Anda di halaman 1dari 52

KISI - KISI / MATERI SKILLS LAB IKGM

UTS SMT 8

MATERI 1 ( ANNISA)
SURVEI KESGILUT

A. TAHAP PERSIAPAN SURVEI KESGILUT


Ada 4 macam yang harus dipersiapkan ( Personel, Training dan Kalibrasi, Instrumen,
dan Formulir )

1. PERSONEL
1. Examiner : dokter gigi yang memeriksa pasien dalam kegiatan survey
● Setiap examiner yang berpartisipasi harus menjalani pelatihan dan
kalibrasi
● Seorang examiner selama pemeriksaan harus menyebut dengan suara
jelas dan lantang semua temuan pemeriksaan pada recorder
● Memeriksa kembali catatan temuan pada formulir survey

2. Recorder : dokter gigi yang mencatat hasil pemeriksaan examiner


● Setiap examiner harus dibantu oleh recorder yang sigap dan kooperatif
yang dapat mengikuti instruksi dengan tepat dan dapat dengan rapi
mencatat angka dan huruf
● Arti dan istilah yg akan digunakan harus diinstruksikan dalam sistem
pengkodean sehingga dengan pelatihan, mereka akan dapat mengenali
kesalahan atau kelainan yang dibuat oleh examiner
● Recorder duduk di samping examiner
● Harus memiliki cukup pengetahuan untuk menunjukkan jika terdapat hasil
pemeriksaan yang kurang
● Harus konsentrasi dan mendengarkan secara cermat apa yang diupakan
examiner -> sehingga perlu training bersama examiner
● Konfirmasi ada dengan mengulangi sekali lagi temuan yg masih
meragukan
● Harus memiliki tulisan tangan yang jelas/ terbaca

3. Organizing Clerk : orang yang mengatur alur dari subjek, alat


● Dapat mengatur alur di setiap lokasi pemeriksaan untuk mengatur
jalannya subjek kepada pemeriksa secara teratur
● Memasukkan informasi deskriptif umum pada formulir catatan
● Harus memeriksa keakuratan dan kelengkapan catatan, sehingga
informasi yang hilang dapat diperoleh sebelum tim survey pindah ke
lokasi lain
● Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pemeriksa memiliki
persediaan instrument steril yg memadai (atur alat, kecukupan alat,
sterilisasi alat)

1
4. Reviewer : orang yg mereview kelengkapan data survey
● Penting bahwa setiap examiner mereview formulir penilaian yang telah
terkumpul setiap hari pada hari yang sama, untuk kelengkapan dan
keakuratan catatan.
● Mereview tahap pelaksanaan survei per hari
● Evaluasi sehingga keesokan hari survei berjalan lebih baik

2. TRAINING & KALIBRASI ( dilakukan untuk EXAMINER )


1. Alasan utama untuk variabilitas dalam penilaian klinis:
● Ketidakkonsistenan dalam menilai berbagai tingkat penyakit mulut
● Faktor fisik dan psikologis yang terkait dengan penguji, seperti kelelahan,
fluktuasi minat dalam penelitian, dan perbedaan ketajaman visual dan
rasa sentuhan

2. Tujuan dari training dan kalibrasi pada examiners:


● Melakukan penilaian secara konsisten
● Menjamin interpretasi, pengertian dan pemakaian kriteria yang seragam
untuk berbagai kondisi yang akan dilihat dan dicatat
● Menjamin bahwa setiap pemeriksa dapat memeriksa sesuai standar yg
uniform
● Memperkecil variasi antara pemeriksa

3. Intra-examiner reproducibility → Menilai konsistensi pada masing2 examiner.


(1 org & > 1 org)
Caranya: duplikasi pemeriksaan -> Uji Cohen Kappa.
Ex: 1 org ini hasilnya 1 jam, 1 hari kemudian hasilnya sm ato nggak

4. Inter-examiner reproducibility → Menilai variasi antara beberapa examiner. (>1


org)
Caranya : Setiap examiner memeriksa > 20 dalam 1 grup (dengan variasi kondisi
gigi dan mulutnya), kemudian dikomparasi dengan hasil pemeriksaan examiner
lain  UJI Cohen Kappa harus > 0,60.. Semakin minimal variasi semakin baik

5. Uji Cohen Kappa statistic : (untuk jadi examiner)


● minimal score  > 0.6.
● maksimal score 1

2
3. INSTRUMEN
1. INSTRUMEN PEMERIKSAAN (Untuk Examiner) MIN 10 set
● Kaca mulut
- Anak2 : no. 3 (1- 5 tahun/ balita) atau no. 4 (5 tahun- 12 tahun),
- Dewasa : no. 4: guna untuk memberikan lapangan pandang
kepada operator
● WHO CPI probe yang sesuai dengan spesifikasi WHO, mis. Ujung bola
0,5 mm; pita hitam antara 3,5 dan 5,5 dan cincin pada 8,5 dan 11,5 mm
dari bola (minimal 30 set probe dan mirror): melakukan pemeriksaan
probing
● Masker dan gloves: proteksi diri
● Wadah ( 1 untuk instrumen bekas dan 1 untuk instrument desinfeksi/
sterilisasi) dan larutan desinfektan pekat dalam jumlah yang cukup
● Baskom (wash basin) untuk air dan sabun atau larutan desinfektan
● Handuk kain atau kertas
● Kasa
● Head lamp
● Trash bag
- warna kuning untuk sampah medis,
- warna hitam untuk sampah non-medis
● Neirbeikken
● Alas meja dan bantal kecil (untuk headrest)

2. INSTRUMEN RECORDER  MIN 4 set


● Formulir survei
● Pensil 2B dan -> supaya klo salah ga dicoret2
● penghapus
● Papan jalan
● Masker dan gloves

4. FORMULIR
1. Informed Consent→2 lembar
 Bawa informed consent dari sebelum hari H
 Dewasa ttd sendiri, anak  kasih ke ortu utk di ttd inform
consentnya
 Ada 2 lembar:
o 1 lembar informasi (survey nya ngapain, diapain, alatnya, sakit ga,
benefit) detail!!!
o 1 lembar consent/persetujuan (nama, alamat, tanggal, setuju/tidak,
tanda tangan)

2. Form Pemeriksaan→pilih salah satu (data per gigi atau data per pemukaan gigi)
DAN sesuai dengan sasaran kelompok usia
Dewasa: (1 ATAU 3)
 Annex 1 (oral/pergigi)  data pergigi,co: gigi 11 karies
3
 Annex 3 (oral, dengan per-permukaan gigi)  satu gigi dibagi M-D-
B-L, co: gigi 11 karies mesial
Anak-anak: (2 ATAU 4)
 Annex 2 (oral)
 Annex 4 (oral, dengan per-permukaan gigi)

3. Form Kuesioner→sesuai sasaran kelompok usia DAN jumlah item pertanyaan


masing2
Dewasa: Annex 7 (kuisioner = 16 items)
Anak2: Annex 8 (kuisioner = 14 items)
Bedanya 7 & 8: dewasa ada pake gigi tiruan lepasan & konsumsi alkohol/ga selama 30 hari kebelakang

4. Form lainnya
 Annex 5  Formulir penilaian untuk mencatat manifestasi oral yang
umum dari Human Immunodeficiency Virus / Acquired
Immunodeficiency Syndrome (HIV / AIDS)
 Annex 6  Kondisi mulut utama yang relevan dengan survei
kesehatan mulut standar (Plates 1–71)
 Annex 9  Tabel standar yang dihasilkan dari data survei klinis.
(form pemeriksaan)
 Annex 10 Tabel standar dihasilkan dari data kuesioner.

B. TAHAP PELAKSANAAN SURVEI KESGILUT


Ada 4 macam tahapan pelaksanaan survei kesgilut (Posisi Pemeriksaan, Posisi Meja
Pemeriksaan, Urutan Gigi Pemeriksaan, Urutan Sterilisasi Alat) :

1. POSISI PEMERIKSAAN
1. Examiner/ subjek : tergantung ada furniture ato ga
● Subjek tiduran di meja dengan examiner duduk di belakang kepala subjek
(paling nyaman)
● Subjek duduk di kursi dengan sandaran yang tinggi dengan examiner
duduk di belakang atau di depan meja
● Subjek tiduran di bawah dengan kepala senderan di kaki examiner yang
duduk di sila (ga ada furniture)

2. Recorder :
● Harus duduk di dekat examiner untuk memudahkan terdengarnya
instruksi dan mudah pula melakukan pengecekan

2. POSISI MEJA PEMERIKSAAN


● Meja instrumen dan tempat wash basin harus diletakkan sedekat mungkin
dengan pemeriksa agar mudah diraih oleh pemeriksa (biasanya sebelah kanan),

4
trash bag (warna hitam untuk non-medis, kuning untuk limbah medis) di ujung
meja
○ Meja instrumen sebelah kanan pemeriksa (sedekat mungkin)
● Posisi meja subjek klo ada furniture diletakkan di depan examiner

