Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah salah satu unsur yang penting untuk menjadikan sumber daya
manusia yang berkualitas dan produktif dan kesehatan bukanlah semata-mata merupakan
tanggung jawab pemerintah ( kementerian kesehatan), melainkan juga tanggung jawab dari
seluruh sektor, termasuk masyarakat dan swasta. Derajat kesehatan masyarakat sangat
dipengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan dan kondisi lingkungan sosial
masyarakat yang kondusif bagi terciptanya status kesehatan masyarakat. Dalam
melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan, parisipasi aktif lintas sektoral dan
seluruh masyarakat termasuk swasta sangat diharapkan.
Menciptakan kondisi kesehatan masyarakat telah terbingkai dalam pembangunan
kesehatan yang tertuang dalam undang-undang No.36 tahun 2009, bertujuan untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Salah satu tujuan dari
pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya untuk memperbaiki kualitas pelayanan
kesehatan. Pelayanan yang berkualitas ini harus dapat dilaksanakan di seluruh sarana
pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta. Dengan pelayanan bermutu ini diharapkan
masyarakat akan lebih berminat untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan rumah
sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Rumah sakit telah menyediakan dan menawarkan beberapa bentuk pelayanan medis
sebagai bentuk pendukung dari pelayanan bermutu kepada masyarakat, salah satu di
antaranya adalah pelayanan Radiologi. Pelayanan Radiologi merupakan pelayanan penunjang
medis yang bertujuan memberikan hasil diagnosa. Radiologi dalam operasionalnya
memanfaatkan radiasi pengion dalam hal ini sinar-X, yang telah diketahui selain manfaatnya
juga efek atau dampak negatif dari sinar-X perlu mendapat perhatian. Sehingga dalam
pemanfaatan sinar-X nya dapat memperhatikan kaidah-kaidah dari keselamatan pasien.
Untuk mencapai hal-hal tersebut diperlukan Standar Pelayanan Instalasi Radiologi ini
yang disusun dari berbagai buku acuan dan standar yang berlaku, yang disesuaikan dengan
kondisi RS Permata Bunda sehingga dapat memberikan gambaran pelayanan Instalasi
1
Radiologi dari sisi landasan hukum. Mekanisme pelayanan, sarana pendukung SDM, logistik
dan fasilitas serta peralatan, sanitasi dan K3, dan tak kalah pentingnya pembiayaan,
pengawasan dan pengendalian mutu. Buku standar pelayanan Instalasi radiologi ini juga
merupakan acuan bagi pelaku pelayanan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tercapainya standarisasi pelayanan radiologi diagnostik di RS Permata Bunda
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan pelayanan radiologi di RS Permata Bunda
b. Sebagai tolak ukur dalam menilai penampilan untuk melakukan pelayanan di RS
Permata Bunda
c. Sebagai pedoman dalam upaya pengembangan standar pelayanan radiologi yang
telah dicapai dan kebutuhan pelayanan radiologi selanjutnya yang lebih berkualitas.
C. Ruang Lingkup
Pelayanan radiologi di RS Permata Bunda meliputi pelayanan radiodiagnostik & pelayanan
imejing diagnostik dengan ruang lingkup sebagai berikut :
1. Kepemimpinan dan perencanaan pelayanan Radiologi
2. Administrasi radiologi
3. Tindakan pelayanan medis radiologi
4. Hasil pemeriksaan radiologi
5. Pembacaan hasil radiologi (ekspertise)
6. Pemeriksaan Radiologi
7. Manajemen Peralatan Radiologi
8. Persetujuan Tindak Medik Radiologi
9. Keselamatan Kerja Radiologi
10. Pertemuan Radiologi
11. Pengelolaan limbah di radiologi
12. Pengendalian Mutu
2
D. Batasan Operasional
1. Kepemimpinan & Perencanaan Pelayanan Radiologi
Instalasi radiologi dipimpin oleh Ka. Instalasi dan dalam operasional dibantu oleh Kepala
Ruang Radiologi
2. Administrasi radiologi
Semua data pasien yang diperiksa di Instalasi Radiologi sudah tercatat secara
komputerisasi dalam sistem informasi rumah sakit yang dapat dicetak apabila diperlukan
Dokumen hasil pemeriksaan radiologi dan paparan radiasi pekerja radiologi harus
disimpan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku Pelaksanaan pelaporan
administrasi dilakukan sesuai prosedur yang ditetapkan
3. Tindakan pelayanan medis radiologi
Tindakan pelayanan medis radiologi hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan bidang
radiologi sesuai dengan penugasan klinis yang dimilikinya serta memiliki kredensial yang
diperlukan untuk dapat melakukan pekerjaannya.
a. Pelaksana tindakan radiologi dan diagnostik imaging adalah dokter spesialis
radiologi dan radiografer.
b. Pelayanan radiologi dan diagnostik imaging di luar radiologi dilakukan oleh dokter
spesialis yang memiliki kompetensi dan diberikan kewenangan klinis.
c. Pelaksana tindak medik radiologi dengan menggunakan media kontras harus
dibawah supervisi dokter radiologi. Penyuntikan kontras dan obat lainnya serta
pemberian obat yang diperlukan dilakukan oleh dokter radiologi/perawat yang
terampil.
4. Hasil pemeriksaan radiologi dan diagnostik imaging
Semua ekspertise hasil tindakan radiologi dibuat rangkap tiga, harus ditandatangani oleh
dokter spesialis radiologi serta dibubuhi nama jelas dokter spesialis radiologi yang
memeriksa. Hasil pemeriksaan radiologi dan tindakan pelayanan medik radiologi harus
disimpan dengan baik, aman, terstruktur, serta mudah dicari jika diperlukan
Hasil pemeriksaan radiologi dan diagnostik imaging diluar Instalasi radiologi dicatat dalam
rekam medis pasien.
5. Pembacaan hasil radiologi (ekspertise)
Pembacaan hasil ekspertise dilakukan oleh dokter spesialis radiologi yang mempunyai ijin
praktek yang masih berlaku.
Semua ekspertise dibuat rangkap tiga (3) yaitu 1lembar dijadikan satu dengan film atau
hasil gambar USG, lembar 2 untuk arsip radiologi, dan lembar 3 untuk dokumen rekam
3
medis pasien. Pada kasus foto belum dilakukan ekspertise karena peminjaman oleh
klinisi/pasien, maka foto wajib dikembalikan oleh perawat/ dokter peminjam/ pasien atau
dapat dibaca lewat monitor Computed Radiology oleh radiolog kecuali permintaan pasien
sendiri.
6. Pelayanan Radiodiagnostik
Pelayanan Radiodiagnostik adalah pelayanan untuk diagnosis dengan menggunakan
radiasi pengion, meliputi pelayanan X-ray konvensional, panoramik dan CT scan.
7. Pelayanan Diagnostik imaging
Pelayanan Diagnostik imaging adalah pelayanan untuk diagnosis dengan menggunakan
radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan dengan Ultrasonografi atau USG.
8. Semua tindakan medis harus dilengkapi dengan Standar prosedur
operasional (SPO) dan harus meminimalkan efek samping yang merugikan. Pemeriksaan
yang perlu persiapan akan diprogram sesuai jadwal agar teratur.
9. Manajemen Peralatan Radiologi
Semua peralatan radiologi harus terinventaris dengan baik dan fasilitas pelayanan
radiologi harus cukup (dalam jumlah dan kemampuan). Semua peralatan / sarana harus
dapat berfungsi dengan baik dan siap pakai. Pemeliharaan peralatan radiologi dilaksanakan
oleh petugas radiologi untuk kebersihan dan pemerliharaan harian, sedangkan untuk tiga
bulanan dapat dilakukan oleh teknisi RS atau vendor yang ditunjuk sesuai kontrak RS.
10. Persetujuan Tindak Medik Radiologi
Tindakan medis radiologi dan diagnostik imaging berisiko harus disertai dengan surat
persetujuan tindakan oleh pasien/keluarga pasien, termasuk pemakaian APD pada pasien
hamil yang membutuhkan pemeriksaan dengan X ray.
