OPEN FRACTURE
PEMBIMBING : DR IDA BAGUS ADHI PRAYOGA. SP. OT
DISUSUN OLEH : CHASAN ARFISA 21904101068
Fraktur adalah hilangnya kontinuinitas tulang, tulang rawan yang disebabkan oleh trauma dan non trauma
WHO mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,5 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita
fraktur akibat kecelakaan lalu lintas
Kejadian fraktur di Indonesia sebesar 1,3 juta setiap tahun dengan jumlah penduduk 238 juta, merupakan
terbesar di Asia Tenggara.
Kecelakaan lalu lintas yang tertinggi karena kendaraan bermotor dapat menyebabkan berbagai fraktur khususnya
fraktur ekstremitas bawah
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Injury
Kebanyakan fraktur disebakan oleh tekanan yang tiba-tiba dan berlebihan (overloading), dapat
secara langsung maupun tidak langsung
Hantaman secara langsung biasanya membelah tulang secara transversal atau membengkokan
ke atas titik tumpu sehingga membuat patahan menjadi “butterfly” fragment.
Cedera secara tidak langsung pada tulang menyebabkan patah pada jarak tertentu dari tekanan
yang diberikan, rusaknya jaringan lunak pada daerah fraktur tidak terhindarkan
MEKANISME DARI INJURY
Beban yang berat menciptakan deformasi kecil yang memulai proses remodeling.
Kombinasi dari reasorbsi tulang dan pembentukan tulang baru sesuai dengan Wolff’s
law.
Ketika paparan dari tekanan dan deformasi berulang dan berlangsung lama, reasopsi
tulang terjadi lebih cepat daripada pergantian (pembentukan tulang baru) dan
meninggalkan daerah yang rawan patah.
PATOGENESIS FRAKTUR
Patologis
Fraktur dapat terjadi pada tekanan yang normal jika tulang mengalami kerapuhan oleh
perubahan struktur (contohnya osteoporosis, osteogenesis imperfecta atau penyakit Paget,
terapi bisphosphonate) atau melalui titik lesi (contohnya kista tulang atau metastasis)
TIPE-TIPE FRAKTUR
Fraktur komplit
• Garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang
Fraktur inkomplit
• Garis patah tidka melalui seluruh penampang tulang, seperti : Hairline fracture, buckle
fracture atau torus fracture, greenstick fracture.
Fraktur Komplit : Fraktur Inkomplit :
A. Transverse D. Buckle or torus
B. Segmental E, F. Greenstick
C. Spiral
KLASIFIKASI FRAKTUR
• Setelah komplit fraktur, fragmen biasanya bergeser, Sebagian karena tekanan saat cedera,
Sebagian karena gravitasi dan Sebagian terdorong karena terdapat otot. Pemindahan biasanya
terdiskripsi sebagai translasi, alignment (angulation), rotation, dan altered length.
• Direct bone healing bukan proses alami dalam penyembuhan fraktur. Hal ini
membutuhkan koreksi anatomi tanpa adanya gap dan fiksasi harus stabil. Goal dari proses
ini ialah setelah open reduction dan pembedahan fiksasi interna.
• Setelah hal tersebut tercapai maka akan remodeling tulang pipih, kanal havers dan
pembuluh darah. Dibutuhkan waktu bebebrapa bulan hingga tahun.
CONTACT HEALING
• Jika jarak gap <0,01 mm dan tegangan interfragment <2%, fraktur masih menyatu dinamakan
kontak healing.
Secara simultan akan terbentuk union tulang dan canal havers dibantu dengan osteoblast. Maka
akan terbentuk tulang pipih tanpa adanya pembentukan kalus.
GAP HEALING
• Berbeda dengan kontak healing dimana union tulang dan remodeling haversian tidak terjadi
secara simultan. Gap harus 800 μm > x > 1 mm. pada proses ini daerah fraktur akan terisi oleh
tulang pipih yang tegak lurus dengan sumbu.
• Soft callus butuh direabsorbsi dan digantikan dengan hard bony callus.
Hipertrofi dari kondrosit memulai remodeling kalus dimana akan apoptosis dan
membentuk anyaman tulang. Kemudian anyaman tulang akan menjadi tulang
pipih.
• Remodeling kalus berdasar hukum Wolf: meningkatkan pembentukan tulang
pada area high stress dan resorbsi area low stress. Keseluruhan fase akan
dianggap lengkap jika lubang medular sudah terbentuk.
