Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 5, No.

1, Juni 2011

IMPLEMENTASI MANAJEMEN SDM BERBASIS KOMPETENSI:


SOLUSI PROAKTIF PERMASALAHAN SDM APARATUR

Herman
Peneliti Pada Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN
Email: hermanbkn@yahoo.com

Abstract

This essay explains about competency-based human resource personnel management. This system offers an proactive
alternative which emphasize that all of human resource management process, in particular, placement of individuals in
a position is based on information of needs of job’s competency, which previously have been analyzed and measured
by aspects tend to affect the success of his or her position. So that, in human resource personnel management should
be known how human resource competency are managed from the planning stage, organizing, until evaluating. If it
is well applied, competency-based human resource personnel management have potency to support organization to
achieve the goals and provide surplus for organization.

Key Words: Human Resources Management, Competency, Position

Abstrak

Tulisan ini menjelaskan tentang manajemen SDM aparatur berbasis kompetensi. Sistem ini menawarkan suatu alternatif
proaktif yang mengedepankan bahwa seluruh proses manajemen SDM, khususnya penempatan individu dalam suatu
jabatan didasarkan pada informasi kebutuhan kompetensi jabatan, yang sebelumnya telah dianalisis dan diukur aspek-
aspek yang kemungkinan mempengaruhi keberhasilan dalam jabatannya. Untuk itu, dalam pengelolaan SDM aparatur
harus terlebih dahulu dicaritahu bagaimana kompetensi SDM dikelola, mulai tahap perencanaan, perngorganisasian
sampai dengan evaluasinya. Jika diterapkan dengan baik, manajemen SDM berbasis kompetensi mempunyai potensi
untuk mendukung organisasi mencapai tujuan dan memberikan nilai tambah bagin organisasi.

Kata Kunci: Manajemen SDM, Kompetensi, jabatan

PENDAHULUAN SDM dalam organisasi tidak hanya sekedar


administratif tetapi justru lebih mengarah pada
Keberadaan manusia, yang populer pengembangan potensi SDM agar menjadi
dengan sebutan sumber daya manusia kreatif dan inovatif. Karena pada hakikatnya,
(SDM), dalam organisasi memiliki posisi SDM merupakan sumber pengetahuan,
sangat vital. Keberhasilan organisasi sangat keterampilan, dan kemampuan yang ter-
ditentukan oleh kualitas SDM yang ada di akumulasi dalam diri anggota organisasi.
dalam organisasi. Perubahan lingkungan Kemampuan tersebut terus diasah dan
yang begitu cepat menuntut kemampuan dikembangkan oleh organisasi sebagai pilar
SDM dalam menangkap berbagai fenomena utama organisasi agar selalu memiliki kinerja
perubahan, menganalisis dampaknya terhadap yang tinggi dalam menunjang keberhasilan
organisasi, dan menyiapkan langkah-langkah organisasi.
guna menghadapi kondisi tersebut. Mencermati Seiring dengan persaingan yang
kenyataan tersebut, peran manajemen semakin tajam karena perubahan teknologi