11. Keselamatan Kerja Radiologi
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, lingkungan kerja
serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi. Keselamatan kerja merupakan
tugas semua orang yang berada di rumah sakit termasuk Instalasi radiologi. Keselamatan
kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di rumah
sakit serta masyarakat disekitar rumah sakit yang mungkin terkena dampak akibat suatu
proses kerja.
10. Pertemuan Radiologi
Pertemuan radiologi adalah pertemuan yang dilakukan oleh staf Radiologi sebagai salah
satu sarana komunikasi staf Radiologi dan dilakukan untuk membahas berbagai masalah
ataupun untuk koordinasi secara internal radiologi maupun dengan Instalasi lain.
4
11. Pengelolaan limbah di radiologi
Untuk mengurangi risiko terjadinya penularan adalah dengan menjaga agar sampah medis
tersebut tetap tertutup dengan rapat dan ada prosedur yang dapat membantu pencapaian
tujuan pengurangan dari pemakaian limbah dari kegiatan RS harus dikelola dengan baik
sehingga tidak mencemari lingkungan
12. Pengendalian mutu
Kontrol mutu untuk pelayanan radiologi dan diagnostik imaging sesuai dengan indikator
mutu yang ditetapkan dalam satu bulan yaitu :
1. Pemeliharaan alat radiologi
2. Indikator mutu pelayanan radiologi;
a. Waktu tunggu foto thorax pada pasien rawat jalan
b. Angka pengulangan pemeriksaan/reject foto
3. Pendidikan dan pelatihan staf
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia) Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Republik
Indonesia Nomor 4431
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia) Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor
5063
3. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik
Indonesia) Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor
5072
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2000 Tentang Keselamatan
Dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion (Lembaran Negara Republik
Indonesia) Tahun 2000 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3922
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2008 Tentang Perizinan
Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007
Tentang Ijin Praktik Dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011
Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
5
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56/Menkes/SK/III/2007
Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 375/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Radiografer
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/Menkes/SK/XI/2008
tentang Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 410/Menkes/SK/III/2010 tentang Perubahan Atas
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/Menkes/SK/XI/2008
tentang Standar Pelayanan Radiologi di Sarana Pelayanan Kesehatan
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087/Menkes/SK/II/2010
Tentang Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
14. Buku pedoman pelayanan Radiologi Rumah Sakit dan Sarana Pelayanan Kesehatan
Lainnya.
6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Memiliki pengalaman
bekerja di radiologi
3 Penanggung jawab DIII Tehnik Memiliki pengalaman
USG dan Radiologi bekerja di radiologi
pelayanan lintas
Instalasi
3 Dokter Spesialis S2 Kedokteran Memiliki SIP
Radiologi Spesialis Radiologi
5 Radiografer DIII Tehnik Memiliki STR & SIK
Radiologi
4 Petugas Radiasi DIII Tehnik Memiliki STR & SIK
7
Radiologi
Bersertifikat PPR
B. Distribusi Ketenagaan
1. Pola pengaturan ketenagaan Instalasi Radiologi adalah sebagai berikut:
a. Dinas Pagi:
Terdiri dari 4 orang yaitu:
i. 1 Kepala Ruang
ii. 1 Dokter Spesialis radiologi
iii. 2 Radiografer
b. Dinas Siang:
Terdiri dari 2 orang yaitu:
i. 2 Radiografer
c. Dinas Malam( on call ) :
i. Ada 1 Radiografer yang dinas on call sesuai jadwal.
2. Pola pengaturan ketenagaan pelayanan di luar radiologi
a. Dinas Pagi (mengikuti jadwal praktek dokter di poli kandungan) yaitu :
i. 2 Dokter Spesialis Kandungan
ii. 1 Perawat
b. Untuk tenaga struktural diatur oleh poli rawat jalan.
C. Pengaturan Jaga
8
1. Pelayanan Instalasi Radiologi
a. Pengaturan Jaga Dokter Spesialis Radiologi
i. Pengaturan jadwal dinas dokter spesialis radiologi dibuat dan dipertanggung
jawabkan oleh Ka.Sub.Bag.Yanmed
ii. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke dokter
spesialis radiologi setiap satu bulan.
iii. Ka.Sub.Bag.Yanmed akan melakukan koordinasi dengan dokter spesialis
radiologi dalam menyusun jadwal sehingga dapat mempertimbangkan keperluan
pribadi dokter namun tidak menganggu pelayanan radiologi.
iv. Karena dokter spesialis radiologi di RS Permata Bunda hanya Part Timer jadi
jadwal dinasnya sbb:
Hari senin – sabtu pukul 12.30 – s.d selesai ( kecuali hari jumat pukul 11.00)
v. Pada saat jadwal on call dokter spesialis radiologi :
Jika ada foto cito maka dokter radiologi diberi laporan dengan mengirimkan
hasil foto melalui WA, BBM (Blackberry Message) atau email. Dokter jaga
radiologi memberikan jawaban sementara, juga lewat BBM atau email.
Jawaban sementara ini disampaikan oleh radiografer kepada dokter pengirim.
Baru keesokan harinya dokter jaga radiologi memberikan jawaban ekspertise
secara lengkap.
Untuk pemeriksaan yang memerlukan kehadiran dokter radiologi secara
langsung (untuk pemeriksaan USG dan pemeriksaan radiologi lain), maka
radiografer akan menghubungi dokter jaga radiologi untuk datang langsung ke
rumah sakit.
vi. Apabila ada kondisi dimana dokter spesialis radiologi tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka dokter yang bersangkutan harus
memberitahu Ka.Sub.Bid.Yangmed/ Ka.Ruang radiologi 1 hari sebelumnya dan
mencari dokter pengganti.
vii. Apabila ada kondisi dimana dokter spesialis radiologi tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan (tidak terencana), maka Ka.Sub.Bid.Yangmed akan
mencari dokter pengganti.
9
i. Pengaturan jadwal dinas radiografer dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh
kepala ruang dan disetujui oleh
ii. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke
radiografer setiap satu bulan.
iii. Apabila radiografer memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
radiografer tersebut dapat mengajukan permintaan dinas kepada kepala ruang
sebelum tanggal 15 setiap bulannya. Permintaan akan disesuaikan dengan
kebutuhan tenaga yang ada (Apabila tenaga cukup dan berimbang serta tidak
mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).
iv. Jadwal dinas terbagi sebagai berikut:
Dinas Pagi : Pukul 07.00 – 14.30 WIB
Dinas Siang: Pukul 14.00 – 21.00 WIB
On call : Pukul 21.00 – 07.00 WIB
v. Apabila ada radiografer jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka radiografer yang bersangkutan
harus memberitahu kepala ruang. Sebelum memberitahu kepala ruang, diharapkan
radiografer yang bersangkutan sudah mencari radiografer pengganti. Apabila
radiografer yang bersangkutan tidak mendapatkan radiografer pengganti, maka
kepala ruang akan mencari radiografer pengganti yaitu radiografer yang hari itu
libur.
vi. Apabila ada radiografer tiba–tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan (tidak terencana), maka kepala ruang akan mencari radiografer
pengganti yang hari itu libur. Apabila radiografer pengganti tidak di dapatkan,
maka radiographer yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan
atau dilemburkan.
2. Pelayanan diluar Instalasi radiologi
Pengaturan jaga dokter spesialis obsygn dan perawat untuk pelaksana tindakan USG di
luar Instalasi radiologi sesuai ketentuan yang berlaku di poli rawat jalan.
10
BAB III
STANDAR FASILITAS DAN PERALATAN
INSTALASI RADIOLOGI
KETERANGAN:
1 A. RUANG ADMINISTRASI
B. RUANG PEMERIKSAAN RONTGEN KONVENSIONAL
C. RUANG PEMERIKSAAN CT-SCAN
A 10 D. KAMAR GELAP
3 E. RUANG RADIOGRAFER
F. GUDANG
B C G. KAMAR MANDI PEGAWAI
9 H. KAMAR MANDI PASIEN
8 1. MEJA ADMINISTRASI
2 2. ALAT X-RAY KONVENSIONAL
3. CT-SCAN
4. AUTOMATIC PROCCESING
5. COMPUTED RADIOGRAPHY (CR)
E D 6. PRINTER CR
H G 4 7. MEJA BACA RONTGEN
7 8. KONTROL PANEL X-RAY KONVENSIONAL
6 9. KONTROL PANEL CT-SCAN
F 5 10. PRINTER CT-SCAN
12
b. CT Scan Ukuran 6m x 5m x 3,1m, memenuhi standar untuk
ruang CT-Scan (Standar : 6m x 4m x 3m.