REMODELLING
• Setelah hard kalus menjadi strutktur yang kuat bukan berarti sudah sembuh.
Dibutuhkan fase resorbtive, dimana hard callus akan menjadi lamellar bone
pada ruang medulla.
• Proses remodeling dibawa oleh keseimbangan resorption hard kalus oleh
osteoclast, dan deposisi lamellar bone oleh osteoblast. Proses terjadi sekitar 3-4
minggu dan membutuhkan waktu tahunan untuk benar benar terregenerasi.
MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis
• Riwayat trauma
• Tanda-tanda patah tulang : deformitas, krepitasi, false movement
• Luka di daerah patah tulang
Pemeriksaan Fisik
• Look : Bengkak, memar dan deformitas terlihat jelas, tetapi poin terpenting ialah
apakah kulit masih intak atau tidak. Tanda pasti berupa fat bubble
• Feel : Bagian luka harus dipalpasi untuk melokalisasi nyeri, dan krepitasi
• Movement : Untuk menilai false movement
MANIFESTASI KLINIS
Foto Polos
• Pemeriksaan foto polos itu wajib. Perhatikan “rule of two”
Two views Two joints
• Fraktur atau dislokasi seharusnya tidak • Pada pergelangan tangan atau lengan, satu
dapat dilihat pada foto polos satu posisi, tulang mungkin terdapat fraktur atau
dan harus dua posisi angulasi. Sendi diatas dan dibawah fraktur
harus terlihat pada foto polos
Two occasions
• Beberapa fraktur sangat sulit dideteksi
segera setelah cedera, tetapi pemeriksaan
foto polos dalam seminggu atau dua
minggu dapat menunjukkan lesi.
Pemeriksaan Foto Polos :
a,b) Two views pada tulang tibia
c,d) Two occasion: fraktur scaphoid tidak
menunjukkan hasil yang jelas pada hari
pertama kejadian. Sangat terlihat pada
minggu ke-2
e,f) Two joints
e) Tidak sampai siku, merupakan fraktur
monteggia, caput radius mengalami dislokasi
f) Menunjukkan dislokasi pada radiohumeral
joint.
g,h) Two limbs : kadang-kadang sisi
abnormal akan dapat terlihat jika
dibandingkan dengan sisi yang normal. h)
terlihat fraktur pada lateral condyles sinistra`
DIAGNOSA KLINIS
• Fraktur tertentu cenderung menyebabkan cedera sekunder dan hal ini sebaiknya menjadi
asumsi telah terjadi sampai terbukti.
• Terapi diberikan berdasarkan tipe dari fraktur, sifat dari luka jaringan lunak (termasuk ukuran
luka) dan derajat kontaminasi. Gustilo’s classification dijadikan dasar untuk fraktur terbuka.
Debridement luka
• Bertujuan untuk menghilangkan benda asing dan jaringan mati (seperti pecahan tulang), mensterilkan
area operasi dan peredaran darah yang baik.
• < 6 jam : terkontaminasi (golden periode)
• > 6 jam : infeksi
• Tindakan debridemen segera juga tidak boleh dilakukan apabila pasien masih belum stabil atau kondisi
ruang operasi masih sub-optimal
• Tindakan debridemen tidak boleh ditunda terlalu lama dan harus dilakukan dalam 24 jam pascatrauma
Irigasi Luka
• Selain tindakan debridemen, irigasi luka dengan cairan garam fisiologis volume besar
• Zalavras menganjurkan volume cairan untuk irigasi patah tulang terbuka sebanyak 9 liter,
beberapa literatur merekomendasikan irigasi dengan volume 3 liter untuk patah tulang
terbuka tipe I, 6 liter untuk patah tulang terbuka tipe II, dan 10 liter untuk patah tulang
terbuka tipe III.
Penutupan Luka
• Fraktur tipe 1 dan 2 dengan luka kecil dan tidak terkontaminasi hanya dijahit (setelah
debridement).
• Grade 3 : tidak disarankan untuk penutupan luka primer → skin graft, flap dekat atau jauh
TERAPI DEFINITIF
Visceral injury
• Fraktur pada iga dapat menyebabkan pneumothorax dan rupture kandung kemih atau uretra pada fraktur pelvis. Luka ini
membutuhkan penanganan cepat dan emergensi.
