Anda di halaman 1dari 4

STUDI KONTRAK KONSTRUKSI

DITINJAU DARI ASPEK PERHITUNGAN BIAYA


A. Nur Azizah TH – – Proyek Indonesia 1
Project Control – Quantity Surveyor

ABSTRAK
Jenis perhitungan biaya yang sering dipakai dalam pelaksanaan proyek banyak yang mengacu
pada kontrak Lump Sum dan kontrak Unit Price. Penyedia jasa dan penerima jasa perlu
mengetahui lebih jauh keuntungan dan kerugian penggunaan jenis kontrak ini. Metode yang
digunakan melalui studi literature dan wawancara dengan pihak yang berkaitan. Kontrak Lump
Sum akan menguntungkan bagi penyedia jasa jika volume pekerjaan di lapangan lebih kecil dari
volume kontrak dan sebaliknya jika volumenya meningkat profit yang diperoleh penyedia jasa
akan berkurang. Berbeda dengan kontrak Unit Price, pihak penyedia jasa dan penerima jasa
sama-sama fair dalam perhitungan biaya karena volume pekerjaan yang dihitung adalah yang
terpasang di lapangan. Sehingga risiko yang ditimbulkan kontrak Lump Sum akan lebih besar
dibanding kontrak Unit Price.
Kata Kunci: Kontrak, Lump Sum, Unit Price, Konstruksi, Biaya, Volume