3. URUTAN GIGI PEMERIKSAAN


1. Anak-anak  3 opsi
● Periksa dari gigi 55-65 lalu ke 75-85 (< 6 tahun)
● dari 17-27 lalu ke 37-47 (>12 - 17 tahun)

2. Dewasa/ lansia: menggunakan kaca mulut no 4 atau 5 dan CPI probe


● Periksa dari gigi 18-28 lalu ke 38-48

4. URUTAN STERILISASI ALAT


1. Baki 1 → berisi air sabun, alat dimasukin ke baki, lalu dibersihin digosok dengan
sikat gigi
2. Baki 2 → kosong tp disebelah bakinya ada botol aqua yg ujungnya ada buletan
kecil buat ngebilas alatnya
3. Baki 3 → berisi air dan bayclin (1 bayclin : 10 air), alat direndem selama 10-20
detik terus diangkat trus di swab pake kapas alkohol, tunggu sampe kering baru
di taro di nierbeken

C. TAHAP PELAPORAN SURVEI KESGILUT


Ada 2 macam tahap pelaporan kesgilut, yaitu :
1. TRANSFER DATA HASIL SURVEI
Transfer data hasil survei: kasih ke pihak yang bersangkutan.
● Harus adekuat
● Data verifikasi (yang udh dipulpenin) lalu data baru bisa di input/ entry kemudian
didigitalkan menggunakan app/ software (berupa excel atau SPSS)
● Backup data dengan 3 cara email, flashdisk, hard disk

2. PEMBUATAN PELAPORAN
a. summary/ringkasan secara singkat (misal: berdasarkan hasil survey…., tanggal)
b. jumlah subjek (misal: laki2 10 orang, perempuan 10 orang, usia 10-12 tahun)
c. observasi secara umum dari tim survey  melaporkan keadaan hasil survey
misal:
1. situasinya panas krn outdoor, berisik krn lagi jam istirahat
2. kendala2 yg ditemukan saat survey jg harus dilaporkan agar tim
berikutnya yg mau survey bisa lebih baik lagi
3. lingkungannya gimana
d. panduan tabel, lihat annex:
i. annex 9 data oral (dari form pemeriksaan)
ii. annex 10  data kuesioner (dari form kuesioner)

5
6
MATERI 2 ( FAUZIAH)
PENILAIAN & INTERPRETASI DATA SURVEI KESGILUT

A. JENIS DATA & SKALA PENGUKURAN

§ Data geografis : luas wilayah, jumlah desa binaan, jumlah RT/RW

§ Data demografis : jumlah penduduk, penduduk menurut usia, jenis kelamin,


penduduk menurut agama

§ Data sosio ekonomi : pendidikan, pekerjaan, perumahan dll

§ Data SDM yang dimiliki : berapa bidan yang kita punya, berapa dokter yang ada--
>puskesmas, pustu, posyandu, mobil puskesling

§ Data epidemiologi : angka kelahiran bayi, angka kesakitan, angka kematian dll

Q DATA KATEGORIK (nominal/ordinal): analisa statistik pake jumlah & persentase


1. NOMINAL: setara, tdk ada perbedaan rangking
co:
 jenis kelamin , golongan darah, suku, agama
 pelajar-mahasiswa-karyawan
2. ORDINAL: tersusun atas peringkat tapi rankingnya tdk tahu seberapa (krn
tdk ada angka/nilainya)
co:
 kelas sosial atas-menengah-bawah
 pendidikan SD – SMP – SMA – PT
 stadium penyakit karies gigi (karies/tidak karies), erosi
(erosi/tidak erosi), status perio (perdarahan/tidak perdarahan),
ada/tdknya lesi

co data kategorik:
 Jenis kelaminpake bar chart (dari output, bikin tabel sendiri)
 Pendidikan pake pie chart
 pangkat, level2 sekolah, status sosial

* Ketentuan pie chart:


Q Jangan menggunakan pie chart bila terlalu banyak potongan,
Q 4-6 potongan  baik
Q 10-12 potongan maksimal

Q DATA NUMERIK (interval/rasio/discrete/kontinyu): analisanya pake mean, med,


mod, SD, min, max
1. INTERVAL: tersusun atas peringkat & tingkat perbedaannya bisa diukur
(ada angka/nilainya), tdk ada nilai 0
Co: jam, temperatur, tensi darah, ukuran kecembungan kacamata

7
2. RASIO: data interval yang punya 0 mutlak
Co: berat (gram), panjang (meter), DMFT, standar kolestrol

3. DISCRETE: hasil penghitungan (jumlah anak), tidak ada desimal, co: Jumlah
anak  mean
4. KONTINYU: hasil pengukuran (berat badan), ada desimal, co: kadar ureum,
berat badan mean

Co data numerik:
 Usia, DMFT bisa pake grafik histogram (dari output, bikin tabel
sendiri frek mean, median, mode, standar deviasi dll)

*TABEL JENIS KARAKTERISTIK VARIABEL*

B. PENGOLAHAN DATA SURVEI


● Editing : Pemeriksaan, pengecekan atau koreksi apakah jawaban kuesioner sudah
lengkap, tulisan terbaca jelas, relevan dan konsisten.

● Coding : Merubah data berbentuk huruf pada kuesioner menjadi bentuk


angka/bilangan dalam upaya memudahkan pengolahan/analisis data di komputer.

● Processing : Pengetikan kode angka dari jawaban responden pada kuesioner ke


dalam program pengolahan data di komputer.

● Cleaning : Tahap pemeriksaan kembali data hasil entry data pada komputer agar
terhindar dari ketidak sesuaian antara data komputer dan coding kuesioner.

● Entry data : Setelah melakukan langkah-langkah pengolahan, data-data kemudian


dimasukkan ke program SPSS untuk dianalisis

C. ANALISIS UNIVARIAT (DESKRIPTIF)

8
• Mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti
• Bentuknya tergantung dari jenis datanya
• Data numerik digunakan nilai rata-rata (mean), median, modus, standard deviasi dll
• Data kategorik hanya dapat menjelaskan angka/nilai jumlah dan persentase

D. MEMASUKKAN DATA KE DALAM PROGRAM SPSS


1. Buka program SPSS
2. Klik jendela Variabel view -> terlihat tampilan:
● Name : variabel nama, tidak boleh melebihi 8 karakter, tidak boleh ada spasi
● Type : Numeric (untuk data dlm bentuk angka), String (data yg diinginkan dlm
karakter/ huruf misal: nama responden, jenis pekerjaan), Data, Comma, Dot, dll
● Width : disesuaikan dengan lebar data, sebagai patokan adalah data angka/
karakter terpanjang yg akan dimasukkan. Biasanya diisi angka 8 (jumlah digit yg
mau dimasukin)
● Decimals : untuk menentukan berapa angka desimal setelah tanda koma.
Biasanya diisi angka 0
● Labels : label untuk melampirkan deskripsi lebih jelas untuk nama variabel
● Values : kode yg diberikan jika variabel yg digunakan kategorik. Misal jenis
kelamin kode 1 untuk laki-laki, kode 2 untuk perempuan.
● Missing : data yg dianggap hilang yg tidak akan ikut dlm analisis. Diisi ‘None’
● Columns : lebar kolom Align (right) rata kanan, kiri, atau center untuk setiap data
yg diinput.
● Align : kanan/ right
● Measure : jenis skala data untuk setiap variabel
● Role : input data

9
3. Klik jendela Data view: isilah sesuai dengan data pada kasus hasil survey
4. Klik Analyze: untuk menganalisis data
5. Klik Descriptive statistics: untuk melihat gambaran statistic

6. Klik Frequency: klik label yg akan dianalisis -> masukkan ke variables lalu pilih chart
sesuai dengan jenis skala yg digunakan (bar chart, pie chart, histogram), kemudian klik
continue.

10
7. Klik

Statistic-> lihat pada bagian Central Tendency, centang bagian: Mean, Median, Mode.
kemudian lihat pada bagian Dispersion-> centang bagian: Std. deviation, Range,
Minimum, Maximum. Kemudian klik Continue.

11
8. Setelah itu klik Ok: nanti akan muncul frekuensi data berupa tabel dan chartnya

12
E. Bentuk Penyajian Data Univariat

● Narasi : Deskripsi
● Tabel : Tabel distribusi frekuensi, tabel induk paling populer
● Grafik (lihat dulu datanya numerik/kategorik) :
- numerik Histogram
- kategorik Pie chart, Batang-daun dsb

13
F. Prinsip penyajian data :

● Sederhana
● Menonjolkan informasi penting yang ingin disampaikan
● Mudah dibaca dan dipahami
● Sesuai dengan skala variabel data yang ditampilkan
● Enak dilihat sehingga tidak bosan dibaca

G. INTERPRETASI DATA SURVEI

14
15
Q Hasil analisis didapatkan rata-rata umur ibu adalah 25,10±4,85 tahun, yaitu dengan
rentang antara 21 – 29 th.
Q Umur termuda 19 tahun dan umur tertua 35 tahun.
Q Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata umur
ibu adalah diantara 23,72 sampai dengan 26,48 tahun.
Q Nilai tengah 22, menandakan bahwa 50% usia responden dibawah 22 tahun,
sedangkan 50% nya lagi usia responden diatas 22 tahun.
Q Responden terbanyak adalah berusia 24 tahun.

