Anda di halaman 1dari 90

REFERAT

LUKA BAKAR
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya
Oleh
Sumanjaya Pratama
21904101069

Pembimbing
dr. Subchan Aga Bachtiar, Sp.B
LABORATORIUM ILMU PENYAKIT BEDAH
RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU BANGKALAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
◦ Luka bakar  kasus yang sering ditemui di Faskes

◦ Morbiditas dan derajat kecacatan relatif tinggi


Latar
Belakang
◦ Amerika  ± 250.000 kasus/tahun

- 112.000 pasien membutuhkan tindakan emergensi

- 210 pasien meninggal dunia

◦ Indonesia  belum ada data

(Sjamsuhidajat et al., 2016)


◦ Luka bakar  hilangnya integritas kulit dan menimbulkan
efek sistemik
Latar
◦ Derajat luka bakar  berdasar kedalaman Belakang
◦ Beratnya luka bakar  dalam, luas, dan letak luka bakar

Mempengaruhi prognosis

(Sjamsuhidajat et al., 2016)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
◦ Luka bakar  kerusakan kulit  disebabkan oleh api, air
panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi.
Definisi
◦ Morbiditas dan mortalitas  tinggi  tatalaksananya dari Luka Bakar
awal sampai fase lanjut.

(Sudjatmiko, 2010)
◦ Global
- ± 90% luka bakar terjadi pada sosial ekonomi rendah
- 2017  180.000 orang meninggal (> negara berkembang) dan 30% Epidemiologi
pasien usia < 20 tahun Luka Bakar
◦ Indonesia
- RSCM (2011-2012)  303 pasien (2011 – 33% meninggal dan 2012 –
34% meninggal)  Lama perawatan ± 13,72 hari
- RSU Sanglah Denpasar (2012)  154 pasien (13/8,42% pasien
meninggal)
- RSUP Sardjito Jogjakarta (2012)  49 pasien (16/53,3 pasien
meninggal)
- RSUD Soetomo Surabaya (2011)  145 pasien (15/10,3% pasien
meninggal)
◦ Penyebab

- Api
Etiologi Luka
- Air panas Bakar
- Bahan kimia

- Listrik, petir, radiasi

- Sengatan sinar matahari

- Ledakan tungku panas, udara panas

- Ledakan bom

(Wardhana, 2014)
◦ Data penyebab pasien luka bakar yang di rawat di Unit
Luka Bakar RSCM tahun 2012-2013
Tabel 2.1 Penyebab luka bakar pada anak
Etiologi Luka
Penyebab Persentase
Bakar
Air Panas 52%
Api 26%
Kontak 15%
Listrik 6%
Kimia 1%

Tabel 2.2 Penyebab luka bakar pada dewasa


Penyebab Persentase
Api 53,1%
Air Panas 19,1%
Listrik 14%
Kontak 5%
Kimia 3%

(Wardhana, 2014)
Air Panas Api
Bahan Kimia Listrik
Luka bakar  perubahan mikrosirkulasi
- Penurunan jumlah darah di lokasi luka bakar
- Dilatasi arteriole Patofisiologi
- Edema Luka Bakar
Proses pembentukan edema :
Pada kondisi normal :
- Terjadi pergeseran cairan dari ruang intra vaskuler ke
jaringan interstisium (ekstrapasasi yang disebabkan
permeabilitas kapiler)
- Cairan yang keluar dari intra vaskuler tersebut akan
dialirkan melalui pembuluh limfe (diserap) dalam keadaan
seimbang
- Edema akan terjadi bila kondisi tersebut tidak seimbang,
dimana cairan yang keluar dari intra vaskuler lebih banyak
dari penyerapannya oleh pembuluh limfe :
Patofisiologi
Luka Bakar
 Peningkatan permeabilitas kapiler karena kerusakan
endotel sebagai akibat luka bakar
 Keluarnya cairan dan protein dari ruang intravaskuler ke
jaringan interstisium yang banyak  peningkatan tekanan
osmotik jaringan interstisium
◦ Insiden
- Trauma inhalasi pada luka bakar  angka mortalitas 30%.
- RSCM  trauma inhalsi  komplikasi ARDS sebanyak 8,7% dari
275 pasien Trauma
Inhalasi
 Konsekuensi klinis  edema saluran napas atas, bronkospasme,
oklusi saluran napas, hilangnya klirens silier, intrapulmonary
shunting, menurunnya compliance dinding dada, dan
pneumonia
 Trauma inhalasi  adanya riwayat trauma pada ruangan
tertutup, luka bakar wajah, bulu hidung/ mata terbakar, jelaga
pada lubang hidung atau rongga mulut, suara serak Trauma
(hoarseness), konjungtivitis, takipnea, sputum berjelaga, Inhalasi
meningkatnya level CO dalam darah (tampak darah lebih
merah cerah).

