentang
hasil kritis pemeriksaan radiologi.
3. Petugas Radiologi mendokumentasikan pelaporan hasil kritis pemeriksaan radiologi
dalam buku hasil kritis serta menulis nama perawat yang ditelefon dan nama
radiographer yang melaporkan serta ditulis jam lapornya.
J. Pelayanan Pemeriksaan Dengan Perjanjian
Pelayanan radiologi dapat dilakukan dengan atau tanpa perjanjian terlebih dahulu. Pada
pemeriksaan tertentu diperlukan perjanjian terlebih dahulu yang dikarenakan pemeriksaan
tersebut perlu persiapan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Adapun tujuan
dilakukannya pemeriksaan dengan perjanjian adalah sebagai berikut :
1. Agar pelaksanaan pemeriksaan sesuai dengan yang direncanakan
2. Mempersiapkan keadaan pasien secara psikologis
3. Agar pelaksanaan pemeriksaan lebih terjadwal dan teratur
Pemeriksaan radiologi yang memerlukan perjanjian terlebih dahulu adalah sebagai berikut:
1. BNO-IVP
2. Colon In Loop
27
3. OMD
4. Barium Follow Through
5. CT-Scan Abdomen
6. USG Abdomen
7. USG 4D
K. Pelayanan Diluar Jam Kerja / On Call
Pelayanan yang dilakukan petugas radiologi di luar jam kerja radiologi. Pelayanan ini
dilakukan dimana jadwal radiografer yang tidak berlaku 24 jam. Adapun tujuannya
dilakukannya pelayanan diluar jam kerja ( diluar jam standby radiografer ) :
1. Agar pelayanan radiologi di luar jadwal standby radiografer tetap berjalan
2. Agar tindakan pemeriksan pasien cepat tertangani
L. Penyerahan Hasil
1. Pasien Rawat Jalan
a. Petugas radiologi menulis identitas pasien dan jenis pemeriksaan di amplop,
b. Semua pemeriksaan radiologi yang telah dilaksanakan mendapat hasil expertise dari
Dokter spesialis Radiologi
c. Pasien rawat jalan mengambil hasil radiologi dengan menunjukkan bukti hasil
pembayaran atau dengan kartu berobat
d. Saat pengambilan hasil radiologi , petugas mencocokkan identitas pasien (di
amplopl,HPR dan film), kemudian pasien atau keluarga pasien harus menulis nama
dan tanda tangan dalam buku pengambilan RJ.
2. Pasien Rawat Inap
a. Petugas radiologi menulisidentitas pasien di amplop, pada pasien yang telah
dilakukan pemeriksaan
b. Semua pemeriksaan radiologi yang telah dilaksanakan mendapat hasil expertise dari
Dokter spesialis Radiologi
c. Saat pengambilan hasil radiologi , petugas mencocokkan identitas pasien (di label,
HPR dan film), kemudian petugas ruangan atau perawat dikonfirmasi untuk
mengambil hasil pemeriksaan radiologi dan menulis nama dan tanda tangan dalam
buku pengambilan RI.

M. Pelaksanaan Radiologi Rujukan


28
Pelayanan radiologi adalah pelayanan radiologi dan diagnostik imajing yang dilakukan
diluar rumah sakit yang dipilih berdasarkan rekomendasi direktur. Alasan dilakukannya
rujukan adalah:
1. RS Permata Bunda tidak mempunyai peralatan untuk melakukan pemeriksaan radiologi
yang diperlukan
2. Adanya kerusakan peralatan yang ada di RS Permata Bunda
3. Second opinion pemeriksaan radiologi
Daftar Rumah Sakit Rujukan adalah sebagai berikut :
a. RSUD Soejati Purwodadi
b. RS Panti Rahayu
c. RS Permata Medika
Review hasil pemeriksaan radiologi di luar rumah sakit meliputi :
a. Ketepatan hasil pemeriksaan radiologi
 Ketepatan hasil pemeriksaan radiologi dilakukan oleh dokter spesialis radiologi.
 Petugas radiologi mencatat review ketepatan hasil pemeriksaan di buku register pasien
rujukan hasil.
b. Respon time pelayanan
 Petugas radiologi mencatat lama waktu pelayanan diluar rumah sakit berdasarkan
catatan perawat di rekam medik pasien.
c. Quality assurance
 Setiap satu tahun sekali dilakukan pengecekan apakah kontrol mutu (kalibrasi/uji
kesesuaian dan sertifikat akreditasi) rumah sakit rujukan masih berlaku atau tidak
Review hasil pemeriksaan radiologi rujukan akan analisa dan dilaporkan dalam laporan
bulanan Instalasi radiologi oleh Ka.Ru radiologi dan di akhir tahun Ka.Ru radiologi akan
memberikan rekomendasi apakah kerjasama dengan rumah sakit rujukan akan diteruskan atau
dihentikan
N. Pemberian Sedasi Untuk Pasien Radiologi
Pemberian sedasi di Instalasi radiologi diberikan untuk pasien :
a. Pasien Anak yang non kooperatif
Pemberian sedasi dilakukan oleh perawat anastesi, dosis sedasi yang diberikan ditentukan
oleh dokter spesialis anak. Sedasi yang diberikan biasanya sedasi tingkat rendah, apabila
tidak bereaksi maka sedasi yang diberikan yaitu sedasi tingkat sedang. Sedasi tingkat
sedang dilakukan oleh dokter anastesi.
b. Pasien Dewasa yang non kooperatif
29
Pemberian sedasi pada pasien dewasa dilakukan oleh dokter anastesi. Sedasi yang
diberikan yaitu sedasi tingkat sedang.
O. Program Proteksi Radiasi
a. Usaha menurunkan dosis radiasi
b. Mendokumentasikan hasil paparan radiasi staf radiologi dan kalibrasi peralatan radiologi
c. Pemeliharaan alat–alat
d. Check up kesehatan pekerja radiasi
e. Pendidikan dan pelatihan
P. Pengelolaan Limbah di Radiologi
a. Untuk mengurangi resiko terjadinya penularan adalah dengan menjaga agar sampah
medis tersebut tetap tertutup dengan rapat dan ada prosedur yang dapat membantu
pencapaian tujuan pengurangan dari pemakaian Limbah dari kegiatan RS harus dikelola
dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan
b. Macam-macam limbah di Instalasi Radiologi dan cara pengelolaannya yaitu
1. Limbah padat
 Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi. Penyimpanannya pada tempat
sampah berplastik hitam.
 Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari :
a. Limbah infeksius, penyimpanannya pada tempat sampah berplastik kuning.
b. Limbah medis tajam seperti pecahan gelas, jarum suntik, pipet dan alat medis
lainnya, penyimpanannya pada safety box/container.
2. Limbah cair
Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang sesuai dengan karakteristik
bahan kimia dan prosedur penanganan/penyimpanannya. Rumah sakit sudah
memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah sendiri.
c. Penanganan B3 diradiologi dilakukan sesuai dengan standar pengelolaan B3 yang berlaku
di rumah sakit, untuk sisa b3 yang sudah tidak digunakan di buang dalam tempat sampah
infeksius (plastik kuning).