Ruang operator ukuran 3 m x 2 m x 3 m yang terbuat
dari bata dengan ketebalan 15 cm dan dilapisi timbal
(Pb) setebal 2 mm
Dinding terbuat dari bata dengan ketebalan 15 cm dan
dilapisi timbal (Pb) setebal 2 mm
Digunakan untuk pemeriksaan CT-Scan
g. Toilet
13
Tersedia di dalam ruang rontgen 1, dan di dekat ruang
radiologi sebanyak 1 buah
C. Peralatan Radiologi
Peralatan di Instalasi Radiologi sebagai berikut :
No Peralatan Merk Jml Spesifikasi Lokasi Status
14
&Kelengkapan Alat
1 MSCT 4 Asteion 1 Injektor otomatis : 1 Ruang Milik RS
slices Toshiba CT-Scan
Printer laser : 1
Phantom : 2
monitor
2 Pesawat Listem 1 Kapasi 125 kV-300mA, Rontgen Milik RS
konvensional 1 Meja kontrol
2 meja peneriksaan
dengan bucky (1 meja
dilengkapi tilting)
1 bucky stand
Support untuk CR,
dilengkapi kaset
ukuran:
26x36 cm : 2 buah
20x26 cm : 2 buah
35x43 cm :1 buah
Panoramic : 1 buah
printer film (thermal)
lampu sorot dengan
stand
3 USG siement 1 Tranduser linear & Ruang Milik RS
Multipurpose curve (2.5, 4.8, 7.5 USG
, Color mHz)
Doppler, 4D Monitor USG
Printer Sony
Printer CP-800
UPS & Stabilizer
4 USG Famio 5 1 Tranduser linear & Ruang Milik RS
Multipupose, curve (3.75, 6.0, 8.0 USG
small part mHz)
15
Monitor USG
Printer Sony
5 Panoramik Ashahi 1 Kapasitas tabung 90kV, Ruang ct Milik RS
10mA dan 12 s scan
TLD
12 Stetoskop One-Med 1
12 Tabung 1 Ruang
Oksigen CT-Scan
16
3 Barium Microbar 3500 gram
Film
1 Film CR ukuran 26 x 36cm 450 lembar
2 Film CR ukuran 35 x 43 cm 200 lembar
3 Film CT-Scan ukuran 35 x 43 cm 250 lembar
4 Film CR ukuran 20 x 26 300 lembar
5 Film konvensional ukuran 35x35 cm 100 lembar
6 Film USG 10 rol
7 Kertas foto USG 40 Lb
Obat emergensi
1 Amiodaron injeksi (Tiaryt) 1 ampul
2 Atropin Sulfas injeksi 10 ampul
3 Dexamethasone injeksi 2 ampul
4 Dextrose 40% 25 cc 1 plabote
5 Diazepam injeksi (Valisanbe) 1 ampul
6 Epinefrin injeksi 4 ampul
Alat kesehatan
1 Albothyl conc 5 ml 1 botol
2 Alcohol swab 1 box
3 Alkohol 1000 cc 75% one med 3 botol
4 Extension tube 5 buah
5 Folley catheter three way no 24 1 buah
6 Folley catheter two way gold no.14 1 buah
7 Folley catheter two way gold no.8 1 buah
8 Hand sanitizer (handrub) 2000 cc
9 Hansaplast kecil 5 rol
10 Jarum no.18 4 buah
11 Jarum no.23 5 buah
12 Kassa gulung buana jaya 1 rol
13 Kertas printer USG 6 pak
14 Ketamin-Hameln 50mg/ml 10 ml 1 vial
15 KY jelly 100gr 2 tube
16 Nelaton catheter no.14 4 buah
17 Otsu wi 25 cc 5 flash
18 Oxygen nasal canulla ( dewasa ) 1 buah
19 Oxygen nasal canulla ( pediatric ) 1 buah
20 Sarung tangan non steril 1 box
21 Spuit 20 cc 4
22 Spuit 5 cc 5
23 Ultrasonic jell 2000cc
17
&Kelengkapan
Alat
1 USG 4D siemen 1 Tranduser curve Poli Rawat Milik
(1) jalan RS
Tansduser
transvaginal (1)
Transduser 4D (1)
Monitor USG
Digital print
Digital color print
UPS
1. Pemeliharaan Peralatan
Pada setiap alat harus dilakukan pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)
yaitu semua kegiatan yang dilakukan agar diperoleh kondisi yang optimal, dapat
beroperasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan. Pemeliharaan alat baik yang ada di
Instalasi radiologi ataupun yang diluar Instalasi radiologi dilakukan sebagai berikut :
18
a. Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan rutin dilakukan harian oleh Instalasi radiologi termasuk pelayanan
di luar Instalasi radiologi yang meliputi pemeliharaan kebersihan serta uji fungsi
alat. Pemeliharaan rutin dilakukan setiap pagi oleh petugas Instalasi dan dilakukan
monitoring oleh atasan langsung. (Kartu Pemeliharaan Alat Terlampir)
b. Pemeliharaan berkala
Pemeliharaan berkala peralatan medik di Instalasi radiologi termasuk pelayanan
diluar Instalasi radiologi dilakukan oleh tenaga elektromedik dari Instalasi sarana
prasarana setiap 1 minggu sekali.
2. Kalibrasi Peralatan
Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional
penunjukan instrumen ukur dan bahan ukur. Kalibrasi peralatan kesehatan bertujuan
untuk memastikan hubungan antara nilai –nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur
atau sistem pengukur, atau nilai-nilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur, dengan
nilai sebenarnya dari besaran yang diukur. Peralatan Instalasi radiologi termasuk
pelayanan di luar Instalasi radiologi dikalibrasi satu tahun sekali oleh laboratorium
yang terakreditasi dan ditunjuk oleh BAPETEN
19
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pendaftaran Pemeriksaan
1. Pelayanan radiologi dilaksanakan atas indikasi dan permintaan tertulis dari dokter, dokter
gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis di surat/formulir pemintaan pemeriksaan
radiologi dimana:
a. Jenis pemeriksaan foto yang diminta jelas
b. Keterangan klinis tertulis jelas dan dapat terbaca
c. Ditandatangani dan diberi nama dokter yang meminta foto
Dalam hal ini Dokter yang meminta pemeriksaan dapat terjadi kemungkinan sebagai
berikut :
a. Dokter Internal RS Permata Bunda
i. Dokter pengirim dari RS Permata Bunda baik pasien rawat inap maupun rawat jalan
harus mengisi Formulir Permintaan Pemeriksaan Radiologi disertai klinisnya
sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi
ii. Pasien rawat jalan membawa sendiri Formulir Permintaan Pemeriksaan Radiologi
dari dokter pengirim ke Instalasi Radiologi. Perawat ruangan mengantarkan pasien
rawat inap untuk pemeriksaan Radiologi ke Instalasi Radiologi. Apabila
pemeriksaan memerlukan persiapan, perawat menghubungi radiografer terlebih
dahulu untuk menjadwalkan pemeriksaan.
b. Dokter Eksternal RS Permata Bunda
Pasien rawat jalan dari luar yang akan dilakukan pemeriksaan radiologi harus
membawa surat pengantar pemeriksaan radiologi dari dokter pengirimnya
2. Setiap pasien didaftar dan dibuatkan catatan medik/status tersendiri sesuai nomor rekam
medik pasien yang terdaftar di RS Permata Bunda.
3. Setiap tindakan radiologi yang menimbulkan risiko terhadap pasien yaitu pemeriksaan
radiologi menggunakan media kontras harus disertai surat persetujuan (informed
consent) setelah dijelaskan oleh dokter spesialis radiologi yang akan melakukan tindakan.