Vascular injury
• Pasien mengeluh parestesia atau mati rasa pada jari kaki atau tangan. Lengan yang luka terasa dingin dan pucat atau
sedikit sianosis dan nadi lemah atau tidak ada
Nerve injury
• Luka pada saraf biasa terjadi pada fraktur humeral atau sekitar siku atau lutut. Tanda-tanda harus dicari selama
pemeriksaan awal dan setelah pengurangan fraktur
Gas gangrene
• Kondisi ini disebabkan oleh infeksi costridial (clostridium welchii). Ini merupakan organisme anaerob yang dapat
survive dan multiplikasi pada jaringan dengan kadar oksigen rendah merupakan tempat utama infeksi
EARLY COMPLICATIONS
Compartment syndrome
• Fraktur pada tangan atau kaki dapat menjadikan iskemia berat, meskipun tidak terkena pada pembuluh
darah besar. Pendarahan, edema atau inflamasi(infeksi) dapat meningkatkan tekanan pada osseosfascial
compartment, hal ini mengurangi perpindahan kapiler, dimana menyebabkan iskemia pada otot.
• Gejala klasik pada iskemia berupa nyeri, parestesia, pucat, paralisis, tidak ada nadi
Hemarthosis
• Fraktur pada sendi mengakibatkan hemarthosis. Sendi yang bengkak dan tegang dan pasien menolak
untuk digerakkan. Darah seharusnya diaspirasi sebelum menangani fraktur
Infection
• Fraktur terbuka dapat terinfeksi; fraktur tertutup hampir tidak pernah ada kecuali dibuka dengan operasi.
Infeksi pasca trauma sangat sering menyebabkan osteitis kronis.
LATE COMPLICATIONS
Delayed union
• Jika saat sebelum menyatu terlalu lama, keadaan ini disebut delayed union. Factor
penyebab delayed union karena secara biological, biomechanical, atau pasien. Nyeri
tekan fraktur masih ada dan jika tulang mengalami stress, terdapat nyeri
Non-union
• Pada sedikit kasus delayed union biasanya menjadi non-union. Hal ini muncul ketika
fraktur tidak pernah menyatu tanpa intervensi. Gerakan di lokasi fraktur masih ada dan
nyeri berkurang. Penyebabnya ialah kontak, alignment, stabilitas, stimulasi
LATE COMPLICATIONS
Malunion
• Ketika fragment menyatu tidak pada tempatnya, fraktur dikatakan sebagai malunited.
Penyebabnya adalah kegagalan untuk mereduksi fraktur secara adekuat, kegagalan
untuk menahan reduksi selama proses penyembuhan, atau kolaps bertahap dari
kominutif atau tulang osteoporosis
Avascular necrosis
• Daerah yang sering berkembang menjadi iskemia dan nekrosis tulang setelah luka ialah
the head of femur, proximal part of the scaphoid, the lunate (dislocation) dan the body
of talus (setelah fraktur pada leher)
PENUTUP
KESIMPULAN
• Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur dari tulang. Fraktur disebabkan oleh
cedera, tekanan yang berulang, atau melemahnya tulang secara tidak normal (fraktur
patologis). Manifestasi klinis pada fraktur berupa bengkak, memar dan deformitas terlihat
jelas. Bagian luka terasa nyeri. Terdapat krepitasi dan Gerakan abnormal. Terapi
diberikan berdasarkan klasifikasi Gustilo. Prinsip terapi berupa profilaksis antibiotic,
debridement luka, irigasi luak, penutupan luka awal, dan stabilisasi fraktur, perawatan
pasca operasi.
SARAN
• Sebagai dokter umum sebaiknya memahami tanda dan gejala dari fraktur terbuka serta
manajemen terapi yang perlu dilakukan untuk mengurangi komplikasi dan penanganan
awal secara tepat
TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
1. Apley, G.A and Solomon, L. 2018 Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. 10th ed. London: Hodder Arnold.
3. Triono P. 2015. Aplikasi Pengelolahan Citra untuk Mendeteksi Fraktur Tulang Dengan Metode Deteksi Tepi Canny. Universitas Ahmad
Dahlan. Vol 09 no 22.
7. Diwan A, Eberlin KR, Smith RM. The principles and practice of open fracture care. Chinese J Traumatol. 2018;21:187e192
8. Zalavras CG. Prevention of infection in open fractures. Infect Dis Clin N Am 2017;31:339-52