Q. Pelaksanaan Pemeriksaan Radiodiagnostik Imajing diluar Instalasi Radiologi


30
Pelaksaaan pemeriksaan USG diluar Instalasi Radiologi dikakukan oleh dokter spesialis
kandungan. Hasil gambar pemeriksaan dapat dicetak atau tidak dicetak, dan hasil
pemeriksaan ditulis pada Rekam Medis pasien.
R. Pelayanan Radiologi Diagnostik Spesialistik
Dalam menjamin kontinuitas pelayanan yang diberikan, maka rumah sakit menetapkan dan
berhubungan dengan para ahli dalam bidang diagnostik spesialistik seperti ahli fisika radiasi,
spesialis radiologi onkologi atau kedokteran nuklir, bila diperlukan. (daftar nama dokter
termapir)
Konsultasi dapat dilakukan via telepon, email,atau bbm oleh dokter spesialis radiologi ke
ahli diagnostik spealistik dan kehadiran langsung apabila diperlukan.

31
BAB V
LOGISTIK

Dalam meningkatkan pelayanan di Instalasi Radiologi maka diperlukan pengelolaan logistik


yang baik. Kegiatan logistik di Instalasi Radiologi meliputi pengadaan barang medis dan non
medis yang mendukung pelayanan, penyimpanan barang dan pemakaian sesuai kebutuhan
Kebutuhan barang-barang logistik radiologi meliputi :
1. Obat-obatan dan bahan habis pakai medis
2. Barang rumah tangga (RT) dan Alat tulis kantor ( ATK )
Pengelolaan keduanya meliputi alur, perencanaan, permintaan, penyimpanan, penggunaan,
pencatatan dan pelaporan adalah sebagai berikut :

A. Obat – obatan dan Bahan Habis Pakai


1. Alur

Unit Bag. Logistik


Radiologi Farmasi

2. Perencanaan
Ka.Ru Radiologi mendata kebutuhan obat–obatan dan bahan habis pakai setiap tahun
dan mengajukan kebutuhan tersebut ke Bagian Farmasi. Rencana kebutuhan
berdasarkan prediksi kegiatan tahunan.
3. Permintaan
Permintaan obat – obatan dan bahan habis pakai dibagi dalam 3 jenis yaitu :
a. Stok tetap : permintaan diajukan setiap kali setelah digunakan
b. BHP Medis : permintaan diajukan setiap 1 bulan sekali
c. Bahan radiologi : permintaan diajukan minimal setiap 1 minggu sekali
Petugas radiologi menulis di form permintaan barang (rangkap 3) dan ditandatangani
oleh kepala ruang, kemudian diserahkan ke bagian logistik. Petugas logistik yang
menerima form permintaan menandatangani. Lembar pertama untuk bagian logistik dan
lembar kedua untuk radiologi. Petugas radiologi juga menuliskan permintaan barang di
buku permintaan barang medis.

32
4. Penerimaan
Petugas radiologi mencocokkan billing anfrah obat dan alkes dengan obat / BHP yang
diterima, mencakup :
a. Kesesuaian nama obat / BHP
b. Jumlah
c. Harga
d. Keutuhan kemasan
e. Tanggal kadaluarsa
f. Suhu penyimpanan
Apabila sudah sesuai, petugas radiologi menerima dan menandatangani billing tersebut.
Setelah proses serah terima tersebut, petugas radiologi mencatat tanggal penerimaan,
jumlah , dan harga pada buku permintaan dan penerimaan medis.
5. Penyimpanan
Setiap penyimpanan sediaan barang mengikuti sistem FIFO (First In First Out =
pertama masuk-pertama keluar) dan FEFO (First Expired First Out = pertama
kadaluarsa-pertama keluar).
Standar ketentuan penyimpanan film dan obat adalah sebagai berikut :
a. Suhu : 10 – 25C
b. Kelembaban : 40 – 60%
c. Ventilasi : sirkulasi udara harus baik
d. Tata letak kotak film tidak ditumpuk (berdiri tegak dan berjajar ke samping)
e. Tidak terkena cahaya matahari
f. Tidak bercampur dengan penyimpanan bahan kimia
g. Aman dari radiasi sinar-X
6. Penggunaan
Penggunaan obat kontras yang sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Petugas
radiologi melakukan mutasi out setiap pemakaian obat dan alkes.
7. Pencatatan dan Pelaporan
Petugas radiologi menjumlahkan penerimaan dan pengeluaran setiap akhir bulan.
Pencatatan dan pelaporan barang-barang logistik farmasi dicantumkan dalam laporan
bulanan.