Gambar 2.1 Contoh kasus pasien luka bakar dengan trauma


inhalasi dipasang ETT dan ventilator (Wardhana, 2014)
◦ Tabel 2.3 Ringkasan kadar Carboxyhaemoglobin dalam darah
dengan gejala -gejala yang dapat timbul

Carboxyhaemoglobin (%) Gejala Trauma


0-15 Tidak ada (terdapat pada perokok) Inhalasi

15-20 Nyeri kepala, bingung

20-40 Mual, lelah, disorientasi, mudah


terganggu

40-60 Halusinasi, atakasia, sinkop, kejang,


koma

>60 Kematian
Gambar 2.2 Algoritma tata laksana trauma inhalasi pada pasien luka
bakar berdasarkan algoritma EMSB course
◦ Diagnosis Luka Bakar
- Derajat/kedalaman
- Luas Diagnosis
- Lokasi Luka Bakar
- Penyebab
- Kelainan/penyakit komorbid yang menyertai pasien

◦ Contoh
Combustio grade IIA 18% regio thorax e.c. scald

Derajat/
Kedalaman

Luas
Lokasi
Penyebab
Derajat kedalaman luka bakar

1. Derajat I
Diagnosis
- Epidermis Luka Bakar
2. Derajat II

- Derajat IIA (Superficial)

- Derajat IIB (Deep)

3. Derajat III

- Sampai otot/tulang

Gambar 2.3 Kedalaman luka bakar pada kulit,


dibagi atas derajat I, derajat II dangkal,
(Wardhana, 2014) derajat II dalam, dan derajat III
◦ Derajat I (Derajat Erytema)
- Terbatas pada lapisan epidermis
- Klinis : kulit kemerahan dan nyeri
Diagnosis
- Penyebab : > sinar matahari
Luka Bakar
- Sembuh tanpa perawatan khusus

Gambar 2.4 Sketsa Gambar 2.5 Luka bakar derajat I


kedalaman kerusakan
pada luka bakar derajat I
◦ Derajat II (Derajat Bullosa)

- Mengenai seluruh epidermis dan sebagian dermis


Diagnosis
- Klinis : nyeri, kemerahan, edema, dan timbul bulla Luka Bakar

Macam:

Derajat IIA (Superficial)

- Sembuh ± 2 minggu tanpa/dengan jaringan parut


minimal

Derajat IIB (Deep)

- Sembuh ± minggu – bulan dengan jaringan parut

(Wardhana, 2014)
Gambar 2.6 Sketsa kedalaman Gambar 2.7 Luka bakar derajat II dangkal
kerusakan pada luka bakar derajat
IIA dangkal (Superficial Partial
Thickness Burn)

(Wardhana, 2014; Sudjatmiko, 2010)


Gambar 2.8 Sketsa kedalaman kerusakan Gambar 2.9 Luka bakar derajat IIB dalam
pada luka bakar derajat IIB (Deep Partial
Thickness Burn)
(Wardhana, 2014)
Gambar 2.10 Salah satu cara membedakan luka
bakar derajat II dangkal dan dalam

(Wardhana, 2014)
◦ Derajat III

- Mengenai seluruh lapisan dermis atau lebih dalam

- Dermis  mengering dan menciut  eskar


Diagnosis
Luka Bakar
- Tampaj jaringan putih, abu-abu, kecoklatan (nekrosis)

- Tidak ada perfusi, tidak nyeri

- Tidak dapat sembuh spontan

Gambar 2.11 Sketsa kedalaman kerusakan


(Wardhana, 2014) pada luka bakar derajat III (Full thickness)
Gambar 2.13 Luka bakar derajat III

