1470 5986 1 PB

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EMPLOYEE ENGAGEMENT GENERASI Y

(Studi Pada Karyawan PT Unilever Indonesia Tbk-Surabaya)

Lia Anggraini
Endang Siti Astuti
Arik Prasetya
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
E-mail: lia.gleb@gmail.com

ABSTRACT

This research aims to analyze and explain factors that influencing employee engagement owned by Generation
Y or called Gen Y. Factors in this research included organization culture, reward, and personal resources.
The kind of research used in this research is an explanation or explanotory research with a quantitative
approach. The variable in this research are organization culture, reward, and personal resources as
independent variables and employee engagement as the dependent variable. This research uses questionnaire
as primer data. Data analysis method used descriptive analysis and multiple linear regression analysis. The
results of this research showed;1) Simultaneously, there are a positive and significant effect between
organization culture rewards, and personal resources to employee engagement (Y); 2) Partially, organization
culture, rewards , and Personal resources were positively and significantly influential to employee
engagement shown by Gen Y.

Keyword: Employee Engagement, Organization Culture, Rewards, Personal Resources, Gen Y.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan menjelaskan: faktor-faktor yang mempengaruhi employee
engagement atau keterikatan karyawan yang dimiliki oleh karyawan generasi Y (disebut juga Gen Y). Faktor-
faktor tersebut meliputi budaya oragnisasi, reward, dan personal resources. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian penjelasan atau explanatory research dengan pendekatan kuantitatif.
Variabel dalam penelitian ini adalah budaya organisasi, reward, dan personal resources sebagai variabel bebas
dan employee engagement sebagai variabel terikat. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebar pada
karyawan Gen Y sebagai data primer. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan secara simultan dari variabel budaya organisasi, reward, dan personal resources terhadap variabel
employee engagement; 2) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara parsial dari variabel budaya
organisasi , reward, dan personal resources terhadap employee engagement yang dimiliki oleh Gen Y.

Kata kunci: Employee Engagement, Budaya Organisasi, Reward, Personal Resources, Gen Y