B. Jenis Pemeriksaan
Jenis pemeriksaan yang diselenggarakan dan harapan waktu proses pelayanan adalah
sebagai berikut:
20
CITO REGULER
JENIS PEMERIKSAAN
(jam) (jam)
1. Pelayanan di Instalasi radiologi
a. Radiologi konvensional
1) Cranium (AP/Lat/Towne, caldwel,
mandibula, maxilla, sinus paranasal, 1 3
TMJ, mastoid, orbita)
2) Dental / Panoramik 1 3
3) Thorax AP/Lat 1 3
4) Abdomen/ BNO 1 3
5) Abdomen 2/3 Posisi 1 3
6) Pelvis / Coxae 1 3
7) Collumna Vertebrae (cervical, thoracal, 1 3
lumbal, sacrum, coccygeus)
8) Extremitas Atas (Humerus, Elbow, 1 3
Antebrachi, Wrist Joint, Manus)
9) Extremitas Bawah (Femur, Genu, Cruris, 1 3
Ankle Joint, Pedis)
b. Radiologi dengan media kontras
1) Pemeriksaansalurancernabagianatas
(Oesophagus, OMD, follow through- 3 4
kontras per oral)
2) Pemeriksaan colon (colon inloop)- 3 4
kontras per anal
3) IVP/IVU 3 4
4) Cystography 3 4
5) Urethrocystography 3 4
6) Fistulography 3 4
c. USG
1) Abdomen 2
2) Kandungan 2
3) Ginjal Tidak ada 2
4) Trans Vaginal pelayanan 2
5) Tyroid cito kecuali 2
21
CITO REGULER
JENIS PEMERIKSAAN
(jam) (jam)
6) USG 3D/4D CT Scan 2
7) Small part (Testis, Mammae, dll) Kepala dan 2
8) Extremitas CT Scan 2
Abdomen (1
jam)
22
Pelayanan diagnostik imaging di luar Instalasi radiologi yaitu pelayanan USG
yang berada di bagian poli kandungan. Alur pelayanan menjadi satu dengan proses
pelayanan pasien poli kandungan karena pemeriksaan USG yang dilakukan merupakan
bagian dari pemeriksaan oleh dokter spesialis kandungan.
D. Informed Consent dan Edukasi
1. Informed Consent
Pemeriksaan radiologi yang beresiko wajib disertai informed consent sebelum
dilakukannya tindakan. Permintaan Informed Consent atau persetujuan tindakan dari
pasien dilakukan oleh dokter spesialis radiologi yang sebelumnya telah dijelaskan
terlebih dahulu mengenai tujuan dilakukannya tindakan radiologi, prosedur pemeriksaan,
resiko, komplikasi yang mungkin timbul sesuai ketentuan pemberian informed consent
yang berlaku di RS Permata Bunda. Setelah setuju dilakukan tindakan maka pasien atau
keluarga pasien menandatangani Formulir Persetujuan Tindakan Medis yang telah
disediakan. Tindakan radiodignostik imajing yang memerlukan informed consent adalah
sebagai berikut
a. Pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras intravena
IVP/IVU
CT-Scan dengan kontras
b. Pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras per oral seperti Oesophagus, OMD,
follow through, appedikogram
c. Pemeriksaan yang menggunakan bahan kontras per anal seperti Colon In Loop
d. Pemeriksaan saluran kencing seperti Cystography & Urethrography
e. Pemeriksaan Fistulography
2. Edukasi
Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga pasien meliputi:
a. Penjelasan tindakan radiologi beresiko yang memerlukan informed consent
b. Pemeriksaan radiologi yang membutuhkan persiapan khusus (puasa dan atau urus-
urus) dan pemeriksaan USG
Bukti pelaksanaan edukasi di catat dalam lembar edukasi (pasien rawat inap) dan stempel
edukasi di FPR (pasien rawat jalan) dengan disertai tanda tangan pasien.
E. Pelaksanaan Pemeriksaan
23
1. Petugas radiologi membaca formulir pemeriksaan dan mengecek kelengkapannya
(identitas pasien, jenis pemeriksaan, klinis pasien dan nama serta tanda tangan dokter
pengirim)
2. Petugas radiologi memastikan pasien tidak dalam kondisi hamil (untuk wanita usia
produktif 14 s/d 50 tahun) kecuali memang permintaan foto adalah pemeriksaan pada ibu
hamil dengan indikasi medis.
3. Petugas radiologi mengecek kembali persiapan pemeriksaan yang dilakukan oleh pasien
(khusus pemeriksaan radiologi dengan persiapan khusus yaitu pemeriksaan yang
membutuhkan puasa dan atau urus-urus)
4. Pada pemeriksaan radiologi beresiko yaitu pemeriksaan dengan media kontras wajib
disertai dengan informed consent dari pasien sebelum pemeriksaan radiologi dilakukan
5. Mempersiapkan peralatan radiologi yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
6. Petugas radiologi melakukan pemeriksaan sesuai permintaan yang tertera di formulir
pemeriksaan dengan sebelumnya memastikan benar identitas pasien (nama lengkap dan
tanggal lahir)
7. Petugas radiologi melakukan pengolahan gambar dan mencetak radiograf.
8. Apabila pada saat pengambilan gambar kurang memenuhi kriteria radiograf yang baik,
maka dilakukan pengulangan foto. Pengulangan foto dicatat dalam lembar pemakaian
film beserta alasan pengulangannya yang akan dijadikan data indikator mutu angka
pengulangan foto dan penolakan expertise.
9. Radiograf diserahkan ke dokter spesialis radiologi untuk mendapatkan expertise (hasil
pemeriksaan radiologi)
F. Berdasarkan Urgency
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk kebutuhan rutin ataupun gawat darurat selama
24 jam. Pada kasus gawat darurat, pemeriksaan radiologi dilakukan segera (cito) dan
mendapat perhatian khusus untuk penanganan selanjutnya. Indikasi pelayanan cito adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan non kontras
a. CT Scan Kepala
i. Post trauma capitis
ii. Post CVD / stroke
iii. Pada penurunan kesadaran
iv. Pada cedera maxillofacial
24
b. Foto polos cranium post trauma capitis
c. Foto polos abdomen
i. Kolik abdomen
ii. Tertelan benda asing
d. Foto abdomen 2/3 posisi
i. Suspect ileus/ peritonitis/ perforasi
ii. Setelah luka tusuk abdomen
iii. Post trauma abdomen
e. Foto thorax
i. Setelah luka tusuk
ii. Post trauma tumpul dengan nyeri berat/ sesak nafas
iii. Sesak nafas tersangka pneumothorax/ pleural effusion
iv. Multiple trauma
f. Ekstremitas post trauma
g. Vertebra post trauma
h. Pelvis/ coxae post trauma
2. Pemeriksaan dengan kontras
a. IVP post trauma dengan gross hematuria
b. Urethrografi dengan trauma urethra
c. Cystografi pada trauma buli-buli
d. Colon In Loop pada distensi abdomen +colic abdomen+ BAB berdarah
e. Foto esophagus setelah tertelan benda asing dengan kesulitan menelan atau muntah-
muntah setiap makan/ minum
f. CT Scan Abdomen dengan kontras pada pasien post trauma abdomen
3. USG
a. Suspect appendicitis akut
b. Trauma abdomen
c. Suspect cystoma ovari terpuntir
d. Suspect rupture ovarial cysct
e. Suspect pancreatitis akut
f. Suspect peritonitis
Apabila pemeriksaan cito telah selesai, maka wajib segera diberi expertise dokter spesialis
radiologi dan dilaporkan ke DPJP seperti pelaporan hasil kritis pemeriksaan radiologi.
G. Pengolahan Gambar
25
Pengolahan gambar dilakukan dengan menggunakan Computed Radiography (CR) dengan
tahapan sesuai dengan SPO pencetakan gambar. Hasil yang sudah dicetak diserahkan ke
Dokter Radiologi untuk dilakukan interpretasi hasil (expertise).
H. Pemberian Expertise
Pemberian expertise dilaksanakan oleh dokter spesialis radiologi dengan standar sebagai
berikut:
1. Di dalam jam kerja
Pemberian expertise oleh dokter spesialis radiologi sesuai dengan jadwal yang berlaku
dan sesuai standar waktu yang berlaku
2. Di luar jam kerja
Pemberian expertise diluar jam kerja dilakukan pada kasus cito dengan cara sebagai
berikut :
i. Jika ada foto cito diluar jam dokter radiologi, maka dokter radiologi diberi laporan
dengan mengirimkan hasil foto melalui BBM (Blackberry Message) atau email.
