Udin Sabarudin
Abstrak
Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur merupakan penyebab penting kematian
maternal. Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pecah ketuban antara lain aktivitas
prostaglandin (PG) dan oksitosin (OT). Pada beberapa kasus ditemukan ibu dengan ketuban
pecah dini yang tidak diikuti dengan kontraksi uterus. Penelitian ini bertujuan menganalisis
pengaruh kadar OT dan prostaglandin E-2 (PGE-2) pada hewan model marmot bunting cukup
dan kurang bulan dengan dan tanpa amniotomi. Penelitian dilakukan selama bulan September²
Desember 2011, di Laboratorium Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran dan analisis hasil di Laboratorium Klinik Utama Prodia. Dalam penelitian cross
sectional ini, sebanyak 20 ekor hewan model marmot bunting dibagi menjadi 5 kelompok
(kelompok marmot bunting kurang bulan, marmot bunting kurang bulan yang diamniotomi
dengan dan tanpa kontraksi, dan marmot bunting cukup bulan dengan dan tanpa kontraksi).
Sampel penelitian berupa serum darah digunakan untuk pemeriksaan kadar PGE-2 dan OT
dengan metode ELISA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna
antara kadar PG dan OT pada seluruh kelompok (p<0,05). Dibandingkan dengan kelompok
lainnya, kelompok bunting kurang bulan amniotomi dengan kontraksi ternyata menunjukkan
kadar PGE-2 dan OT tertinggi. Simpulannya, untuk menimbulkan kontraksi diperlukan kadar
PGE-2 dan OT yang lebih tinggi, terutama pada keadaan bunting kurang bulan. Selain itu,
setelah terjadi pecah ketuban, kadar PG meningkat lebih cepat dari pada kadar OT. Artinya,
untuk memperlambat terjadinya kontraksi pada kelompok hamil kurang bulan setelah terjadi
pecah ketuban, penggunaan antiprostaglandin lebih disarankan.
168
Prostaglandin and Oxytocin Level in Term and Preterm Parturition
with and without Amniotomized
Guinea Pig (Cavia porcellus) Model
Abstract
Early membrane rupture in preterm pregnancies is a significant cause of perinatal death. Multiple
factors such as prostaglandin (PG) and oxytocin (OT) are affecting the rupture of the membrane. In some
cases of premature rupture of membrane (PROM), contractions are not present. The objective of this
research is to analyze the effect of the levels of OT and prostaglandin E2 (PGE-2) on guinea pigs. The
research was conducted from September to December 2011, at the Laboratory of Animal Reproduction
Faculty of Animal Husbandry Padjadjaran University. In this cross sectional study, research was also
carried out at Prodia, a Research and Esoteric Laboratory. Twenty pregnant guinea pigs were divided
into 5 groups (pre-term group, pre-term and amniotomized with and without contraction groups, full-
term with and without contraction groups). Elisa method was used to examine the blood serum in
determining PGE-2 and OT levels. There were significant differences between PG and OT levels in all
groups (p<0.05). In order to produce contractions in the preterm groups, higher levels of PGE-2 and OT
are required. Among all the groups, the highest levels of PGE-2 and OT were found in preterm
amniotomized with contraction group. Moreover, after membrane rupture, PG level increased more
rapidly than OT level, showing that antiprostaglandin was better used to slow down the contraction of
the preterm pregnant group.
169
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:168-175
170
dibutuhkan untuk terjadinya kontraksi V) kelompok hewan bunting kurang
bila dibandingkan dengan kondisi bulan dengan ketuban pecah dini
kelompok yang mengalami amniotomi. buatan (amniotomi), kemudian
Tujuan dari penelitian ini adalah ditunggu sampai terjadi kontraksi.
untuk mendapatkan gambaran Bahan penelitian adalah sampel
pengaruh kadar prostaglandin dan darah marmot yang diambil dari
oksitosin pada proses persalinan hewan jantung sebanyak ± 7 mL. Pengambilan
model marmot bunting cukup dan darah dari jantung bukan dari uterus
kurang bulan dengan dan tanpa karena sangat sulit untuk mencari
amniotomi. Hasil dari penelitian ini pembuluh darah di daerah uterus,
diharapkan dapat memberikan saran sedang prostaglandin dan oksitosin
pencegahan kontraksi pada kejadian akhirnya akan beredar dalam darah.