Keterangan:
Tampak gambaran pembuluh darah yang
trombosis di bawah eskar

Gambar 2.12 Luka bakar derajat III


(Wardhana, 2014; Sudjatmiko, 2010)
Tabel 2.4 Klasifikasi derajat kedalaman luka bakar berdasarkan
EMSB (Emergency Management of Severe Burn)
Kedalaman Warna Bula Cap Refill Sensasi Kesembuha
n

Epidermal Merah - Ada Ada Ya

Superficial Pink pucat Kecil Ada Nyeri Ya


Dermal

Mid Dermal Pink gelap Ada Lambat +/- Biasanya

Deep Merah +/- Tidak Tidak Tidak


Dermal berbercak

Full Putih Tidak Tidak Tidak Tidak


Thickness

Gambar 2.14 Bagan klasifikasi luka bakar


Luas Luka Bakar

◦ Luka bakar derajat I tidak masuk dalam perhitungan


Diagnosis
◦ Metode: Luka Bakar
- Palmar Surface Methods

- Metode Wallace Rules of Nine

- The Lund and Browder Chart

(Wardhana, 2014)
◦ Palmar Surface Methods

Diagnosis
Luka Bakar

Gambar 2.15 Palmar surface method

(Wardhana, 2014)
◦ Metode Wallace Rules of Nine

- Metode yang baik dan cepat untuk mengestimasi luas


Diagnosis
luka bakar dari menengah ke besar pada dewasa.
Luka Bakar

(Wardhana, 2014)
Gambar 2.16 Perhitungan luas luka bakar pada dewasa (Wardhana, 2014)
Gambar 2.17 Perhitungan luas luka bakar pada anak (Wardhana, 2014)
◦ The Lund and Browder Chart

- Metode yang baik dan akurat untuk mengestimasi luas luka


bakar dari menengah ke besar pada dewasa dan anak-anak. Diagnosis
Luka Bakar
Gambar 2.18 Lund and Browder Chart (Wardhana, 2014)
Menurut American Burn Association  Di klasifikasikan menjadi 3,
yaitu:
Kriteria Berat
Ringannya
Luka Bakar Ringan
Luka Bakar
◦ Luka bakar derajat II < 15%
◦ Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak
◦ Luka bakar derajat III < 2%

Luka Bakar Sedang (Moderate burn)


◦ Luka bakar derajat II 15-25% pada dewasa
◦ Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
◦ Luka bakar derajat III < 10%

(Wardhana, 2014)
Luka Bakar Berat (Major Burn)
◦ Luka bakar derajat II > 25% pada dewasa Kriteria Berat
◦ Luka bakar derajat II > 20% pada anak-anak Ringannya
◦ Luka bakar derajat III > 10% Luka Bakar
◦ Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan
perineum
◦ Terdapat cedera inhalasi, luka bakar listrik tegangan tinggi
◦ Disertai trauma lain
◦ Pasien dengan risiko tinggi

(Wardhana, 2014)
Gambar 2.19 Gambar A: luka bakar derajat IIA (superficial - mid dermal burn), warna kemerahan,
CRT <2 detik pada ekstremitas atas superior kanan; Gambar B : luka bakar derajat IIA (mid dermal
burn) dengan bulla (+), CRT <2 detik lambat; Gambar C: luka bakar derajat IIA-IIB

(Wardhana, 2014)
Gambar 2.20 Tampak pada gambar luka bakar dalam derajat III dengan
eskar melingkar di dada dan di tangan

(Wardhana, 2014)
Fase Luka
Bakar

Gambar 2.21 Masalah pada luka bakar (Moenadjat, 2005)


Pre Hospital
◦ Tindakan yang dilakukan ketika terpapar api Penatalaksa
- Stop
naan Luka
- Drop
- Roll and Cover
Bakar

Gambar 2.22 Stop Gambar 2.23 Drop Gambar 2.24 Roll and Cover

(Wardhana, 2014)
◦ Irigasi dengan air yang mengalir
- Minimal 15 menit
Penatalaksa
- Untuk mencegah kerusakan semakin meluas
naan Luka
Bakar