H. Ukuran dalam epidemiologi yg biasa dipakai dalam interpretasi data:


● Prevalensi : Tingkat penyakit (kasus lama dan baru) pada suatu populasi pada
suatu waktu tertentu

jml kasus penyakit pada suatu waktu tertentu


x 100%
total populasi

● Insidensi : Tingkat pertambahan penyakit pada suatu populasi pada suatu periode
waktu tertentu (biasanya 1 tahun)

jml kasus baru suatu penyakit pada populasi


x 100%
rata2 populasi pada waktu tertentu

● Proporsi : Nilai yang menunjukkan bagian dari keseluruhan (bagian/jumlah


keseluruhan) dinyatakan dengan persentase (%)
● Rasio : Nilai yang didapat dengan membandingan suatu kuantitas dengan kuantitas
lainnya


Rate : Mengukur terjadinya suatu kejadian atau penyakit pada populasi tertentu pada kurun
waktu tertentu biasanya selama 1 tahun (tingkat kelahiran, kematian, pertumbuhan, dsb) →
Umumnya dinyatakan per 100 atau per 1000 penduduk
____________________________________________________________________________
MATERI 3 ( MAYA )
PERENCANAAN PROGRAM KESGILUT
16
1. stlh di analisis akan terlihat 3 Dilakukan hny utk Dari kasus prioritas
kasus yg paling tinggi 1 masalah dibuat program
jumlahnya prioritas/plg pencegahan 3&5
tinggi preventive itu
2. Akan ada 4 metode

1. Metode Penetapan prioritas masalah


Terdapat 4 metoda dalam penetapan prioritas masalah kesehatan penduduk
- Matematik → 5 kriteria (di kali)
- Delbeque
- Delphi
- Matriks USG → 3 kriteria (di tambah)

Dalam penentuan prioritas program intervensi yang dilakukan terdapat 2 metoda , yaitu:
- Analisis Biaya
- Metoda Hanlon

A. METODE MATEMATIK (harus dipake semua)


Metode ini dikenal sebagai metode PAHO (Pan American Health Organization,
karena digunakan dan dikembangkan di wilayah Amerika Latin.
Metode ini mempergunakan kriteria :

1. Luasnya masalah (magnitude), misal dilihat dari angka Prevalensi

2. Beratnya kerugian yang timbul (Severity), misal dilihat dari disability days

3. Tersedianya sumberdaya untuk mengatasi masalah kesehatan


tersebut (vulnerability), misal dilihat dari ketersediaan tenaga dan peralatan atau
ada teknologi baru pengobatan penyakit

17
4. Kepedulian/dukungan politis dan dukungan masyarakat (community
and political concern), misal dilihat dari respon masyarakat sekitar

5. Ketersediaan data (affordability) untuk menentukan prioritas masalah


kesehatan di suatu wilayah, misal dilihat dari dana yang tersedia

● Penentuan skor terendah dan tertinggi (misal 1-5) oleh panel expert dari 5
kriteria tadi pake skala likert

● Pengisian skor masing-masing (di tabel) penyakit berdasarkan 5 kriteria

● Dilakukan pengalian setiap skor untuk mendapatkan nilai akhir/total

● KESIMPULAN: yg skor nya paling tinggi merupakan prioritas masalah (hanya 1)

B. METODE DELBEQUE

1. METODE KUALITATIF dimana prioritas masalah penyakit ditentukan secara kualitatif oleh
panel expert.

µ Catt: Expert2 akan menentukan kriteria yg mau dipake dari 5 kriteria yg ada di metode
matematik tadi, dipilih apa aja yg mau dipakai

2. METODE KUANTITATIF→ sekelompok pakar diberi informasi tentang masalah penyakit


yang perlu ditetapkan prioritasnya termasuk data kuantitatif yang ada untuk masing-
masing penyakit

µ Catt: Setelah disepakati oleh expert2 ttg brp kriteria yg mau dipake, tentukan skor dg
skala likert & bikin tabel ky metode matematik lalu hitung

o Tahap yang dillakukan oleh kelompok pakar


1. penetapan kriteria yang disepakati bersama oleh para pakar,

2. memberi bobot masalah,

3. menentukan skoring

18
4. menuliskan urutan prioritas masalah dalam kertas tertutup dan melakukan
semacam perhitungan suara

5. hasil perhitungan disampaikan kembali kepada para pakar dan setelah itu dilakukan
penilaian ulang oleh para expert dengan cara yang sama. Diharapkan dalam
pehitungan ulang ini akan terjadi kesamaan/ konvergensi pendapat, sehingga
akhirnya diperoleh suatu konsensus tentang penyakit atau masalah mana yang
perlu prioritaskan

C. METODE DELPHIE

µ Metode delphie mirip dengan metode delbecq.

µ Dalam metode Delphi sejumlah pakar melakukan DISKUSI TERBUKA dan


mendalam tentang masalah yang dihadapi dan masing- masing expert
mengajukan pendapatnya tentang masalah yang perlu diberikan prioritas.
Diskusi berlanjut sampai akhirnya dicapai suatu kesepakatan (konsensus)
tentang masalah kesehatan yang menjadi prioritas.

µ Kelemahan : cara ini adalah waktunya yang relatif lebih lama dibandungkan
metode delbecq serrta kemungkinan pakar yang dominan mempengaruhi pakar
yang tidak dominan.

µ Kelebihan : metode ini adalah memungkinkan telahaan yang mendalam oleh


masing-masing pakar yang

o Inti: ekspert dikumpulin terus ngobrol. Menurut masing2 ekspert mana yg lebih
penting ky musyawarah mufakat l

D. Metode USG( Urgency, Seriousness, Growth )

ky matematik tp kriterianya Cuma 3 :


µ Urgency mana yang paling darurat/urgent
19
µ Seriousness co: sariawan masih bisa ngunyah, tp kalo edentulous/gaada gigi
gabisa (mana yg bs sembuh sendiri??)
µ Growth  mana yg kalo gadiobatin bakal jadi tambah parah,
co: edentulous kalo ga di prioritasin bs timbul masalah TMJ

Susunan petugas untuk metode teknik scoring dengan metode USG, yakni sebagai
berikut :
● Pimpinan USG
● Petugas pencatat flipchart
● Petugas scoring dan ranking
● Personil yang bertugas sebagai notulis
● Persiapan ruang pertemuan

Data atau informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan metode USG, yakni sebagai
berikut:
● Hasil analisa situasi
● Informasi tentang sumber daya yang dimiliki
● Dokumen-dokumen tentang perundang-undangan, peraturan, serta kebijakan
pemerintah yang berlaku.

2. PICO ANALYSIS
Setelah mengetahui prioritas masalah maka kita akan melakukan Analisis PICO.
PICO merupakan singkatan dari :
P = Population/Patient Problem
I = Intervention
C = Comparison
O = Outcome

PICO merupakan prosedur sistematik untuk mengubah kebutuhan informasi ataupun


masalah menjadi pertanyaan klinis yang bisa dijawab/ diselesaikan

Contoh kasus : Covid-19


P = Orang yg kena covid
I = Vaksin
C = Lockdown
O = Insidensi covid-19 menjadi menurun

20
 POPULATION/PATIENT/PROBLEM
 Cara mengidentifikasi komponen P antara lain dengan panduan berikut
a) Bagaimana kita menjelaskan tentang kondisi kelompok yang memiliki masalah
yang sama dengan pasien kita?

b) Bagaimana kita menjelaskan tentang kondisi kelompok yang memiliki masalah


tersebut kepada kolega kita?
c) Apakah karakteristik penting yang dimiliki oleh pasien atau kelompok tersebut
misalnya:
 Masalah utama
 Keluhan utama pasien
 Penyakit atau status medis

o Co: prevalensi erosi gigi 83%, problem nya adlh erosi gigi  erosi lah masalah
yg hrs di selesaiin

I
 NTERVENTION
µ Kita wajib mengidentifikasi rencana apa/treatment apa yang akan kita lakukan
terhadap pasien/kelompok tersebut.
µ Dalam penentuan rencana yang akan kita lakukan maka kita memerlukan informasi
mengenai uji diagnosis, perawatan, terapi tambahan, obat-obatan yang spesifik
o Co: melakukan penambalan dengan GIC untuk treatment erosi gigi

 COMPARISON
µ Penentuan prosedur perawatan lain yang menjadi alternatif perawatan (selain
perawatan utama)
o Co: selain di tambal, gigi erosi bisa di veneer/crown

 OUTCOME
 Tahap akhir adalah outcome yang menjelaskan hasil spesifik dari rencana perawatan
yang kita pilih. (harapan yg mau didapat dr rencana perawatan)
 Outcome yang dihasilkan harus bisa terukur
o co: penurunan prevalensi erosi gigi dari 83% menjadi 60%.