Dokter jaga radiologi memberikan jawaban sementara, juga lewat BBM atau email.
Jawaban sementara ini disampaikan oleh radiografer kepada perawat PJ shift untuk
segera dilaporkan ke dokter pengirim. Baru keesokan harinya dokter jaga radiologi
memberikan jawaban ekspertise secara lengkap di lembar HPR (Hasil Pemeriksaan
Radiologi)
ii. Untuk pemeriksaan yang memerlukan kehadiran dokter radiologi segera atau cyto
(USG, pemeriksaan radiologi dengan media kontras), maka dokter radiologi akan
datang langsung ke rumah sakit atau dilakukan penjemputan bila diperlukan
3. Pelayanan diagnostik imajing diluar Instalasi radiologi
Pelayanan USG di poliklinik tidak diberikan expertise, namun dokter spesialis kandungan
wajib menuliskan hasil USG di rekam medik pasien.
I. Hasil Kritis Hasil Pemeriksaan Radiologi
Sewaktu memberikan expertise, apabila dokter radiologi menemukan adanya “Hasil Kritis”
yang perlu segera ditindak lanjuti oleh dokter pengirim, maka wajib segera di laporkan.
Kriteria hasil kritis pemeriksaan radiologi adalah sebagai berikut:
1. X-Foto Thorax
a. Pneumothorax
b. Efusi pleura masif
c. Pneumopericardium
2. X-Foto Abdomen dan USG Abdomen
26
a. Tanda-tanda peritonitis
b. Ileus obstruksi
c. Ruptur organ solid intra abdomen
d. Perdarahan intra abdomen
3. CT-Scan Abdomen
a. Ruptur organ-organ abdomen
b. Perdarahan intra abdomen
4. CT-Scan Kepala
a. Perdarahan intracranial
b. Terdapat peningkatan tekanan intracranial
c. Infark luas
d. Trauma tembus kepala (e.c luka tembak, luka tusuk) dengan kemungkinan benda
asing tertinggal di intracranial
Pelaporan nilai kritis dilakukan sebagai berikut:
1. Pelaporan dilakukan oleh radiografer kepada perawat ruangan yang mengirim pasien
dengan membacakan “Hasil/Kesan” pemeriksaan radiologi jika sudah dibaca radiolog
tetapi jika belum dibaca tetapi dari hasil fotonya menunjukan hasil kritis maka perawat
yang mengantar diberi tahu terlebih dahulu untuk lapor ke dokter pengirim/DPJP
2. Perawat wajib segera melapor ke DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien) tentang
hasil kritis pemeriksaan radiologi.
3. Petugas Radiologi mendokumentasikan pelaporan hasil kritis pemeriksaan radiologi
dalam buku hasil kritis serta menulis nama perawat yang ditelefon dan nama
radiographer yang melaporkan serta ditulis jam lapornya.
J. Pelayanan Pemeriksaan Dengan Perjanjian
Pelayanan radiologi dapat dilakukan dengan atau tanpa perjanjian terlebih dahulu. Pada
pemeriksaan tertentu diperlukan perjanjian terlebih dahulu yang dikarenakan pemeriksaan
tersebut perlu persiapan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Adapun tujuan
dilakukannya pemeriksaan dengan perjanjian adalah sebagai berikut :
1. Agar pelaksanaan pemeriksaan sesuai dengan yang direncanakan
2. Mempersiapkan keadaan pasien secara psikologis
3. Agar pelaksanaan pemeriksaan lebih terjadwal dan teratur
Pemeriksaan radiologi yang memerlukan perjanjian terlebih dahulu adalah sebagai berikut:
1. BNO-IVP
2. Colon In Loop
27
3. OMD
4. Barium Follow Through
5. CT-Scan Abdomen
6. USG Abdomen
7. USG 4D
K. Pelayanan Diluar Jam Kerja / On Call
Pelayanan yang dilakukan petugas radiologi di luar jam kerja radiologi. Pelayanan ini
dilakukan dimana jadwal radiografer yang tidak berlaku 24 jam. Adapun tujuannya
dilakukannya pelayanan diluar jam kerja ( diluar jam standby radiografer ) :
1. Agar pelayanan radiologi di luar jadwal standby radiografer tetap berjalan
2. Agar tindakan pemeriksan pasien cepat tertangani
L. Penyerahan Hasil
1. Pasien Rawat Jalan
a. Petugas radiologi menulis identitas pasien dan jenis pemeriksaan di amplop,
b. Semua pemeriksaan radiologi yang telah dilaksanakan mendapat hasil expertise dari
Dokter spesialis Radiologi
c. Pasien rawat jalan mengambil hasil radiologi dengan menunjukkan bukti hasil
pembayaran atau dengan kartu berobat
d. Saat pengambilan hasil radiologi , petugas mencocokkan identitas pasien (di
amplopl,HPR dan film), kemudian pasien atau keluarga pasien harus menulis nama
dan tanda tangan dalam buku pengambilan RJ.
2. Pasien Rawat Inap
a. Petugas radiologi menulisidentitas pasien di amplop, pada pasien yang telah
dilakukan pemeriksaan
b. Semua pemeriksaan radiologi yang telah dilaksanakan mendapat hasil expertise dari
Dokter spesialis Radiologi
c. Saat pengambilan hasil radiologi , petugas mencocokkan identitas pasien (di label,
HPR dan film), kemudian petugas ruangan atau perawat dikonfirmasi untuk
mengambil hasil pemeriksaan radiologi dan menulis nama dan tanda tangan dalam
buku pengambilan RI.
31
BAB V
LOGISTIK
2. Perencanaan
Ka.Ru Radiologi mendata kebutuhan obat–obatan dan bahan habis pakai setiap tahun
dan mengajukan kebutuhan tersebut ke Bagian Farmasi. Rencana kebutuhan
berdasarkan prediksi kegiatan tahunan.
3. Permintaan
Permintaan obat – obatan dan bahan habis pakai dibagi dalam 3 jenis yaitu :
a. Stok tetap : permintaan diajukan setiap kali setelah digunakan
b. BHP Medis : permintaan diajukan setiap 1 bulan sekali
c. Bahan radiologi : permintaan diajukan minimal setiap 1 minggu sekali
Petugas radiologi menulis di form permintaan barang (rangkap 3) dan ditandatangani
oleh kepala ruang, kemudian diserahkan ke bagian logistik. Petugas logistik yang
menerima form permintaan menandatangani. Lembar pertama untuk bagian logistik dan
lembar kedua untuk radiologi. Petugas radiologi juga menuliskan permintaan barang di
buku permintaan barang medis.
32
4. Penerimaan
Petugas radiologi mencocokkan billing anfrah obat dan alkes dengan obat / BHP yang
diterima, mencakup :
a. Kesesuaian nama obat / BHP
b. Jumlah
c. Harga
d. Keutuhan kemasan
e. Tanggal kadaluarsa
f. Suhu penyimpanan
Apabila sudah sesuai, petugas radiologi menerima dan menandatangani billing tersebut.
Setelah proses serah terima tersebut, petugas radiologi mencatat tanggal penerimaan,
jumlah , dan harga pada buku permintaan dan penerimaan medis.
5. Penyimpanan
Setiap penyimpanan sediaan barang mengikuti sistem FIFO (First In First Out =
pertama masuk-pertama keluar) dan FEFO (First Expired First Out = pertama
kadaluarsa-pertama keluar).
Standar ketentuan penyimpanan film dan obat adalah sebagai berikut :
a. Suhu : 10 – 25C
b. Kelembaban : 40 – 60%
c. Ventilasi : sirkulasi udara harus baik
d. Tata letak kotak film tidak ditumpuk (berdiri tegak dan berjajar ke samping)
e. Tidak terkena cahaya matahari
f. Tidak bercampur dengan penyimpanan bahan kimia
g. Aman dari radiasi sinar-X
6. Penggunaan
Penggunaan obat kontras yang sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Petugas
radiologi melakukan mutasi out setiap pemakaian obat dan alkes.