Gambar 2.25 Irigasi luka bakar

• Listrik  segera stop hubungan dengan arus listrik dengan cara


yang benar dan segera bawa ke RS
Hospital
◦ Survey Primer Penatalaksa
naan Luka
Bakar

Gambar 2.26 Algoritma survei primer pada pasien trauma luka bakar berat (EMSB)
Penatalaksa
naan Luka
Bakar
Penatalaksa
naan Luka
Bakar
Penatalaksa
naan Luka
Bakar

Gambar 2.27 Algoritma survei primer pada pasien trauma


luka bakar berat
◦ Pedoman Pemberian Cairan
Per oral Penatalaksa
◦ Penderita dengan luka bakar tidak luas (< 15% grade II) dangkal naan Luka
Infus (IVFD) Bakar
◦ Pada luka bakar > 15%

Rumus pemberiaan cairan dan elektrolit dalam 24 jam pertama


Baxter/Parkland (1968)

RL = 4 cc x BB x %LB
- ½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama
- ½ jumlah cairan diberikan dalam 16 jam berikutnya
◦ Dewasa
- 24 jam pertama : RL= 4 cc x BB x %LB Penatalaksa
- 24 jam kedua : ½ dari jumlah kebutuhan cairan 24 jam naan Luka
pertama
Bakar
- Bila pasase usus baik (bising usus +)  pemberian cairan per oral
dimulai
◦ Anak
- Resusitasi : 2cc x BB x %LB = a cc
Penatalaksa
- Kebutuhan faali
< 1 th : BB x 100 cc
naan Luka
1-3 th : BB x 75 cc Bakar
3-5 th : BB x 50 cc = b cc
Atau
100 ml/kgBB untuk 10 kg pertama
+50 ml/kgBB untuk 10 kg kedua
+20 ml/kg untuk 10 kg berikutnya = b cc

- Kebutuhan total : Jumlah resusitasi + Jumlah faal =a+b


- Diberikan dalam keadaan tercampur
RL : Dextran : 17:3
8 jam pertama : ½ (a+b) cc
16 jam berikutnya : ½ (a+b) cc
◦ Antibiotik
◦ Analgetik Penatalaksa
naan Luka
Bakar

Gambar. Penanganan penderita luka bakar


◦ Monitoring Kecukupan Cairan dan Elektrolit

- Produksi urine setiap jam


Penatalaksa
naan Luka
Dewasa : 0,5-1.0 ml/kgBB/jam
Bakar
Anak : 1.0-1.5 ml/kgBB/jam

- Laboratorium : perifer lengkap, analisa gas darah, elektrolit serum,


serum laktat, albumin, SGOT, SGPT, ureum/creatinin, glukoasa
darah, urinalisa, dan foto toraks

(Kepmenkes, 2019)
◦ Survey Sekunder
Riwayat penyakit: Penatalaksa
- A (Allergies) : Riwayat alergi
naan Luka
- M (Medication) : Obat-obat yang dikonsumsi
- P (Past illness) : Penyakit sebelum terjadi trauma
Bakar
- L (Last meal) : Makan terakhir
- E (Event) : Peristiwa yang terjadi saat trauma
Mekanisme trauma

Gambar 2.28 Mekanisme trauma


Pemeriksaan survei sekunder

- Lakukan pemeriksaan Head to toe examination (merujuk pada Penatalaksa


pemeriksaan sekunder ATLS course naan Luka
Bakar
- Penutupan luka bakar dengan balutan

- Eskaratomi jika diperlukan

- Fasciotomi jika diperlukan

- Monitoring / Chart / Hasil resusitasi tercatat

- Persiapkan dokumen transfer


Penatalaksa
naan Luka
Bakar

Gambar 2.29 Dokumentasi pada survey sekunder


◦ Tatalaksana Bedah Emergensi
◦ Eskarotomi Penatalaksa
◦ Merupakan tindakan insisi eskar yang melingkari dada atau naan Luka
ekstremitas.
Bakar
◦ Tujuannya  mencegah gangguan breathing dan mencegah
penekanan struktur penting pada ekstremitas (pembuluh darah,
saraf).