33
B. Alat Rumah Tangga, Alat Tulis Kantor Dan Linen
1. Alur RT, ATK dan linen

Unit Bag. Logistik


Radiologi Sarana

2. Perencanaan
Ka.Ru Radiologi mendata kebutuhan barang-barang cetakan, alat tulis dan alat rumah
tangga setiap tahun dan mengajukan kebutuhan tersebut ke Bagian Logistik. Rencana
kebutuhan berdasarkan prediksi kegiatan tahunan.
3. Permintaan
Permintaan alat tulis kantor / barang cetakan berdasar kebutuhan tiap bulan sebelum
tanggal 25. Petugas radiologi menulis di form permintaan barang (rangkap 3) dan
ditandatangani oleh kepala ruang, kemudian diserahkan ke bagian logistik sarana.
Petugas logistik yang menerima form permintaan menandatangani. Lembar pertama
untuk bagian logistik dan lembar kedua untuk radiologi. Petugas radiologi juga
menuliskan permintaan barang di buku permintaan RT / ATK / Linen.
4. Penerimaan
Petugas radiologi mencocokkan form penerimaan barang dengan barang yg diterima
meliputi kesesuaian nama, jumlah dan harga. Apabila sudah sesuai, petugas radiologi
menerima dan menandatangani form tersebut. Setelah proses serah terima tersebut,
petugas radiologi mencatat tanggal penerimaan, jumlah , dan harga pada buku
permintaan dan penerimaan RT/ATK/Linen.
5. Penyimpanan dan Pemakaian
Barang yang akan disimpan pada tepatnya, dimutasi masuk terlebih dahulu pada gudang
radiologi. Berdasarkan tanggal diterima, jumlah dan harga. Setiap penyimpanan sediaan
barang mengikuti sistem FIFO (First In First Out = pertama masuk-pertama keluar) dan
FEFO ((First Expired First Out = pertama kadaluarsa-pertama keluar). Petugas
radiologi melakukan mutasi out setiap ada barang yang dipakai.
6. Pencatatan dan Pelaporan
Petugas radiologi menjumlahkan penerimaan dan pengeluaran setiap akhir bulan.
Pencatatan dan pelaporan barang-barang logistik sarana dicantumkan dalam laporan
bulanan.

34
C. Audit Film X-Ray dan Perbekalan lain
Untuk menjamin hasil pemeriksaan radiologi yang akurat, maka diperlukan pemeriksaan
berkala atau audit film x-ray dan perbekalan lain yang diperlukan yang meliputi :
1. Standar penyimpanan
2. Label
3. Tanggal kadaluarsa
4. Kondisi Fisik
Audit film x-ray dan perbekalan lain dilakukan sebagai berikut:
1. Petugas logistik radiologi melakukan pengecekan secara berkala yaitu 1 minggu sekali
dan mendokumentasikan dalam form audit film x-ray dan perbekalan lain,
2. Untuk bahan sediaan yang mendekati tanggal kadaluwarsa (6 bulan sebelumnya) diberi
perhatian khusus agar digunakan sebelum tanggal kadaluwarsa atau segera
dikembalikan (diretur) ke bagian farmasi dengan tanggal kadaluarsa yang lebih lama.
3. Apabila pada saat dilakukan audit x-ray dan perbekalan lain ditemukan perbekalan yang
sudah tidak memenuhi standar maka wajib dilaporkan ke Ka.Sub.Bid.Jang.Med, dan
perbekalan tersebut tidak boleh digunakan.
D. Monitoring Suhu dan Kelembaban ruangan
Setiap ruangan pemeriksaan radiologi dan ruang penyimpanan obat dan alkes wajib
dilakukan pemantauan suhu dan kelembaban setiap shiftnya dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Standar suhu: 10-25C, standar kelembaban: 40-40%
2. Pemantauan dilakukan setiap shift pada jam sebagai berikut:
a. Shift pagi: 07.00-08.00 wib
b. Shift siang: 14.00-15.00 wib
3. Apabila suhu dan kelembaban tidak memenuhi standar maka dilakukan pengecekan
pengaturan AC dan dilaporkan ke radiographer yang jaga pada shift tersebut
4. Setelah 30 menit kemudian radiografer wajib melakukan pemantauan suhu dan
kelembaban kembali. Apabila tidak mencapai standar laporkan ke kepala ruang
radiologi untuk ditindaklanjuti
5. Pemantauan suhu dan kelembaban di catat dalam form yang tersedia (terlampir) dengan
menuliskan waktu dan inisial petugas (Inisial petugas terlampir)

35
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Rumah Sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi assesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatkan akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Meminimalkan kejadian tidak diharapkan ( KTD ) di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
C. Tatalaksana Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien merupakan salah satu kegiatan rumah sakit yang dilakukan
melalui asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Di RS Permata Bunda kegiatan ini dilakukan melalui
Montoring indikator mutu pelayanan tiap Instalasi kerja terutama yang terkait dengan
pelaksanaan patient safety, tindakan preventif, pengendalian proses / produk tidak sesuai,
tindakan korektif dan audit mutu internal.
1. Monitoring indikator mutu pelayanan
Kegiatan ini merupakan kegiatan assemen resiko. Indikator mutu pelayanan Rumah
Sakit dan Instalasi kerja rinci dijelaskan pada Pedoman Mutu Pelayanan. Pedoman mutu
pelayanan Instalasi radiologi secara rinci ada pada BAB IX Pengendalian mutu.
Indikator mutu pelayanan yang menyangkut patient safety secara rinci dapat dilihat
pada format indikator mutu pelayanan pada pedoman mutu pelayanan. Indikator
tersebut merupakan milik Instalasi kerja, ditentukan periode pengambilan data dan
analisisnya. Bila terjadi penyimpangan atau terjadi kejadian tidak diinginkan pimpinan

36
Instalasi melaporkan pada pertemuan manajemen seperti yang diatur pada tindakan
preventif.
2. Tindakan preventif
Tindakan preventif sebenarnya adalah sistem yang diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera disebabkan kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Tindakan preventif dilakukan melalui
pencegahan kejadian tidak diinginkan dan peralatan yang memenuhi K3 dan pertemuan
rutin di rapat struktural seminggu sekali, morning report, evaluasi prosedur tiap 3 bulan
dan audit internal
3. Pengendalian proses / produk tidak sesuai
Pengendalian adalah identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien. Kejadian tidak diinginkan yang menyangkut keselamatan pasien juga
merupakan salah satu mekanisme pengendalian proses / produk tidak sesuai.
Identifikasinya melalui : audit mutu internal, audit mutu eksternal, temuan oleh
manajemen, laporan pelanggan. Laporan identifikasi tersebut ditindak lanjuti melalui
rapat tertutup direksi dan kepala bidang, ketua komite dan Instalasi terkait untuk
menemukan akar permasalahan dan jalan keluarnya. Kepala bidang melakukan
perbaikan sesuai dengan tindakan korektif.
4. Tindakan Korektif
Tindakan korektif adalah pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko. Tindakan korektif dilakukan terhadap laporan yang diputuskan dalam pertemuan
tertutup oleh kepala bidang melalui inspeksi dan verifikasi. Hasil inspeksi harus
menunjukkan telah dilakukannya tindakan koreksi.
5. Audit mutu internal
Audit mutu internal dilakukan tiap 6 bulan. Audit mutu eksternal tiap tahun. Audit mutu
dilakukan untuk menilai proses dan sasaran mutu, termasuk didalamnya pelaksanaan
keselamatan pasien melalui indikator mutu pelayanan.
Penatalaksanaan keselamatan pasien diatur dalam program keselamatan pasien yang
di bagian radiologi mengacu kepada 6 sasaran keselamatan pasien yang berlaku di RS
Permata Bunda yaitu :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
37
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (contoh : hand hygiene /
kebersihan tangan)
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
Untuk pelaksanaan 6 sasaran keselamatan pasien tersebut diatas Instalasi radiologi RS
Permata Bunda menerapkannya sebagai berikut:
1. Ketepatan Identifikasi:
a. Mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau
pengobatan.
b. Menyesuaikan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut

c. Pasien diidentifikasi minimal dengan menggunakan dua cara:


i. Nama lengkap (sesuai KTP / paspor / SIM)
ii. Tanggal lahir, apabila tidak diketahui tanggal lahir dapat menggunakan usia
(atau menggunakan tanggal masuk rumah sakit, sampai identifikasi yang jelas
diketahui)
d. Proses identifikasi dilakukan mulai pendaftaran pasien sampai saat penyerahan foto
kepada pasien
e. Proses identifikasi pasien dengan 2 macam cara:
i. Verbal : dengan komunikasi aktif, yaitu dengan pertanyaan terbuka : nama
lengkap dan tanggal lahir (dilakukan pada pasien rawat jalan dan rawat inap)
ii. Visual : dengan menggunakan komunikasi pasif, mencocokkan identitas pada
label gelang dengan form checklist quality control pemeriksaan radiologi
f. Teknik identifikasi pasien di Bagian Radiologi:
i. Petugas administrasi radiologi menanyakan identitas pasien kepada pasien
sendiri atau petugas yang mengantar pasien, jika pasien rawat inap.
ii. Petugas administrasi radiologi mencocokkan nama lengkap, tanggal lahir / umur
yang tertera pada surat permintaan pemeriksaan radiologi
iii. Petugas administrasi radiologi memastikan ketepatan jenis layanan dengan cara
mencocokkan jenis layanan yang tertera pada surat permintaan pemeriksaan
radiologi kepada pasien sendiri atau petugas yang mengantar pasien, jika pasien
rawat inap

38
iv. Radiografer memanggil dan memastikan ketepatan identitas pasien dan
ketepatan jenis layanan.Radiografer melakukan pemeriksaan apabila identitas
pasien dan jenis layanan sudah tepat
v. Dokter memastikan ketepatan identitas pasien dengan cara mencocokkan nama
lengkap,tgl lahir / umur, yang ada pada surat permintaan pemeriksaan radiologi
dengan identitasyang ada pada film dan amplop
vi. Dokter memastikan ketepatan jenis pemeriksaan dengan cara mencocokkan jenis
pemeriksaan dengan surat permintaan radiologi.
vii. Dokter membuat expertise foto / pelayanan radiologi yang telah dilakukan. Hasil
expertise diambil petugas radiologi
viii. Petugas radiologi memastikan ketepatan identitas pasien dengan cara
mencocokkan nama lengkap,tgl lahir, umur, nomor urut pemeriksaan yang ada
pada film roentgen, amplop radiologi dan hasil expertise
ix. Petugas radiologi memastikan ketepatan jenis layanan dengan cara
mencocokkan jenis layanan yang pada hasil expertise dengan surat permintaan
pemeriksaan radiologi
x. Petugas radiologi memasukkan film rontgen dan hasil expertise ke dalam
amplop
xi. Pada pasien rawat inap, petugas radiologi menghubungi bagian rawat inap
untuk pengambilan hasil rontgen
xii. Pada pasien rawat jalan, petugas radiologi menyerahkan foto kepada pasien atau
keluarga pasien
2. Peningkatan komunikasi efektif dengan menggunakan metode (Tulbakon ) Tulis
Baca konfirmasi
a. RS Permata Bunda menetapkan metode TULBAKON sebagai pola komunikasi
efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima demi
peningkatan keselamatan pasien dan berlaku untuk semua lini pelayanan
b. TULBAKON digunakan dalam pelaporan petugas radiologi dengan dokter baik
melalui telepon maupun secara lisan
c. Petugas radiologi yang menerima instruksi lisan / lewat telepon wajib melakukan
TULBAKON yaitu penulisan / pencatatan (write back), pembacaan ulang (read
back),dan konfirmasi ulang (repeat back)
d. Pelaporan nilai kritis radiologi kepada perawat ruangan dilakukan dengan metode
TULBAKON dan di dokumentasikan dalam buku hasil kritis.
39
e. Melaporkan setiap insiden “kesalahan komunikasi” menggunakan format laporan
insiden yang baku sesuai kebijakan Rumah Sakit
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
Di bagian radiologi, yang perlu diwaspadai adalah pada waktu pemberian obat
kontras secara injeksi. Oleh karena itu dipersiapkan prosedur persiapan sebelum
pemberian kontras. Pemasukan media kontras dilakukan oleh dokter atau perawat
radiologi
a. Persiapan pemeriksaan pasien
1. Pada waktu akan melaksanakan penyuntikan kontras:
i. Pastikan identifikasi pasien
ii. Periksa ureum dan creatinin
iii. Tentukan siapa yang penyuntikan
iv. Dilakukan tindakan cuci tangan sebelum penyuntikan
v. Dilakukan skin test sebelumnya selama 10- 15 menit
vi. Pastikan kemana pembuangan sisa kontras yang sudah dipakai
2. Prosedur pemeriksaan skin test:
i. Ditanyakan riwayat alergi pasien
ii. Dilakukan skin test secara subkutan
iii. Skin test selama 10-15 menit
iv. Catat hasil skin test. Jika hasilnya baik, baru dilakukan penyuntikan kontras
b. Prosedur penyuntikan
1. Penyuntikan Intravena
i. Mempersiapkan alkohol 70%, kapas, spuit disposable, plester dan obat suntik
yang akan diberikan
ii. Memeriksa label obat suntik yang akan diberikan, termasuk tanggal kadaluarsa
iii. Mengisi obat ke dalam spuit, sesuai dosis yang diperlukan
iv. Pastikan tidak ada gelembung udara yang tertinggal di dalam spuit
v. Masukkan obat kontras melalui injeksi bolus lewat selang infus
vi. Masukkan obat dengan kecepatan sesuai indikasi obat
vii. Setelah obat habis, maka spuit dicabut.
viii. Buang spuit bekas pakai pada tempatnya
2. Penyuntikan Subkutan, Intrakutan dan Intramuskular
i. Mempersiapkan alkohol 70%, kapas, spuit disposable, plester dan obat suntik
yang akan diberikan
40
ii. Memeriksa label obat suntik yang akan diberikan, termasuk tanggal kadaluarsa
iii. Mengisi obat ke dalam spuit, sesuai dosis yang diperlukan
iv. Pastikan tidak ada gelembung udara yang tertinggal di dalam spuit
v. Tindakan antiseptik pada daerah yang akan dilakukan penyuntikan dengan
menggunakan kapas alkohol
vi. Pungsi pada daerah yang telah ditentukan. Pada penyuntikan intramuskular,
pastikan jarum suntik tidak mengenai pembuluh darah dengan cara menyedot
bagian yang dipungsi. Apabila tidak ada darah yang tersedot ke dalam spuit,
maka dipastikan jarum tidak mengenai pembuluh darah
vii. Masukkan obat perlahan-lahan
viii. Setelah obat habis, maka spuit dicabut. Tekan daerah yang dipungsi dengan
kapas kering, kemudian rekatkan plester
ix. Buang spuit bekas pakai pada tempatnya
c. Prosedur keselamatan pasien sebelum pemeriksaan
1. Pada pasien tanpa risiko
a. Persiapan
i. Menjadwal hari dan tanggal pemeriksaan
ii. Diet bubur kecap dua hari sebelum pemeriksaan
iii. Pasien diberikanobat pencahar ( dulcolax ) pada malam sebelum
pemeriksaan, sebagai berikut:
a) Minum dulcolax oral 4 sekaligus pada jam 20.00 ( atau sesuai petunjuk
dokter )
b) Pagi jam 05.00 dilavement dan huknah
c) Jam 07.00 pasien siap diperiksa
b. Pasien dan / atau keluarga menandatangani informed consent
c. Dilakukan pemeriksaan ureum dan creatin.
d. Dilakukan anamnesa tentang alergi terhadap makanan, obat-obatan dan riwayat
penyakit asthma bronchiole.
e. Dilakukan skin test kontras media 10-15 menit sebelum pemeriksaan.
f. Dilakukan pemeriksaan tekanan darah.
g. Dilakukan pemeriksaan fisik jantung dan paru.
h. Dilakukan evaluasi skin test setelah 15 menit.
i. Kalau skin test (-), lanjutkan penyuntikan kontras media intravena.