PPROM. Jika hal tersebut tercapai maka Selanjutnya sampel tersebut dibagi
janin dari ibu dengan PPROM masih menjadi dua bagian untuk pengukuran
dapat memiliki waktu untuk kadar prostaglandin dan oksitosin
pematangan organ internal sebelum dengan menggunakan metode ELISA.
persalinan. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam
satuan pg/mL untuk kadar
prostaglandin dan satuan ng/mL untuk
Bahan dan Cara kadar oksitosin.
Hewan uji yang dipergunakan Analisis data dengan uji Anova,
dalam penelitian ini adalah marmot jika terdapat perbedaan yang bermakna
(Cavia porcellus) betina dewasa dengan analisis dilanjutkan dengan uji rentang
berat badan ± 400 g, sebanyak 20 ekor ganda Duncan pada derajat kepercayaan
dengan masing-masing kelompok terdiri GHQJDQ QLODL S”
atas 4 ekor marmot. Usia kebuntingan
yang diinginkan pada penelitian ini
adalah 30-40 hari untuk kebuntingan Hasil dan Pembahasan
kurang bulan serta 64-71 hari untuk Hasil analisis statistik perbedaan
kebuntingan cukup bulan dengan rata-rata kadar PGE-2 dan OT seluruh
pembagian kelompok penelitian sebagai kelompok penelitian ditampilkan pada
berikut: Tabel 1.
I) kelompok hewan bunting kurang Berdasarkan hasil perhitungan
bulan (kelompok kontrol) statistik didapatkan bahwa terdapat
II) kelompok hewan bunting cukup perbedaan antara rata-rata kadar PGE-2
bulan namun belum mengalami dan OT pada seluruh kelompok
kontraksi penelitian (p< 0,05). Selanjutnya untuk
III) kelompok hewan bunting cukup mengetahui kelompok yang memiliki
bulan yang sudah ada kontraksi. perbedaan dalam hasil perhitungan,
IV) kelompok hewan bunting kurang maka dilakukan analisis lanjutan
bulan dengan ketuban pecah dini berdasarkan uji rentang ganda Duncan
buatan (amniotomi) seperti tampak pada Tabel 2.
171
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:168-175
172
kelompok V (bunting kurang bulan sirkulasi fetus menuju maternal jika ibu
amniotomi dengan kontraksi). mengalami persalinan spontan dan
Selama kehamilan, membran mencapai puncak saat kala dua
amnion korion mengalami regangan. persalinan.11 Dapat dikatakan bahwa
Permukaan intrauterin meningkat atau fetus menghasilkan OT dan
bertambah luas selama kehamilan. Pada menyalurkannya kepada ibu selama
saat persalinan, ruptur membran dapat persalinan. Oksitosin tersebut melewati
juga diartikan sebagai pelemahan sawar plasenta dalam keadaan
membran yang disebabkan oleh terinaktivasi untuk selanjutnya menuju
regangan berulang-ulang. Ruptur cairan amnion dan bekerja langsung
membran amnion korion melibatkan pada reseptor OT yang terdapat di
urutan kejadian yang dimulai dari uterus. Selanjutnya, OT tersebut dapat
distensi dan hilangnya elastisitas, menstimulasi kontraksi miometrium
pelepasan lapisan korion dan amnion, uterus dan sel-sel mioepitel mamary.12
disrupsi korion, distensi dan herniasi Walaupun demikian, efek stimulator OT
amnion, serta akhirnya ruptur amnion. pada frekuensi kontraksi uterus hanya
Pada Tabel 2 terlihat bahwa bekerja pada saat mendekati persalinan
kelompok bunting kurang bulan dan tidak terlibat pada mekanisme onset
memerlukan kadar PGE-2 yang lebih dan waktu (timing) persalinan.13 Hal
tinggi untuk menimbulkan kontraksi tersebut juga ditemui pada marmot.
bila dibandingkan dengan kelompok Penelitian yang lain mendapatkan hasil
bunting cukup bulan. Terbukti bahwa bahwa sensitivitas uterus terhadap OT
terdapat perbedaan hasil kadar PGE-2 meningkat dramatis pada saat proses
pada kelompok I (kelompok bunting persalinan, namun tidak ada perbedaan
kurang bulan) dengan kelompok III signifikan konsentrasi plasma OT
(kelompok bunting cukup bulan dengan sebelum dengan sesudah persalinan.
kontraksi). Hal ini sesuai dengan kondisi Walaupun demikian, hasil penelitian
bahwa semakin mendekati waktu dari analisis Nothern blot pada tikus dan
persalinan akan makin mudah untuk manusia menyatakan bahwa sintesis OT
terjadi kontraksi. Kondisi ini didukung uterus meningkat setelah onset of
dengan kondisi membran desidua yang labour.14
sudah cukup mengalami regangan, oleh Dari hasil penelitian diperoleh
karena itu tidak diperlukan kenaikan bahwa terdapat perbedaan signifikan
kadar PG yang terlalu tinggi untuk kadar OT pada seluruh kelompok.
terjadinya kontraksi. Perbedaan tersebut terletak pada
Dari sebuah penelitian kelompok I (kelompok bunting kurang
diperlihatkan bahwa pada persalinan bulan) dengan kelompok III ( kelompok
spontan terdapat peningkatan signifikan bunting cukup bulan dengan kontraksi)
OT plasma dalam pembuluh arteri serta pada kelompok I (kelompok
umbilikalis fetus bila dibandingkan bunting kurang bulan) dengan
dengan pembuluh vena.10 Peningkatan kelompok V (kelompok bunting kurang
yang signifikan tersebut berasal dari
173
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:168-175
Pelunakan Membran
(ZAM)
Pecah Ketuban
PG >>
OT
Kontraksi
174
Simpulan morphological alteration within the
1. Terdapat perbedaan kadar rupture site. Br J Obstet Gynecol.
1994;101:375²86.
prostaglandin E-2 dan oksitosin
6. Norwitz E, Robinson J, Challis J. The
antara marmot bunting kurang control of labour. N Engl J Med.
bulan, marmot bunting kurang bulan 1999;341(9):660²6.
yang diamniotomi dengan dan tanpa 7. Behrman R & Butler A, editors. Preterm
birth: causes, consequences, and
kontraksi, serta marmot bunting
prevention. Washington DC: The
cukup bulan dengan dan tanpa National Academic Press; 2007.
kontraksi. 8. Soloff MS, Hinko A. Oxytocin receptors
2. Kadar prostaglandin E-2 dan and prostaglandin release in rabbit
oksitosin tertinggi didapatkan pada amnion. Ann New York Acad Sci.
1993:207²18.
kelompok bunting kurang bulan 9. Ulug U, Goldman S, Ben-Shlomo I,
amniotomi dengan kontraksi bila Shalev E. Matrix metalloproteinase
dibandingkan dengan seluruh (MMP)-2 and MMP-9 and their inhibitor,
kelompok. TIMP-1, in human term decidua and
fetal membranes: the effect of
3. Kadar prostaglandin lebih cepat prostaglandin F Â and indomethacin. Mol
meningkat setelah terjadi pecah Hum Reprod. 2001;7(12):1187²93.
ketuban dibandingkan dengan kadar 10. Gimpl G, Fahrenholz F. The oxytocin
oksitosin. receptor system: structure, function, and
regulation. Physiological Rev.
2001;81(2):629²83.
11. Challis J, Sloboda D, Alfaidy N, Lye S,
Daftar Pustaka Gibb W, Patel F, et al. Prostaglandin and
1. Mercer B. Preterm premature rupture of mechanisms of preterm birth.
the membranes. Obstet Gynecol. Reproduction. 2002;(124):1²17.
2003;101(1):178-93. 12. Hao K, Wang X, Niu T, Xu X, Li A,
2. Simhan H & Canavan T. Preterm Chang W, et al. A candidate gene
premature rupture of membranes: assosiation study on preterm
diagnosis, evaluation and management delivery:application of high-troughput
strategies. BJOG. 2005;112(1):32-7. genotyping technology and advanced
3. Medina T & Hill A. Preterm premature statistical methods. Hum Mol Genet.
rupture of membranes: diagnosis and 2004;13(7):683²91.
management. Am Fam Physician. 13. Schellenberg JC. The effect of oxytocin
2006;73(4):659-64. receptor blockade on parturition in
4. Melamed N, Hadar E, Ben-Haroush B, guinea pigs. J Clin Invest. 1995;95:13²9.
Kaplan B, Yogev Y. Factors affecting the 14. Wathes DC, Borwick SC, Timmons PM,
duration of the latency period in preterm Leung ST, Thornton S. Oxytocin receptor
premature rupture of membranes. The expression in human term and preterm
journal of maternal-fetal and neonatal gestational tissues prior to and following
medicine. 2009;22(11):1051-6. the onset of labour. J Endocrinol.
5. Malak TM, Bell SC. Structural 1999;161:143²51.
characteristics of term human fetal
membranes: a novel zone of extreme
175