Contoh Pertanyaan Analisis PICO


Prioritas Masalah : Penyakit Corona Virus (COVID 19)
Tentukan Analisis PICO !

Jawaban
21
Prioritas Masalah : Penyakit Corona Virus (COVID 19)
● Problem : Penyakit Corona Virus (COVID 19) yang dialami warga Jakarta pada
periode Januari-Maret 2020 dengan prevalensi sebesar “x”%

● Intervention : Dilakukan kebijakan social distancing untuk memutus mata rantai


penyebaran virus.

● Comparison : Dilakukan lock down wilayah jakarta agar tidak menambah


penyebaran virus.

● Outcome : dengan intervention yang kita pilih dapat menurunkan jumlah


insidensi kasus penyakit corona diwilayah DKI Jakarta

➢ Setelah dilakukan prioritas masalah dan analisis PICO berarti kita sudah
menemukan fokus pada satu masalah utama yang harus kita atasi.
➢ Bagaimana Mengatasinya???
➔ Kita harus mulai merencanakan program kesehatan.
➔ Dalam Kedokteran Gigi, perencanaan program masyarakat dapat dilakukan
berdasarkan “ Level of Prevention”.

3. Interpretasi dan Cara Perhitungan


The problems How to read (20:00)
Berdasarkan survei PREVALENSI
kesehatan gigi dan mulut Pada tahun 2020, sebanyak 83 % siswa di SMP Bina
remaja usia 16- 18 tahun Pertiwi thn 2020 menderita penyakit erosi gigi. Hampir
di SMP Bina Pertiwi tahun seluruh/ >50% siswa sudah mengalami erosi
2020 didapatkan data
sebagai berikut :

Prevalensi erosi gigi INDEKS DMF-T


sebesar 83%, Indeks DMF-T 2.8 artinya rata-rata terdapat 2.8 (2-3) gigi yang
DMF-T adalah 2.8 ; mengalami karies gigi pada setiap siswa SMP Bina
dengan OHI-S 2.3. Pertiwi tahun 2020. Berdasarkan kriteria WHO,
kesehatan gigi dan mulut siswa di SMP tersebut termasuk
sedang.

OHI-S
bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan kebersihan gigi
dan mulut siswa SMP Bina Pertiwi thn 2020
menggunakan Oral Hygiene Index Simplified diperoleh
hasil rata- rata skor debris dan kalkulus pada gigi indeks
yang diperiksa adalah 2.3, dalam kriteria WHO termasuk
cukup/sedang (1.3-6.0).

22
contoh singkat OHIs: hasil rata2 skor debris & kalkulus
gigi indeks siswa SMP tahun 2020 adalah 2.3, dalam
===================== kriteria WHO termasuk cukup/sdg
Catt: usahakan cari ===============================================
5W+1H !!! (survey catt: besar angka (sesuai ril nya) harus dibaca dulu baru
epidemiologi) di interpretasi
co: DMFT 2.8 artinya rata rata-rata terdapat 2.8 (2-3) gigi yang
mengalami karies

Data yang biasa digunakan untuk IDENTIFIKASI MASALAH kesehatan gigi dan mulut:

µ PREVALENSI
 Jumlah kasus yang ada dari suatu penyakit pada waktu tertentu
Co: prevalensi erosi gigi di SMP bina tahun 2020 adalah 83%

Prevalensi = jumlah kasus penyakit pada suatu waktu tertentu x 100%

total populasi

µ INSIDENSI

 Kasus baru yang ada didalam populasi selama periode waktu tertentu

Insidensi = jumlah kasus baru pd populasi x 100%

Rata-rata populasi pd waktu tertentu

µ PENGALAMAN KARIES GIGI → Indeks DMF-T/def-t dan Indeks PUFA/pufa


 Indeks DMF-T (Decay Missing Filled-Teeth)  klasifikasi tingkat keparahan
karies gigi pada usia 12 tahun atau lebih
Ket:
µ D = gigi berlubang krn karies (yg msh dpt ditambal)
µ M= gigi dicabut krn karies (telah/harus)
µ F = gigi ditumpat krn karies

Kategori DMF-T menurut WHO:


Skor DMF-T = Decay + Missing + Filling
23

Rata2 DMF-T = Decay + Missing + Filling

Jumlah org yg diperiksa


 0,0 – 1,1 = sangat rendah
 1,2 – 2,6 = rendah
 2,7 – 4,4 = sedang
 4,5 – 6,5 = tinggi
 > 6,6 = sangat tinggi

2,7 2 – 3 gigi mengalami karies


Catt: Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yg diderita
seseorang dari dulu sampai skrg

 Indeks def-t (decay extracted filling-teeth)


 Rumus & kriteria WHO sama aja kaya DMF-T cuma Missing diganti jd exfoliasi/extracted

Ket:
µ e = gigi dicabut krn karies (telah/harus) bisa bias gigi dicabut krn karies/exfo fisiologis

 Indeks PUFA/pufa PUFA (gigi permanen) pufa (gigi susu)


Untuk menilai adanya kondisi mulut akibat karies yg tdk terobati

Ket:
µ P/p = Pulpal involvement
µ U/u= Ulserasi
µ F/f = Fistula
µ A/a = Abses

Rumus PUFA = PUFA + pufa x 100

D+d

24
Kategori PUFA/pufa:
 0 – 20  gigi susu
 0 – 32  gigi permanen

µ KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT → OHI-S (Oral Hygine Index-Simplify) (DI + CI)

 OHI-S adalah indeks utk mengukur daerah permukaan gigi yang tertutup
oleh debris dan kalkulus

OHI-S = indeks debris + indeks kalkulus

Jumlah gigi indeks yg diperiksa

kategori OHIs menurut WHO:


 0 – 1,2 = Baik (good)
 1,3 – 3,0 = sedang (fair)
 3,1 – 6,0 = buruk (poor)

4. Perencanaan Program
Terdapat 2 macam tingkat pencegahan suatu penyakit, yaitu :
3 TINGKAT PENCEGAHAN:
1. PRIMARY PREVENTION
- prioritas pencegahan
- Periode prepathogenesis (stage of susceptibility)
- (belum ada penyakitnya)
- Memutus mata rantai interaksi “agenthost-environment”

KUNCI PRIMER:
➔ Kita bisa lakukan modifikasi faktor risiko
➔ Melakukan edukasi: ngajarin, ngasah skill
➔ Edukasi penyebab penyakit
➔ Promosi kesehatan
➔ Melakukan perlindungan spesifik pada penyakit tsb meskipun peny tsb belum
muncul pada komunitas

2. SECONDARY PREVENTION
● (sudah mulai ada penyakit) (tahap awal) → Pencegahan saat awal mulai terjadinya penyakit
→ patogenesis awal
● Mencegah penyakit yang sudah terjadi tidak berkembang, tidak bertambah parah dan
mencegah rekurensi penyakit.

KUNCI SEKUNDER:
25
➔ Deteksi dini dan pengobatan segera ,
➔ Contoh : karies (ada white spot) → kasih fluor/CPP-ACP ( untuk tindakan pencegahan
lesi awal tjd nya karies ).

3. TERTIARY PREVENTION
● (Sudah ada penyakit) Pencegahan saat akhir dari perjalanan penyakit →
patogenesis akhir .
● Mencegah kehilangan fungsi.

KUNCI TERSIER
➔ Pengobatan : kuratif ( tambal / cabut / psa dst).
➔ Rehabilitasi.
➔ Pembatasan kecacatan Tersier juga bisa mencegah kehilangan fungsi.
Misal gigi dicabut gabisa ngunyah → kembalikan fungsi dgn membuat GT.