68 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 5, No.1, Juni 2011

yang cepat dan lingkungan yang dinamis pada pemimpin puncak. Oleh sebab itu, organisasi
setiap dimensi kehidupan manusia, maka dituntut untuk melakukan pengembangan
organisasi membutuhkan SDM yang mem- berkesinambungan terhadap kuantitas dan
punyai kompetensi agar dapat memberikan kualitas pengetahuan SDM-nya melalui
pelayanan yang prima. Dengan demikian, berbagai pelatihan atau merangsang SDM-nya
sebuah organisasi tidak hanya mampu agar learning by doing dalam sebuah semangat
memberikan pelayanan yang memuaskan yang termaktub dalam learning organization.
(customer satisfaction), tetapi juga berorientasi Membangun SDM yang didasari oleh kapasitas
pada nilai (customer value), sehingga organisasi organisasi untuk mempertahankan kemampuan
tidak semata-mata mengejar pencapaian SDM-nya merupakan langkah awal dalam
produktivitas kerja yang tinggi tetapi lebih pada penciptaan asset SDM yang strategis. Namun
kinerja dalam proses pencapaiannya. Kinerja langkah awal tersebut bergantung pada proses
individu dalam setiap kegiatan merupakan untuk mencetak SDM yang berkompeten serta
kunci pencapaian produktivitas. Karena, kinerja kemampuan organisasi untuk meningkatkan
adalah suatu hasil di mana SDM dan sumber nilai tambah individu-individu di dalamnya.
daya lain yang ada di dalam organisasi secara Dalam hal ini, penerapan manajemen SDM
bersama-sama membawa hasil akhir yang berbasis kempetensi memberikan kontribusi
didasarkan pada tingkat kualitas dan standar signifikan bagi organisasi.
yang ditetapkan. Konsekuensinya, organisasi Saat ini sudah banyak organisasi
memerlukan SDM yang memiliki keahlian dan yang telah mulai menggunakan model-model
kemampuan yang “unik” sesuai dengan visi kompetensi (competency models) untuk
dan misi organisasi. membantu mereka mengenali pengetahuan,
Dalam hal ini, kompetensi SDM keterampilan, dan karakteristik pribadi yang
memiliki peran yang sangat menentukan sangat penting, yang dibutuhkan seseorang
dalam upaya mengubah dan meningkatkan untuk mencapai kinerja yang tinggi. Salah satu
kinerja organisasi. Manajemen SDM berbasis strategi untuk melakukan perubahan organisasi
kompetensi dilakukan agar dapat memberikan adalah melalui pribadi yang sangat penting,
hasil yang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang dibutuhkan seseorang untuk mencapai
organisasi dengan standar kinerja yang telah kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, salah satu
ditetapkan. Kompetensi menyangkut ke- strategi untuk melakukan perubahan organisasi
wenangan setiap individu untuk melakukan adalah melalui rekayasa faktor SDM. Makin
tugas atau mengambil keputusan sesuai dirasa pentingnya SDM dalam menciptakan
dengan perannya dalam organisasi yang daya saing yang langgeng disebabkan faktor
relevan dengan keahlian, pengetahuan, dan manusia selalu dapat bertahan dalam bentuk
kemampuan yang dimiliki. Kompetensi yang situasi persaingan apapun. Karena manusia
dimiliki pegawai secara individual harus mampu memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan
mendukung pelaksanaan strategi organisasi berkembang serta mampu menciptakan nilai
dan setiap perubahan yang dilakukan oleh produk atau jasa yang dihasilkan. Untuk itu,
manajemen. setiap organisasi harus mampu merespons
Pentingnya kontribusi SDM sebagai perubahan yang terjadi dengan melakukan
salah satu pilar utama pendukung kesuksesan berbagai inovasi, sehingga organisasi tersebut
organisasi harus sejak dini disadari oleh memiliki SDM yang memiliki kompetensi tinggi

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 69


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 5, No.1, Juni 2011

sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam mengubah strateginya dari yang semula
pekerjaannya. sekedar bereaksi terhadap perubahan dari
luar menjadi lebih fokus dan proaktif pada
pengembangan kekuatan sumber daya
PERUBAHAN PARADIGMA MANAJEMEN internal sehingga mampu ber-adaptasi
SDM dengan perubahan.
2. Perbedaan yang terjadi antara organisasi
Peningkatan profesionalisme yang memiliki kinerja yang sangat baik
SDM aparatur Indonesia selalu menjadi dengan organisasi yang berkinerja
fokus perhatian para pengambil kebijakan. kurang baik, merupakan hasil dari fokus
Berbagai tuntutan perkembangan lingkungan pada “bagaimana” hasil kerja tersebut
strategis baik internal maupun eksternal dicapai, tidak hanya pada “apa” yang akan
selalu menekankan pentingnya peningkatan dicapai. Jadi, sementara pengetahuan
profesionalisme SDM aparatur secara signifikan dan keahlian tetap merupakan komponen
agar birokrasi pemerintah mampu mengiringi yang sangat relevan dari kemampuan
kecepatan perubahan strategis dan global. pegawai, organisasi-organisasi yang
Ketertinggalan Indonesia dalam berbagai berkinerja sangat baik mempersepsikan
dimensi kehidupan boleh jadi dipengaruhi bahwa kompetensi perilaku (nilai-nilai,
oleh kekurangmampuan SDM aparatur di motif, dan karakteristik perilaku) yang
sektor publik ini. Pertanyaannya adalah, disebut oleh Spencer (1993) sebagai ”soft
mengapa terjadi begitu besar minat organisasi competencies” yang membuat adanya
pada penerapan kompetensi pada praktik perbedaan dalam kinerja sehari-hari dan
manajemen SDM di banyak organisasi swasta dalam mencapai hasil yang diharapkan.
maupun publik. Dewasa ini pendorong paling Aplikasi pendekatan pengelolaan
penting dari kesuksesan organisasi adalah kinerja pegawai berdasarka pada “apa” dan
peningkatan kinerja untuk mencapai hasil yang juga sekaligus “bagaimana” inilah yang saat
berkualitas tinggi dan keunggulan kompetitif. ini diistilahkan dengan terminologi “manajemen
Oleh karena itu, organisasi kemudian mulai SDM berbasis kompetensi” (competency-
menyadari dua hal berikut (Gunawan: 2006). based human resources management).
1. Orang-orang yang ada di dalam organisasi Manajemen SDM berbasis kompetensi dapat
adalah aset organisasi yang paling penting, didefinisikan sebagai suatu proses peren-
dan bagaimana organisasi mengelola canaan, pengorganisasian, pelaksanaan
orang-orang tersebut akan memiliki dampak dan pengendalian aktivitas tenaga kerja
yang langsung terhadap kinerja organisasi. mulai rekrutmen sampai dengan pensiun
Jika organisasi mengembangkan tenaga di mana proses pengambilan keputusan-
kerja yang memiliki kemampuan, keputusan organisasi didasarkan pada
fleksibilitas dan motivasi, maka organisasi informasi kebutuhan kompetensi jabatan dan
akan lebih memiliki kontrol terhadap kom-petensi individu untuk mencapai tujuan
kemampuan mereka mencapai hasil dan organisasi (Siswanto, 2003). Dengan demikian,
tujuan organisasi dalam lingkungan yang manajemen SDM berbasis kompetensi adalah
selalu berubah dewasa ini. Pemikiran aplikasi dari seperangkat kompetensi yang
seperti ini telah membuat banyak organisasi didesain oleh organisasi (manajer SDM) untuk