41
2. Pada pasien dengan risiko tinggi
a. Berisiko tinggi terhadap “Kejadian yang Tidak Diharapkan” (alergi
terhadap iodium, riwayat reaksi berat terhadap kontras, penderita asthma
bronchiole).
Selain persiapan seperti butir 1, perlu dilakukan:
i. Suntikan 40 mg prednisone pada 14, 7 dan 1 jam sebelum pemeriksaan dan
ii. Suntikan 50 mg benadryl 1 jam sebelum pemeriksaan.
b. Berisiko tinggi terhadap gagal ginjal (yaitu pasien degan hasil
pemeriksaan serum creatinine melebihi 1,5 mg/dl)
Selain persiapan seperti butir 1, perlu dilakukan:
i. Dilakukan hidrasi dengan pemberian minum air putih sebanyak
1 ml/kg BB/jam, 12 jam sebelum pemeriksaan
ii. Diberi minum tablet mucomyst/acetylcysteine 600 mg per oral,
24 jam sebelum pemeriksaan dan 12-24 jam sesudah pemeriksaan.
c. Terhadap pasien DM yang diberi metformin/glucophage
Selain persiapan seperti butir a, perlu dilakukan:
i. Pemberian metformin/glucophage dihentikan dulu 48 jam sebelum dan 48
jam sesudah pemeriksaan
ii. Hasil pemeriksan BUN dan creatinine harus normal
3. Pada pasien anak-anak
a. Pada bayi sampai usia 1 tahun, tidak perlu
dilakukan pengosongan usus besar dengan obat pencahar dan enema
b. Pada anak dengan usia lebih dari 1 tahun,
diberi castor oil
c. Pada bayi tidak dianjurkan pembatasan
cairan per oral; cukup puasa 2-4 jam untuk mencegah bahaya aspirasi akibat
muntah
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pemeriksaan pasien
a. Radiografer memanggil pasien sesuai dengan identitas pasien (nama, tanggal lahir /
umur, diagnosa klinis dan permintaan foto dari dokter perujuk), yang tertera di
lembar permintaan pemeriksaan radiologi.
b. Radiografer memastikan letak atau bagian tubuh pasien yang akan difoto, sesuai
dengan permintaan dokter, dan ditanyakan kepada pasien bagian tubuh mana yang
sakit. Jika ada keragu-raguan dalam memastikan letak bagian tubuh yang akan
42
difoto, lapor kepada dokter radiologi yang sedang bertugas atau ditanyakan langsung
kepada dokter pengirim.
c. Radiografer mengambil kaset, sesuai ukuran bagian tubuh yang akan diperiksa,
d. Radiografer memasang kaset pada bucky atau pada standar kaset dan menempelkan
marker (penanda R atau L) pada sisi kaset, tergantung bagian tubuh sebelah kanan
atau kiri yang akan diperiksa.
e. Radiografer melakukan pemotretan terhadap pasien.
f. Setelah selesai memotret, radiografer mempersilakan pasien mengenakan pakaiannya
kembali dan menunggu film selesai diproses.
g. Kemudian radiografer memproses film tersebut dengan pesawat CR.
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (contoh : hand hygiene /
kebersihan tangan)
Menjaga kebersihan tangan sangat penting karena penjalaran (transmisi) kuman
paling mudah melalui tangan. Membersihkan tangan adalah satu-satunya cara yang paling
efektif untuk mengurangi penyebaran kuman.
a. Dilakukan hand hygiene / kebersihan tangan menurut 5 Momen kebersihan tangan
yang sudah ditetapkan oleh WHO :
i. Momen 1 : sebelum kontak dengan pasien
ii. Momen 2 : sebelum tindakan aseptik
iii. Momen 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien
iv. Momen 4 : setelah kontak dengan pasien
v. Momen 5 : setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
b. Teknik kebersihan tangan yang baik dan benar sesuai dengan prosedur kebersihan
tangan yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit
c. Kebersihan tangan sesuai dengan jenis menurut area dan tindakan yaitu:
i. Kebersihan tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun (hand wash)
ii. Kebersihan tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun antiseptik
chlorhexidine 2 % (aseptik)
iii. Kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub)
iv. Kebersihan tangan sebelum melakukan tindakan intervensi dengan larutan
antiseptik chlorhexidine 4 % (surgical).
d. Kebersihan tangan efektif
i. Melepaskan semua perhiasan yang ada (jam tangan, cincin, dan gelang)
ii. Kuku dijaga tetap pendek, tidak menggunakan kuku buatan dan cat kuku
43
iii. Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air
iv. Tutuplah kran dengan paper towel atau lap sekali pakai
v. Membersihkan tangan dengan sabun antiseptik dan air mengalir apabila tangan
terlihat kotor
vi. Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub) bila
tangan tidak terlihat kotor di antara tindakan
vii. Keringkan tangan menggunakan paper towel –cukup satu lembar
6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
a. Kenali dan tanggap terhadap pasien dengan kondisi lemah, cara berjalan yang tidak
aman (goyah), memakai alat bantu jalan (kursi roda, tongkat, walker).
b. Waspada risiko jatuh pada pasien yang memakai gelang kuning (apabila petugas
melihat pasien dengan gelang kuning berjalan maka segera hentikan pasien dan
kemudian meminta bantuan petugas yang berwenang).
c. Upayakan pasien tidak berdiri lama saat menerima pelayanan (anjurkan pasien untuk
duduk atau sediakan tempat duduk saat menunggu pelayanan diberikan).
d. Memberikan perhatian khusus pada pasien dengan gelang kuning pada saat
memindahkan ke meja pemeriksaan.
e. Pada pemeriksaan CT Scan dilakukan fiksasi / pengikatan pada tubuh pasien di
bagian tertentu untuk mengurangi pergerakan pasien dan supaya pasien tidak jatuh.
f. Apabila diperlukan keluarga bisa diminta untuk mendampingi pasien dengan
memakai baju pelindung radiasi
g. Jaga lingkungan rapi dan tidak menghalangi jalan pasien.
7. Pelaporan pada patient safety
a. Mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris
Cedera, Kejadian Tidak Cidera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel)
pada formulir pelaporan insiden.
b. Melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris
Cedera, Kejadian Tidak Cidera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel)
kepada Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit 1 kali 24 jam.
c. Mengevaluasi semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris
Cedera, Kejadian Tidak Cidera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel)
secara berkala dan menyusun upaya pencegahan agar insiden tidak terulang kembali
di waktu mendatang.