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 2 Agustus 2016| 183


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
PENDAHULUAN engagement dipengaruhi oleh pekerjaan itu sendiri,
Perkembangan jaman telah membawa pada lingkungan kerja, kepemimpinan, adanya
dua hal penting yang dihadapi dunia bisnis yakni kesempatan utuk melakukan pengembangan diri,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kesempatan untuk berkontribusi. Lockwood
yang membawa persaingan dunia usaha semakin (2007) dalam Smith & Marwick (2009:29)
mengglobal dan perubahan pergeseran angkatan menyatakan employee engagement dipengaruhi
kerja. Berbagai bidang organisasi telah oleh faktor budaya organisasi dan
mempersiapkan diri untuk menghadapi persaingan kepemimpinannya, kualitas komunikasi yang ada
yang semakin intens baik dari organisasi yang dalam organisasi, gaya manajemen yang
bergerak di bidang manufaktur, transportasi, dan diterapkan, tingkat kepercayaan dan respek
bidang usaha lainnya. Angkatan dalam dunia kerja terhadap lingkungan kerja, dan reputasi dari
telah mengalami regenerasi, bibit-bibit baru organisasi itu sendiri.
generasi muda telah tumbuh untuk menghadapi Bakker dan Demerouti (2007)
persaingan dunia kerja yang dikenal dengan mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi
sebutan generasi Y atau Gen Y. Secara umum, employee engagement adalah job resources
Shiffman & Kanuk (2007:245) mengungkapkan (sumber daya kerja), job demands (tuntutan kerja),
yang disebut Gen Y yaitu mereka yang lahir antara dan personal resources (sumber daya pribadi).
tahun1977-1994. Wyman (2008:8) menyebutkan enam faktor yang
Gen Y dianggap memiliki perbedaan dari mempengaruhi employee engagement yaitu
generasi sebelumnya atau generasi X. Gen Y kepercayaan dan intregritas pimpinan, kebanggaan
memiliki keistimewan yang ditandai dengan ciri- terhadap perusahaan, pekerjaan itu sendiri,
ciri bahwa generasi ini tumbuh dengan kesempatan hubungan dengan atasan, peluang pengembangan,
kerja penuh bagi wanita, menghargai keragaman serta reward and recognition.
suku dan budaya, dan peningkatan pemahaman Dari banyaknya faktor-faktor yang
terhadap teknologi yang lebih baik (Hawkins et al., mempengaruhi employee engagement, pada
2007). Eisner (2005) dalam Horeczy et al.,(2012) penelitian ini akan menggunakan faktor budaya
menyebutkan adanya masalah bagi organisasi organisasi, reward, dan personal resources
berkaitan dengan keberadaan Gen Y dalam hal (sumber daya pribadi). Penelitian ini dilakukan di
keterikatan. Isu yang muncul berkaitan dengan Gen PT Unilever Indonesia Tbk- Surabaya dengan
Y yang menuntut adanya fleksibilitas dalam alasan bahwa jumlah karyawan yang termasuk Gen
bekerja, kualitas lingkungan kerja yang memadai, Y di PT Unilever Indonesia Tbk-Surabaya telah
dan mengharapkan mereka dapat bekerja pada mendominasi.Tujuan dari penelitian ini adalah
organisasi yang menerapkan work-life balance. untuk mendapatkan informasi dan menganalisa
pengaruh budaya organisasi, reward, dan personal
Menghadapi persaingan dunia bisnis yang resources terhadap employee engagement yang
semakin kompleks dan munculnya Gen Y yang dimiliki oleh Gen Y.
telah memasuki dunia kerja dan dianggap lebih
memahami teknologi maupun perspektif negatif KAJIAN PUSTAKA
terhadap rendahnya tingkat keterikatan Gen Y dari Employee Engagement
generasi sebelumnya, maka perusahaan perlu Employee engagement didefinisikan
memperhatikan sumber daya manusia yang ada sebagai pandangan hidup yang positif, pemikiran
dalam suatu organisasi agar tercipta keterikatan tentang kesatuan hubungan kerja yang dicirikan
atau employee engagement yang berdampak pada dengan adanya semangat, dedikasi, dan
keberlangsungan suatu organisasi. penghayatan (Schaufeli et al., 2002). Kahn (1990)
dalam Auliaranty (2011:43) menyatakan bahwa
Sebuah perusahaan tidak akan dapat
employee engagement diartikan sebagai
berjalan tanpa didukung oleh sumber daya manusia
pemanfaatan anggota organisasi terhadap peran
yang handal dan sesuai dengan visi-misi
kerja di tempat mereka bekerja dan
perusahaan. Perusahaan perlu memperhatikan
mengekspresikan diri mereka secara fisik, kognitif,
investasi sumber daya manusia dalam
dan emosional dalam performa peran mereka.
organisasinya dan menciptakan employee
engagement. Budaya Organisasi
Terdapat beberapa faktor yang Druicker dalam Tika (2012:4) mengartikan
mempengaruhi employee engagement. Amstrong budaya organisasi sebagai pokok penyelesaian
(2008:143) menyatakan bahwa employee masalah-masalah eksternal dan internal yang
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 2 Agustus 2016| 184
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh Y berkeinginan menjadi bagian dari tim yang
suatu kelompok kemudian mewariskan kepada terdiri dari orang-orang yang memiliki motivasi.
anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat Gen Y menyukai bekerja dan belajar dari rekan-
untuk memahami, memikirkan, dan merasakan rekan yang respek terhadap mereka.
terhadap masalah-masalah terkait. Dengan Kotler & Amstrong (2009:105) menyatakan
demikian, budaya organisasi yang mencakup suatu generasi Y atau biasa disebut Gen Y identik dengan
konsensus yang disepakati oleh anggota organisasi keakraban serta kenyamanan dalam menggunakan
dalam melakukan intregasi internal maupun komputer, dunia digital, serta internet. Hornbostel
adaptasi kondisi eksternal organisasi. et al (2011) mengungkapkan bahwa Gen Y
Denison (1990) mengungkapkan bahwa menginkan berada pada lingkungan dimana
terdapat 4 hal terkait prinsip budaya organisasi. kontribusi dan talenta mereka adalah suatu hal
Keempat prinsip tersebut mencakup adaptability, yang dinilai dan perbedaan yang ada dipandang
concistency, involvement, dan mission. dengan respek yang tinggi. Karakterisrik dasar dari
Adaptability merupakan kemampuan penyesuaian Gen Y dijabarkan oleh Hornbostel et al (2011)
organisasi terhadap perubahan yang terjadi dalam tabel berikut
terutamanya dari segi eksternal organisasi.
Consistency merupakan kesungguhan dalam Tabel 1 Karakteristik Dasar Generasi Y
Characteristics Generation Y
pelaksanaan nilai-nilai organisasi. Involvement Core Values Realism, confidence, extreme
merujuk pada upaya yang dilakukan oleh fun, social.
organisasi untuk memberikan keterlibatan yang Communication Media Internet, mobile phone,
email.
nyata kepada karyawan serta mendukung adanya Attitude toward work-life I want to integrate work and
investasi pengembangan sumber daya manusia balance leisure
yang dilakukan secara terus-menerus. Mission Attitude toward risk Relatively high risk tolerance
dalam budaya organisasi mengarah pada arahan- Degree of intellectual curiosity Iwant to learn transferable
skills
arahan stratejik suatu organisasi serta tujuan
Sumber: Hornbostel et al.,(2011)
organisasi tersebut.