70 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 5, No.1, Juni 2011

mencapai kesuksesan kinerja dan hasil yang akan sangat mempengaruhi keberhasilan/
relevan terhadap strategi organisasi. Ini berarti efektivitas penyelesaian tugas/pekerjaan yang
mengidentifikasi bagaimana kinerja berkaitan dibebankan dalam jabatan tersebut.
dengan hasil organisasi dan memetakan strategi Manajemen SDM berbasis kom-
untuk menerapkannya ke seluruh pegawai petensi akan memfasilitasi pengembangan
yang ada dalam organisasi. Hal ini juga berarti melalui penyediaan alat yang mampu
memberikan kepada pegawai suatu pendekatan menangani dan mencakup (Gunawan, 2006).
yang sistematik dalam mengembangkan dan  Apa yang harus dimiliki untuk melakukan
menggunakan kemampuan yang dimilikinya suatu pekerjaan.
dengan sepenuhnya. Singkat kata, bahwa  Apa yang dibawa oleh seseorang ke dalam
salah satu metode andal yang pada saat ini pekerjaan.
banyak digunakan oleh berbagai organisasi,  Bagaimana kesenjangan yang ada dalam
adalah melalui pendekatan manajemen SDM kebutuhan pembelajaran dan pengem-
berbasis kompetensi. bangan.
Konsep manajemen SDM berbasis  Apa aktivitas yang harus dilakukan untuk
kompetensi menawarkan pendekatan menutup kesenjangan tersebut.
baru yang dapat menerjemahkan tuntutan Melihat kondisi di atas, maka peran
kebutuhan kompetensi organisasi ke dalam dari fungsi SDM dalam organisasi mengalami
kebutuhan jabatan dan kebutuhan kompetensi banyak pergeseran ke arah yang lebih strategik
individu (Siswanto, 2003). Selain itu, dengan dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran
pen-dekatan ini banyak fungsi manajemen organisasi. Fungsi SDM diposisikan sebagai
SDM yang semula sulit dilakukan menjadi mitra strategik bagi pimpinan organisasi dalam
lebih mudah dan praktis, seperti: analisis mengupayakan agar seluruh komponen dan
kebutuhan pelatihan, rencana karier pegawai, sumber daya organisasi dapat memberikan
penge-lompokkan jabatan, dan sebagainya, kontribusi dan kinerja terbaik agar tujuan dan
yang kesemuanya disusun berdasarkan sasaran organisasi dapat dicapai.
tingkat kebutuhan kompetensi. Manajemen
SDM berbasis kompetensi merupakan salah
satu model yang dapat memberikan hasil KONSEP DAN UNSUR UTAMA KOMPETENSI
yang sesuai dengan tujuan dan sasaran
pengembangan SDM dan organisasi berbasis Jika kita mendengar kata kompetensi,
standar kinerja yang telah ditetapkan. Model ini maka akan banyak sekali penafsiran yang
lebih spesifik, fleksibel, mempunyai relevansi berbeda mengenai maksud dan makna kata
dengan tugas dan pekerjaan, lebih bermutu dan tersebut. Sebagai contoh, mungkin kita pernah
memerlukan wakktu yang relatif singkat. Jadi, mendengar kalimat seperti: “karena jabatan
manajemen SDM berbasis kompetensi adalah saudara, saya pikir saudaralah yang paling
pengelolaan SDM, di mana seluruh proses berkompeten dalam menjawab pertanyaan
manajemen SDM, khususnya penempatan itu”, atau mungkin kalimat lain, seperti:
individu pada suatu jabatan didasarkan “orang tersebut ternyata tidak kompeten
pada informasi kebutuhan kompetesi suatu dalam menjelaskan masalah SDM organisasi
jabatan, yang sebelumnya telah dianalisis sehingga masih ada beberapa hal yang masih
dan diukur aspek-aspek yang kemungkinan membingungkan”. Kedua ucapan di atas