44
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan
dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi
mesin, peralatan keselamatan dan kondisi pekerja. Keselamatan kerja merupakan hal yang
penting diterapkan di Rumah Sakit, tidak terkecuali Instalasi Radiologi. Dalam hal ini
Instalasi Radiologi menerapakan keselamatan kerja agar dalam setiap pemeriksaan
radiologi dapat mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan yang timbul akibat suatu
proses kerja.
B. Tujuan Keselamatan Kerja
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan ketika melakukan pekerjaan
2. Mencegah dan mengendalikan penyebaran paparan radiasi
3. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat hubungan kerja baik fisik
maupun psikis
4. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban tempat kerja
5. Penerapan ergonomi pada tempat kerja
6. Memelihara dan mengamankan peralatan radiologi
C. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
1. Klasifikasi kecelakaan kerja di radiologi secara garis besar, diantaranya :
a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
i. Terpapar radiasi
ii. Terjatuh
iii. Tersandung benda
iv. Terbentur alat
v. Terkena arus listrik
vi. Tertusuk jarum / benda tajam
b. Klasifikasi menurut agen penyebabnya
i. Peralatan radiologi seperti tersetrum, terbentur, paparan radiasi
ii. Lingkungan kerja, seperti suhu ruangan, pencahayaan, sirkulasi udara
c. Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya
45
i. Efek radiasi
ii. Efek terkena arus listrik
iii. Patah tulang
iv. Memar, terkilir
v. Nyeri otot
vi. Luka tergores
d. Klasifikasi menurut bagian tubuh yang terluka
i. Kepala, leher, lengan, kaki, badan
ii. Luka umum dsb.
2. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Pencegahan kecelakaan kerja yang dilakukan Instalasi Radilogi RS Permata Bunda
diantaranya adalah :
a. Desain Ruangan
Ruang radiologi didesain sesuai dengan aturan yang berlaku seperti luas ruangan
b. Pengoperasian dan Pengendalian
Alat – alat telah terpasang grounding untuk mencegah terjadinya arus pendek dan
ada catatan tentang penggunaan alat kerja
c. Pencegahan Kesalahan Manusia
Dapat dilakukan dengan cara : adanya SOP pemeriksaan, pelatihan kerja, komunikasi
antar petugas medis, tata cara penggunaan alat yang cukup jelas
d. Pemeliharaan dan Monitoring
Dilakukan kalibrasi secara rutin pada peralatan radiologi serta pemeliharaan alat dan
kebersihan alat
e. Pengawasan
Dilakukan evaluasi rutin terhadap kinerja petugas radiologi agar mutu pelayanan
dapat terjaga dan semakin professional. Mengadakan pelatihan internal maupun
eksternal sebagaui penambahan wawasan / keterampilan bagi petugas radiologi.
D. Penggunaan APD
1. Sarung tangan Non Steril
Memakai sarung tangan bersih / non steril pada saat menyentuh darah, cairan tubuh dan 
peralatan yang terkontaminasi dan saat menangani peralatan yang habis dipakai. Ganti
sarung tangan diantara prosedur pada pasien yang sama. Melepaskan sarung tangan
segera setelah dipakai, sebelum menyentuh peralatan atau permukaan lingkungan yang
tidak terkontaminasi dan sebelum ke pasien berikutnya
46
2. Sarung tangan Steril
Menggunakan sarung tangan steril meminimalkan penularan penyakit serta
mempertahankan lingkungan bebas infeksi
Tujuan :
a. Mengurangi resiko petugas terkena infeksi bakteri dari pasien
b. Mengurangi kontaminasi tangan petugas dengan mikroorganisme yang dapat
berpindah dari satu pasien ke pasien yang lainnya
c. Mencegah penularan flora kulit petugas pada pasien
3. Apron Proteksi tubuh
Apron proteksi tubuh yang digunakan pada saat melakukan pemeriksaan radiografi saat
berada pada daerah sumber radiasi langsung
4. Kaca Mata PB
Pelindung Mata yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1 mm Pb yang digunakan
pada saat melakukan pemeriksaan radiografi langsung di dekat sumber radiasi
5. Pelindung tiroid PB
Pelindung tiroid yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1mm Pb yang digunakan
pada saat melakukan pemeriksaan radiografi langsung di dekat sumber radiasi
6. Tabir Radiasi
Tabir yang digunakan radiografer untuk pemeriksaan yang menggunakan pesawat X-
Ray mobile Instalasi yang dilapisi dengan lempengan PB setara dengan 2 mm Pb ,
Tinggi 2 meter dan lebar 1 meter yang dilengkapi dengan Kaca intip Pb yang setara
dengan 2 mm Pb.
