Anda di halaman 1dari 18

JOURNAL READING

BILATERAL TESTICULAR TORSION IN AN


ADOLESCENT: A CASE WITH CHALLENGING
DIAGNOSIS
L. Lorenzo, E. Martinez-Cuenca, E. Broseta
Hospital Universitario y Politécnico La Fe,Valencia, Espanha

Oleh
Sumanjaya Pratama
21904101069

Pembimbing
dr. Anggia Augustasia LT, Sp.U

LABORATORIUM ILMU BEDAH


RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU BANGKALAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2020
PENDAHULUAN

 Insiden torsio testis pada pasien usia <25 tahun → ± 1 per 4000.
 Torsio testis bilateral → kejadian yang sangat langka.
 Pada laporan ini → disajikan kasus torsio testis bilateral pada remaja dan melakukan
tinjauan literatur terkait kasus ini pada remaja dan dewasa.
LAPORAN KASUS

 Seorang pasien 15 tahun dirawat di unit gawat darurat dengan keluhan nyeri pada
hemiskrotum kiri, nyeri tekan, dan bengkak dengan durasi 48 jam.
 Nyeri tersebut disertai dengan mual, satu episode muntah dan demam (37,4ºC).
 Tidak ada riwayat trauma atau gejala saluran kemih sebelumnya.
 Pasien menyangkal episode serupa atau nyeri skrotum kanan pada saat itu.
LAPORAN KASUS

 Pemeriksaan fisik:
- Skrotum kiri sangat bengkak, eritematosa, dan palpasi lunak → sulit dievaluasi
- Evaluasi pada testis kanan → normal.
LAPORAN KASUS

 Pemeriksaan penunjang:
- DL → Leukosit 16.300/ul
- Urinalisis → normal
- Color Doppler USG
➢ Testis kiri → spermatic cord yang terpeluntir, tidak adanya aliran pembuluh
darah, struktur testis heterogen dan hidrokel reaktif pada skrotum kiri.
➢ Testis kanan → normal dengan adanya aliran vaskular standar (Gambar 1).
LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS

 Diagnosis → torsio testis kiri yang tidak dapat diselamatkan → diputuskan untuk
melakukan delayed orchiectomy.
 Dua jam kemudian, ketika pasien berada di bangsal observasi menerima perawatan
analgesik → tiba-tiba merasakan nyeri pada testis kanan.
 Evaluasi ulang pemeriksaan fisik → testis kanan melintang dan tertarik, tanpa
disertai tanda-tanda inflamasi tetapi terasa nyeri pada palpasi.
 USG Color Doppler → tidak adanya aliran vaskular di testis kanan, tanpa perubahan
tambahan pada testis kiri.
LAPORAN KASUS

 Pasien menjalani eksplorasi bedah segera → bilateral scrotal incision.


 Didapatkan torsio intravaginal searah jarum jam 360º dari testis kanan → warna
kebiruan. Setelah didetorsi → warna testis kembali normal.
 Pada hemiskrotum kiri → testis terpuntir 720º dengan penampilan nekrotik. Warna
sedikit membaik dengan detorsi → 30 menit → testis dianggap tidak dapat hidup,
dan orchiectomy kiri dilakukan (Gambar-2).
 “Bell clapper deformity” terlihat pada kedua testis pada saat eksplorasi bedah.
 Pemeriksaan patologis → nekrosis hemoragik pada testis.
LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS

 Satu tahun setelah operasi, USG Color Doppler → testis kanan dengan ukuran normal
(volume 14.8cc), echogenicity dan vaskularisasi (Gambar-3). Kadar hormon seks dalam
kisaran normal.
DISKUSI

 Torsio testis → keadaan darurat bedah (umumnya terjadi pada remaja dan neonatus).
 Sebagian besar kasus torsio testis bilateral → neonatus.
 Pada remaja dan dewasa sangat sedikit kasus yang dilaporkan dalam literatur (empat kasus
pada remaja dan lima pada dewasa).
 Osada et al., → tahun 1985 → kasus pertama torsio testis bilateral terjadi secara simultan
pada remaja (12 tahun)
 Wasnick et al., → tahun 1985 → kasus pertama torsio testis bilateral pada orang dewasa (24
tahun).
DISKUSI

 Keunikan utama dari kasus ini → bahwa gejala, pemeriksaan fisik dan USG sangat
berubah tiga jam setelah evaluasi awal.
 Dua faktor terpenting yang menentukan kerusakan testis → waktu dari timbulnya
gejala dan derajat terperluntirnya.
 Tryfonas et al., → testis tidak ada atau sangat atrofi pada semua kasus dengan
puntiran >360º dan gejala berdurasi >24 jam.
DISKUSI

 Selama eksplorasi bedah → pasien menunjukkan torsio intravaginal bilateral.


 Ada dua jenis puntiran testis: intravaginal dan ekstravaginal.
 Puntiran ekstravaginal → neonatus. Selama periode prenatal/neonatal perlekatan
tunica vaginalis belum melekat kuat ke dinding skrotum.
 Hal ini menjelaskan insiden puntiran bilateral yang lebih tinggi pada usia ini.
 Saat anak tumbuh, perlekatan tunika menguat, mengurangi kemungkinan puntiran
jenis ini setelah periode neonatal.
DISKUSI

 Pada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa → intravaginal → >> ditemukan
kelainan anatomis pada tunica vaginalis, terutama “bell clapper anomaly”.
 Normal → tunika vaginalis mengelilingi testis kecuali pada daerah testis yang
menempel pada epididimis dan dinding skrotum posterior. Dengan demikian, daerah
posterior testis melekat erat pada skrotum.
 Pada “bell clapper anomaly” → perlekatan tunika vaginalis ke testis terlalu tinggi,
sehingga saluran sperma dapat berputar di dalamnya → torsio intravaginal. Varian
anatomi ini sering bilateral.
REFERENSI

 L. Lorenzo, E. Martinez-Cuenca, E. Broseta. 2018. Bilateral testicular torsion in an


adolescent: a case with challenging diagnosis. Challenging Clinical Cases. Vol. 44 (2): 393-
396. doi: 10.1590/S1677 5538.IBJU.2017.0371
Terimakasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Anda mungkin juga menyukai