Reward Model Konsep

Reward adalah pengakuan atas kinerja


karyawan untuk mengarahkan perilaku karyawan Faktor-faktor yang Employee
ke perilaku yang dihargai dan diakui oleh Mempengaruhi Engagement
organisasi (Mulyadi dan Setiawan, 1999:227). Employee Engagement
Simamora (2004:514) mengartikan reward sebagai
imbalan/insentif yang mengaitkan bayaran Gambar 1: Model Konsep Penelitian
berdasarkan tujuan meningkatkan produktivitas
untuk mencapai keungggulan kompetitif. Model Hipotesis

Personal Resources
Personal Resources atau sumber daya
pribadi merupakan suatu evaluasi positif yang Budaya organisasi H2
berhubungan dengan kegermbiraan dan mengarah (X1)
pada perasaan individu terhadap kemampuannya
untuk mengontrol dan memberikan dampak pada H1
Employee
lingkungannya secara positif (Hobfoll et al., 2003) Reward (X2) Engagement
dalam (Xanthopolou et al., 2009). (Y)
Generasi Y H3
Menurut Shiffman & Kanuk (2007:245)
Personal Resources
generasi Y yaitu orang-orang yang lahir antara
(X3) H4
tahun 1977 sampai tahun 1994. Tulgan & Martin
(2001 menjelaskan bahwa pada intinya, Gen Y
bergabung dengan organisasi bukan karena mereka
harus tetapi karena mereka benar-benar ingin, Gambar 2: Model Hipotesis Penelitian
karena ada sesuatu yang signifikan terjadi dalam
organisasi untuk membuat hal yang berbeda. Gen

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 2 Agustus 2016| 185


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
METODE PENELITIAN Tabel 3 Distribusi Frekuensi Variabel Budaya
Jenis penelitian yang digunakan dalam Organisasi
penelitian ini adalah penelitian penjelasan atau No Item Rata-rata
explanatory research dengan pendekatan 1 Kebutuhan pelanggan 4,29
kuantitatif dan dengan menggunakan metode 2 Masukan pelanggan 4.23
analisis regresi liniear berganda. Penelitian ini 3 Isu yang berkembang 4,22
dilakukan di PT. Unilever Indonesia, Tbk- sebagai peluang
Surabaya yang beralamat di Jalan Raya Rungkut 4 Perubahan trend 4,26
Industri, Surabaya.. 5 Sistem nilai yang jelas 3,69
Teknik sampling yang digunakan yaitu 6 Kesepakatan 3,88
purposive random sampling. Yaitu teknik 7 Koordinasi 3,88
pengambilan sampling secara random dengan 8 Investasi pengembangan 3,71
memperhatikan kriteria tertentu. Adapun kriteria SDM
dalam penelitian ini yaitu karyawan tetap yang 9 Keterlibatan karyawan 3,77
berusia 22-39 tahun (1977-1994). Jumlah sample 10 Insiatif Individu 3,88
yang diperoleh sebanyak 87 responden dari 643 11 Arahan stratejik 3,74
populasi Gen Y dengan tingkat kesalahan dalam 12 Tujuan organisasi 3,74
pengambilan sample sebesar 10%. Metode 13 Pandangan masa depan 3,68
pengumpulan data menggunakan kuesioner
sebagai data primer dan dokumentasi melalui
website perusahaan sebagai data sekunder. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Variabel Reward
No Item Rata-rata
HASIL ANALISIS DATA 1 Kebanggan akan 4,13
Hasil Analisis Statistik Deskriptif penyelesaian kerjanya
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisa 2 Otonomi individu 3,77
data dengan cara mendeskripsikan atau 3 Pertumbuhan pribadi 4,15
menggambarkan data yang telah terkumpul. 4 Kesesuain gaji 4,01
Analisis statistic deskriptif ini menggunakan skala 5 Tunjangan 4,08
likert untu mempermudah penafsiran suatu 6 Pujian 3,64
jawaban atau data. 7 Promosi yang adil 3,38
Tabel 2 Interval Kelas
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Variabel Personal
Notasi Skor Interval Resources
Kelas No Item Rata-rata
Sangat Baik/Sangat 5 >4,2 – 5 1 Percaya ada jalan keluar 4,19
Setuju/Sangat 2 Tidak mudah menyerah 4,25
Tinggi/Sangat Besar 3 Masalah bukan ketidak 3,97
Baik/Setuju/Tinggi/Besar 4 >3,4 – beruntungan
4,2 4 Yakin dengan 3,64
Ragu-ragu/Cukup 3 >2,6 – kemampuannya
Baik/Cukup 3,4 5 Mampu memotivasi dirinya 4,24
Setuju/Cukup Besar 6 Mencapai target bagi 4,17
Tidak 2 >1,80 – dirinya
Setuju/Buruk/Rendah/ 2,6 7 Percaya bahwa dirinya 4,16
Kecil bermanfaat
Sangat Tidak 1 1 – 1,80 8 Percaya bahwa dirinya 3,98
Setuju/Sangat Tidak dirinya diperhitungkan
Baik/Sangat 9 Dapat membuat perubahan 4,07
Rendah/Sangat Kecil
Sumber : Supranto, (2000:64)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 2 Agustus 2016| 186