Gambar 2.30 Rekomendasi EMSB terhadap


garis insisi eskarotomi
Gambar 2.31 Eskarotomi
◦ Kebutuhan Nutrisi

◦ Pasien luka bakar  perubahan dan peningkatan metabolisme Penatalaksa


(hipermetabolik), serta peningkatan kehilangan nitrogen yang naan Luka
tinggi (pemecahan protein 80-90%). Bakar
Rumus Modifikasi Harris Benedict

Keterangan:
KEB = kebutuhan energi basal
BB = berat badan ideal dalam kilogram
TB = tinggi badan dalam centimeter
U = umur
Penatalaksa
BSA = Burn Surface Area (Luas luka bakar)
naan Luka
Bakar
Injury Factor :
• < 20% BSA: 1.5
• 20-40% BSA: 1.6-1.7
• > 40% BSA: 1.8-2.1
Activity Factor :
• Confined to bed: 1.2
• Minimal ambulation: 1.3
Monitoring
◦ Kondisi klinis Penatalaksa
◦ Tanda vital naan Luka
◦ Penyembuhan luka Bakar
◦ Toleransi saluran cerna
◦ Analisis asupan energi dan zat gizi
◦ Pemeriksaan laboratorium, dan penunjang lainnya sesuai kondisi
pasien
◦ Antropometri (seminggu sekali, segera setelah edema berakhir)
◦ Kapasitas fungsional
◦ Kebutuhan nutrisi tindak lanjut saat pasien rawat jalan

(Kepmenkes, 2019)
Perawatan luka bakar

◦ Balutan (wound dressing)


Penatalaksa
naan Luka
- kasa berparafin/vaselin  dressing primer
Bakar
- kasa berlapis  dressing sekunder
Kekurangan:
Adhesi dan oklusi
- elastic perban  dressing tersier Sakit pada saat ganti balutan
Penumbuhan bakteri

Pembalut luka modern  Transparent Film Dressing (Cling Film),


Foam Dressing, Hydrogel, dan Nano Crystalline Silver

Kelebihannya
mudah dipakai, tidak nyeri saat diganti, bacterial
barrier, lembab dan hangat, dan membantu proses
penyembuhan luka.
◦ Luka bakar derajat IIA  film dressing atau tx konservatif (MEBO)
ditutup dengan transparant film dressing (opsite)
Penatalaksa
◦ Luka bakar derajat IIB  kasa berparafit atau salep antibiotik
seperti Silver Sulfadiazin krim, gentamisin, atau mupirocin naan Luka
◦ Luka bakar derajat IIB-III dengan eskar tipis  nanocrystal silver Bakar
◦ Luka bakar derajat III dengan eskar tebal  eskarotomi

Gambar 2.32 Macam-macam balutan luka


berdasarkan derajat luka bakar
(Kepmenkes, 2019)
◦ Tabel 2.5 Kriteria penggantian balutan

No. Kriteria Mengganti Balutan


Penatalaksa
naan Luka
1. Dressing terlepas dengan sendirinya
Bakar
2. Kebocoran eksudat

3. Cairan tembus pada balutan

4. Pireaksia (demam) tidak dapat dijelaskan

5. Bau busuk

6. Pembengkakan pada jaringan perifer

(Kepmenkes, 2019)
◦ Tabel 2.6 Produk balutan untuk perawatan luka bakar berdasarkan guideline Australian & New
Zealand Burn Association (ANZBA)

Produk Fungsi Indikasi Aplikasi Catatan


Silikon/ hidrofilik foam + Nonadherent dan Luka bakar superfisial Gunakan setelah wound Tidak digunakan jika
lapisan silicon lembut + conformable bed dan tutup dengan infeksi
lapisan waterproof fiksasi
Hidrokoloid 1. Membantu autolysis Superfisial dan mid Menutupi 2- 5 cm dari Tidak digunakan jika ada
2. Memberikan dermal. Luka eksudat margin luka. Dapat infeksi
kelembaban luka rendah hingga moderate menempel hingga 2-3
3. Menyerap eksudat hari dan 5 hari jika tidak
ada tanda eksudat
Gauze Vaselin Petroleum Balutan antiseptik 1. Luka dermal thickness 1. Gunakan langsung Lepaskan jika menempel
coated gauze conformable 2. Grafts dan area pada luka pada dasar luka
donor 2. 2-3 lapisan untuk luka
akut
3. Ditutup dengan
balutan sekunder
4. Diganti tiap 1-3 hari
Tabel 2.6 Produk balutan untuk perawatan luka bakar berdasarkan guideline Australian & New Zealand Burn Association (ANZBA)