Tabir radiasi digunakan saat melakukan pemeriksaan di ruang perawatan intensif, petugas
radiasi berdiri dibelakang tabir
7. Masker
Menggunakan masker untuk meminimalkan penularan penyakit melalui udara.
E. Proteksi Radiasi
Pelayanan di Instalasi Radiologi menggunakan peralatan yang menggunakan sumber radiasi
yang mengandung resiko bahaya radiasi terhadap pekerja, pasien, maupun lingkungan, maka
memerlukan pengamanan. Pengamanan petugas, pasien dan lingkungan dari bahaya
radiologi sebagai berikut :
1. Usaha mengurangi dosis radiasi
47
a. Bagi petugas radiasi
i. Menggunakan apron
ii. Tidak berada di ruang periksa apabila tidak memeriksa pasien.
iii. Radiografer mengumpulkan arsip data-data proteksi radiasi pekerja radiasi
iv. Apabila pekerja radiasi yang menerima radiasi melebihi ketentuan dan yang tidak
terkena radiasi sama sekali, PPR menulis rekomendasi di kolom rekomendasi
pada kartu dosis radiasi.
v. PPR mengarsipkan hasil paparan radiasi dengan baik
b. Bagi pasien
i. Pemotretan oleh radiografer selalu dilakukan dengan menggunakan faktor eksposi
sekecil mungkin tetapi menghasilkan kualitas fotografi yang baik untuk dibaca
ii. Eksposi dilakukan pada saat yang tepat,yaitu pasien benar-benar sudah
dipersiapkan dengan baik. Persiapannya adalah posisi pasien benar-benar
sempurna,pasien tidak bergerak, pernafasan harus sudah berhenti dengan baik
(bagi pasien yang perlu menahan nafas),alat bantu fiksasi seperti bantal pasir
sudah diposisi yang tepat
c. Bagi masyarakat sekitar
i. Dilarang berada dekat dengan sumber radiasi
ii. Tidak ada kebocoran lapisan Pb
iii. Memasang simbol tanda bahaya radiasi dan peringatan bagi ibu hamil
2. Mengumpulkan data-data penting sehubungan dengan radiasi.
a. Film badge/TLD
i. PPR meminta film badgD/TLd dari karyawan yang memakai film badge/TLD
ii. Mengemas isi film badge/TLD yang sudah terekspos kedalam amplop khusus dan
mengirim nya ke LPFK
iii. Laporan hasil analisa LPFK diisikan kedalam kartu dosis radiasi
b. Data Kalibrasi alat-alat rontgen
i. Mengutip kesimpulan hasil laporan dari LPFK
ii. Mengutip laporan dari BAPETEN
iii. Mengarsipkan data-data kalibrasi alat-alat rontgen
iv. PPR mengisikan hasil kalibrasi dan rencana kalibrasi kedalam kartu data hasil
kalibrasi
v. PPR melaporkan hasil kalibrasi kepada Ass.Man Radiologi untuk diketahui dan
meninjak lanjuti apabila ada anomali hasil kalibrasi
48
3. Pemeliharaan Alat
a. Pesawat sinar-x
i. Melakukan pengecekan fungsi alat rontgen setiap hari sebelum digunakan.
Membuat laporan singkat mengenai kondisi alat setelah pengecekan pada sebuah
kartu laporan yang tergantung pada setiap alat rontgen
ii. Melaporkan hasil pengecekan kepada Ka.Sub.Bid.Jang.Med untuk ditandatangani
demi keabsahannya dan untuk ditindak lanjuti apabila ada kerusakan
iii. Selalu memposisikan alat pada posisinya yang benar setelah pemakaian
iv. Selalu membersihkan pesawat sinar-x
v. Kepala Ruang membuat daftar piket radiografer untuk tugas pembersihan dan uji
fungsi alat-alat rontgen sebelum dipakai supaya alat tahan lama
b. Lapisan Pb pada dinding Ruang pemeriksaan Rontgen
i. PPR memeriksa dinding kamar rontgen setiap tiga bulan, apakah lapisan Pb ada
yang rusak karena benturan tak sengaja oleh bed pasien atau karena sebab-sebab
yang lain.
ii. Segera melapor ke Ka.Sub.Bid.Jang.Med apabila ditemui kerusakan untuk
ditindak lanjuti.
iii. Dengan bantuan surveymeter-radiasi di cek apakah ada radiasi diruang sebelah
dari kamar yang diperkirakan ada kebocoran lapisan Pb-nya.
4. Check up kesehatan / pemeliharaan kesehatan
a. Sebulan sekali petugas PPR mengganti film badge/TLD petugas radiologi dan
mengirim film badge/TLD yang lama ke LPFK untuk di analisa.
b. Setelah menerima laporan hasil analisa film badge/TLD dari LPFK, PPR
menyampaikan hasil paparan radiasi yang diterima kepada petugas radiologi yang
bersangkutan
c. Memberi petunjuk seperlunya kepada petugas radiologi untuk tetap bekerja dengan
hati-hati dan teliti agar aman buat petugas radiologi,pasien dan masyarakat sekitar
d. Bagi petugas yang ditemukan menerima dosis radiasi yang melampaui ketentuan,
diberi kelonggaran untuk mengurangi kontak dengan radiasi atau dialih kerjakan untuk
sementara ke subbagian lain di bagian radiologi untuk menjauhi sumber radiasi
e. Pemeriksaan kesehatan petugas radiologi secara berkala