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Variabel Employee Hasil Uji t
Engagement Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
No Item Rata-rata koefisien regresi variabel Budaya Organisasi (X1)
1 Kebanggaan akan pekerjaan 4,24 memiliki nilai koefisien regresi yang telah di
2 Fokus 4,19 standardized sebesar 0,236. Didapatkan nilai thitung
3 Terinspirasi 4,06 sebesar 2,962 dan didapatkan nilai signifikansi
4 Tertantang 4,17 sebesar 0,004. Nilai statistik uji thitung tersebut lebih
5 Yakin pada pimpinan 3,92 besar daripada ttabel (2,962> 1,989) dan nilai
6 Bangga sebagai bagian 3,95 signifikansi lebih kecil daripada α = 0,05.
organisasi Pengujian ini menunjukkan bahwa variabel
7 Tingkat energi tinggi 4,03 Budaya Organisasi (X1) berpengaruh signifikan
8 Larut 3,85 terhadap variabel Employee Engagement (Y).
9 Bersemangat 4,18 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
10 Memberikan peningkatan 4,23 koefisien regresi variabel Reward(X2) memiliki
nilai koefisien regresi yang telah di standardized
11 Bertekun 4,15
sebesar 0,197. Didapatkan nilai thitung sebesar 2,361
dan didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,021.
Hasil Analisis Regresi Berganda Nilai statistik uji thitung tersebut lebih besar daripada
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk ttabel (2,361> 1,989) dan nilai signifikansi lebih
menghitung besarnya pengaruh antara variabel kecil daripada α = 0,05. Pengujian ini menunjukkan
bebas Budaya Organisasi(X1), Reward (X2), dan bahwa variabel Reward (X2) berpengaruh
Personal Resources (X3) terhadap variabel terikat signifikan terhadap variabel Employee
yaitu Employee Engagement (Y). Hasil Engagement (Y).
perhitungan koefisien regresi dengan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
menggunakan software SPSS V.21 diperoleh koefisien regresi variabel Personal Resources (X3)
persamaan model regresi yaitu Y = 0,884 + memiliki nilai koefisien regresi yang telah di
0,210X1 + 0,322X2+ 0,660X3 standardized sebesar 0,551. Didapatkan nilai thitung
sebesar 7,588 dan didapatkan nilai signifikansi
Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,000. Nilai statistik uji thitung tersebut lebih
Berdasarkan pada perhitungan statistik yang besar daripada ttabel (7,588> 1,989) dan nilai
dilkukan model regresi dalam penelitian ini signifikansi lebih kecil daripada α = 0,05.
memiliki koefisien determinasi (adjustedR2) Pengujian ini menunjukkan bahwa variabel
sebesar 0,740. Dapat disimpulkan bahwa Personal Resources (X3) berpengaruh signifikan
kontribusi variabel independen yang terdiri dari terhadap variabel Employee Engagement (Y).
variabel Budaya Organisasi (X1), Reward (X2),
dan Personal Resources (X3) dapat mempengaruhi PEMBAHASAN
variabel dependen Employee Engagement (Y)
sebesar 74 % dan sisanya sebesar 26 % dijelaskan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam perusahaan mempunyai budaya organisasi yang
penelitian ini. baik, dimana hal ini tidak hanya berfokus pada
masalah internal perusahaan tetapi juga berkaitan
Hasil Uji F dengan penyesuaian terhadap kebutuhan dan
Berdasarkan pengujian hipotesis model regresi permasalahan ekternal. Budaya organisasi
secara simultan menggunakan uji F diperoleh hasil memfasilitasi akan cara, nilai-nilai, dan pedoman
Fhitung lebih besar daripada Ftabel (82,623> 3,71) dan dalam merespon segala perubahan yang ada.
signifikansi sebesar 0,000b yang berarti lebih kecil Penerapan budaya organisasi yang baik akan
dari alpha (α) = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa meningkatkan tingkat employee engagement
terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan (keterikatan karyawan). Pelaksanaan reward
antara variabel Budaya Organisasi (X1) dan yang sesuai juga akan memberikan manfaat baik
Reward (X2), dan Personal Resources (X3) bagi perusahaan maupun bagi karyawan.
terhadap variabel Employee Engagement(Y). Perusahaan yang memiliki sistem penerapan
reward yang tepat dan baik akan berpengaruh pada
meningkatnya tingkat keterikatan karyawan. Hal
ini dikarenakan bahwa melaui reward tersebut,