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 71


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 5, No.1, Juni 2011

sama-sama menggunakan kata kompeten dasar seseorang (individu) dan berkaitan


untuk menjelaskan hal yang ternyata berbeda. dengan efektivitas kinerja dalam pekerjaannya.
Kalimat pertama, kompeten dapat diartikan Definisi kompetensi di atas mengandung tiga
sebagai orang yang berhak atau orang hal. Pertama, kompetensi merupakan bagian
yang tepat karena posisi/jabatannya dalam kepribadian yang mendalam dan melekat
menjawab permasalahan, sedangkan pada kepada seseorang serta perilaku yang dapat
contoh kalimat kedua, kompeten lebih tepat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas
diartikan sebagai kemampuan seseorang pekerjaan. Kedua, bahwa kompetensi adalah
dalam menjelaskan suatu permasalahan. sesuatu yang menyebabkan atau mem-prediksi
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, perilaku dan kinerja. Dan ketiga, bahwa
apakah arti kompetensi dalam kaitan dengan kompetensi sebenarnya memprediksi siapa
manajemen SDM berbasis kompetensi, yang berkinerja baik dan kurang baik, diukur
sebagaimana tema dalam tulisan ini? dari kriteria atau standar yang digunakan.
Kompetensi memiliki banyak Pengertian di atas menunjukkan
pengertian, yang masing-masing menyoroti banyak ragam tentang pengertian kompetensi.
aspek dan penekanan yang berbeda-beda. Namun, pada dasarnya terjadi semacam
Pengertian kompetensi yang diajukan oleh “konvensi” atau kesepakatan umum, bahwa
masing-masing ahli banyak didasarkan pada kompetensi mengandung tiga elemen/unsur
hasil penelitian dan atau pengamatan. Secara pokok, yaitu: pengetahuan (knowledge),
sederhana, kompetensi diartikan sebagai berada pada tataran cognitive domain;
kemampuan manusia yang ditemukan dari keterampilan/keahlian (skill), berada pada
praktik dunia nyata dan dapat digunakan tataran psychomotoric domain; dan sikap
untuk membedakan antara mereka yang (attitude) atau kualitas pribadi (personal quality/
sukses/unggul (superior) dengan mereka personal attributes), berada di wilayah affective
yang biasa-biasa saja di tempat kerja. Menurut domain. Dengan demikian, kompetensi
Kamus Kompetendi LOMA (Lasmadi, 2002), dapat diartikan sebagai tingkat pengetahuan,
kompetensi didefinisikan sebagai aspek- keterampilan, dan sikap (tingkah laku) yang
aspek pribadi dari seorang pekerja yang harus dimiliki oleh seseorang agar efektif dalam
memungkinkan dia untuk mencapai kinerja melaksanakan tugas/pekerjaannya. Ketiga
yang superior. Aspek-aspek pribadi ini unsur kompetensi tersebut secara langsung
termasuk sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, mempengaruhi perilaku (behavior) seseorang
pengetahuan, dan keterampilan. Pengertian (pegawai) dan pelaksanaan suatu tugas.
kompetensi yang sekarang banyak dianut oleh Pemilikan kompetensi oleh seorang individu
para praktisi manajemen SDM dikemukakan diasumsikan akan memberikan kontribusi
oleh Leyle M. Spencer Jr. dan Signe M. besar pada peningkatan kinerja individu, dan
Spencer dari kelompok konsultan terkenal selanjutnya peningkatan kinerja organisasi.
Hay dan MacBer (1993). Menurut mereka Secara jelas, kontribusi tiga unsur
berdua, kompetensi adalah “an underlying kompetensi di atas dapat dilihat melalui contoh
characteristic’s of an individual that is casually “Seorang Petani yang Sukses” berikut ini. Untuk
related to criterion-referenced effective and/ mencapai kesuksesannya, petani tersebut
or superior performance in a job or situation”. perlu memiliki pengetahuan mengenai aspek-
Kompetensi diartikan sebagai karakteristik aspek pertanian, seperti: jenis tanah, peredaran

