2-TR-2013
Komponen 2
PELATIHAN PERSEMAIAN
MODUL 1: Pengertian, Tujuan dan Manfaat Persemaian
MODUL 2: Perencanaan Pembangunan Persemaian
MODUL 3: Teknik Produksi Bibit Secara Generatif
MODUL 4: Teknik Produksi Bibit Secara Vegetatif dan
Bibit Cabutan
ICWRMIP - CWMBC
INTEGRATEDCITARUMWATERRESOURCES MANAGEMENT INVESTMENTPROGRAM (ICWRMIP)
CITARUM WATERSHED MANAGEMENT AND BIODIVERSITY CONSERVATION (CWMBC)
Jl. Kawaluyaan Indah VI No. 17, Kel. Jatisari, Kec. Buah Batu, Bandung 40285; Tlp/Fax. (022) 733206;
E-mail:cwmbc2013@gmail.com;Website:www.cwmbc.org
WAKTU 60 Menit
Referensi
Barkah, B.S. 2009. Panduan Pengembangan dan Pengelolaan Persemaian Desa
Program Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Berbasis Masyarakat di Areal
MRPP Kanupaten Musi Banyuasin. http//:www.gtz.de
Hidayat, Y., Haeruman, M., Amien, S. dan Siregar, I.Z. 2010. Surian (Toona
sinensis Roem): Tinjauan Ekologi, Variasi Genetik, Silvikultur dan
Pemuliaan. Unpad Press.
Kurniaty, R. Budi Budiman dan Made Suartana. 2006. Teknik Pembibitan
Tanaman Hutan Secara Generatif. Laporan Hasil Penelitian (LHP).
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor.
Mantyla, J. 1993. Manual Persemaian. Proyek Pembangunan Pusat
Persemaian. Kerjasama antar Departemen Kehutanan dengan Enso
Forest Development Ltd.
Schmidth,L. 2000. Guide to Handling of Tropical and sub Tropical Forest Seed.
Danida Forest Seed Center. Denmark.
Yasman, Irsyal dan Hernawan. 2002. Manual Persemaian Dipterocapaceae.
Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan
Jakarta.
Tipe persemaian sementara lebih ditentukan oleh jumlah bibit yang akan
diproduksi, sedangkan untuk persemaian permanen penentuan
luasannya berdasarkan rasio areal efektif (60%) dan areal penunjang
(40%). Angka rasio tersebut tidak bersifat mutlak tetapi dapat
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Areal efektif persemaian
adalah alokasi ruang untuk tempat penyimpanan bibit sedangkan area
penunjang adalah alokasi ruang untuk sarana dan prasarana persemaian
seperti jalan inspkesi, jalan angkut, kantor, ruang jemur, ruang
Modul Pelatihan Persemaian_Komp #2-CWMBC Ɩ 6
pencampur media, ruang pompa air, ruang muat bongkar bibit, ruang
gudang penyimpanan alat, dan pos jaga. Dengan rasio 60% : 40% maka
luas total 1 ha areal persemaian permanen maksimal dapat menampung
bibit sebanyak 600.000 batang. Angka tersebut diperoleh dari hasil
perhitungan: [60/100] X [10.000 m2 /1 ha] X [500 batng/5m2 ].
Agar mudah menyusun tata waktu dengan baik dapat ditarik mundur
dari batas waktu (deadline) bibit siap tanam atau waktu
distribusi/pengangkutan bibit. Karena kegiatan penanaman umumnya
dilakukan pada musim hujan, adakalnya watu pembuatan persemaian
jatuh pada saat musim kemarau. Oleh karena itu persemaian harus
memliki sumber air yang cukup untuk penyiraman bibit.
Bulan
Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penyiapan media semai dan media
sapih
2. Penyiapan benih
3. Proses pengecambahan benih
4. Pencampuran media dengan
kmpos
5. Pengisian polybag
6. Penyapihan
7. Pemeliharaan bibit
8. Pengangkutan bibit ke lokasi
tanaman
1. Benih
Kebutuhan benih ditentukan dari aspek:
• Jumlah semai yang harus dihasilkan (Jbt)
• Persen perkecambahan (G)
• Persen jadi semai sampai siap tanam (S)
• Jumlah butir benih tiap kg (N)
Untuk menghitung banyaknya benih yang dibutuhkan di persemaian
(Jbn) dapat dipergunakan rumus sebagai berikut :
Jbn = Jbt/{GxSxN}
dimana
Jbt = Jumlah semai yang harus dihasilkan
G = Persen perkecambahan dari benih yang bersangkutan
S = Persen jadi semai sampai siap tanam
N = Jumlah butir benih murni tiap kg
Jbn = Jumlah benih yang dibutuhkan (dalam kg).