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 2 Agustus 2016| 187


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
karyawan merasa bahwa mereka dihargai. adalah generasi yang sangat menikmati
Sebagaimana diungkapkan oleh mulyadi dan perkembangan teknologi.
Setiawan (1999;227) bahwa reward merupakan
bentuk pengakuan yang diberikan perusahaan Tulgan & Martin (2001) mengungkapkan
terhadap karyawan. bahwa pada pilihan karirnya Gen Y bergabung
Sedangkan untuk variabel personal dalam suatu organisasi didasari pada adanya
resources sendiri merupakan aspek yang berasal sesuatu yang signifikan dalam organisasi untuk
dari dalam individu. Personal resources yang membuat hal berbeda. Perbedaan pada organisasi
meliputi aspek optimism, self-efficacy, dan bisnis dapat dilihat secara mudah melalui visi-misi
organizational based self-esteem yang tinggi perusahaan. Peneliti melihat sesuatu yang berbeda
mendorong individu memiliki pandangan postif inilah yang terlihat pada salah satu misi PT
akan masalah dan kemampuan yang dimiliki. Hal Unilever Indonesia Tbk, yaitu pada salah satu
ini menciptakan suatu tujuan, harapan, dan misinya adalah Perusahaan senantiasa
kontribusi yang diinginkan lebih tinggi sehingga mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang
ketika seseorang memiliki sumber daya pribadi memungkinkan perusahaan tumbuh dua kali lipat
yang tinggi maka akan berdampak pada sambil mengurangi dampak terhadap lingkungan.
meningkatnya tingkat employee engagement.
Selain itu, Hornbostel et al (2011)
Berdasarkan hasil analisis data penelitian
mengungkapkan bahwa karekteristik Gen Y
yang dilakukan melalui analisis statistik deskriptif
berdasarkan tingkat keingintahuan terhadap
jawaban responden Gen Y, dapat diketahui bahwa
sesuatu menunjukkan bahwa Gen Y menginginkan
budaya organisasi di PT Unilever Indonesia Tbk-
adanya transfer keahlian dalam kehidupan mereka.
Surabaya telah mampu mengimplementasikan
Transfer keahlian ataupun pengetahuan tentunya
nilai-nilai dalam stabilitas internal maupun
dapat terjadi apabila perusahaan dalam budaya
adaptasi eksternal. Budaya organisasi yang dimiliki
organisasinya mendukung adanya investasi
dapat dikatakan tidak hanya berkaitan dengan
pengembangan sumber daya manusia yang
intregasi internal tetapi budaya organisasi tersebut
dilakukan secara terus-menerus. Berdasarkan hasil
juga berkesinambungan dengan visi misi
analisis deskriptif yang telah dijabarkan
persuahaan. Pernyataan ini didasarkan pada hasil
sebelumnya, dapat diketahui bahwa Gen Y dalam
nilai rata-rata variabel sebesar 3,63 yang berada
PT Unilever Indonesia Tbk-Surabaya menilai
pada kategori baik.
bahwa perusahaan mendukung adanya program
Budaya organisasi yang dimiliki oleh PT
pengembangan sumber daya manusia sehingga hal
Unilever Indonesia Tbk sudah tergolong baik
ini yang turut menjadi dasar terhadap penilaian
karena dari hasil analisis yang diperoleh mayoritas
budaya organisasi yang ada dalam perusahaan
responden bahwa budaya organisasi telah mampu
terbilang baik. Hal ini turut menjelaskan bahwa
beradaptasi dengan perubahan, memiliki
budaya organisasi yang bersungguh-sungguh
konsistensi, mendukung adanya involvement, dan
dalam memberikan keterlibatan dalam suatu hal
misi perusahaan yang jelas.
serta upaya pengembangan sumber daya manusia
Hasil diatas juga sesuai dengan perpektif
adalah hal yang berdampak pada tingkat
yang muncul terkait kemampuan penguasaan
keterikatan mereka. Budaya organisasi yang
teknologi yang dimiliki oleh Gen Y yang terbilang
memfasilitasi hal tersebut dengan memberikan
baik. Budaya organisasi yang dimiliki oleh PT
kesempatan bagi karyawannya terutama yang
Unilever Indonesia Tbk juga sangat
termasuk Gen Y untuk berkontribusi tentunya akan
memperhatikan masalah adaptabilias perusahaan
berdampak pada keterikatan yang dimiliki oleh
terhadap perubahan yang terjadi. Salah satu contoh
karyawan. Selain itu, dengan adanya budaya
dari adaptabilitas yang dilakukan dalam budaya
organisasi yang mengharagai inisiatif individu
organisasi tersebut adalah melalui usaha dan
akan memunculkan kepuasan bahwa talenta yang
kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan
mereka hasilkan melalui tindakan-tindakan inisiatif
perubahan trend teknologi yang terjadi guna
tersebut bukanlah hal yang sia-sia.
mendukung proses kegiatan bisnis perusahaan.
Gen Y dalam penelitian ini mayoritas setuju bahwa Adanya pengaruh budaya organisasi
PT Unilever Indonesia Tbk-Surabaya mampu terhadap employee engagement juga sesuai dengan
beradapatasi terhadap trend teknologi tersebut yang diungkapkan oleh Lockwood (2007) dalam
sehingga tidak mengherankan apabila Budaya Smith & Marwick (2009:29) bahwa salah satu
Organisasi dalam PT Unilever Indonesia Tbk faktor yang mempengaruhi employee engagement
dikatakan baik karena pada dasarnya Gen Y sendiri
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 2 Agustus 2016| 188
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
