Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Farmasetis Volume 10 No 1, Mei 2021, Hal 29 - 36 p-ISSN 2252-9721

LPPM
Jurnal Sekolah Tinggi
Farmasetis VolumeIlmu
10Kesehatan
No 1, Mei Kendal
2021, Hal 29 - 36 LPPM Sekolah Tinggi Ilmue-ISSN 2549-8126
Kesehatan Kendal

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI FORMULASI BAHAN ALAM MENJADI


BENTUK SEDIAAN TABLET EFFERVESCENT SEBAGAI IMUNOMODULATOR
UNTUK MENCEGAH COVID-19
Joko Santoso*, Inayatush Sholiha, Mutiara Listiyanawati
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kusuma Husada, Jl. Jaya Wijaya No..11, Kadipiro, Kec. Banjarsari, Kota
Surakarta, Jawa Tengah 57136, Indonesia
*michaeljosano@gmail.com

ABSTRAK
Indonesia sangat kaya dan terkenal dengan rempah-rempah dan tumbuhan yang berkhasiat sebagai
obat. Obat bahan alam merupakan warisan budaya asli yang secara turun temurun. Ditengah wabah
pandemik Covid-19 di seluruh dunia maka masyarakat mencari bahan alam yang berupa kombinasi
dari tanaman obat yang bersifat Imonomudulator untuk mencegah covid-19. Perkembangan teknologi
farmasi dalam sediaan bahan alam makin cepat sehingga dibuatlah sediaan obat yang aman, praktis,
dosis terukur, berkhasiat dan memenuhi standart Farmakope Indonesia maka dibuat dalam bentuk
tablet effervescent. Tujuan dalam penelitian ini mengetahui kualitas formulasi sediaan tablet
effervesvent. Metode Penelitian menggunakan metode penelitian eksperimental. Penelitian ini dibagi
menjadi 4 formulasi dan tablet dibuat dengan metode granulasi basah, setiap formula terdapat variasi
dalam formula tersebut dan dilakukan pengujian sifat fisik granul, sifat fisik tablet, rasa dan
Penampilan tablet. Hasil : Uji waktu alir granul (11,10 g/det, 11,09g/det, 10,50g/det dan 09,42g/det),
Keseragaman bobot tablet (15%, 13%, 10% dan 6 %), Kekerasan Tablet (9,7kg, 9,2kg, 8,15kg dan
7,42kg), Friabilitas (0,54%, 0,43%, 0,45% dan 0,43%), waktu dispersi tablet (3,2 menit, 2,1 menit,
2,02 menit dan 1,3 menit), rasa (kurang manis, kurang manis, manis dan manis) dan Penampilan
bentuk Tablet (rata, rata, rata dan rata). Kesimpulan : Formulasi IV merupakan formulasi terbaik dan
memenuhi standar mutu Farmakope Indonesia Edisi IV.

Kata kunci: covid-19; formulasi bahan alam; immunomodulator; tablet effervescent

TECHNOLOGY DEVELOPING NATURAL MATERIAL FORMULATION TO


PREPARE FORM OF EFFERVESCENT TABLETS AS IMUNOMODULATORS TO
PREVENT COVID-19

ABSTRACT
Indonesia is very rich and famous for its medicinal herbs and spices. Natural medicine is an
indigenous cultural heritage from generation to generation. In the midst of the Covid-19 pandemic
worldwide, people are looking for natural ingredients in the form of a combination of medicinal plants
that are immunulators to prevent Covid-19. The development of pharmaceutical technology in natural
ingredients is getting faster so that safe, practical, measured doses are made, efficacious and meet the
Indonesian Pharmacopoeia standards, so it is made in the form of effervescent tablets. The purpose of
this study was to determine the quality of the effervesvent tablet dosage formulations. The research
method used experimental research methods. This research was divided into 4 formulations and the
tablets were made by wet granulation method, each formula had variations in the formula and tested
the physical properties of the granules, the physical properties of the tablets, the taste and the
appearance of the tablets. Results: Granule flow time test (11.10 g / s, 11.09g / s, 10.50g / s and
09.42g / s), uniformity of tablet weight (15%, 13%, 10% and 6%), Tablet Hardness (9.7kg, 9.2kg,
8.15kg and 7.42kg), Friability (0.54%, 0.43%, 0.45% and 0.43%), tablet dispersion time (3.2 minutes,
2.1 minutes, 2.02 minutes and 1.3 minutes), taste (less sweet, less sweet, sweet and sweet) and
appearance of tablets (flat, even, even and flat). Conclusion: Formulation IV is the best formulation
and meets the quality standards of Indonesian Pharmacopoeia IV Edition.