7. Pencatatan dan Pelaporan
Petugas radiologi menjumlahkan penerimaan dan pengeluaran setiap akhir bulan.
Pencatatan dan pelaporan barang-barang logistik farmasi dicantumkan dalam laporan
bulanan.
33
B. Alat Rumah Tangga, Alat Tulis Kantor Dan Linen
1. Alur RT, ATK dan linen
2. Perencanaan
Ka.Ru Radiologi mendata kebutuhan barang-barang cetakan, alat tulis dan alat rumah
tangga setiap tahun dan mengajukan kebutuhan tersebut ke Bagian Logistik. Rencana
kebutuhan berdasarkan prediksi kegiatan tahunan.
3. Permintaan
Permintaan alat tulis kantor / barang cetakan berdasar kebutuhan tiap bulan sebelum
tanggal 25. Petugas radiologi menulis di form permintaan barang (rangkap 3) dan
ditandatangani oleh kepala ruang, kemudian diserahkan ke bagian logistik sarana.
Petugas logistik yang menerima form permintaan menandatangani. Lembar pertama
untuk bagian logistik dan lembar kedua untuk radiologi. Petugas radiologi juga
menuliskan permintaan barang di buku permintaan RT / ATK / Linen.
4. Penerimaan
Petugas radiologi mencocokkan form penerimaan barang dengan barang yg diterima
meliputi kesesuaian nama, jumlah dan harga. Apabila sudah sesuai, petugas radiologi
menerima dan menandatangani form tersebut. Setelah proses serah terima tersebut,
petugas radiologi mencatat tanggal penerimaan, jumlah , dan harga pada buku
permintaan dan penerimaan RT/ATK/Linen.
5. Penyimpanan dan Pemakaian
Barang yang akan disimpan pada tepatnya, dimutasi masuk terlebih dahulu pada gudang
radiologi. Berdasarkan tanggal diterima, jumlah dan harga. Setiap penyimpanan sediaan
barang mengikuti sistem FIFO (First In First Out = pertama masuk-pertama keluar) dan
FEFO ((First Expired First Out = pertama kadaluarsa-pertama keluar). Petugas
radiologi melakukan mutasi out setiap ada barang yang dipakai.
6. Pencatatan dan Pelaporan
Petugas radiologi menjumlahkan penerimaan dan pengeluaran setiap akhir bulan.
Pencatatan dan pelaporan barang-barang logistik sarana dicantumkan dalam laporan
bulanan.
34
C. Audit Film X-Ray dan Perbekalan lain
Untuk menjamin hasil pemeriksaan radiologi yang akurat, maka diperlukan pemeriksaan
berkala atau audit film x-ray dan perbekalan lain yang diperlukan yang meliputi :
1. Standar penyimpanan
2. Label
3. Tanggal kadaluarsa
4. Kondisi Fisik
Audit film x-ray dan perbekalan lain dilakukan sebagai berikut:
1. Petugas logistik radiologi melakukan pengecekan secara berkala yaitu 1 minggu sekali
dan mendokumentasikan dalam form audit film x-ray dan perbekalan lain,
2. Untuk bahan sediaan yang mendekati tanggal kadaluwarsa (6 bulan sebelumnya) diberi
perhatian khusus agar digunakan sebelum tanggal kadaluwarsa atau segera
dikembalikan (diretur) ke bagian farmasi dengan tanggal kadaluarsa yang lebih lama.
3. Apabila pada saat dilakukan audit x-ray dan perbekalan lain ditemukan perbekalan yang
sudah tidak memenuhi standar maka wajib dilaporkan ke Ka.Sub.Bid.Jang.Med, dan
perbekalan tersebut tidak boleh digunakan.
D. Monitoring Suhu dan Kelembaban ruangan
Setiap ruangan pemeriksaan radiologi dan ruang penyimpanan obat dan alkes wajib
dilakukan pemantauan suhu dan kelembaban setiap shiftnya dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Standar suhu: 10-25C, standar kelembaban: 40-40%
2. Pemantauan dilakukan setiap shift pada jam sebagai berikut:
a. Shift pagi: 07.00-08.00 wib
b. Shift siang: 14.00-15.00 wib
3. Apabila suhu dan kelembaban tidak memenuhi standar maka dilakukan pengecekan
pengaturan AC dan dilaporkan ke radiographer yang jaga pada shift tersebut
4. Setelah 30 menit kemudian radiografer wajib melakukan pemantauan suhu dan
kelembaban kembali. Apabila tidak mencapai standar laporkan ke kepala ruang
radiologi untuk ditindaklanjuti
5. Pemantauan suhu dan kelembaban di catat dalam form yang tersedia (terlampir) dengan
menuliskan waktu dan inisial petugas (Inisial petugas terlampir)
35
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) Rumah Sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi assesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
2. Meningkatkan akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Meminimalkan kejadian tidak diharapkan ( KTD ) di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
C. Tatalaksana Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien merupakan salah satu kegiatan rumah sakit yang dilakukan
melalui asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya resiko. Di RS Permata Bunda kegiatan ini dilakukan melalui
Montoring indikator mutu pelayanan tiap Instalasi kerja terutama yang terkait dengan
pelaksanaan patient safety, tindakan preventif, pengendalian proses / produk tidak sesuai,
tindakan korektif dan audit mutu internal.
1. Monitoring indikator mutu pelayanan
Kegiatan ini merupakan kegiatan assemen resiko. Indikator mutu pelayanan Rumah
Sakit dan Instalasi kerja rinci dijelaskan pada Pedoman Mutu Pelayanan. Pedoman mutu
pelayanan Instalasi radiologi secara rinci ada pada BAB IX Pengendalian mutu.
Indikator mutu pelayanan yang menyangkut patient safety secara rinci dapat dilihat
pada format indikator mutu pelayanan pada pedoman mutu pelayanan. Indikator
tersebut merupakan milik Instalasi kerja, ditentukan periode pengambilan data dan
analisisnya. Bila terjadi penyimpangan atau terjadi kejadian tidak diinginkan pimpinan
36
Instalasi melaporkan pada pertemuan manajemen seperti yang diatur pada tindakan
preventif.
2. Tindakan preventif
Tindakan preventif sebenarnya adalah sistem yang diharapkan dapat mencegah
terjadinya cedera disebabkan kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Tindakan preventif dilakukan melalui
pencegahan kejadian tidak diinginkan dan peralatan yang memenuhi K3 dan pertemuan
rutin di rapat struktural seminggu sekali, morning report, evaluasi prosedur tiap 3 bulan
dan audit internal
3. Pengendalian proses / produk tidak sesuai
Pengendalian adalah identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien. Kejadian tidak diinginkan yang menyangkut keselamatan pasien juga
merupakan salah satu mekanisme pengendalian proses / produk tidak sesuai.
Identifikasinya melalui : audit mutu internal, audit mutu eksternal, temuan oleh
manajemen, laporan pelanggan. Laporan identifikasi tersebut ditindak lanjuti melalui
rapat tertutup direksi dan kepala bidang, ketua komite dan Instalasi terkait untuk
menemukan akar permasalahan dan jalan keluarnya. Kepala bidang melakukan
perbaikan sesuai dengan tindakan korektif.
4. Tindakan Korektif
Tindakan korektif adalah pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko. Tindakan korektif dilakukan terhadap laporan yang diputuskan dalam pertemuan
tertutup oleh kepala bidang melalui inspeksi dan verifikasi. Hasil inspeksi harus
menunjukkan telah dilakukannya tindakan koreksi.
5. Audit mutu internal
Audit mutu internal dilakukan tiap 6 bulan. Audit mutu eksternal tiap tahun. Audit mutu
dilakukan untuk menilai proses dan sasaran mutu, termasuk didalamnya pelaksanaan
keselamatan pasien melalui indikator mutu pelayanan.