adalah budaya organisasi. Setiawan (1999:227) bahwa reward merupakan
pengakuan untuk mengarahkan ke perilaku yang
Variabel independen kedua dalam dihargai dan diakui oleh organisasi.
penelitian adalah reward. Berdasarkan perhitungan
analisis statistik deskriptif pada variabel Reward Variabel independen ketiga dalam
(X2) responden setuju bahwa reward yang penelitian ini adalah personal resources.
diberikan perusahaan baik reward intrinsik Berdasarkan perhitungan analisis statistik
maupun ekstrinsik seperti kesesuaian gaji dengan deskriptif pada variabel personal resources (X3)
beban kerja, adanya otomi individu, adanya pujian responden setuju bahwa personal resources atau
yang diberikan, dan sebagainya dapat sumber daya pribadi yang mereka miliki adalah hal
dikategorikan baik. Pernyataan ini didasarkan pada yang sangat penting dalam melaksanakan
hasil rata-rata hitung variabel reward dengan nilai perannya. Pernyataan ini didasarkan pada hasil
total rata-rata sebesar 3,88. Pada variabel reward perhitungan nilai rata-rata sebesar 4,07.
ini, nilai rata-rata terendah terletak pada item Hasil diatas juga sesuai dengan
ketujuh tentang adanya sistem promosi jabatan karakteristik dari Gen Y yang diungkapkan oleh
yang adil dengan nilai rata-rata sebesar 3.38. Hornbostel et al (2011) bahwa salah satu nilai inti
yang melekat pada Gen Y adalah realism. Realisme
Hasil yang berkaitan dengan variabel mengarah pada kenyataan sebenarnya, dimana
reward dalam penelitian ini juga sesuai dengan individu melihat sesuatu hal secara apa adanya
karakteristik dari Gen Y yang diungkapkan oleh sesuai dengan kenyataan. Dalam hasil kuesioner
Tulgan & Martin (2011) bahwa Gen Y menyukai yang telah disebar, sikap realistis ini juga tercermin
menjadi bagian dari orang-orang yang memiliki pada karyawan Gen Y di PT unilever Indonesia
motivasi. Motivasi seseorang tentunya dapat Tbk-Surabaya. Responden setuju bahwa dalam
ditingkatkan melalui adanya stimulus. Salah satu menghadapi masalah, mereka percaya bahwa
stimulus tersebut adalah dengan memberikan masalah tersebut bukanlah sebagai ketidak
pujian terhadap sesuatu yang telah mereka beruntungan dengan nilai rata-rata pada item
kerjakan. Penerapan reward yang dilakukan oleh tersebut sebesar 3,97 yang termasuk kategori baik.
PT Unilever Indonesia Tbk juga mendukung Nilai inti lain terkait Gen Y yang diungkapkan oleh
adanya pengakuan terhadap karyawannya melalui Horbostel et al (2011) adalah berkaitan dengan
pujian ketika karyawan mampu mencapai kinerja confindence. Hal ini mengacu pada tingkat
yang baik. Hal ini dibuktikan pada hasil tabel kepercayaan individu pada dirinya sendiri.
analisis statistik deskriptif yang telah dijabarkan Dapat dikatakan bahwa Gen Y identik
sebelumnya bahwa Gen Y di Unilever menilai dengan keyakinan akan kemampuannya dan
atasan dalam perusahaan tidak segan untuk kontribusi yang mereka berikan. Hal ini juga sesuai
memberikan pujian terhadap hasil kerja yang baik dengan hasil analisis deskriptif statistik yang
dengan hasil nilai rata-rata pada item tersebut menunjukkan bahwa reponden memiliki keyakinan
sebesar 3,64 yang dikategorikan baik. yang tinggi akan kemampuannya, keyakinan akan
kemampuannya untuk memotivasi dirinya,
Dalam hal employee engagement, Gen Y
keyakinan untuk mencapai target mereka, percaya
menilai bahwa bentuk reward yang berkaitan
bahwa mereka bermanfaat bagi organisasi, percaya
dengan kesesuaian gaji, tunjangan, pengakuan, dan
bahwa mereka diperhitungkan oleh orang lain, dan
promosi yang adil adalah hal yang tidak bisa
percaya bahwa dirinya bermanfaat bagi organisasi.
disepelehkan. Gen Y dalam penelitian ini setuju
Karekteristik dasar Gen Y yang berkaitan
bahwa reward yang diterapkan oleh perusahaan
dengan sikap realism dan tingkat kepercayaan diri
baik reward intrinsik maupun ektrinsik sudah
yang tinggi inilah yang turut mendukung adanya
tergolog baik sehingga hal ini turut menjadi faktor
personal resources atau sumber daya pribadi yang
yang mempengaruhi employee engagement Gen Y.
terbilang baik pada penelitian ini.
Hal ini juga didukung oleh pernyataan Hornbostel
Variabel Employee Engagement
et al (2011) yang menyatakan bahwa Gen Y
merupakan variabel terikat, responden setuju
menyukai dan menginginkan dirinya berada pada
bahwa mereka dalam melaksanakan pekerjaannya
lingkungan dimana kontribusi mereka adalah hal
telah memunculkan keterikatan antara dirinya
yang penting untuk dinilai. Hal ini menunjukkan
dengan pekerjaan mereka. Hal ini didasari dengan
bahwa Gen Y berharap kontribusi yang mereka
hasil nilai rata-rata hitung sebesar 4,09 yang dapat
berikan dapat dihargai oleh perusahaan.
dikategorikan baik. Dikarenakan penelitian ini
Sebagaimana diungkapkan oleh Mulyadi &
menggunakan gen Y sebagai responden maka
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 2 Agustus 2016| 189
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
dapat dikatakan bahwa tingkat employee dipengaruhi oleh aspek sumber daya