Contoh :
Persemaian surian (Toona sinensis Roem) dengan jumlah
bibit yang harus dihasilkan sebanyak 1.000.000 batang;
dengan persen perkecambahan 50 %; persen jadi semai
Modul Pelatihan Persemaian_Komp #2-CWMBC Ɩ9
sampai siap ditanam 80%; jumlah butir benih tiap kg =
100.000. Maka jumlah yang benih yang dibutuhkan adalah:
Jbn = 1.000.000 / [0,5 X 0,8 X 100.000] kg = 25 kg
3. Polybag/Container
D = n + ( n x ps )
Jumlah kantong plasik
kg
dimana :
D = Jumlah kantong plastik yang harus disediakan(kg)
n = Jumlah semai yang harus disediakan
ps= Persen kerusakan atau salah hitung kantong plastik.
Desain Persemaian
Persemaian yang ideal harus memperhatikan sirkualsi keluar masuk
barang (bibit dan media tumbuh) ke persemaian. Oleh karena itu, perlu
dibuat/digambarkan tata letak sarana dan prasarana persemaian di atas
peta. Tata letak tersebut memuat informasi lokasi sarpras persemaian
meliputi ruang gudang alat, bedengan persemaian, rumah pompa air, pos
jaga, ruang jemur, tempat bongkar muat bibit dan sebagainya. Tata leak
persemaian modern permanen (Gambar 3) lebih rumit dari pada
persemaian sementara (Gambar 2).
Produksi bibit secara generatif dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
menabur (menyemai) benih pada media tabur dan
memelihara bibit dari cabutan di bawah tegakan. Pengadaan
secara generatif diperuntukan bagi tanaman hutan yang menghasilkan
benih yang dapat disimpan lama (ortodok). Sedangkan teknik
cabutan digunakan untuk memperbanyak tanaman yang menghasilkan
benih yang tidak bisa disimpan lama (rekalsitran).
Kegiatan proses produksi bibit secara generatif pada garis besarnya tediri
dari pengadaan/penyiapan media sema atau sapih, pengadaan benih,
penaburan benih, penyapihan kecambah dan pemeliharaan atau
aklimatisasi bibit di persemaian (Gambar 1).
Pengadaan benih
Kebutuhan benih dihitung berdasarkan jumlah bibit yang akan
diproduksi. Kebutuhan bibit suatu jenis dihitung dari luas areal yang
akan ditanami dan jarak tanamnya, ditambah dengan cadangan bibit
untuk penyulaman. Besarnya persentase penyulaman (%Pn) umumnya
sebesar 20 persen dari kebutuhan bibit nyata. Kebutuhan bibit dan benih
dapat dihitung dengan mudah sebagaimana telah dijelaskan pada
Modul-1.
Bagi benih yang telah bersertifikat informasi tersebut dapat dilihat pada
label benihnya, jika benih yang digunakan bukan benih bersertifikat
maka harus dilakukan uji sampel bibit seperti telah dijelaskan
sebelumnya. Informasi persen kecambah (daya kecambah) sangat
penting.
Penaburan Benih
1. Penyiapan Media Tabur/Semai
Media tabur yang baik adalah porus, steril (bebas dari hama dan
penyakit). Media pasir adalah baik untuk penyemaian (penaburan)
benih. Sebelumnya, media tersebut harus disterilasi dengan cara
2. Perlakuan Pendahuluan
Perlakuan pendahuluan (seed pretreatment) bertujuan untuk
memecah dormansi benih. Cara yang paling mudah adalah merendam
benih dalam air hangat kuku (± 60OC) kemudian dibiarkan selama
semalaman. Esok harinya benih tersebut ditiriskan selama 2-3 jam
sampai kering di atas kertas tisu. Setelah kering benih siap untuk
ditabur.
3. Penyapihan Kecambah
3.1. Penyiapan Media Sapih
Media sapih yang baik harus memenuhi kriteria: (1) ringan, memiliki
kepadatan (bulk density) rendah; (2) drainase dan aerasi baik
sehingga memudahkan pertukaran udara dan air; (3) kemampuan
menahan air cukup baik; (4) pengembangan dan penyusutan tanah
sangat rendah sehingga tidak merusak akar saat kekeringan; (5)
tersedia dalam jumlah memadai dan mudah diperoleh dalam harga
yang terjangkau; (6) steril, bebas hama dan penyakit; (7) mengandung
nutrisi (unsur) yang cukup bagi kebutuhan pertumbuhan semai/bibit.
4. Pemeliharaan Bibit
4.3. Pemupukan
6. Dokumentasi Persemaian
Dokumentasi bibit adalah sistem pencatatan, penyimpanan dan
perolehan kembali data mengenai bibit. Bagi produsen dokumentasi
bibit ini sangat penting karena memuat informasi asal-usul dan
identitas genetik. Tujuan dokumentasi bibit adalah sarana
Modul Pelatihan Persemaian_Komp #2-CWMBC Ɩ 14
perencanaan pengadaan atau produksi bibit, peningkatan proses
produksi bibit, menghindari kehilangan data yang disebabkan
keterbatasan ingatan manusia, memberikan informasi identitas bibit
bagi konsumen, memenuhi persyaratan dalam peredaran atau
perdagangan bibit serta alat kendali dalam distribusi bibit. Secara
umum dokumentasi persemaian terdiri dari dokumen pengadaan
benih dan dokumen pengadaan bibit.