Penatalaksanaan keselamatan pasien diatur dalam program keselamatan pasien yang
di bagian radiologi mengacu kepada 6 sasaran keselamatan pasien yang berlaku di RS
Permata Bunda yaitu :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
37
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (contoh : hand hygiene /
kebersihan tangan)
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
Untuk pelaksanaan 6 sasaran keselamatan pasien tersebut diatas Instalasi radiologi RS
Permata Bunda menerapkannya sebagai berikut:
1. Ketepatan Identifikasi:
a. Mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau
pengobatan.
b. Menyesuaikan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut
38
iv. Radiografer memanggil dan memastikan ketepatan identitas pasien dan
ketepatan jenis layanan.Radiografer melakukan pemeriksaan apabila identitas
pasien dan jenis layanan sudah tepat
v. Dokter memastikan ketepatan identitas pasien dengan cara mencocokkan nama
lengkap,tgl lahir / umur, yang ada pada surat permintaan pemeriksaan radiologi
dengan identitasyang ada pada film dan amplop
vi. Dokter memastikan ketepatan jenis pemeriksaan dengan cara mencocokkan jenis
pemeriksaan dengan surat permintaan radiologi.
vii. Dokter membuat expertise foto / pelayanan radiologi yang telah dilakukan. Hasil
expertise diambil petugas radiologi
viii. Petugas radiologi memastikan ketepatan identitas pasien dengan cara
mencocokkan nama lengkap,tgl lahir, umur, nomor urut pemeriksaan yang ada
pada film roentgen, amplop radiologi dan hasil expertise
ix. Petugas radiologi memastikan ketepatan jenis layanan dengan cara
mencocokkan jenis layanan yang pada hasil expertise dengan surat permintaan
pemeriksaan radiologi
x. Petugas radiologi memasukkan film rontgen dan hasil expertise ke dalam
amplop
xi. Pada pasien rawat inap, petugas radiologi menghubungi bagian rawat inap
untuk pengambilan hasil rontgen
xii. Pada pasien rawat jalan, petugas radiologi menyerahkan foto kepada pasien atau
keluarga pasien
2. Peningkatan komunikasi efektif dengan menggunakan metode (Tulbakon ) Tulis
Baca konfirmasi
a. RS Permata Bunda menetapkan metode TULBAKON sebagai pola komunikasi
efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima demi
peningkatan keselamatan pasien dan berlaku untuk semua lini pelayanan
b. TULBAKON digunakan dalam pelaporan petugas radiologi dengan dokter baik
melalui telepon maupun secara lisan
c. Petugas radiologi yang menerima instruksi lisan / lewat telepon wajib melakukan
TULBAKON yaitu penulisan / pencatatan (write back), pembacaan ulang (read
back),dan konfirmasi ulang (repeat back)
d. Pelaporan nilai kritis radiologi kepada perawat ruangan dilakukan dengan metode
TULBAKON dan di dokumentasikan dalam buku hasil kritis.
39
e. Melaporkan setiap insiden “kesalahan komunikasi” menggunakan format laporan
insiden yang baku sesuai kebijakan Rumah Sakit
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
Di bagian radiologi, yang perlu diwaspadai adalah pada waktu pemberian obat
kontras secara injeksi. Oleh karena itu dipersiapkan prosedur persiapan sebelum
pemberian kontras. Pemasukan media kontras dilakukan oleh dokter atau perawat
radiologi
a. Persiapan pemeriksaan pasien
1. Pada waktu akan melaksanakan penyuntikan kontras:
i. Pastikan identifikasi pasien
ii. Periksa ureum dan creatinin
iii. Tentukan siapa yang penyuntikan
iv. Dilakukan tindakan cuci tangan sebelum penyuntikan
v. Dilakukan skin test sebelumnya selama 10- 15 menit
vi. Pastikan kemana pembuangan sisa kontras yang sudah dipakai
2. Prosedur pemeriksaan skin test:
i. Ditanyakan riwayat alergi pasien
ii. Dilakukan skin test secara subkutan
iii. Skin test selama 10-15 menit
iv. Catat hasil skin test. Jika hasilnya baik, baru dilakukan penyuntikan kontras
b. Prosedur penyuntikan
1. Penyuntikan Intravena
i. Mempersiapkan alkohol 70%, kapas, spuit disposable, plester dan obat suntik
yang akan diberikan
ii. Memeriksa label obat suntik yang akan diberikan, termasuk tanggal kadaluarsa
iii. Mengisi obat ke dalam spuit, sesuai dosis yang diperlukan
iv. Pastikan tidak ada gelembung udara yang tertinggal di dalam spuit
v. Masukkan obat kontras melalui injeksi bolus lewat selang infus
vi. Masukkan obat dengan kecepatan sesuai indikasi obat
vii. Setelah obat habis, maka spuit dicabut.
viii. Buang spuit bekas pakai pada tempatnya
2. Penyuntikan Subkutan, Intrakutan dan Intramuskular
i. Mempersiapkan alkohol 70%, kapas, spuit disposable, plester dan obat suntik
yang akan diberikan
40
ii. Memeriksa label obat suntik yang akan diberikan, termasuk tanggal kadaluarsa
iii. Mengisi obat ke dalam spuit, sesuai dosis yang diperlukan
iv. Pastikan tidak ada gelembung udara yang tertinggal di dalam spuit
v. Tindakan antiseptik pada daerah yang akan dilakukan penyuntikan dengan
menggunakan kapas alkohol
vi. Pungsi pada daerah yang telah ditentukan. Pada penyuntikan intramuskular,
pastikan jarum suntik tidak mengenai pembuluh darah dengan cara menyedot
bagian yang dipungsi. Apabila tidak ada darah yang tersedot ke dalam spuit,
maka dipastikan jarum tidak mengenai pembuluh darah
vii. Masukkan obat perlahan-lahan
viii. Setelah obat habis, maka spuit dicabut. Tekan daerah yang dipungsi dengan
kapas kering, kemudian rekatkan plester
ix. Buang spuit bekas pakai pada tempatnya
c. Prosedur keselamatan pasien sebelum pemeriksaan
1. Pada pasien tanpa risiko
a. Persiapan
i. Menjadwal hari dan tanggal pemeriksaan
ii. Diet bubur kecap dua hari sebelum pemeriksaan
iii. Pasien diberikanobat pencahar ( dulcolax ) pada malam sebelum
pemeriksaan, sebagai berikut:
a) Minum dulcolax oral 4 sekaligus pada jam 20.00 ( atau sesuai petunjuk
dokter )
b) Pagi jam 05.00 dilavement dan huknah
c) Jam 07.00 pasien siap diperiksa
b. Pasien dan / atau keluarga menandatangani informed consent
c. Dilakukan pemeriksaan ureum dan creatin.
d. Dilakukan anamnesa tentang alergi terhadap makanan, obat-obatan dan riwayat
penyakit asthma bronchiole.
e. Dilakukan skin test kontras media 10-15 menit sebelum pemeriksaan.
f. Dilakukan pemeriksaan tekanan darah.
g. Dilakukan pemeriksaan fisik jantung dan paru.
h. Dilakukan evaluasi skin test setelah 15 menit.
i. Kalau skin test (-), lanjutkan penyuntikan kontras media intravena.
41
2. Pada pasien dengan risiko tinggi
a. Berisiko tinggi terhadap “Kejadian yang Tidak Diharapkan” (alergi
terhadap iodium, riwayat reaksi berat terhadap kontras, penderita asthma
bronchiole).