Produk Fungsi Indikasi Aplikasi Catatan


Silver Antimikrobial Spektrum Luka mid dan deep
luas dermal thickness
Sodium carboxymethy Memfasilitasi debridement Luka tereksudasi sedang Digunakan untuk Tingkatan eksudat
cellulose (CMC) & 1.2% dan menyerap eksudat melembabkan setelah mengindika sikan
ionic Ag in Fibrous wound bed. ditutup lagi frekuensi dari
material dengan balutan penggantian balutan
sekunder. dilihat balutan
setelah 7-10 hari. biarkan
balutan tersebut hingga
sembuh.

Silver (eg: acticoat, Proteksi antimikrobial Luka dermal hingga full Dibasahi dengan H2O; Pewarnaan pada kulit
nanocrystaline ag, spektrum luas dan thickness. Grafts dan area keringkan dan gunakan yang temporer, Cegah
coated mesh) dengan menurunkan formasi donor. dan luka terinfeksi bagian bawah warna jika alergi dan cegah
lapisan rayon dalam eksudat biru/ silver. Melembabkan hipotermia
balutan sekunder, diganti
3- 4 hari
Gambar 2.33 Macam-macam krim dan balutan
untuk luka bakar (Wardhana, 2014)
Gambar 2.34 Contoh pemakaian foam Gambar 2.35 Balut luka dengan
dressing menggunakan Cling Wrap (Balakang)

Keterangan:
Menguntungkan dari segi penyerapan
eksudat dan kenyamanan bagi pasien
Gambar 2.36 Contoh pemakaian Transparent Dressing
(Wardhana, 2014)
◦ Rehabilitasi

◦ Luka bakar  nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi, atrofi,


Penatalaksa
kelemahan otot, kontraktur, perubahan penampilan, gangguan
naan Luka
Bakar
Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS), gangguan ambulasi, parut
hipertrofik, dan masalah psikososial.

◦ Rujuk ke Sp.KFR
Gambar. Posisi terapeutik untuk mencegah kontraktur
(2-3 hari) (3 hari – 3 minggu) (21 hari – 1 tahun) Proses
Penyembuh
an Luka
Bakar

Gambar 2.37 Sel-sel yang berperan pada proses


penyembuhan luka (Wardhana, 2014)
◦ Tabel 2.7 Indikasi merujuk pasien luka bakar ke unit luka bakar
(American Burn Association) Indikasi
No. Indikasi Rujuk Pasien
1. Luka bakar derajat 2 > 10% LPT (luas permukaan tubuh)
Luka Bakar
2. Luka bakar yang mengenai daerah wajah, tangan, kaki,
genitalia, perineum, dan persendian utama

3. Luka bakar derajat 3 pada kelompok usia berapa pun


4. Luka bakar listrik (termasuk tersambar petir)
5. Luka bakar akibat zat kimia
6. Terdapat cedera inhalasi
7. Terdapat masalah medis sebelumnya (pre-existing medical
conditions)/kondisi komorbiditas

(Wardhana, 2014)
◦ Tak adalagi permukaan yang telanjang (epitelisisasi spontan atau tertutup
skin graft. Kriteria
Pemulangan
◦ Dipastikan pasien sudah membawa atau mempunyai alat bantu (tongkat,
Pasien Luka Bakar
splinting, bidai) untuk mencegah kontraktur. dari Ruang Rawat
◦ Sudah mendapatkan petunjuk merawat diri di rumah.

◦ Sudah mendapatkan jadwal untuk kontrol poliklinik bedah plastik

◦ Sudah mendapatkan bantuan atau dukungan psikologis dari bagian


kesehatan jiwa.