engagement yang dimiliki oleh Gen Y dalam pribadi mereka, terkait keyakinan dan
penelitian ini menunjukkan bahwa Gen Y memiliki kepercayaan dirinya akan peran dan
aspek baik secara emosional, fisik, maupun kemampuan yang dimiliki.
penghayatan yang tinggi.
Saran
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Diharapkan pihak perusahaan dapat
Kesimpulan mempertahankan dan meningkatkan
1. Berdasarkan perhitungan statistik budaya organisasi yang telah dimiliki
deskriptif, variabel budaya organisasi di PT dimana budaya organisasi baik tersebut
Unilever Indonesia Tbk-Surabaya dapat berdampak pada meningkatnya employee
dikatakan sudah berjalan dengan baik. engagement yang dimiliki Gen Y.
Reward yang diberikan perusahaan kepada Perusahaan perlu memberi perhatian
karyawan juga terbilang baik. Personal khusus terutamanya yang berkaitan dengan
resources yang dimiliki oleh karyawan Gen pandangan tentang masa depan perusahaan
Y di PT Unilever Indonesia Tbk-Surabaya karena dalam hasil penelitian, hal yang
termasuk dalam kategori baik. Selain itu, berkaitan dengan pandangan tentang masa
karyawan Gen Y di PT Unilever Indonesia depan merupakan item yang memiliki nilai
Tbk-Surabaya juga memiliki Employee rata-rata terendah.
Engagement yang tinggi. 2. Diharapkan perusahaan dapat
mempertahankan dan meningkatkan
2. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pemberian reward yang sesuai baik reward
pengaruh secara simultan dari Budaya intrinsik maupun reward ekstrinsik
Organisasi, Reward, dan Personal dikarenakan hal ini turut mempengaruhi
Resources terhadap Employee tingkat employee engagement yang dimiliki
Engagement. Gen Y. terutamanya berkaitan dengan
3. Hasil penelitian menunjukkan terdapat sistem promosi, dikarenakan Gen Y
pengaruh signifikan variabel Budaya cenderung menginginkan perputaran karir
Organisasi terhadap Employee yang lebih cepat maka perusahaan perlu
Engagement. Terdapat beberapa item menjabarkan kebijakan perusahaan terkait
dalam variabel budaya organisasi yang dengan sistem promosi agar dapat lebih
memiliki nilai persentase dibawah 75% dipahami oleh karyawan.
untuk jawaban dibawah skor 4. Item-item 3. Personal resources yang merupakan aspek
tersebut meliputi pengembangan sumber individual karyawan yang berupa
daya manusia, keterlibatan karyawan, pemikiran positif dan keyakinan akan
arahan stratejik dalam organisasi, dan kemampuannya. Diharapkan dengan
pandangan bersama terkait masa depan adanya personal resources yang tinggi
perusahaan. karyawan dapat memberikan kontribusinya
4. Berdasarkan hasil uji t didapatkan bahwa lebih baik lagi.
variabel Reward memiliki pengaruh 4. Employee engagement yang terbilang
signifikan terhadap Employee Engagement. tinggi perlu dipertahankan agar karyawan
Hasil terendah terdapat pada item yang semakin berkomitmen akan pekerjaan dan
berkaitan dengan sistem promosi di dalam menjadi bagian dari organisasi tersebut.
perusahaan. Aspek penghayatan perlu ditingkatkan lagi
5. Berdasarkan hasil uji t didapatkan bahwa agar karyawan semakin merasa larut dalam
variabel Personal Resources memiliki pekerjaannya. Hal ini misalnya dapat
pengaruh signifikan terhadap Employee dilakukan dengan menciptakan kondisi
Engagement. Variabel Personal Resources kerja yang lebih banyak lagi membuka
memiliki nilai t hitung dan koefisien beta peluang terkait implementasi ide-ide
yang paling besar sehingga dapat dikatakan kreatif, keterlibatan karyawan, memberikan
bahwa variabel Personal Resources otonomi individu, maupun pujian dan
memiliki pengaruh paling kuat motivasi yang diberikan guna memberikan
dibandingkan variabel Budaya Organisasi dampak yang lebih baik lagi terhadap aspek
dan Reward. Hal ini menunjukkan bahwa penghayatan karyawan dalam
dalam hal keterikatan Gen Y sangat melaksanakan kerjanya.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 2 Agustus 2016| 190
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Current Thinking. UK: Institute for
Employment Study
Amstrong, Michael. 2008. Strategic Human
Resource Management 4th Edition. London Supranto. 2000. Statistik: Teori dan Aplikasi Edisi
and Philadelphia: Kogan Page Keenam. Jakarta: Erlangga
Auliaranty, Nadira. 2011. Hubungan antara Tika, Pabundu. 2012. Budaya Organisasi dan
kesesuaian Peran Kerja (Work-Role Fit) Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta:
dengan Keterikatan Karyawan (Employee PT Bumi Aksara.
Engagement) pada Karyawan Operator
Produksi PT. Delta Surya Tekstil. Skripsi. Tulgan, Bruce dan Carolyn A.Martin. 2011.
Malang: Program Studi Ilmu Psikologi Managing Generation Y, Global Citizens
Universitas Brawijaya. Born in the Late Seventies and Early
Eighties. Massachusetts: HRD Press.
Bakker, Arnold B & Evangelia Demerouti. 2007.
The Job Demands-Resources Model: state Wyman, Oliver. 2008. Engaging People to Drive
of the art. Journal of Managerial Execution, Strategic employee Engagement
PsychologyVol 22. No.3 pp 309-328 Delta Organization & Leadership.