1. PENDAHULUAN Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa


Konstruksi, Peraturan Pemerintah Nomor 59
Latar Belakang
Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP No.
Dalam pekerjaan konstruksi perlu 29/2000, dan Peraturan Pemerintah Nomor
adanya kesepakatan antara penyedia jasa 79 Tahun 2015 tentang Perubahan atas PP
dan penerima jasa, kesepakatan itu tertuang No. 29/2000.
di dalam kontrak konstruksi. Dokumen
Kontrak konstruksi ditinjau dari empat
kontrak memuat kriteria, spesifikasi,
aspek (Yasin, 2014) yaitu aspek perhitungan
gambar-gambar, dan hal-hal lainnya yang
biaya, aspek perhitungan jasa, aspek cara
sifatnya mengikat untuk pihak-pihak yang
pembayaran, dan aspek pembagian tugas.
terlibat. Kontrak menjabarkan bentuk
Tiap-tiap aspek memiliki jenis kontrak
kerjasama, baik dalam hal teknik, komersial,
masing-masing. Penggunaan jenis kontrak
maupun dari segi hukum.
tersebut sesuai dengan kebutuhan atau
Di Indonesia sendiri peraturan mengenai kondisi pekerjaan.
jasa konstruksi diatur dalam Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi, Peraturan Pemerintah Nomor 29
Untuk proyek Indonesia 1 kontrak antara 3. PEMBAHASAN
penerima jasa dan penyedia jasa
Bentuk kontrak konstruksi berdasarkan
menggunakan sistem perhitungan lump
aspek perhitungan biaya pekerjaan atau
sum, sementara dari penyedia jasa selaku
harga borongan ada dua macam, yaitu Fixed
maincon kepada subcon menggunakan
Lump Sum Price atau Kontrak Harga Pasti
sistem perhitungan unit price.
dan Unit Price atau Kontrak Harga Satuan.
Rumusan Masalah
Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.
Adapun rumusan masalah dalam 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
penulisan ini adalah: Konstruksi menjelaskan imbalan Lump Sum
tercantum dalam Pasal 21 ayat (1):
1. Apa saja jenis kontrak berdasarkan aspek
perhitungan biaya? “Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk
2. Apakah kelebihan dan kekurangan dari imbalan Lump Sum sebagaimana dimaksud
masing-masing jenis kontrak? dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a angka 1
merupakan kontrak jasa atas penyelesaian
Tujuan Penulisan
seluruh pekerjaan dalam jangka waktu
Berdasarkan latar belakang dan rumusan tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan
masalah di atas, maka tujuan dari penelitian tetap semua resiko yang mungkin terjadi
ini adalah untuk mengetahui jenis kontrak dalam proses penyelesaian pekerjaan yang
aspek perhitungan biaya serta kelebihan dan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa
kekurangan dari kokntrak tersebut. sepanjang gambar dan spesifikasi tidak
berubah.”
Manfaat Penulisan
Dalam pasal tersebut dapat disimpulkan
Manfaat yang ingin dicapai dalam
bahwa volume pekerjaan asli dalam kontrak
penelitian ini adalah dapat menyumbangkan
tidak boleh diukur kembali namun nilai total
pengetahuan khususnya mengenai kontrak
kontrak dapat berubah jika ada perubahan
perhitungan biaya.
gambar dan spesifikasi yang bisa
mengakibatkan pekerjaan bertambah
maupun berkurang.
2. METODE PENELITIAN
Dilihat dari segi risiko, penyedia jasa
Metode penulisan yang digunakan
memikul risiko yang lebih besar dibanding
adalah bentuk penelitian studi literature
penerima jasa. Misalnya volume pekerjaan
yang dipakai penulis dengan membaca buku-
yang sesungguhnya seandainya dilakukan
buku yang sinergis terhadap penulisan ini
pengukuran ulang ternyata lebih besar
dan dengan melakukan wawancara kepada
daripada yang tercantum didalam kontrak,
pihak yang berkaitan.
maka yang dibayarkan kepada penyedia jasa
adalah volume yang tercantum didalam
kontrak. Hal ini mengakibatkan kerugian di
pihak penyedia jasa. Namun jika yang terjadi
adalah sebaliknya maka pihak penyedia jasa Jika terjadi penambahan volume
mendapatkan keuntungan yang besar. pelaksanaan dalam jumlah yang sangat
besar, akan berdampak negative bagi
Berbeda halnya dengan kontrak Unit
penerima jasa jika tidak memiliki dana yang
Price, dimana volume pekerjaan yang
mencukupi. Sehingga pembayaran dapat
tercantum didalam kontrak hanya
tersendat.
merupakan perkiraan dan akan diukur ulang
untuk menentukan volume pekerjaan yang Mengambil contoh studi kontrak
benar-benar terlaksana di lapangan. Dalam pembayaran di Proyek Indonesia 1:
Peraturan Pemerintah (PP) No. 29/2000
dijelaskan tentang Unit Price dalam Pasal 21
ayat (2):
“Kontrak kerja konstruksi dengan
imbalan Harga Satuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf a
angka 2 merupakan kontrak jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam
jangka waktu tertentu berdasarkan harga
satuan yang pasti dan tetap untuk setiap
satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi Misalkan total kontrak owner ke
teknis tertentu, yang volume pekerjaannya maincon tetap karena tidak ada perubahan
didasarkan pada hasil pengukuran bersama gambar maupun spesifikasi pada saat
atas volume pekerjaan yang benar-benar pelaksanaan. Volume kontrak dimisalkan
telah dilaksanakan oleh penyedia jasa.” 100. Maka maincon akan dibayarkan
sejumlah 100 dikalikan unit price A.
Bentuk kontrak Unit Price tidak Sementara maincon terhadap subcon akan
mengandung risiko bagi pihak penerima jasa membayarkan sejumlah pekerjaan yang
untuk membayar lebih maupun bagi pihak dilaksanakan di lapangan. Jika ternyata
penyedia jasa karena volume pekerjaan yang volume pekerjaan subcon di lapangan 80
dibayarkan sesuai dengan yang terlaksana di dikalikan dengan unit price B, maka maincon
lapangan. Yang menjadi permasalahan akan mendapatkan profit yang lebih besar.
dalam kontrak ini adalah banyaknya Karena owner akan tetap membayarkan
pekerjaan pengukuran ulang yang harus sejumlah 100 dikalikan unit price A. Namun
dilakukan bersama antara penyediai jasa dan jika sebaliknya ternyata di lapangan volume
penerima jasa untuk menetapkan volume menjadi 120, ada dua kemungkinan, profit
pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan. yang diterima maincon bisa lebih besar
Pengukuran bersama-sama ini berpeluang maupun lebih kecil, tergantung dari unit
menimbulkan kolusi antara petugas price. Sehingga maincon harus
penyedia jasa dan petugas penerima jasa. mengestimasi unit price di awal tender
dengan memperhitungkan kemungkinan
terjadinya fluktuasi harga material di 6. DAFTAR PUSTAKA
pasaran.
Anonimus. 2000. Peraturan Pemerintah No.
29 Tahun 2000, Tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi,
4. KEMUNGKINAN PENERAPAN
Jakarta.
Kontrak yang digunakan di proyek
Yasin, Nazarkhan. 2014. Kontrak Konstruksi
Indonesia 1 adalah kontrak Lump Sum,
Indonesia di Indonesia. Gramedia.
dimana kontrak ini telah berjalan. Untuk
Jakarta.
penentuan jenis kontrak direncanakan di
saat tender.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan maka
dapat disimpulkan behwa kontrak konstruksi
ditinjau dari aspek perhitungan biaya ada
dua yaitu kontrak Fixed Lump Sum Price dan
kontrak Unit Price.
Kelebihan dari kontrak Fixed Lump Sum
Price ketika volume pelaksanaan di lapangan
lebih kecil dibanding volume kontrak maka
pihak penyedia jasa mendapatkan
keuntungan tak terduga namun sebaliknya
jika volume lebih besar maka kontraktor bisa
jadi mengalami penurunan profit. Sehingga
penyedia jasalah yang memikul risiko lebih
besar dibanding penyedia jasa.
Pembayaran kontrak Unit Price lebih adil
karena yang dibayarkan oleh penerima jasa
dan yang diterima penyedia jasa sesuai
dengan pelaksanaan di lapangan. Namun
jika volume pelaksanaan bertambah sangat
besar maka akan berdampak buruk bagi
penerima jasa yang kekurangan dana.

Anda mungkin juga menyukai