72 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 5, No.1, Juni 2011

musim, jenis benih yang baik, berbagai penyakit


tanaman dan cara mencegahnya. Di samping Dari beberapa literatur disebutkan
itu, petani tersebut juga memerlukan berbagai bahwa kompetensi dapat diklasifikasikan
keterampilan, seperti: menggunakan traktor, dari berbagai sudut pandang yang berbeda
memasang sistem pengairan, penyiraman, (Spencer & Spencer, 1993). Pada awalnya,
dan penyem-protan serangga. Selain itu, sikap kompetensi diklasifikasikan menjadi kompetensi
pribadi yang diperlukan, seperti: kesabaran teknikal dan manajerial. Semakin tinggi tingkat
untuk menunggu panen hasil pertaniannya, manajerial suatu jabatan, akan membutuhkan
berdisiplin agar tanamannya dapat dijaga tingkat kompetensi manajerial yang semakin
dengan rapi, mempunyai sense of urgency agar tinggi dan tingkat kompetensi teknikal yang
hasil dapat dipanen tepat waktu, dan sikap lain semakin rendah, begitu juga sebaliknya.
yang diperlukan agar mereka sukses menjadi Dalam perkembangannya, ternyata dikotomi
seorang petani. kompetensi teknikal dan manajerial ini terlalu
Walaupun demikian, penting untuk disederhanakan, karena seolah-olah tidak ada
diketahui bahwa tingkat pengetahuan, bidaNg lain yang juga penting untuk efektivitas
keterampilan, dan sikap pribadi antara petani operasional organisasi.
yang satu dengan yang lainnya tidak selalu Selanjutnya, kompetensi lebih
sama. Karena dalam komunitas (industri) diperluas dan bersifat umum berdasarkan
pertanian, terdapat berbagai peringkat petani. substansinya, yaitu dibagi menjadi dua
Contohnya, ada petani yang hanya bertani kelompok besar, “kompetensi umum” (generic
di sekitar pekarangan rumah sebagai suatu competencies atau soft competencies) dan
kesenangan, ada petani kecil yang bertindak “kompetensi bidang” (hard competencies).
lebih sebagai usahawan, dan ada juga Kompetensi dapat pula diklasifikasikan
petani yang menjalankan kegiatan bertani menurut tingkat kompetensi dan efek
secara berladang. Oleh karena itu, tingkat tingkat kinerja yang ditimbulkannya. Dalam
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kualitas klasifikasi ini, kompetensi dibedakan menjadi
pribadi yang diperlukan bagi setiap petani “kompetensi minimum/kompetensi ambang”
akan berbeda. Dan “kepiawaian” ini harus (threshold competencies) dan “kompetensi
ditetapkan secara jelas, jika sekiranya kinerja pembeda kinerja superior dengan yang biasa/
yang diinginkan handak diukur. Misalnya, rata-rata” (differentiating competencies).
pengetahuan yang diperlukan oleh seorang Kompetensi minimum menunjuk pada tingkat
petani kelapa sawit yang bertindak sebagai kompetensi yang dibutuhkan seseorang dalam
pengusaha industri pertanian, hendaknya pekerjaannya agar efektif, namun belum tentu
mencakup pasar luar negeri, pertukaran mata mengakibatkan seseorang memiliki kinerja
uang asing, dan sebagainya. Begitu juga superior atau di atas rata-rata. Sedangkan
dengan tingkat keterampilan yang diperlukan differentiating competencies, merupakan
harus mencakup hal-hal yang berkaitan dengan tingkat kompetensi yang dapat membedakan
perdagangan luar megeri dan keterampilan kinerja (perfomansi) superior di atas rata-rata.
membangun jaringan pasar internasional. Selain itu di tingkat organisasi,
kompetensi dapat pula dikalsifikasikan
menurut perannya dalam pencapaian visi, misi,
KOMPETENSI DAN KINERJA SDM strategi dan budaya organisasi. Dalam hal ini,