◦ Sudah mendapatkan program peningkatan gizi dari departemen gizi klinik

◦ Sudah mendapatkan program cara untuk mencegah kontraktur dan


mobilisasi dari DPJP merawat dan Departemen Rehabilitasi medik.
◦ Tabel 2.8 Kedalaman kerusakan jaringan berdasarkan tinggi
rendahnya volume listik
Voltase Kulit Jaringan dalam Aritmia Kardiak
Luka Bakar
Rendah (< 1000 Luka masuk dan Jarang Cardiac arrest Listrik
V) listrik rumah keluar lokal mungkin
tangga
Tinggi (> 1000 V) Luka bakar masuk Kerusakan pada Aliran translokal
kabel tegangan dan keluar full otot dengan menyebabkan
tinggi thickness rhabdomiolitis kerusakan
Sindrom miokardium dan
kompartemen delayed arritmia

Petir Luka bakar Perforasi Respiratory arrest,


superfisial atau membrana membutuhkan
dermal. Luka timpani resusitasi
keluar pada kaki Kerusakan kornea kardiopulmonal
Gambar 2.39 Trauma luka bakar pada dorsum pedis
dextra akibat listrik

(Wardhana, 2014)
Gambar 2 Trauma luka bakar akibat listrik
Gambar 2. Post deberidemant h-0 luka bakar akibat listrik
Gambar 2. H-6 luka bakar akibat listrik
Gambar 2. H-11 luka bakar akibat listrik
◦ Kontraktur

- Kontraksi  penyembuhan fisiologis normal yang terjadi pada


margin luka dan mengurangi ukuran akhir dari luka Komplikasi
Luka Bakar
- Kontraktur  efek patologis jaringan parut yang mungkin timbul
dari proses penyembuhan luka.

- Luka bakar  kehilangan jaringan, menyembuhkan luka


dengan kontraksi dan dapat menghasilkan kontraktur

◦ Jaringan parut, parut hipertrofik, dan keloid jaringan parut

(Kepmenkes, 2019)
Gambar 2. Kontraktur
Gambar 2. Kontraktur pre-OP
Gambar 2. Kontraktur post-OP
Gambar 2. Kontraktur post-OP
Gambar 2. Keloid
Gambar 2. Jaringan parut hipertrofik
◦ Tabel 2.9 ABSI (abbreviated burn severity index) score
Variabel Karakteristik Skor
Jenis Kelamin Laki-laki 1
Perempuan 0
Usia 0-20 1
21-40
41-60
2
3 Prognosis
61-80
80-100
4
5
Luka Bakar
Trauma Inhalasi 1
Luka bakar full thickness 1
TBSA (%) 1-10 1
11-20 2
21-30 3
31-40 4
41-50 5
51-60 6
61-70 7
71-80 8
81-90 9
91-100 10

Skor ABSI Ancaman untuk Kematian Probabilitas untuk Hidup

2-3 Very low >99%


4-5 Moderate 98%
6-7 Modeerate severe 80-90%
8-9 Serious 50-70%
10-11 Severe 20-40%
12-13 Maximum <10%
BAB III
PENUTUP
◦ Luka bakar  kerusakan kulit tubuh yang disebabkan oleh api,
atau oleh penyebab lain, seperti air panas, listrik, bahan kimia,
dan radiasi.
Kesimpulan
◦ Luka bakar  suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas
tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal
sampai fase lanjut.
◦ Luka bakar  kasus >> di fasilitas kesehatan

◦ Morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan


dengen cedera oleh sebab lain.
Saran
◦ Oleh sebab itu, sebagai klinisi sebaiknya memahami dan dapat
menerapkantatalaksana terkait luka bakar secara cepat dan
tepat sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas.
◦ Kepmenkes. 2009. Nomor HK.01.07/Menkes/555/2019 tentang
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Luka
Bakar. Nomor
◦ Sjamsuhidajat, et al. 2016. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-4. Volume Daftar
1. Penerbit: EGC Pustaka
◦ Sudjatmiko, G. 2007. Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi. Edisi ke-1.
Penerbit: Yayasan Khazanah Kebajikan
◦ Wardhana, A. 2014. Panduan Praktis Manajemen Awal Luka Bakar.
Edisi ke-1. Penerbit: Lingkar Studi Bedah Plastik Foundation

Anda mungkin juga menyukai