Selain persiapan seperti butir 1, perlu dilakukan:
i. Suntikan 40 mg prednisone pada 14, 7 dan 1 jam sebelum pemeriksaan dan
ii. Suntikan 50 mg benadryl 1 jam sebelum pemeriksaan.
b. Berisiko tinggi terhadap gagal ginjal (yaitu pasien degan hasil
pemeriksaan serum creatinine melebihi 1,5 mg/dl)
Selain persiapan seperti butir 1, perlu dilakukan:
i. Dilakukan hidrasi dengan pemberian minum air putih sebanyak
1 ml/kg BB/jam, 12 jam sebelum pemeriksaan
ii. Diberi minum tablet mucomyst/acetylcysteine 600 mg per oral,
24 jam sebelum pemeriksaan dan 12-24 jam sesudah pemeriksaan.
c. Terhadap pasien DM yang diberi metformin/glucophage
Selain persiapan seperti butir a, perlu dilakukan:
i. Pemberian metformin/glucophage dihentikan dulu 48 jam sebelum dan 48
jam sesudah pemeriksaan
ii. Hasil pemeriksan BUN dan creatinine harus normal
3. Pada pasien anak-anak
a. Pada bayi sampai usia 1 tahun, tidak perlu
dilakukan pengosongan usus besar dengan obat pencahar dan enema
b. Pada anak dengan usia lebih dari 1 tahun,
diberi castor oil
c. Pada bayi tidak dianjurkan pembatasan
cairan per oral; cukup puasa 2-4 jam untuk mencegah bahaya aspirasi akibat
muntah
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pemeriksaan pasien
a. Radiografer memanggil pasien sesuai dengan identitas pasien (nama, tanggal lahir /
umur, diagnosa klinis dan permintaan foto dari dokter perujuk), yang tertera di
lembar permintaan pemeriksaan radiologi.
b. Radiografer memastikan letak atau bagian tubuh pasien yang akan difoto, sesuai
dengan permintaan dokter, dan ditanyakan kepada pasien bagian tubuh mana yang
sakit. Jika ada keragu-raguan dalam memastikan letak bagian tubuh yang akan
42
difoto, lapor kepada dokter radiologi yang sedang bertugas atau ditanyakan langsung
kepada dokter pengirim.
c. Radiografer mengambil kaset, sesuai ukuran bagian tubuh yang akan diperiksa,
d. Radiografer memasang kaset pada bucky atau pada standar kaset dan menempelkan
marker (penanda R atau L) pada sisi kaset, tergantung bagian tubuh sebelah kanan
atau kiri yang akan diperiksa.
e. Radiografer melakukan pemotretan terhadap pasien.
f. Setelah selesai memotret, radiografer mempersilakan pasien mengenakan pakaiannya
kembali dan menunggu film selesai diproses.
g. Kemudian radiografer memproses film tersebut dengan pesawat CR.
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (contoh : hand hygiene /
kebersihan tangan)
Menjaga kebersihan tangan sangat penting karena penjalaran (transmisi) kuman
paling mudah melalui tangan. Membersihkan tangan adalah satu-satunya cara yang paling
efektif untuk mengurangi penyebaran kuman.
a. Dilakukan hand hygiene / kebersihan tangan menurut 5 Momen kebersihan tangan
yang sudah ditetapkan oleh WHO :
i. Momen 1 : sebelum kontak dengan pasien
ii. Momen 2 : sebelum tindakan aseptik
iii. Momen 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien
iv. Momen 4 : setelah kontak dengan pasien
v. Momen 5 : setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
b. Teknik kebersihan tangan yang baik dan benar sesuai dengan prosedur kebersihan
tangan yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit
c. Kebersihan tangan sesuai dengan jenis menurut area dan tindakan yaitu:
i. Kebersihan tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun (hand wash)
ii. Kebersihan tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun antiseptik
chlorhexidine 2 % (aseptik)
iii. Kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub)
iv. Kebersihan tangan sebelum melakukan tindakan intervensi dengan larutan
antiseptik chlorhexidine 4 % (surgical).
d. Kebersihan tangan efektif
i. Melepaskan semua perhiasan yang ada (jam tangan, cincin, dan gelang)
ii. Kuku dijaga tetap pendek, tidak menggunakan kuku buatan dan cat kuku
43
iii. Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air
iv. Tutuplah kran dengan paper towel atau lap sekali pakai
v. Membersihkan tangan dengan sabun antiseptik dan air mengalir apabila tangan
terlihat kotor
vi. Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub) bila
tangan tidak terlihat kotor di antara tindakan
vii. Keringkan tangan menggunakan paper towel –cukup satu lembar
6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh
a. Kenali dan tanggap terhadap pasien dengan kondisi lemah, cara berjalan yang tidak
aman (goyah), memakai alat bantu jalan (kursi roda, tongkat, walker).
b. Waspada risiko jatuh pada pasien yang memakai gelang kuning (apabila petugas
melihat pasien dengan gelang kuning berjalan maka segera hentikan pasien dan
kemudian meminta bantuan petugas yang berwenang).
c. Upayakan pasien tidak berdiri lama saat menerima pelayanan (anjurkan pasien untuk
duduk atau sediakan tempat duduk saat menunggu pelayanan diberikan).
d. Memberikan perhatian khusus pada pasien dengan gelang kuning pada saat
memindahkan ke meja pemeriksaan.
e. Pada pemeriksaan CT Scan dilakukan fiksasi / pengikatan pada tubuh pasien di
bagian tertentu untuk mengurangi pergerakan pasien dan supaya pasien tidak jatuh.
f. Apabila diperlukan keluarga bisa diminta untuk mendampingi pasien dengan
memakai baju pelindung radiasi
g. Jaga lingkungan rapi dan tidak menghalangi jalan pasien.
7. Pelaporan pada patient safety
a. Mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris
Cedera, Kejadian Tidak Cidera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel)
pada formulir pelaporan insiden.
b. Melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris
Cedera, Kejadian Tidak Cidera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel)
kepada Sub Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit 1 kali 24 jam.
c. Mengevaluasi semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris
Cedera, Kejadian Tidak Cidera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel)
secara berkala dan menyusun upaya pencegahan agar insiden tidak terulang kembali
di waktu mendatang.
44
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
49
f. Dalam upaya kompensasi terhadap bahaya radiasi , setiap petugas radiologi mendapat
extra food dan tunjangan bahaya radiasi
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
Mutu pelayanan harus memiliki standar mutu yang jelas, artinya setiap jenis pelayanan
haruslah mempunyai indikator dan standarnya. Dengan demikian pengguna jasa dapat
membedakan pelayanan yang baik dan tidak baik melalui indikator dan standarnya.
N INDIKATOR TARGET
O
1. Waktu tunggu foto thorax pada pasien Rawat ≤ 90 %
Jalan
2 Pengulangan foto/riject ≤2%
51
dilakukan sebelum foto
rontgen dicetak
9 Denominator Jumlah total pasien foto
rontgen dalam waktu yang
sama
1 Sumber data Sensus harian (catatan
0 pengulangan pemeriksaan)
1 Standar <2%
1
1 Penanggung jawab pengumpul data Kepala Ruang Radiologi
2
1 Catatan Perhitungan foto yang ditolak
3 diukur dari total foto yang
diulang dan beberapa faktor
penolakan : kabur/goyang,
posisi, peralatan, artefak dan
kesalahan marker
BAB IX
PENUTUP
52
Dalam era globalisasi saat ini banyak berkembangnya pengetahuan dan teknologi di
segala bidang, termasuk bidang kesehatan. Pelayanan radiologi merupakan bagian dari
pelayanan medik tiap rumah sakit yang senantiasa perlu melakukan penyesuaian dalam
mengikuti setiap perkembangannya
Pelayanan Radiologi RS Permata Bunda merupakan bagian integral dari pelayanan medik
RS Permata Bunda. Setiap upaya peningkatan mutu pelayanan radiologi berarti meningkatan
mutu pelayanan rumah sakit.
Upaya peningkatan mutu pelayanan memerlukan landasan hukum dan batasan
operasional, standar ketenagaan, standar fasilitas, tata laksana pelayanan, dan logistik. Hal
tersebut dilengkapi pula dengan keselamatan pasien, keselamatan kerja serta proteksi radiasi agar
diperoleh mutu pelayanan yang optimal. Untuk mengukur mutu pelayanan diperlukan indikator
mutu pelayanan. Pengukuran indikator mutu input, proses dan output dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan Instalasi Radiologi. Standar Pelayanan Instalasi Radiologi ini disusun
untuk memberikan informasi tentang hal-hal tersebut.
Pedoman standar Pelayanan Radiologi ini diharapkan menjadi acuan / pedoman dalam
setiap pelaksanaan kegiatan pelayanan radiologi, sehingga membantu dalam menegakkan
diagnosa klinis dan indikator mutu dapat dicapai. Bagi manajemen pedoman ini dapat
bermanfaat untuk meningkatan mutu pelayanan rumah sakit sehingga diharapkan menjadi salah
satu layanan unggulan di RS Permata Bunda Purwodadi.
Ditetapkan di : Purwodadi
Pada Tanggal : 12 Oktober 2016
Direktur RS. Permata Bunda
53