Denison, Daniel R. 1990. Corporate Culture and Xanthopoulou, Despoina., Arnold B.Baker.,
Organization Effectiveness. New York: E.Demouroti., W.B Schaufeli. 2009.
John Welly & Sons. Reciprocal Relationship between Job
Resources, Personal Resources, and Work
Hawkins, Del I., Mothersbaugh, David L., and. Engagement. Journal of Vocational
Best, Roger J. 2007. Consumer Behaviour Behavior 74 (2009) 235-244
Building Marketing Strategy. New York,
MacGraw Hill.
Horeczy, Andrea., Lalani,Aliya., Mendes,
Gregory., Miller, Matthew., Samsa, Laura.,
Scongack, Timothy. 2012. Leadership
Preferences of Generation Y.
Hornbostel, Bennet., Kumar, Prem., Smith, Rosh.
2001. My Generation, Employee
Engagement Across Four Distinct
Generation. Diakases melalui
www.research.microsoft.com
Mulyadi dan Setyawan.1999. Sistem Perencanaan
danPengendalian Manajemen. Yogyakarta:
Aditya Media
Schaufeli, W.B., Marisa S., Vincente G R., Arnold
B. Bakker. 2002. The Mesurement Of
Engagement and Burnout: A Two Sample
Confirmation Factor Analytic Approach.
Journal of Happiness Studies 3:71-92, 2002

Schiffman, Leon G., Leslie Lazar Kanuk. 2007.


Consumer Behavior, Ninth Edition. New
Jersey: Pearson Education International.
Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber
DayaManusia. Yogyakarta: STIE YKPN.
Smith, Gemma Robertson & Carl Marwick. 2009.
Employee Engagement A Review Of
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 37 No. 2 Agustus 2016| 191
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai