LUKA BAKAR
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya
Oleh
Sumanjaya Pratama
21904101069
Pembimbing
dr. Subchan Aga Bachtiar, Sp.B
LABORATORIUM ILMU PENYAKIT BEDAH
RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU BANGKALAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
◦ Luka bakar kasus yang sering ditemui di Faskes
Mempengaruhi prognosis
(Sudjatmiko, 2010)
◦ Global
- ± 90% luka bakar terjadi pada sosial ekonomi rendah
- 2017 180.000 orang meninggal (> negara berkembang) dan 30% Epidemiologi
pasien usia < 20 tahun Luka Bakar
◦ Indonesia
- RSCM (2011-2012) 303 pasien (2011 – 33% meninggal dan 2012 –
34% meninggal) Lama perawatan ± 13,72 hari
- RSU Sanglah Denpasar (2012) 154 pasien (13/8,42% pasien
meninggal)
- RSUP Sardjito Jogjakarta (2012) 49 pasien (16/53,3 pasien
meninggal)
- RSUD Soetomo Surabaya (2011) 145 pasien (15/10,3% pasien
meninggal)
◦ Penyebab
- Api
Etiologi Luka
- Air panas Bakar
- Bahan kimia
- Ledakan bom
(Wardhana, 2014)
◦ Data penyebab pasien luka bakar yang di rawat di Unit
Luka Bakar RSCM tahun 2012-2013
Tabel 2.1 Penyebab luka bakar pada anak
Etiologi Luka
Penyebab Persentase
Bakar
Air Panas 52%
Api 26%
Kontak 15%
Listrik 6%
Kimia 1%
(Wardhana, 2014)
Air Panas Api
Bahan Kimia Listrik
Luka bakar perubahan mikrosirkulasi
- Penurunan jumlah darah di lokasi luka bakar
- Dilatasi arteriole Patofisiologi
- Edema Luka Bakar
Proses pembentukan edema :
Pada kondisi normal :
- Terjadi pergeseran cairan dari ruang intra vaskuler ke
jaringan interstisium (ekstrapasasi yang disebabkan
permeabilitas kapiler)
- Cairan yang keluar dari intra vaskuler tersebut akan
dialirkan melalui pembuluh limfe (diserap) dalam keadaan
seimbang
- Edema akan terjadi bila kondisi tersebut tidak seimbang,
dimana cairan yang keluar dari intra vaskuler lebih banyak
dari penyerapannya oleh pembuluh limfe :
Patofisiologi
Luka Bakar
Peningkatan permeabilitas kapiler karena kerusakan
endotel sebagai akibat luka bakar
Keluarnya cairan dan protein dari ruang intravaskuler ke
jaringan interstisium yang banyak peningkatan tekanan
osmotik jaringan interstisium
◦ Insiden
- Trauma inhalasi pada luka bakar angka mortalitas 30%.
- RSCM trauma inhalsi komplikasi ARDS sebanyak 8,7% dari
275 pasien Trauma
Inhalasi
Konsekuensi klinis edema saluran napas atas, bronkospasme,
oklusi saluran napas, hilangnya klirens silier, intrapulmonary
shunting, menurunnya compliance dinding dada, dan
pneumonia
Trauma inhalasi adanya riwayat trauma pada ruangan
tertutup, luka bakar wajah, bulu hidung/ mata terbakar, jelaga
pada lubang hidung atau rongga mulut, suara serak Trauma
(hoarseness), konjungtivitis, takipnea, sputum berjelaga, Inhalasi
meningkatnya level CO dalam darah (tampak darah lebih
merah cerah).
>60 Kematian
Gambar 2.2 Algoritma tata laksana trauma inhalasi pada pasien luka
bakar berdasarkan algoritma EMSB course
◦ Diagnosis Luka Bakar
- Derajat/kedalaman
- Luas Diagnosis
- Lokasi Luka Bakar
- Penyebab
- Kelainan/penyakit komorbid yang menyertai pasien
◦ Contoh
Combustio grade IIA 18% regio thorax e.c. scald
Derajat/
Kedalaman
Luas
Lokasi
Penyebab
Derajat kedalaman luka bakar
1. Derajat I
Diagnosis
- Epidermis Luka Bakar
2. Derajat II
3. Derajat III
- Sampai otot/tulang
Macam:
(Wardhana, 2014)
Gambar 2.6 Sketsa kedalaman Gambar 2.7 Luka bakar derajat II dangkal
kerusakan pada luka bakar derajat
IIA dangkal (Superficial Partial
Thickness Burn)
(Wardhana, 2014)
◦ Derajat III
Keterangan:
Tampak gambaran pembuluh darah yang
trombosis di bawah eskar
(Wardhana, 2014)
◦ Palmar Surface Methods
Diagnosis
Luka Bakar
(Wardhana, 2014)
◦ Metode Wallace Rules of Nine
(Wardhana, 2014)
Gambar 2.16 Perhitungan luas luka bakar pada dewasa (Wardhana, 2014)
Gambar 2.17 Perhitungan luas luka bakar pada anak (Wardhana, 2014)
◦ The Lund and Browder Chart
(Wardhana, 2014)
Luka Bakar Berat (Major Burn)
◦ Luka bakar derajat II > 25% pada dewasa Kriteria Berat
◦ Luka bakar derajat II > 20% pada anak-anak Ringannya
◦ Luka bakar derajat III > 10% Luka Bakar
◦ Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan
perineum
◦ Terdapat cedera inhalasi, luka bakar listrik tegangan tinggi
◦ Disertai trauma lain
◦ Pasien dengan risiko tinggi
(Wardhana, 2014)
Gambar 2.19 Gambar A: luka bakar derajat IIA (superficial - mid dermal burn), warna kemerahan,
CRT <2 detik pada ekstremitas atas superior kanan; Gambar B : luka bakar derajat IIA (mid dermal
burn) dengan bulla (+), CRT <2 detik lambat; Gambar C: luka bakar derajat IIA-IIB
(Wardhana, 2014)
Gambar 2.20 Tampak pada gambar luka bakar dalam derajat III dengan
eskar melingkar di dada dan di tangan
(Wardhana, 2014)
Fase Luka
Bakar
Gambar 2.22 Stop Gambar 2.23 Drop Gambar 2.24 Roll and Cover
(Wardhana, 2014)
◦ Irigasi dengan air yang mengalir
- Minimal 15 menit
Penatalaksa
- Untuk mencegah kerusakan semakin meluas
naan Luka
Bakar
Gambar 2.26 Algoritma survei primer pada pasien trauma luka bakar berat (EMSB)
Penatalaksa
naan Luka
Bakar
Penatalaksa
naan Luka
Bakar
Penatalaksa
naan Luka
Bakar
RL = 4 cc x BB x %LB
- ½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama
- ½ jumlah cairan diberikan dalam 16 jam berikutnya
◦ Dewasa
- 24 jam pertama : RL= 4 cc x BB x %LB Penatalaksa
- 24 jam kedua : ½ dari jumlah kebutuhan cairan 24 jam naan Luka
pertama
Bakar
- Bila pasase usus baik (bising usus +) pemberian cairan per oral
dimulai
◦ Anak
- Resusitasi : 2cc x BB x %LB = a cc
Penatalaksa
- Kebutuhan faali
< 1 th : BB x 100 cc
naan Luka
1-3 th : BB x 75 cc Bakar
3-5 th : BB x 50 cc = b cc
Atau
100 ml/kgBB untuk 10 kg pertama
+50 ml/kgBB untuk 10 kg kedua
+20 ml/kg untuk 10 kg berikutnya = b cc
(Kepmenkes, 2019)
◦ Survey Sekunder
Riwayat penyakit: Penatalaksa
- A (Allergies) : Riwayat alergi
naan Luka
- M (Medication) : Obat-obat yang dikonsumsi
- P (Past illness) : Penyakit sebelum terjadi trauma
Bakar
- L (Last meal) : Makan terakhir
- E (Event) : Peristiwa yang terjadi saat trauma
Mekanisme trauma
Keterangan:
KEB = kebutuhan energi basal
BB = berat badan ideal dalam kilogram
TB = tinggi badan dalam centimeter
U = umur
Penatalaksa
BSA = Burn Surface Area (Luas luka bakar)
naan Luka
Bakar
Injury Factor :
• < 20% BSA: 1.5
• 20-40% BSA: 1.6-1.7
• > 40% BSA: 1.8-2.1
Activity Factor :
• Confined to bed: 1.2
• Minimal ambulation: 1.3
Monitoring
◦ Kondisi klinis Penatalaksa
◦ Tanda vital naan Luka
◦ Penyembuhan luka Bakar
◦ Toleransi saluran cerna
◦ Analisis asupan energi dan zat gizi
◦ Pemeriksaan laboratorium, dan penunjang lainnya sesuai kondisi
pasien
◦ Antropometri (seminggu sekali, segera setelah edema berakhir)
◦ Kapasitas fungsional
◦ Kebutuhan nutrisi tindak lanjut saat pasien rawat jalan
(Kepmenkes, 2019)
Perawatan luka bakar
Kelebihannya
mudah dipakai, tidak nyeri saat diganti, bacterial
barrier, lembab dan hangat, dan membantu proses
penyembuhan luka.