49
f. Dalam upaya kompensasi terhadap bahaya radiasi , setiap petugas radiologi mendapat
extra food dan tunjangan bahaya radiasi

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pengertian
Mutu pelayanan harus memiliki standar mutu yang jelas, artinya setiap jenis pelayanan
haruslah mempunyai indikator dan standarnya. Dengan demikian pengguna jasa dapat
membedakan pelayanan yang baik dan tidak baik melalui indikator dan standarnya.

B. Indikator Mutu Pelayanan dan Standar Mutu Instalasi Radiologi


Mutu terkait dengan Input, Proses, dan Output. Sasaran mutu Instalasi Radiologi
tertuang dalam Indikator Mutu. Berikut adalah tabel indikator mutu pelayanan Instalasi
Radiologi, yang merupakan salah satu jenis pelayanan dari indikator mutu pelayanan Rumah
Sakit.

N INDIKATOR TARGET
O
1. Waktu tunggu foto thorax pada pasien Rawat ≤ 90 %
Jalan
2 Pengulangan foto/riject ≤2%

Agar indikator tersebut dapat dimonitor, diorganisir dan dievaluasi diperlukan


informasi formula perhitungan, standar minimal, periode pengukuran, sumber data,
pengumpul data, pembuat laporan dan periode analisa. Hal tersebut dijelaskan pada
indikator kinerja.
Penjelasan profil indikator kinerja mutu masing-masing indikator sebagai berikut :
1. Angka waktu tunggu hasil pelayanan foto thorax rawat jalan
1 Judul Angka waktu tunggu hasil
pelayanan foto thorax rawat
jalan
2 Dimensi Mutu Kelangsungan pelayanan,
keamanan
3 Tujuan Tergambarnya kecepatan
50
pelayanan radiologi
4 Definisi Operasional Waktu tunggu pelayanan foto
thorax adalah tenggang waktu
mulai pasien foto sampai
dengan menerima hasil yang
sudah doekspertisi
6 Frekuensi Pengumpulan Data 1 Bulan
7 Periode Analisa 3 Bulanan
8 Numerator Jumlah kumulatif waktu
tunggu hasil pelayanan foto
thorax dalam satu bulan
9 Denominator Jumlah pasien yang difoto
thorax dalam bulan tersebut
1 Sumber Data Sensus harian (quality
0 assurance radiologi)
1 Standar < 3 jam
1
1 Penanggung jawab pengumpul data Kepala Ruang Radiologi
2

2. Angka Pengulangan Pemeriksaan


1 Judul Angka pengulangan
pemeriksaan
2 Dimensi mutu Efektifitas dan efisiensi
pengulangan pemeriksaan
3 Tujuan Untuk mengetahui kompetensi
radiografer
4 Definisi operasional Pengulangan pemeriksaan
adalah angka pengulangan
pemeriksaan sebelum gambar
di cetak
5 Kriteria
- Inklusi : Semua pengulangan
pemeriksaan foto
- Ekskusi :
6 Frekuensi pengumpulan data harian
7 Perode analisis 1 bulan
8 Numerator Jumlah pengulangan foto yang

51
dilakukan sebelum foto
rontgen dicetak
9 Denominator Jumlah total pasien foto
rontgen dalam waktu yang
sama
1 Sumber data Sensus harian (catatan
0 pengulangan pemeriksaan)
1 Standar <2%
1
1 Penanggung jawab pengumpul data Kepala Ruang Radiologi
2
1 Catatan Perhitungan foto yang ditolak
3 diukur dari total foto yang
diulang dan beberapa faktor
penolakan : kabur/goyang,
posisi, peralatan, artefak dan
kesalahan marker

BAB IX
PENUTUP
52
Dalam era globalisasi saat ini banyak berkembangnya pengetahuan dan teknologi di
segala bidang, termasuk bidang kesehatan. Pelayanan radiologi merupakan bagian dari
pelayanan medik tiap rumah sakit yang senantiasa perlu melakukan penyesuaian dalam
mengikuti setiap perkembangannya
Pelayanan Radiologi RS Permata Bunda merupakan bagian integral dari pelayanan medik
RS Permata Bunda. Setiap upaya peningkatan mutu pelayanan radiologi berarti meningkatan
mutu pelayanan rumah sakit.
Upaya peningkatan mutu pelayanan memerlukan landasan hukum dan batasan
operasional, standar ketenagaan, standar fasilitas, tata laksana pelayanan, dan logistik. Hal
tersebut dilengkapi pula dengan keselamatan pasien, keselamatan kerja serta proteksi radiasi agar
diperoleh mutu pelayanan yang optimal. Untuk mengukur mutu pelayanan diperlukan indikator
mutu pelayanan. Pengukuran indikator mutu input, proses dan output dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan Instalasi Radiologi. Standar Pelayanan Instalasi Radiologi ini disusun
untuk memberikan informasi tentang hal-hal tersebut.
Pedoman standar Pelayanan Radiologi ini diharapkan menjadi acuan / pedoman dalam
setiap pelaksanaan kegiatan pelayanan radiologi, sehingga membantu dalam menegakkan
diagnosa klinis dan indikator mutu dapat dicapai. Bagi manajemen pedoman ini dapat
bermanfaat untuk meningkatan mutu pelayanan rumah sakit sehingga diharapkan menjadi salah
satu layanan unggulan di RS Permata Bunda Purwodadi.

Ditetapkan di : Purwodadi
Pada Tanggal : 12 Oktober 2016
Direktur RS. Permata Bunda

Dr. H. Iman Santosa, M.Kes

53

Anda mungkin juga menyukai