Contoh 1: karies gigi


Primary prevention : menjaga OH dengan baik  sikat gigi dengan teknik yg benar dan tepat
Secondary prevention : CPP-ACP  white spot
Tertiary prevention : penampalan, pembuatan crown

Contoh 2 : penyakit periodontal


Primary prevention : control plak dengan baik  cara sikat gigi dengan teknik yg benar,
penggunaan dental floss, penggunaan obat kumur
Secondary prevention : Scalling, root planning
Tertiary prevention : kuretase, splinting

5 TINGKAT PENCEGAHAN

1. Health promotion: Proses untuk meningkatkan derajat kesehatan


26
2. Specific Protection: Tindakan utk mencegah timbulnya suatu penyakit
3. Early Diagnosis and Prompt Treatment: Tindakan Deteksi awal timbulnya suatu
penyakit
4. Disability Limitation: Tindakan mengurangi keterbatasan/disabilitas penyakit 
meningkatkan kondisi pasien dari keterbatasan/disabilitas penyakit
5. Rehabilitation: Tindakan mengembalikan fungsi / rehabilitasi pada jaringan yang telah
hilang akibat kecacatan / defect meningkatkan kemampuan pasien

27
CONTOH:

EROSI GIGI KARIES GIGI


EDUKASI EDUKASI
Health Promotion • Makanan & minuman yang • Penyebab
(masih general yg penting berpotensi erosi gigi karies gigi
mutusin mata rantai penyakit • Kebiasaan pemicu erosi gigi • Cara menjaga
antara Host/Agent/Invironmen) INTERVENSI PERILAKU OH

Catt: kalimatnya hrs jelas “edukasi tentang…


makanan dan minuman berpotensi erosi gigi”

• Mengurangi paparan asam  • Surface


Specific Protection frekuensi makan minum asam protection
(penyakitnya blm ada, tapi dikurangi penggunaan pasta gigi
mencegah timbulnya penyakit) • Menghindari paparan asam langsung berfluoride
pada gigi  penggunaan sedotan • Pit fissure
• Menyembuhkan GERD, bulimia, dll sealant

Early Diagnosis Kalau ada White spot kasih CPP-ACP  Kalau ada White
(calcium) spot kasih CPP-
and Prompt ACP

Treatment (+) pit&fissure yg


dalam/pada flow
saliva yg rendah
 Pemberian fluor

Restorasi yang cukup rumit • Karies email 


Disability dental filling
Limitation • Karies dentin
 pulp capping 
(segala macam tindakan kuratif) dental filling

Protesa GTSL, GTC, GTP Protesa GTSL, GTC, GTP


Rehabilitation
(sesuaikan dg kasus)
Contoh kalimat:
“dibuatkan gigi tiruan untuk mengembalikan
fungsi pengunyahan”

28
PENYAKIT PERIODONTAL KANKER MULUT

Health EDUKASI EDUKASI


• Penyebab penyakit periodontal • Penyebab kanker
promotion • Cara menyikat gigi dengan mulut: kebiasaan
metode yang tepat merokok, minum
alkohol
• Deteksi dini

Specific Plak kontrol yang tepat, mekanis Menghindari kebiasaan


maupun kimiawi sesuai dengan buruk (merokok, alkohol)
protection
indikasi

Early diagnosis Scaling, root planning, polishing Biopsy Screening, self


screening
and prompt
treatment
Disability Splinting, Kuretase, Reseksi Gingiva, Terapi radiasi,
Bedah Periodontal, pembedahan
limitation

Rehabilitation Connective tissue graft, bone graft, Terapi wicara


implant

29
5. Evaluasi Program
Terdapat 6 evaluasi program, yaitu :
1. Evaluasi Kebutuhan
→ Apakah program yang dijalankan sesuai dengan masalah dan kebutuhan masyarakat?
Co: mau adain program di ambon kita harus tau dulu apakah disana tingkat karies
tinggi/pengetahuannya rendah (harus ada evidence base & data nya)

2. Evaluasi Masukan
→ Evaluasi terhadap SDM dan SDA yang mendukung pelaksanaan program
(termasuk dana, sarana, prasarana).

Co: kalo di klinik ikgm kan kerjasama sm org pusat kesehatam, cocok ga nih sama
pelaksanannya, komite ortu ngedukung program kesehatan

3. Evaluasi Tujuan
→ Apakah tujuan awal sudah tercapai?
co : apakah dgn program tsb dapat menurunkan prevalensi. dari 75% menjadi 50%

4. Evaluasi Proses
→ Biasa dilakukan dengan meminta umpan balik dari peserta.
Contoh : tanya ke audience apakah cara penyajian udh ok?

5. Evaluasi Hasil
→ Dapat dilihat dari tingkat penyerapan dan penerapan audiens.
Contoh : Pengukuran tingkat pengetahuan pre & post test dari treat intervensi yg
dilakukan dari sebelum dan sesudah penyuluhan.

6. Evaluasi Dampak
→ Dilakukan pengukuran.
Contoh : melakukan program sikat gigi Bersama, setelah dilakukan rutin maka skor
OHI-S nya menjadi turun.

____________________________________________________________________________

30
MATERI 4 (PINDO)
KOMKES DRG - PASIEN

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI DOKTER - PASIEN


→ Tercapainya pengertian dan kesepakatan yang dibangun dokter bersama pasien
pada setiap langkah penyelesaian masalah pasien

B. MODEL KOMUNIKASI DOKTER PASIEN


1. Model of Activity – Passivity Relationship
Diibaratkan seperti komunikasi antara orang tua dengan anak kecil atau anak balita,
dimana dokter bertindak sebagai orang tua yang aktif memerintah ini itu, dan pasien
sebagai anak kecil yang hanya menurut dan tidak dapat mengungkapkan berbagai
keluhan rasa sakit yang dia rasakan dan menyebabkan dia berobat ke dokter.
 Dokter otoriter , Pasien tdk sempat ngasih tau keluhan rasa sakitnya

2. Model of Guidance – Cooperation Relationship


Diibaratkan seperti komunikasi antara orang tua dengan anak yang sudah
beranjak dewasa. orang tua tetap penentu kebijakan tunggal, namun bersifat
arahan bukan perintah.
 Sama ky no 1 tapi lebih ke arahan, bukan pemaksaa, Dokter ky guru

3. Model of Mutual – Participation Relationship  DISARANKAN


Diibaratkan dua orang yang bekerjasama. saling melengkapi satu sama lain.
Dokter bukanlah satu-satunya pihak aktif, karena pasien juga aktif dalam
menyampaikan berbagai hal yang ingin dia ungkapkan kepada dokter sehubungan
dengan penyakit yang dideritanya.
 Pasien mau bertukar pikiran krn ada komunikasi timbal balik

4. Model of Provider – Consumer Relationship  DISARANKAN


Pasien diibaratkan sebagai konsumen. dimana “konsumen adalah raja” dan dokter
adalah pelayan. jadi tugas dokter adalah memberikan pelayanan terbaiknya untuk si
konsumen.

C. TINGKAT / LEVEL EMPATI DOKTER


Level 0 : Dokter menolak sudut pandang pasien
Level 1 : Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu.
Level 2 : Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit
Level 3 : Dokter menghargai pendapat pasien
Level 4 : Dokter mengkonfirmasi kepada pasien
Level 5 : Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feeling and experience)

31
D. APLIKASI KOMUNIKASI DOKTER PASIEN (PPT 4 halaman 29 - 41)
1. Sikap profesional dokter
a. Sikap profesional seorang dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan
dengan tugasnya (dealing with task), yang berarti :
 mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai peran dan fungsinya;
 mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, pembagian
tugas profesi dengan tugas-tugas pribadi yang lain (dealing with one-
self);
 mampu menghadapi berbagai macam tipe pasien serta
 mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan yang lain (dealing
with others).
Q Contoh sikap dokter ketika menerima pasien:
a. Mempersilahkan masuk dan mengucapkan salam.
b. Memanggil/menyapa pasien dengan namanya.
c. Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya
cukup waktu, menganggap penting informasi yang akan
diberikan, menghindari tampak lelah).
d. Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah
dokter umum, spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif,
konsultan gizi, konsultan tumbuh kembang, dan lain-lain).
e. Menilai suasana hati lawan bicara

2. Sesi pengumpulan informasi


o Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua sesi yang penting, yaitu:
1. sesi pengumpulan informasi yang di dalamnya terdapat proses
anamnesis, dan
2. sesi penyampaian informasi.
o model proses komunikasi pada sesi penggalian informasi oleh Van
Dalen (2005)

3. Sesi penggalian informasi


o Pasien menceritakan keluhan atau apa yang dirasakan sesuai sudut
pandangnya (illness perspective).
32
o Pasien berada pada posisi sebagai orang yang paling tahu tentang dirinya
karena mengalaminya sendiri.
o Sesi ini akan berhasil apabila dokter mampu menjadi pendengar yang aktif
(active listener).
4. Penggalian riwayat penyakit
o Penggalian riwayat penyakit (anamnesis) dapat dilakukan melalui
pertanyaan-pertanyaan terbuka dahulu, yang kemudian diikuti pertanyaan
tertutup yang membutuhkan jawaban ”ya” atau ”tidak”.
o Inilah yang dimaksud dalam kotak kedua dalam model Van Dalen (2005).

MACAM2 PERTANYAAN
 Pertanyaan TERBUKA  pertanyaan yg pasien bs menjelaskan gmn proses
terjadi (Co: dapat diceritakan lebih jauh?)
 pertanyaan TERTUTUP  yg jawabannya ya/tdk (Co: apakah ortu punya
riwayat penyakit diabetes?)