◦ Luka bakar derajat IIA film dressing atau tx konservatif (MEBO)
ditutup dengan transparant film dressing (opsite)
Penatalaksa
◦ Luka bakar derajat IIB kasa berparafit atau salep antibiotik
seperti Silver Sulfadiazin krim, gentamisin, atau mupirocin naan Luka
◦ Luka bakar derajat IIB-III dengan eskar tipis nanocrystal silver Bakar
◦ Luka bakar derajat III dengan eskar tebal eskarotomi
5. Bau busuk
(Kepmenkes, 2019)
◦ Tabel 2.6 Produk balutan untuk perawatan luka bakar berdasarkan guideline Australian & New
Zealand Burn Association (ANZBA)
Silver (eg: acticoat, Proteksi antimikrobial Luka dermal hingga full Dibasahi dengan H2O; Pewarnaan pada kulit
nanocrystaline ag, spektrum luas dan thickness. Grafts dan area keringkan dan gunakan yang temporer, Cegah
coated mesh) dengan menurunkan formasi donor. dan luka terinfeksi bagian bawah warna jika alergi dan cegah
lapisan rayon dalam eksudat biru/ silver. Melembabkan hipotermia
balutan sekunder, diganti
3- 4 hari
Gambar 2.33 Macam-macam krim dan balutan
untuk luka bakar (Wardhana, 2014)
Gambar 2.34 Contoh pemakaian foam Gambar 2.35 Balut luka dengan
dressing menggunakan Cling Wrap (Balakang)
Keterangan:
Menguntungkan dari segi penyerapan
eksudat dan kenyamanan bagi pasien
Gambar 2.36 Contoh pemakaian Transparent Dressing
(Wardhana, 2014)
◦ Rehabilitasi
◦ Rujuk ke Sp.KFR
Gambar. Posisi terapeutik untuk mencegah kontraktur
(2-3 hari) (3 hari – 3 minggu) (21 hari – 1 tahun) Proses
Penyembuh
an Luka
Bakar
(Wardhana, 2014)
◦ Tak adalagi permukaan yang telanjang (epitelisisasi spontan atau tertutup
skin graft. Kriteria
Pemulangan
◦ Dipastikan pasien sudah membawa atau mempunyai alat bantu (tongkat,
Pasien Luka Bakar
splinting, bidai) untuk mencegah kontraktur. dari Ruang Rawat
◦ Sudah mendapatkan petunjuk merawat diri di rumah.
(Wardhana, 2014)
Gambar 2 Trauma luka bakar akibat listrik
Gambar 2. Post deberidemant h-0 luka bakar akibat listrik
Gambar 2. H-6 luka bakar akibat listrik
Gambar 2. H-11 luka bakar akibat listrik
◦ Kontraktur
(Kepmenkes, 2019)
Gambar 2. Kontraktur
Gambar 2. Kontraktur pre-OP
Gambar 2. Kontraktur post-OP
Gambar 2. Kontraktur post-OP
Gambar 2. Keloid
Gambar 2. Jaringan parut hipertrofik
◦ Tabel 2.9 ABSI (abbreviated burn severity index) score
Variabel Karakteristik Skor
Jenis Kelamin Laki-laki 1
Perempuan 0
Usia 0-20 1
21-40
41-60
2
3 Prognosis
61-80
80-100
4
5
Luka Bakar
Trauma Inhalasi 1
Luka bakar full thickness 1
TBSA (%) 1-10 1
11-20 2
21-30 3
31-40 4
41-50 5
51-60 6
61-70 7
71-80 8
81-90 9
91-100 10