Bahan stek yang baik adalah bagian vegetatif dalam keadaan juvenil
(muda secara fisiologis), kira-kira berdiameter 1 cm - 2 cm. Bahan stek
yang masih juvenil memiliki kemampuan berakar yang lebih baik dari
pada biakan stek yang telah tua. Bahan tanaman yang berasal dari
bagian tanaman dekat dengan akar lebih juvenil dari pada bahan
tanaman yang berada pada tajuk yang lebih tinggi (Hartman et al,
1990).
Bahan stek yang baik dapat diambil dari tunas atau cabang orthotrop
(tunas/cabang yang tumbuh vertikal), akar dan batang bibit. Untuk
menghasilkan bahan stek yang juveni dengan jumlah banyak dan
berkesinambungan diperlukan kebun pangkas yang dikelola dengan
teknik tertentu (Irsyal & Smits, 1988). Hasil pengalaman lapangan
Media tumbuh stek yang baik adalah media yang higienis, porus dan
mampu mengikat air. Syarat utama media pengakaran harus
porus, drainase dan aerasi baik, serta steril. Media pengakaran
stek dapat menggunakan pasir, cocopeat, vermikulit (Hartmann at
al. 1990). Media tanah topsoil dicampur dengan kompos dan sekam padi
dengan perbandingan 50 persen : 250 persen : 25 persen (v/v). Media
lain yang pernah dicoba adalah media serbuk sabut kelapa (cocodust) dan
sekam padi dengan perbandingan 60 persen : 40 persen (v/v). Tanah
yang digunakan sebelumnya harus halus, diayak terlebih dahulu dengan
saringan kawat dengan ukuran lubang 5 mm x 5 mm. Sterilisasi tanah
dilakukan dengan cara dijemur di bawah terik matahari 2-3 hari. Tanah
dimasukkan ke dalam kontainer (polybag) dan disusun di dalam bak stek.
Bak stek dapat dibuat dari papan bertutup plastik (Gambar 1) atau dari
tembok. Prinsip yang harus diperhatikan dalam pembuatan bak stek
adalah kelembaban di dalam bak harus tinggi (>95%), oleh karena itu bak
stek harus memiliki tutup (sungkup), biasanya terbuat dari plastik.
Sungkup (hard cover propagation box) tipe Komatsu Ltd, merupakan
salah satu tipe sungkup modern yang mulai banyak digunakan dalam
pembuatan stek dipterocarpaceae (Gambar 2). Bak stek harus dirancang
sedemikian rupa agar tidak diserang hama seperti hama belalang,
bekicot, ulat dan lain-lain.
a b
a b
Gambar 5. Perbandingan struktur akar dari stek batang (a) dan dari
semai benih surian (b) (foto: Hidayat, 2010)
Batang pokok (Root stocks ) dipilih dari batang yang sehat dan berakar
kuat. Entris (scion) diambil dari mata tunas yang berasal dari
tanaman lain yang sudah diketahui keunggulannya seperti produksi
biji yang banyak atau bentuk batang yang baik.
Iris batang pokok (root stock) yang akan ditempeli mata tunas dengan
pisau tajam atau cuter. Kemudian tempelkan mata tunas yang telah
dipersiapkan sebelumnya ke dalam irisan tadi. Ikat dan lilit dengan
tali plastik (bisa juga tali rapia) hingga tertutup rapat. Biarkan selama
beberapa minggu hingga mata tunas tersebut benar-benar menempel
dan tumbuh. Produksi tunas bisa juga dilakukan di dalam rumah
sungkup.
Gambar 6.
Untuk menambah hara dapat disemprot dengan pupuk daun dan bila
ada serangan hama dapat dilakukan penyemprotan dengan insektisida
d e f
Bahan cangkok yang baik diambil dari pohon induk yang unggul,
memiliki penampilan fenotipa bagus, tidak terserang hama penyakit,
dan cukup umur. Pohon induk sebaiknya tidak terlau muda dan juga
tidak terlalu tua. Pada pohon yang terlalu tua, relatif sulit untuk
didapatkan bahan cangkok yang memenuhi syarat, sedangkan pohon
Cabang ortotrop yang berukuran diameter 2-5 cm, sehat, segar dan
telah berkayu merupakan cabang yang cukup ideal untuk dicangkok
(Kartiko dan Danu, 2000). Cabang yang terlalu muda, hanya
mempunyai sedikit persediaan makanan, sehingga pertumbuhan akar
cangkok kurang optimal.
Media cangkok yang baik adalah media porus, cukup air dan hara,
seperti serbuk sabut kelapa, pupuk kandang, kompos. Hindari
penggunaan tanah, terutama tanah mentah karena jika kering tanah
akan mengeras dan berat sehingga dapat mematahkan cabang
cangkokan (Wudianto, 1999).