____________________________________________________________________________

33
MATERI 5 ( PINDO)
PROMOSI KESEHATAN

A. Pengertian Promosi Kesehatan dan SAP


● Pengertian Pendidikan kesehatan (atau promosi kesehatan) gigi
Pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan adalah usaha terencana dan
terarah untuk menciptakan suasana agar seseorang atau kelompok masyarakat
mau mengubah perilaku lama yang kurang menguntungkan untuk kesehatan
gigi menjadi lebih menguntungkan untuk kesehatan giginya

● Pengertian SAP
Satuan acuan pembelajaran adalah suatu perencanaan pelaksanaan
pendidikan kesehatan gigi yang menitikberatkan masalah utama dari
komunitas masyarakat sehingga bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
dengan cara merubah persepsi masyarakat yang salah menjadi suatu
perubahan perilaku kesehatan yang lebih baik

B. BENTUK KOMUNIKASI
● LANGSUNG
Komunikasi langsung artinya komunikasi tanpa menggunakan alat, Komunikasi
berbentuk kata-kata, gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat,
misalnya kita berbicara langsung kepada orang di hadapan kita.

● TIDAK LANGSUNG
Komunikasi tidak langsung artinya komunikasi menggunakan alat, dan
mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima pesan (sasaran) ataupun
untuk menghadapi hambatan geografis dan waktu misalnya menggunakan radio,
buku dan lain-lain.

C. LANGKAH-LANGKAH DALAM PROMKES


1. Pada tahap sadar (awareness), penggunaan media untuk merangsang indera sangat
penting → media tsb digunakan untuk tahap ini, krn secara tdk langsung ada daya tarik
dari komunikan, komunikator: media apa nih yang akan ditampilkan?, balik lagi ke latar
belakang komunikan

2. Pada tahap tertarik (interest), pemberian informasi yang perlu amat penting → apakah
sesuai kebutuhan? Apakah informasinya terbaru? Itu juga disesuaikan kebutuhan
komunikan

3. Pada tahap evaluasi (evaluation), perlu dukungan mental dan sosial serta dorongan
dari orang lain yang berpengalaman disertai contoh yang nyata → harus sesuai dengan
materi yg dibawakan

4. Pada tahap mencoba (trial), perlu dukungan mental dan sosial, perlu komunikasi
langsung, serta perlu media informasi lebih lanjut → dicoba, tapi harus ada dukungan

34
mental social juga, harus dilakukan berkali2, pake media informasi yg berbeda juga
supaya ada ketertarikan komunikan

5. Pada tahap adopsi (adoption), perlu informasi lebih lanjut. Perlu diadakan variasi
motif dalam rangka penyampaian informasi. Media komunikasi yang informatif
perlu dilanjutkan untuk pemantapan perilaku

D. BAGIAN-BAGIAN DARI SAP

1. Judul
o Judul harus sesuai dengan tema yang akan dibawakan.
o Judul tidak perlu menggunakan bahasa yang sulit dimengerti dan disesuaikan
dengan latar belakang peserta didik

Catt: sesuaikan tema, jgn pake bahasa sulit, kata2 simpel aja
Misal:
tema  gigi berlubang
judul apakah gigi berlubang itu?/ yuk pergi ke drg.  sesuaikan dg audience!!

2. Sasaran
o Penetapan sasaran harus tepat dan disesuaikan dengan kebutuhan komunitas
tersebut
 misalnya : anak usia sekolah dasar, anak usia remaja, PAUD, Lansia,
Anak berkebutuhan khusus, Ibu hamil dan menyusui dll
o dan harus dilengkapi tempat dimana akan dilaksanakan kegiatan tersebut
Catt: sertakan usia !!

3. Tujuan
a. Tujuan kognitif, dalam bahasa latin cognition yang artinya memiliki arti
pengenalan, yang mengacu kepada proses mengetahui. Aspek kognitif ini merupakan
aspek yang berkaitan dengan nalar atau proses berfikir sehingga seseorang menjadi
tahu
Catt:
Kognitif: memberikan pengetahuan kpd org yg kita akan tuju mengenai
materi kita (ngasih pengenalan ke audience)
 Co: karies tuh apa kasih penjelasan, efek, cara mengatasi agar tdk
terjadi karies

b. Tujuan afektif, merupakan ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Artinya
setelah seseorang sudah mendapatkan informasi yang lengkap dan diterima maka
timbulah suatu kemauan untuk dapat merubah perilaku
Co: timbulnya kemauan supaya gigi ga jadi karies

35
c. Tujuan psikomotor, tujuan ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
mampu melakukan sesuatu setelah seseorang tersebut menerima apa yang sudah
dipelajari atau dengan kata lain seseorang tersebut mau mempraktekkan apa yang
sudah diterima
Co:
Mempraktekkan dg sikat giigii teratur, ke drg  mempraktekkan dg
cara apa, metode sikat gigi apa, mengurangi makanan karbo apa

4. Pokok bahasan
5. Materi
µ Materi isinya adalah penjabaran mengenai pokok bahasan yang akan kita angkat.
µ Materi ini perlu dikuasai karena di dalamnya terkandung penjelasan yang lengkap
dan jelas untuk dapat diutarakan oleh komunikator.
µ Materi dapat dilengkapi dengan gambar, bagan dan tabel sesuai dengan kebutuhan.
Materi tidak boleh keluar dari tema yang akan diangkat agar komunikator bisa lebih
fokus pada inti masalah.

Catt: yg langsung pd masalah, Bisa dilengkapi gambar, bagan, tabel. Boleh


banyak/ga yg penting sesuai kebutuhan dan sesuai tema
6. Metode
µ Dapat dilakukan secara ceramah, permainan, sandiwara, diskusi dan seminar.
µ Metode yang dipilih harus disesuaikan dengan materi dan latar belakang penerima
sehingga mudah diterima.

7. Alat Peraga
µ Alat peraga yang dapat digunakan antara lain: poster, buku, fliyer, flipcart, video,
panggung boneka, flanel board, pop art dan ppt. Pemilihan alat peraga juga dipilih
harus disesuaikan dengan materi dan latar belakang penerima.

8. Waktu kegiatan
µ Waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan ini adalah 15 – 30 menit sesuai
dengan sarana dan jumlah peserta didik

9. Kegiatan Edukasi / Penyuluhan


µ Dalam kegiatan penyuluhan dijabarkan mengenai urutan kegiatan dalam
melakukan kegiatan pendidikan kesehatan.
o Diawali dari masuk ke tempat kegiatan
o memberikan salam pembuka dan perkenalan
36
o memberikan penjelasan menggunakan alat peraga yang digunakan,
o melakukan tanya jawab
o sampai memberikan salam penutup.

10. Evaluasi kegiatan


µ Evaluasi ini bertujuan untuk menilai keberhasilan dengan cara melakukan Tanya
jawab.
µ Pada point ini perlu di tuliskan pertanyaan yang akan ditanyakan oleh peserta didik.
µ Pertanyaan yang akan diberikan tentunya pertanyaan dasar yang mudah dijawab oleh
penerima, dalam hal ini tidak boleh keluar dari materi yang telah diberikan

Catt: utk tau audience ngerti ga (pake pertanyaan) boleh pk pertanyaan&hadiah

11. Daftar Pustaka


µ Daftar pustaka yang digunakan bisa menggunakan jurnal dan artikel terbaru kurang
lebih 5 tahun terakhir dan buku teks sesuai dengan materi yang akan diberikan.
µ Tidak boleh menggunakan blog yang tidak jelas.
12. Skrip Pembicaraan
µ Penyusunan skrip pembicaraan yang akan disampaikan pada saat promosi
Kesehatan Catt: kaya skenario dr salam pembuka-penutup
__________________________________________________________________________

MATERI 6 ( MUTI)
PENILAIAN RISIKO KARIES GIGI ANAK DAN DEWASA

1. DEFINISI CARIOGRAM  gigi dewasa


Cariogram adalah cara untuk menggambarkan interaksi antara faktor2 terkait
karies, menunjukkan risiko karies dalam bentuk grafis, Menunjukkan risiko untuk
mengembangkan karies baru di masa depan dan juga peluang untuk menghindari karies
baru dalam waktu dekat, Dapat digunakan sebagai panduan dalam upaya
memperkirakan risiko karies, pertama kali digunakan oleh Bratthall tahun 1997.

2. 10 Faktor Risiko karies yang dinilai pada Cariogram


- Pengalaman karies : Indeks DMFT
- Penyakit/kondisi yang berhubungan dengan karies gigi (penyakit mulut kering &
DM)
- Kandungan karbohidrat (dibedakan rendah , sedang, tinggi & sangat tinggi)
- Frekuensi Makan : frekuensi makan per hari
- Skor plak : Indeks sillnes & low/indeks plak
- Banyak S. mutans pada permungkaan gigi – ukur dg strip mutan
- Program Flour (frekuensi dan bentuk flour) – bgmn org pake fluor sehari2 (sikat
gigi / air minum)
- Sekresi saliva (rata rata jumlah saliva yang dikeluarkan dalam 1 menit)
37
- Kapasitas buffer (asam, basa, dan netral saliva → Universal pH indicator paper)
- Penilaian klinik ; prediksi karies secara langsung oleh examiner / dokter

38
?????
3. Interpretasi Cariogram
Cariogram menunjukkan risiko tinggi untuk karies. Beberapa tindakan segera
direkomendasikan. Pertimbangkan semua parameter di mana skor 2 atau 3 telah
ditambahkan di kotak - manakah yang paling mudah diubah menjadi lebih baik?
Contoh tindakan dalam hal ini adalah:
● Situasi diet sehubungan dengan kandungan karbohidrat yang dapat difermentasi
dan frekuensi makan adalah masalah yang jelas - diperlukan "disiplin diet" yang
jauh lebih baik.

39
● Dianjurkan untuk mengevaluasi kedua "Faktor bakteri" (jumlah plak dan tingkat
streptokokus Mutans) dalam kasus ini untuk tindakan pencegahan yang efektif.
● Karena risiko karies yang tinggi, program fluorida yang diperkuat selain pasta
gigi berfluoride dianjurkan.
● Dalam kasus ini, disarankan untuk memeriksa kapasitas buffer air liur. Dalam
memutuskan faktor etiologi mana yang akan coba dikurangi, penting untuk
memahami MENGAPA faktor tertentu yang tidak menguntungkan itu ada.
● Pendekatan seperti itu dapat memudahkan untuk menilai apakah mungkin untuk
memperbaiki faktor tersebut atau tidak.
● Sekitar setengah tahun setelah tindakan yang tepat telah dipasang, disarankan
untuk melakukan evaluasi risiko karies baru untuk memastikan risiko karies
berkurang.
● Cariogram hanya menunjukkan risiko karies secara keseluruhan. Ini tidak
memperhitungkan masalah seperti patah gigi atau tambalan, perubahan warna
dll yang mungkin membuat tambalan baru diperlukan.

Ket :

40
setelah didapatkan diagram cariogram, kita klik icon interpretasi hasil, dan didapatkan hasil:

 Pada sector warna hijau : yaitu kesempatan pasien untuk terhindar dari munculnya karies
baru dimasa yang akan datang sebesar 42 %
 Kemudian sector warna biru tua: yaitu menunjukkan faktor pengaruh pola makan atau
diet, baik kandungan makanan maupun frekuensi makanan sebesar 16%
 Sector warna merah: yaitu kombinasi jumlah plak dan jumlah bakteri streptococcus
mutans sebesar 21 % merupakan faktor yang paling dominan dalam menyebabkan karies
 Selanjutnya sector warna biru muda: yaitu kombinasi antara program fluoridasi, sekresi
saliva, dan kapasitas buffer saliva menunjukkan kerentanan pasien terhadap karies
sebesar 11 %
 Yg terakhir adalah sector warna kuning: yaitu kombinasi dari pengalaman karies masa
lalu dan penyakit yg terkait sebesar 10 %
Dari Cariogram tersebut pasien memiliki risiko menengah untuk karies. perlu
rekomendasi tindakan untuk mengurangi risiko tersebut.

4. Definisi IRENE DONUT  anak 3-6 tahun


Penilaian risiko karies pada anak usia 3-6 tahun berupa sebuah software
simulator karies (komputer & manual) meliputi 20 pertanyaan (diajukan kepada orangtua
tentang pengetahuan, sikap dan tindakan dari orang tua serta kebiasaan anak yg
berhubungan dg kesehatan gigi dan mulut.

5. Faktor Kebiasaan Anak pada IRENE DONUT


● Jumlah konsumsi soft drink
● Frekuensi minum susu
● Lama waktu mengkonsumsi ASI
● Lama waktu mengkonsumsi susu dengan botol
● Frekuensi makan permen dan kebiasaan mengemut makanan.

41
6. Interpretasi IRENE DONUT
Berikut ini adalah faktor dominan yang kemungkinan menyebabkan risiko gigi berlubang
pada: BRAM

setelah menjawab dari 20 pertanyaan yang sudah diajukan, maka didapatkan hasil berupa
grafik yg memiliki sector berwarna merah dan hijau. Pada sektor hijau yang merupakan
kesempatan anak untuk terhidar dari karies didapatkan hasil x% . Sedangkan pada sector
merah yang merupakan kesempatan anak untuk terjadi karies didapatkan hasil x%.
Dibawahnya, terdapat kotak – kotak berwarna merah yang menggambarkan faktor – faktor
penyebab karies, jika orang tua berkomitmen untuk merubah kebiasaan buruk pada faktor –
faktor tersbut, maka dapat menurunkan persentase kesempatan anak untuk terjadi karies.

42
MATERI 7 ( LUKAS)
MANAJEMEN FKTP

A. DEFINISI MUTU
● Mutu ( Crosby, 184 )
→ Kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.

● Mutu ( Zimmerman )
→ Memenuhi bahkan melebihi kebutuhan dan keinginan pelanggan
melalui perbaikan seluruh proses secara berkelanjutan.

● Mutu Pelayanan Kesehatan ( Kemenkes )


→ Kinerja yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasaan pada
setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta dipihak lain tata cara penyelenggarannya sesuai dengan standar
dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.

B. PERSPEKTIF MUTU
● Mutu dapat ditinjau dari berbagai perspektif, yaitu :
a. Penerima pelayanan kesehatan.
b. Profesi tenaga pelaksana pelayanan kesehatan.
c. Pengelola program / sarana kesehatan.
d. Penyandang dana.
e. Pembuat dan pelaksana kebijakan pelayanan kesehatan.

C. MANAJEMEN MUTU
● Manajemen Mutu ( Quality Management ) adalah seluruh aktivitas kegiatan
fungsi manajemen dari kebijakan, tugas dan tanggung jawab yang dituangkan
dalam bentuk :
1. Perencanaan mutu ( quality planning ),
2. Kendali mutu ( quality control ),
3. Jaminan mutu ( quality assurance ),
4. Peningkatan mutu ( quality improvement ), serta
5. Kendali biaya dalam satu sistem mutu.

43
D. PUSKESMAS
➔ Pengertian
➢ Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. (DEPARTEMEN KESEHATAN 2011)

➢ Dengan adanya puskesmas di setiap kecamatan atau tingkat yang lebih rendah
lainnya diharapkan seluruh warga mendapatkan akses yang merata → permenkes
2019 ditambahkan dengan daerah yang terpencil →harapannya adalah semua
mendapatkan akses Kesehatan yang merata di seluruh Indonesia

Pengertian lainnya dari puskesmas:


➢ Unit pelaksana funsgional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan
Kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang
Kesehatan serta pusat pelayanan Kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh terpadu yang
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal di
suatu wilayah tertentu. (AZRUL AZWAR 1996)

➢ Merupakan kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan


upaya Kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat
diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif
masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi tepat guna dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat Kesehatan yang
optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan
(DEPKES 2009)

➢ Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas


adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif di
wilayah kerjanya
(PERMENKES BAB 1 PASAL 1 POIN 2 TH 2019)

44
➔ VISI DAN MISI PUSKESMAS
a. VISI PUSKESMAS
➢ Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju
Indonesia sehat ( sesuai dengan wilayahnya co: puskesmas
kecamatan )

➢ Adapun indikator utama Indonesia sehat itu sendiri adalah


○ lingkungan sehat,
○ perilaku sehat,
○ cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan derajat
kesehatan penduduk kecamatan

b. MISI PUSKESMAS
➢ Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya.
➢ Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya.
➢ Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan

➔ Fungsi Puskesmas tdd :


➔ Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) → setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.

➔ Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) → suatu kegiatan dan/atau


serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit
dan memulihkan kesehatan perseorangan

Fungsi puskesmas secara umum:


◆ Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
◆ Membina peran serta masyarakat atau mengedukasi masyarakat di
wilayah kerjanya dalam rangka kemampuan untuk hidup sehat.
◆ Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan masyarakat di
wilayah kerjanya

Mengikuti perkembangan zaman (kondisi yang ada), puskesmas:


a. Memberi rujukan jika pasien ingin dirawat dengan BPJS di Rumah Sakit →
untuk mendapatkan perawatan dengan BPJS tidak bisa langsung, harus
diperiksakan oleh minimal RS tipe D, puskesmas ditingkatkan sama dengan
RS tipe D, jadi gabisa misalnya dalam perawatan BPJS langsung pada RS
tipe C/A, dalam hal ini puskesmas harus memeriksa dulu keadaan dasar
pasien, kemudian keluarkan surat rujukan lalu dilakukan perawatan
selanjutnya sesuai rujukan. BPJS saat ini bertingkat, tidak bisa langsung pada
tipe RS di atasnya untuk pelayanan BPJS.

45
b. Pandemi Covid-19, garda terdepan penanganan dan pencegahan
penyebaran COVID-19.

c. Menyediakan layanan tes COVID-19→minimal pada puskesmas tingkat


kecamatan, tingkat kelurahan masih belum

Puskesmas juga bertugas dalam penyelenggaraan UKP Tingkat Pertama di


wilayah kerjanya seperti :  Upaya Kesehatan Perseorangan
1. Mengadakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu.
2. Mengadakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif
dan preventif.
3. Melaksanakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
4. Melaksanakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan
dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.
5. Mengadakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinasi dan
kerjasama inter dan antar profesi.
6. Menyelenggarakan rekam medis.
7. Melakukan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap mutu dan akses
Pelayanan Kesehatan.
8. Melakukan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan.
9. Melakukan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di
wilayah kerjanya.
10. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan → jadi RS tipe C/A harus melalui puskesmas pelayanan BPJS nya

Puskesmas juga bertugas dalam penyelenggaraan UKM Tingkat Pertama di


wilayah kerjanya seperti :  Upaya Kesehatan Masyarakat
1. Melaksananan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dalam bidang kesehatan ;
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan ;
3. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan;
4. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerja sama dengan sektor lain terkait;
5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
6. Melaksanakan peningkatan kompetensi SDM Puskesmas;
7. Memantau pelaksanaa pembanguna agar berwawasan kesehatan,
8. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit.

46
➔ Kegiatan Pokok Puskesmas, tdd :
◆ Kesehatan ibu dan anak (KIA)
◆ Keluarga Berencana
◆ Usaha Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan
◆ Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
◆ Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
◆ Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Sekolah, Kesehatan
Olah Raga, Perawatan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan dan
keselamatan Kerja, Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan Jiwa,
Kesehatan Mata
◆ Laboratorium Sederhana
◆ Pencatatan Laporan dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan
◆ Kesehatan Usia Lanjut
◆ Pembinaan Pengobatan Tradisional

47
E. PERBAIKAN MUTU BERKESINAMBUNGAN DI PUSKESMAS
Tata cara penyelesaian masalah / persoalan mutu → PDCA secara terus menerus.

SIKLUS PDCA untuk Peningkatan


Kelanjutan

48
CONTOH:
➔ PLAN
Contoh kasus yang perawat viral → bisa dilihat sbg contohnya identifikasi hasil
penyelenggaraan upaya di puskesmas (misalnya, krn masalah bisa datang di mana saja
RS/puskesmas) → misal: kebetulan kemarin contoh kasusnya melepaskan infus, bisa jadi
kasus lain tjd efek samping dari vaksinasi COVID-19, misal di lansia dan keluarga tidak
terima jadi…

● Identifikasi hasil penyelenggaraan upaya puskesmas dan umpan balik


pelanggan
➔ selama ini bagaimana puskesmas (identifikasi hasil penyelenggaraan) ?
apakah sudah sesuai SOP yang ada
➔ bagaiamana umpan balik dari pelanggan, misalnya vaksinasi lansia?
Ada efek samping→misscom dengan keluarga pasien.

● Deskripsi proses penyelenggaraaan


➔ pelayanan yang berjalan saat ini→ misalnya vaksinasinya, mulai dari
pendaftaran sampai keluar sertifikat (dr awal-akhir), digambarkan
proses yang sesuai SOP tuh bagaimana ?

● Pengumpulan data dan analisis untuk menentukan gap masalah→


➔ misalnya gap masalahnya komunikasi efektif dan efisien agak sulit
kalau lansia. Lansia diberitahukan kalau sampai di rumah apa yang hrs
dilakukan, misal tjd alergi/keluhan2 harus segera Kembali ke puskesmas
setempat, Tapi krn lansia pelupa → bingung → malah mengeluhkan ke
keluarganya
➔ pengumpulan data: harus diberikan kejelasan data terutama setelah
vaksin terutama jika tjd efek samping vaksin misal alergi (dg ngasih
catetan dikertas ke lansia)

● Analisis akar masalah


➔ Akar masalah: tdk terjadinya komunikasi yang efektif dan efisien.

● Identifikasi peluang peningkatan mutu


➔ dengan adanya pelaporan, dibuat SOP baru untuk Kembali lagi ke RS
dalam bentuk catatan tertulis→dokter yg merawat dapat memberikan
tulisan ke pasien dengan hal2 yang mungkin tjd pasca vaksinasi di rumah
apa yg harus dilakukan.

● Mencari dan memilih penyelesaian masalah


➔ Bila terjadi alergi dilakukan perawatannya, memberikan Kembali
penyuluhan /pengulangan ttg vaksinasi kepada keluarga/pasien
(plan).

➔ DO
49
● Laksanakan upaya penyelesaian masalah, lakukan trial/uji coba
➔ Dari peluang itu apa yang sudah dilaksanakan ? Apakah
dilaksanakan segera.

● Melakukan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya sesegera


mungkin, semakin menunda pekerjaan, semakin banyak waktu terbuang.
Dalam langkah ini, tim melaksanakan rencana yang telah disusun
sebelumnya dan memantau proses pelaksanaannya
➔ Contoh kasus vaksin → terjadi alergi → penyelesaian masalahnya apa?
➔ Penanganan alergi, melakukan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya
contoh :
1. Melaksanakan sesuai dengan SOP
2. Dokter memberikan etnis kpd pasien pasca vaksinasi

➔ CHECK
● Apabila upaya yang dilaksanakan dinyatakan berhasil/sukses, maka
standarisasikan perubahan tersebut, selanjutnya upayakan langkah-
langkah perbaikan/peningkatan mutu serata terus menerus
berkesinambungan. Bila dinyatakan kurang berhasil, harus dicari jalan
lain dengan melakukan identifikasi ulang atas masalah ataupun upaya
yang dilaksanakan
➔ Bagaimana setelah dilaksanakan, akan berhasil atau tidak?
➢ Jika berhasil, akan dijadikan standard/peningkatan
mutu
➢ Misal di SOP yang lama tidak ada SOP
→ pemberitahuan kpd keluarga,
➢ Misal puskesmas → telpon lagi kpd lansia/keluarga setelah
suntik vaksin → informasikan lagi kpd keluarga.

➔ ACTION
● Pelajari efek perubahan yg terjadi terhadap kondisi yang ada, selanjutnya
kumpulkan data baru dan bandingkan dengan data sebelumnya,
kemudian lihat efek perubahan, dan atas perbaikan yang diperoleh
direplikasikan
➔ Perbandingannya bagaimana? Apakah efek yg telah dilakukan
dengan baik?
Contoh baik itu tjd perubahan komunikasi yg efektif dan
efisien terjadi, keluarga dpt membantu lansia dlm upaya tjd efek
alergi yg harus segera dilakukan misal sesegera mungkin datang
ke faskes terdekat.

Apabila Puskesmas telah melaksanakan tahapan manajemen mutu secara


berkesinambungan (P1-P2-P3) maka dapat dikatakan bahwa Puskesmas tersebut
melaksanakan siklus PDCA untuk perbaikan mutu karena pelaksanaan P1- P2-P3 yang
berkesinambungan pada dasarnya seiring dengan konsep siklus PDCA.
50
F. STANDAR KESELAMATAN PASIEN
Standar Keselamatan Pasien ada 7 macam, yaitu :
1. Hak Pasien
a. diagnosis,
b. tata cara tindakan medis,
c. tujuan tindakan medis,
d. alternative tindakan,
e. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
f. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan, dan
g. perkiraan biaya pengobatan.

2. Pendidikan bagi Pasien dan Keluarga


● Kegiatan mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggungjawab pasien dalam asuhan pasien (kasih pendidikan ke pasien
ttg tanggung jawab & kewajibannya)

3. Keselamatan Pasien dalam Kesinambunan Pelayanan


● Merupakan upaya fasilitas pelayanan kesehatan di bidang Keselamatan
Pasien dalam kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar
tenaga dan antar unit pelayanan.
(antar unit pelayanan saling koordiasi agar keselamatan pasien terjamin)
4. Penggunaan Metode Peningkatan Kinerja untuk Melakukan Evaluasi dan
Peningkatan Keselamatan Pasien
● Merupakan kegiatan mendesain proses baru atau memperbaiki proses
yang telah ada,
● Memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,
● Menganalisis insiden, dan
● Melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta Keselamatan
Pasien.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


● Merupakan kegiatan pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dalam
a. Mendorong dan menjamin implementasi Keselamatan Pasien
secara terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan tujuh
langkah menuju Keselamatan Pasien;

b. Menjamin berlangsungnya kegiatan identifikasi risiko


Keselamatan Pasien dan menekan atau mengurangi insiden
secara proaktif;

c. Menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu


berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang Keselamatan
Pasien;

51
d. Mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan
serta meningkatkan Keselamatan Pasien;

e. Mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusi setiap unsur dalam


meningkatkan kinerja fasilitas pelayanan kesehatan dan
Keselamatan Pasien.
(pimpinan udh sesuai blm sih ngaturnya)
6. Pendidikan bagi Staf tentang Keselamatan Pasien
● Merupakan kegiatan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisipliner dalam pelayanan pasien. (stafnya dikasih
pelatihan ga biar kompeten terus)

7. Komunikasi merupakan Kunci bagi Staf untuk Mencapai Keselamatan


Pasien
● Merupakan kegiatan fasilitas pelayanan kesehatan dalam merencanakan
dan mendesain proses manajemen informasi Keselamatan Pasien untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal yang tepat waktu
dan akurat. (stafnya komunikasinya baik ga, utk memenuhi kebutuhan
info yg tepat waktu & akurat)

52

Anda mungkin juga menyukai