Keywords: covid-19; effervescent tablets; immunomodulator; natural material formulation

29
Jurnal Farmasetis Volume 10 No 1, Mei 2021, Hal 29 - 36 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

PENDAHULUAN
Corona virus (Covid-19) merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen, corona virus tergolong ordo Nidovirales. Dipermukaan virus terdapat protein S
(Spike protein), protein S ini berperan dalam penempelan dan masuknya virus ke sel host
(interaksi protein S dengan reseptornya di sel Inang) (Wang, 2020). Corona virus bersifat
sensitive terhadap panas dan secara efektif dapat di inaktifkan dengan disinfektan yang
mengandung klorin, eter, alcohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin dan
kloroform (Wang, Z, 2020).

Virus corona ini merupakan virus yang menyerang sistem pernapasan ini telah menginfeksi
lebih dari 11 juta orang di 231 negara di dunia. Total kasus covid-19 di dunia sudah
menncapai 11.537.723 pertanggal 06 Juli 2020.Amerika serikat menduduki peringkat pertama
dan Indonesia menempati posisi 28 dalam penyebaran virus covid-19 dengan rasio 0,55% dan
memiliki rasio tingkat kematian 4,9%. Covid-19 adalah penyakit baru yang telah menjadi
pandemi. Penyakit ini harus diwaspadai karena penularan yang relatif cepat, memiliki tingkat
mortalitas yang tidak dapat diabaikan, dan belum adanya terapi definitif (Kementrian
Kesehatan RI., 2020).

Sistem kekebalan tubuh yang kompleks dan terintegrasi membutuhkan beberapa mikronutrien
spesifik, termasuk vitamin A, D, C, E, B6, B12, folat, zink, besi, tembaga, dan selenium.
Semua mikronutrien ini memainkan peran vital pada setiap tahap respons imun (Susilo,
2020). Jumlah yang memadai sangat penting untuk memastikan fungsi barier fisik dan sel
imun yang tepat. Asupan mikronutrien harian yang diperlukan untuk mendukung fungsi
kekebalan mungkin lebih tinggi dari pada asupan diet yang direkomendasikan saat ini.
Suplementasi dengan beberapa mikronutrien dapat memodulasi fungsi kekebalan dan
mengurangi risiko Dalam melawan infeksi covid-19 yaitu dengan cara meningkatkan imunitas
tubuh (Wang, 2020). Pengobatan umum infeksi virus termasuk intervensi nutrisi dan
peningkat imun telah digunakan untuk peningkatkan imunitas tubuh untuk melawan infeksi
virus RNA. Oleh karena itu, pengobatan ini juga dapat digunakan untuk melawan infeksi
covid-19 dengan cara mengoreksi kondisi limfopenia pada pasien (Zhang L, 2020).

Indonesia mempunyai kekayaan alam yang sangat luar biasa untuk tanaman bahan alam yang
berkhasiat obat. Obat bahan alam yang digunakan dalam penanganan covid-19 terutama
bekerja pada protease utama yaitu memblok aktivitas dari virus covid-19 ini. Contoh
kandungan dari tanaman yang dapat digunakan sebagai imunomodulator yaitu Flavonoid,
Kaempferol, quercetine, luteolin-7-glucoside,demethoxycurcumin, naringenin, apigenin-7-
glucoside, eleuropein, curcumin, catechin, epicatechin- gallate, zingerol, gingerol, dan allicin
bekerja sebagai penghambat potensial dari covid-19 (Dyta, 2011; Fakhri Mutia, 2017;
Hasemzadeh, 2016; Khaerunnisa S, 2020; Ufiana, 2014).

Beberapa tanaman yang mengandung kandungan kimia tersebut adalah tanaman Jahe, Kunyit,
kencur, tanaman kelor, kayu secang, daun nangka, katuk, adas, temulawak dan masih banyak
yang lainnya. Biasanya dalam penggunaanya dalam bentuk tunggal sehingga perlu dibuatlah
sediaan formulasi dari bahan alam sehingga dihasilkan sebuah formulasi yang efektif,
bersinergi dan saling menguatkan khasiat dan terapi pengobatan untuk mencegah covid-19
(Anggraeni L, 2018; Dyta, 2011; Shimoda H, Shan SJ, Tanaka J,Seki A,Seo JW, 2010;
Ufiana dan Harlia, 2014). Dalam membuat sediaan formulasi bahan alam maka diperlukan
Racikan khusus berdasarkan data empiris sehingga dihasilkan suatu formulasi obat Formulasi
bahan alam yang sinergis dan dapat mengobati penyakit sehingga dapat menyembuhkan dan
mengobati pasien. Tanaman dalam penelitian ini adalah menggunakan Rimpang jahe merah,

30
Jurnal Farmasetis Volume 10 No 1, Mei 2021, Hal 29 - 36 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Rimpang kunyit putih, Rimpang Kencur, daun Kelor, kayu secang dan Daun Nangka.
Formulasi ini diracik dan dibuat berdasarkan data empiris setiap bahan sehingga formulasi ini
bersifat orisinil dan belum ada yang membuat sebelumnya (Anggraeni, 2018; Fakhri, 2017;
Prakash, Jyoti; dan Kumar, 2013; Primawati, 2013).

Tanaman ini kemudian dibuat ramuan dengan berat yang berbeda sesuai dengan terapi
pengobatan dan tujuan penggunaan. Formulasi bahan alam ini dilakukan pengembangan
menjadi suatu sediaan dengan teknologi terbaru yaitu tablet effervescent. Tujuan dari
penelitian ini adalah membuat formulasi dari bahan alam yang dikembangkan dalam bentuk
sediaan tablet effervescent sehingga dihasilkan suatu sediaan praktis, rasa yang enak, dosis
terukur dan berkhasiat sebagai immonomodulator untuk mencegah covid-19.

METODE
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah experimental dengan rancangan pendekatan
penelitian post test design laboratories diamana penelitian ini terbagi menjadi 4 formulasi
kemudian data diambil diakhir pada formulasi tablet effervescent saat dilakukan evaluasi.
Hasis data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik SPSS dengan menggunakan One
way Anova. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Alat-alat yang digunakan dalam
penelitian adalah alat-alat gelas (Yenaco), cawan penguap, water bath, blender, alat maserasi
(bejana perendam, pengaduk, dan penyaring), neraca elektrik (AND), corong, stopwatch,
pengayak 14 mesh, mesin pengempa tablet single punch (Shanghai Tianhe Pharmaceutical
Machinery), friabilator tipe Roche (Mantech FB-1110), jangka sorong (Tricle Brand),
Monsanto hardness tester (Global Quality), hygrothermometer (Ex Tech), dan oven
(Memmert).

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia dari tanaman Rimpang Jahe
merah, Rimpang kunyit putih, Rimpang kencur, daun kelor, Kayu secang, daun nangka, asam
sitrat, asam tatrat, Na.Bicarbonat, Sukrosa, dextrin dan Mg stearate. Penelitian ini
menggunakan simplisia rimpang jahe merah 250mg, rimpang kunyit putih 50mg, rimpang
kencur 100mg, Daun kelor 50mg, kayu secang 25mg dan daun nangka 25mg yang diperoleh
dari Pasar Beringharjo Yogyakarta. Kemudian dilakukan maserasi selama 4 hari dengan
menggunakan etanol 70% dengan perbandingan 1:3. Dihasilkan ekstrak cair kemudian ekstrak
di uapkan dengan menggunakan evaporator hingga didapat ekstrak kering.

Prosedur kerja
Tablet effervescent merupakan pilihan formulasi yang praktis. Bentuk effervescent
lebih disukai karena praktis, cepat larut dalam air, membentuk larutan yan g
memberikan efek sparkle seperti pada rasa minuman bersoda. Pembuatan tablet
effervescent dengan menimbang masing-masing bahan yang akan digunakan. Formulasi tablet
effervescent terbagi menjadi 4 formulsi dimana setiap formulasi terdapat variasi dosis dari Na.
Bikarbonat yaitu FI (140 mg), F2 (154 mg), FIII (169 mg) dan FIV (186 mg). Variasi dosis
dalam penelitian ini bertujuan untuk dihasilkan formulasi tablet effervescent yang bagus dan
dapat melarut atau disperse yang baik.Agar dapat dihasilkan tablet effervescent yang bagus
maka diperlukan perbandingan asam dan basa yang tepat.

Basis asam yaitu asam sitrat dan asam tartrat digerus sampai halus lalu diayak (campuran 1).
Serbuk ekstrak Formulasi bahan alam dicampurkan gula dan natrium bikarbonat sampai
homogen kemudian diayak ( no.16) dan dioven pada suhu ± 50°C selama 30 menit (campuran
2). Campuran 1 dan 2 dicampurkan dan diaduk sampai homogen, lalu diayak (no.40) sehingga
didapatkan serbuk effervescent kemudian dicetak dengan menggunakan mesin pencetak

31
Jurnal Farmasetis Volume 10 No 1, Mei 2021, Hal 29 - 36 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

tablet. Pembuatan granul effervescent menggunakan metode granulasi basah. Dalam


pembuatan tablet effervescent digunakan komponen asam dan basa yang jika direaksikan
dengan air akan menghasilkan gas CO2 yang berfungsi menghancurkantablet. Namun,
komponen asam sangat sensitif terhadap perubahan kelembaban dan temperatur lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1.
Hasil Rendemen Ekstrak
No Parameter Organoleptik Ekstrak Hasil Pengujian
1 Bentuk Semi padat
2 Warna Merah tua
3 Bau Khas aromatic
4 Rasa Pedas
5 Rendemen ekstrak 16 %

Hasil penelitian ini dihasilkan organoleptic ekstrak yaitu bentuk semi padat, warna merah tua,
bau khas aromatik, rasa pedas dan rendemen ekstrak sebesar 16%.

Tabel 2.
Uji Waktu Alir Granul
No Formula Kecepatan Alir (detik)

1 I 11,10 ± 0,2

2 II 11,09 ± 0,2

3 III 10,50 ± 0,3

4 IV 09,42 ± 0,1

Hasil penelitian ini dihasilkan FI (11,10 detik), FII (11,09 detik), FIII (10,50 detik) dan FIV
(0,9,42 detik). Hasil uji waktu alir menunjukkan bahwa semua formula memiliki waktu alir
yang baik yaitu <10 detik (Anonim, 2016). Hasil terbaik dalam dalam formulasi diatas adalah
FIV karena waktu alir granul 09,42 sehingga waktu alir bagus, waktu alir granul berpengaruh
kepada pencetakan tablet agar bentuk tablet menjadi sempurna dan bagus.

Gambar 1. Uji waktu Alir Granul

Granul dituang secara perlahan ke dalam corong alir (Copley Scientific) yang tertutup.
Tutup corong dibukadan granul akan mengalir keluar. Waktu yang diperlukan semua
granul untuk melewati corong dihitung menggunakan stopwatch, kemudian dicatat.
Kecepatan alir granul ditentukan berdasar data tersebut (Patel, 2012) .

32
Jurnal Farmasetis Volume 10 No 1, Mei 2021, Hal 29 - 36 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 3.
Hasil Data Keseragaman Bobot Tablet
Formulasi Bobot Tablet Gram (X±SD) Persen Penyimpangan
I 0,90± 0,003 15
II 0,95 ± 0,005 13
III 0,96 ± 0,006 10
IV 0,99 ± 0,006 6

Hasil penelitian ini didapatkan penyimpangan dari bobot tablet adalah FI (15%), FII (13%),
FIII (10%) dan FIV (6%). Formulasi yang memenuhi standar adalah FIV (6%) karena sesuai
dengan standart Farmakope Indonesia edisi IV yaitu range 5-10% penyimpangan dari bobot
tabletnya. Sebanyak 10 tablet ditimbang satu persatu kemudian dicatat bobotnya pada
neraca analitik (Mettler Toledo). Semakin kecil perbedaan bobot, semakin seragam
sediaan yang dihasilkan. Keseragaman bobot merupakan salah satu faktor yang menentukan
keseragaman zat aktif dalam tablet yang akan berpengaruh terhadap keseragaman efek
terapeutik dari tablet.

Tabel 4.
Hasil Data Friabilitas (Kerapuhan)
No Formula Friabilitas tablet (X±SD)

1 I 0,54 ± 0,006

2 II 0,43 ± 0,0005

3 III 0,45 ± 0,005

4 IV 0,43± 0,003

Hasil data penelitian ini adalah FI (0,5%), FII (0,43%), FIII (0,43%) dan FIV (0,43%). Dari
hasil penelitian diatas untuk pengujian friabilitas (kerapuhan tablet) memenuhi persyratan
Farmakope Indonesia yaitu < 1%. Sebanyak 20 tablet yang telah dibebas debukan dan
ditimbang dimasuk-kan kedalam alat uji kerapuhan. Alat di-putar pada kecepatan 25
putaran per menit selama 4 menit. Selanjutnya tablet dibebas debukan dan ditimbang lagi,
kemudian dibandingkan dengan bobot tablet awal. Kerapuhan tablet dinyatakan dalam
bentuk persen (Anonim, 2016).

Gambar 2. Uji Kerapuhan Tablet

Kerapuhan tablet menggambarkan kekuatan permukaan tablet dalam melawan abrasi pada
permukaan tablet. Hasil uji kerapuhan menunjukkan bahwa tablet seluruh
formula memiliki kerapuhan yang dapat diterima (<1%).

33
Jurnal Farmasetis Volume 10 No 1, Mei 2021, Hal 29 - 36 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 5.
Hasil Data Kekerasan Tablet
Formulasi Kekerasan tablet Tablet (X±SD)

I 9,7± 1,53 kg

II 9,2± 1,25 kg

III 8,15± 0,80 kg

IV 7,42± 0,75 kg

Hasil dari penelitian ini adalah FI (9,7kg), FII (9,2kg), FIII (8,15kg) dan FIV (7,42kg). Hasil
uji kekerasan diatas yang memenuhi syarat adalah Formulasi FIV (7,42). Pengujian kekerasan
dilakukan terhadap20 tablet satu-persatu dengan menggunakan alat uji kekerasan (Erweka)
pada sisi tengahsecara horisontal. Respon kekerasan tablet yang tertampil pada alat
dicatat dan dilakukan perhitungan (Anonim, 2016).

Gambar 3. Uji Kekerasan Tablet

Kekerasan tablet adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam


melawan tekanan mekanik. Tablet seluruh formula pada penelitian ini memiliki
kekerasan yang baik yaitu 4-8 kg. nilai kekerasan tablet yang dihasilkan seragam dan
berkisar antara 4-8 kg. Kekerasan tablet diatur sedemikian hingga seluruh formulasi
dapat seragam, sehingga perbedaan sifat fisik yang terjadi hanya dipengaruhi oleh
variasi formulasi. Selain itu, kekera-san diatur hingga tablet yang dihasilkan cepat
hancur tetapi masih memiliki nilai kerapuhan yang memenuhi syarat (Anonim, 2016).

Tabel 6.
Hasil Waktu Dispersi Tablet
No Formula Waktu dispersi tablet
1 I 3 menit 20 detik
2 II 2 menit 10 detik
3 III 2 menit 02 detik
4 IV 1 menit 35 detik

Hasil data penelitian ini dari pengujian waktu dispersi tablet adalah FI (3 menit 20 detik), FII
(2 menit 10 detik), FIII (2 menit 02 detik) dan FIV (1 menit 35 detik). Dari hasildata diatas
yang memenuhi standar syarat mutu adalah FIV (1 menit 35 detik). Masing-masing formula,
diambil 5 tablet untuk dilakukan pengujian waktu larut. Tablet dimasukkan ke dalam
gelas yang berisi air 200 ml kemudian dilakukan penghitungan waktu larut tablet dengan
menggunakan stopwatch,terhitung dari memasukkan tablet ke dalam airhingga terlarut
(Aslani, 2016).

34
Jurnal Farmasetis Volume 10 No 1, Mei 2021, Hal 29 - 36 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Waktu larut adalah karakteristik yang penting dalam tablet effervescent. Tablet
effervescentyang baik akan hancur dan terlarut cepat dalam 1-2 menit. Jadi Semakin
besar penambahan Natrium bicarbonat dalam formulasi maka waktu disperse tablet akan
semakin cepat dalam bereaksi dalam memecah tablet dan mengeluarkan gas CO 2.

Tabel 7.
Hasil Pengujian Penampilan tablet
Parameter FI FII FIII FIV
Warna Merah Muda Merah Muda Merah Muda Merah Muda
Aroma Khas Aromatik Khas Aromatik Khas Aromatik Khas Aromatik
Bentuk Permukaan Tablet Rata Rata Rata Rata
Cacat Fisik Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Rasa Kurang manis Kurang manis manis manis

Hasil penelitaian diatas FI (warna merah muda, aroma khas aromatik, bentuk tablet rata, tidak
terdapat cacat pada tablet dan rasa kurang manis), FII ( warna merah muda, aroma khas
aromatik, bentuk tablet rata, tidak terdapat cacat pada tablet dan rasa kurang manis), FIII
(warna merah muda, aroma khas aromatik, bentuk tablet rata, tidak terdapat cacat pada tablet
dan rasa manis) dan), FIV (warna merah muda, aroma khas aromatik, bentuk tablet rata, tidak
terdapat cacat pada tablet dan rasa manis). Formulasi yang memiliki penampilan tablet terbaik
adalah pada formulasi FIII dan FIV karena tablet memiliki penampilan warna merah muda,
aroma khas aromatik, bentuk tablet rata, tidak terdapat cacat pada tablet dan rasa manis
sehinnga tablet banyak disukai oleh masyarakat dan konsumen.

SIMPULAN
Formulasi IV merupakan formulasi terbaik dan memenuhi standart mutu Farmakope
Indonesia edisi IV dikarenakan FIV ini dengan variasi dosis Natrium bicarbonate sebesar 185
mg dan memiliki sifat alir granul, keseragaman bobot, kekerasan tablet, friabilitas dan waktu
dispersi tabel yang memenuhi standar.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni L, B. M. (2018). Tanaman obat yang memilki aktivitas terhadap luka bakar.
Farmaka Universitas Padjadjaran.

Anonim. (2016). The National Formulary. In The United States Pharmacopeia. The United
States Pharmacopeia.

Aslani, A. dan Daliri, A. (2016). Formulation and Evaluation of Its Physiochemical Properties
of Acetaminophen, Ibuprofen and Caffeine as Effervescent Tablet. Journal of Reports
in Pharmaceutical Sciences, 5, 122–134.

Dyta, P. S. (2011). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Nangka (Artocarpus
heterophyllus) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. In
Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Fakhri Mutia. (2017). Uji Efek Imunomodulator Dari Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera
L.) dengan Metoda Carbon Clearance terhadap Mencit Putih Jantan. Universitas
Andalas.

HasemzadehA ,JaafarH, R. A. (2016). Variation of the phyto chemical constituents and


antioxidant activities of Zingiber officinale var. rubrum theilade associated withd

35
Jurnal Farmasetis Volume 10 No 1, Mei 2021, Hal 29 - 36 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

ifferent drying methods and poly phenol oxidase activity. Molecules, 21(6), 780-90.

Kementrian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus


Disease. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.

Khaerunnisa S, Kurniawan H, Awaludin R, Suhartati S, S. (2020). Potential inhibitor of


COVID-19 main protease (Mpro) from several medicinal plant compounds by
molecular docking study.

Patel, H. K., Chauhan, P., Patel, K. N., Patel, B. A. dan Patel, P. A. (2012). Formulation and
evaluation of effervescent tablet of Paracetamol and Ibuprofen. International Journal
for Pharmaceutical Research Scholars, 1, 509–520.

Prakash, O., Jyoti, Kumar, A. dan Kumar, P. (2013). Screening of Analgesic and
Immunomodulator activity of Artocarpus heterophyllus Lam. Leaves (Jackfruit) in
Mice. Journal of Pharmacognosy AndPhytochemistry, 33–36.

Primawati, S. N. (2013). Profil Kualitatif Komponen Ekstrak Kunyit Putih


(Curcumazedoaria)Dan Pengaruhnya terhadap Profil Hematologi Mencit yang Diinfeksi
Salmonella typhimurium. Jurnal Biologi Tropis., 13, 139.

Shimoda H, Shan SJ, Tanaka J,Seki A,Seo JW, K. N. (2010). Anti-inflammatory properties of
red ginger (Zingiberofficinale var.rubra) extract and suppression of nitric oxide
production by its constituents. Journal of Medicinal Food, 13, 156-62.

Susilo A, Rumende, C. M, Pitoyo, C. W. (2020). Coronavirus Disease 2019. Jurnal Penyakit


Dalam Indonesia, 7, 45-64.

Ufiana dan Harlia. (2014). Uji aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas campuran ekstrak
metanol kayu sepang (Caesalpinia sappanL.) dan kulit kayu manis (Cinnamomum
burmaniiB.). JKK, 3 (2), 50–55.

Wang, Z., Qiang, W., Ke, H. (2020). A handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and
Prevention. Hubei Science and Teknologi Press Cina.

Zhang L, L. Y. (2020). Potential interventions for novel coronavirus in China: a systematic


review. J Med Virol, 92, 479.

36

Anda mungkin juga menyukai