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 73


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 5, No.1, Juni 2011

kompetensi dibedakan menjadi “kompetensi istilah pakar mana-jemen, dalam lingkup


inti” (core competencies) dan “kompetensi organisasi pemerintah saat ini mengalami
pendukung” (supporting competencies). apa yang disebut dengan understaffed and
Kompetensi ini diperlukan untuk mendukung overstaffed management. Artinya, di satu sisi
pencapaian visi, misi, strategi dan budaya mengalami kelebihan pegawai yang tidak
organisasi. Kompetensi inti memiliki kontribusi dibutuhkan oleh organisasi, tetapi di sisi lain
dan keterkaitan yang jelas dengan visi, justru kekurangan pegawai yang memiliki
misi, strategi dan budaya organisasi. Pada kemampuan sesuai dengan kebutuhan
umumnya, kompetensi inti merupakan organisasi.
kompetensi wajib yang harus dimiliki oleh Kondisi di atas antara lain akibat dari
seluruh komunitas organisasi, karena diyakini proses manajemen SDM aparatur selama
memberikan nilai tambah dan kemampuan ini yang mengabaikan kompetensi sebagai
bersaing organisasi. Misalnya, jika suatu faktor penentu keberhasilan organisasi. Sudah
organisasi pemerintah memiliki visi untuk menjadi rahasia umum bahwa kerap dijumpai
“mengutamakan pelayanan masyarakat”, maka adanya instansi pemerintah yang memiliki
kompetensi inti yang wajib dimiliki oleh seluruh SDM yang berasal dari berbagai macam
anggota organisasi pemerintah tersebut dapat sumber “titipan” yang seringkali merepotkan,
berupa kompetensi “customer orientation”, karena tidak didukung oleh kemampuan
kompetensi yang berorientasi pada pelayanan. yang dimiliki. Atau, bisa juga disebabkan oleh
Sedangkan kompetensi pendukung, umumnya tuntutan perkembangan lingkungan yang tidak
diperlukan oleh bagian atau unit organisasi didukung oleh perkembangan kompetensi
dalam menjaga kelancaran dan efektivitas yang dihasilkan oleh institusi pendidikan,
operasional organisasi. Kompetensi pendukung sehingga selalu ada kesenjangan antara yang
biasanya lebih spesifik sesuai dengan bidang dihasilkan dengan yang diharapkan. Untuk
atau bagian organisasi. itu, organisasi mau tidak mau harus berupaya
Sebagai organisasi publik, instansi untuk membangun kompetensi aparaturnya.
pemerintah hidup dalam lingkungan Meminjam pendapat seorang konsultan
yang secara terus menerus berubah dan MSDM, bahwa perbaikan atau peningkatan
mempengaruhi kelangsungan hidupnya. Untuk kinerja SDM dalam suatu organisasi pada
itu, organisasi ini harus senantiasa melakukan dasarnya dapat dilakukan dengan dua jenis
upaya-upaya yang dapat memperkokoh intervensi (Baso, 2003). Pertama, intervensi
keberadaaannya dalam lingkungan yang melalui perbaikan sistem dan lingkungan
selalu bergerak dinamis. Salah satu upaya kerja, yang kedua, adalah intervensi melalui
yang dapat dilakukan adalah dengan selalu pendidikan, pelatihan, dan pengembangan
memberikan nilai tambah (value added) bagi yang ditujukan pada perbaikan kinerja karena
lingkungan masyarakat melalui pemberian kurangnya kemampuan atau kompetensi yang
berbagai macam output pelayanan. Upaya ini rendah. Dari uraian singkat ini jelas bahwa
hanya dapat dilakukan jika organisasi memiliki kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai
SDM yang berkompeten. Permasalahannya, merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
SDM organisasi peme-rintah yang ada tidak kinerja seseorang dalam suatu organisasi.
selalu sesuai dengan apa yang dituntut untuk
keberhasilan sebuah pekerjaan. Meminjam

74 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 5, No.1, Juni 2011

MANAJEMEN SDM APARATUR BERBASIS organisasi, baik yang merupakan kompetensi


KOMPETENSI inti (core competencies) maupun kompetensi
pendukung (supporting competencies). Kedua,
Dalam manajemen SDM berbasis pengorganisasian kompetensi SDM. Setelah
kompetensi, keputusan dan aktivitas yang peta kompetensi diketahui, organisasi harus
dilaksanakan selalu mengacu kepada melakukan pengelompokan atas kompetensi
kebutuhan kompetensi jabatan dan kom- tersebut. Upaya pengelompokan ini bisa
petensi individu yang terukur dan dapat dilakukan melalui penentuan bidang-bidang
teramati validitasnya berdasarkan seseorang kompetensi inti yang merupakan tonggak
yang bekerja dalam suatu organisasi. Dengan organisasi, maupun bidang kompetensi
mengacu pada kebutuhan kompetensi jabatan pendukung. Tentunya, hal ini akan berlainan
dan kompetensi individu dapat dibangun suatu untuk organisasi yang berbeda. Melalui
sistem informasi manajemen SDM berbasis pengorganisasian ini, organisasi akan
kompetensi yang terintegrasi (integrated lebih mudah dalam upaya pengembangan
competencies based human resource kompetensi yang lebih jauh.
management information system). Sistem ini Ketiga, pengembangan kompetensi.
merupakan database yang dibagi berdasarkan Upaya ini dimulai dengan penilaian terhadpa
fungsi manajemen SDM secara terpadu. kompetensi yang saat ini sudah dimiliki oelh
Informasi yang dihasilkan selalu mengacu SDM yang ada. Kemudian dibandingkan dengan
pada data kebutuhan kompetensi jabatan dan peta kompetensi yang telah disusun, sehingga
kompetensi individu (HRI Indonesia, www. dapat diketahui gap antara kompetensi yang
Asb.co.id). seharusnya dimiliki dan yang diharapkan.
Berangkat dari pemikiran tersebut, Berangkat dari kondisi ini, selanjutnya organisasi
maka pembicaraan mengenai pengelolaan melakukan berbagai upaya pembangunan dan
kompetensi SDM aparatur harus terlebih pengembangan kompetensi SDM, sehingga
dahulu mencari tahu bagaimana kompetensi peta kompetensi tadi dapat terisi dengan baik.
SDM organisasi dikelola, mulai tahap Keempat, organisasi melakukan evaluasi
perencanaan, pengorganisasian sampai terhadap kompetensi yang sudah dibangun
dengan mengevaluasinya (Talim, 2002). dan dikembangkan tadi, untuk mengetahui
Pertama, merencanakan kompetensi sampai sejauh mana upaya yang dilakukan
SDM. Artinya, organisasi harus berpijak dari telah mencapai sasaran peta kompetensi
visi dan misi organisasi (instansi), kemudian yang telah disusun. Upaya evaluasi ini harus
diterjemahkan ke dalam strategi fungsional senantiasa memperhatikan perkembangan
yang ada. Dengan kata lain, visi dan misi situasi yang ada, sehingga apabila diperlukan
organisasi diterjemahkan ke dalam strategi organisasi harus juga melakukan berbagai
pengelolaan SDM aparaturnya, yang kemudian penyesuaian baik terhadap peta kompetensi
diterjemahkan menjadi tuntutan kompetensi maupun pengembangan kompetensi aparatur
SDM yang harus dimiliki. Selanjutnya, yang telah disusun.
kompetensi SDM ini harus dipetakan Pertanyaannya sekarang adalah,
agar lebih mudah dalam pengelolaannya. bagaimana organisasi dapat melakukan
Pemetaan kompetensi ini akan merupakan pengelolaan SDM berbasis kompetensi?
rancangan kompetensi yang mau dibangun Pada dasarnya, manajemen SDM berbasis

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 75


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 5, No.1, Juni 2011

kompetensi merupakan salah satu konsep segala upaya organisasi dalam aktivitas SDM-
manajemen SDM yang mengaitkan aktivitas nya mengacu pada kompetensi SDM yang
SDM dalam organisasi dengan kompetensi hendak dibangun oleh organisasi.
inti/dasar yang mau diunggulkan. Seperti Manajemen SDM berbasis kom-
telah dijelaskan sebelumnya bahwa langkah petensi memandang hasil kerja yang diharapkan
awal yang perlu dilakukan oleh organisasi dan peran atau persyaratan kerja organisasi
pemerintah adalah mengidentifikasi visi dan dari sudut pandang orang dibandingkan
misi yang hendak dicapai. Dengan begitu, dengan sudut pandang pekerjaan. Pendekatan
akan diketahui ke arah mana yang akan dituju, ini yang membuat kompetensi menjadi fondasi
strategi apa yang mau dikembangkan, barulah dari seluruh fungsi manajemen SDM ini, di
kemudian, oragnisasi menyususn rancangan/ mana kompetensi menggerakkan sistem
model kompetensi (dalam bentuk peta rekrutmen, seleksi, penempatan, orientasi,
kompetensi) seperti apa yang mau dibangun promosi, pelatihan, manajemen kinerja, dan
untuk mencapai visi dan misi tersebut. peng-hargaan. Kinerja yang luar biasa tidak
Misalnya, Badan Kepegawaian hanya sekedar berhasil, tetapi lebih pada
Negara (BKN) ingin menjadikan diri sebagai tujuan utama dari organisasi untuk menerapkan
institusi yang handal dalam manajemen sistem manajemen SDM berbasis kom-
aparatur, khususnya Pegawai Negeri Sipil petensi. Sederhanya, kompetensi yang hendak
(PNS), maka sebagai organisasi pemerintah, dibangun oleh BKN mestinya hanya dalam dua
BKN akan terus-menerus mengembangkan area, yaitu kompetensi jabatan dan kompetensi
kompetensi SDM-nya di bidang manajemen individu. Kompetensi dalam konteks jabatan
aparatur, mulai rekrutmen pegawai, haruslah berarti kompetensi yang dipersyaratkan
dicari mereka yang memiliki pengetahuan, oleh suatu jabatan. Ini yang biasa dikenal
keterampilan, atau keahlian di bidang MSDM. dengan sebutan standar kompetensi jabatan.
Begitu pula dengan berbagai kajian dan Sementara kompetensi dalam konteks individu
penelitian-penelitian MSDM difokuskan pada artinya kompetensi yang dimiliki oleh setiap
bidang aparatur, dan seterusnya. individu pegawai. Keduanya dibandingkan
Berdasarkan peta kompetensi dan (dinilai), seberapa jauh kesesuaian antara
upaya pengembangan kompetensi SDM-nya, kompetensi yang dipersyaratkan oleh suatu
selanjutnya BKN sebagai organisasi pemerintah jabatan dengan kompetensi yang dimiliki setiap
haruslah menggunakan peta yang telah disusun individu pegawai.
tadi sebagai dasar dalam berbagai keputusan Jika diterapkan dengan baik,
SDM-nya. Mulai pelaksanaan pengadaan manajemen SDM berbasis kompetensi
SDM-nya, dalam penentuan persyaratan, dan mempunyai potensi untuk mendukung organisasi
prosedur seleksi, maka tuntutan kompetensi mencapai tujuannya dan memberikan nilai bagi
akan dijadikan dasar. Program-pragoram organisasi. Pritchard tahun 1977 (Gunawan,
sosialisasi, pelatihan, dan pengembangan 2006) menunjukkan bahwa kompetensi
SDM dilakukan dalam rangka pembangunan merupakan cara mengintegrasikan strategi
kompetensi SDM. Penentuan arah karier, SDM dengan strategi organisasi, sehingga
pengelolaan kinerja, dan kompensasi yang menambah nilai kinerja bagi organisasi.
diberikan juga berdasarkan pada kompetensi Selain itu, kompetensi memberdayakan
SDM yang dimilikinya. Dengan demikian, setiap individu dan tim, serta membebaskan

76 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 5, No.1, Juni 2011

manajemen dari proses-proses SDM yang merupakan perhatian utama dari pengguna
kompleks. Cooper, Lawrence, Kierstead, sistem SDM. Langkah keempat, adalah
Lynch, dan Luce (Gunawan, 2006) mencatat menyelaraskan tujuan organisasi dengan
beberapa hal positif yang dihasilkan dari model kebutuhan pengguna sistem SDM, serta
manajemen SDM berbasis kompetensi yag menetapkan sasaran dari penerapan sistem
baik, yaitu: mengaitan kompetensi individu berbasis kompetensi. Langkah kelima, adalah
secara langsung pada strategi dan tujuan mengembangkan rencana manajemen proyek
organisasi, mengembangkan profil posisi dan untuk mengelola dan memandu proses
peran, serta mencocokan individu pada tugas implementasi jangka panjang. Langkah
dan tanggung jawab tertentu, meningkatkan keenam, adalah melaksanakan rencana
kemampuan untuk memonitor dan mem- manajemen proyek. Langkah terakhir adalah
perbaiki secara berkelanjutan profil kompetensi, melakukan evaluasi periodik untuk melihat
dan mendukung organisasi dalam menerapkan perkembangan implementasi.
sistem SDM yang lebih baik. Selanjutnya Lucia Manajemen SDM berbasis kom-
dan Lepsinger (1999) menyebutkan beberapa petensi ini menjadi efektif pada saat kompetensi
manfaat yang dirasakan dalam penerapan dikaitkan secara konsisten dengan proses
model kompetensi, yaitu: memberikan klarifikasi perencanaan strategik dan standar-standar
baik untuk pekerjaan maupun ekspektasi kerja, kinerja organisasi yang terukur. Dalam banyak
membantu menciptakan praktik rekrutmen proses perencanaan di lingkungAn organisasi
yang efektif, meningkatkan produktivitas, publik saat ini, ada banyak pemikiran bahwa
men-ciptakan proses ynag efektif untuk penerapan kompetensi sebagai basis sistem
sistem penilaian dan umpan balik 360 derajat, manajemen SDM dapat meningkatkan
menyediakan alat untuk membantu organisasi kualitas dan kinerja dari para aparatur dalam
menghadapi lingkungan yang berubah cepat, melakukan pelayanan publiK, dan searah
serta menyelaraskan perilaku dengan nilai-nilai dengan tantangan eksternal yang dihadapi
dan strategi organisasi. yang menuntut transparansi, meritokrasi, dan
kinerja layanan yang tinggi. Semoga.

CATATAN PENUTUP

Secara sistematis, penerapan REFERENSI


manajemen SDM berbasis kompetensi dalam
menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan Anntoinette D. Lucia, Richard Lepsinger, 1999,
yang muncul pada orgsanisasi di sektor The Art and Science of Competency
publik adalah dengan mengembangkan Models: Pinpointing Critical Success
rencana implementasi seperti yang disarankan Factor in Organizations, Jossey-
oleh Dubois dan Rothwell (2004). Langkah Bass/Pfeiffer, A wiley Company, San
pertama, adalah mengidentifikasi tujuan Francisco.
organisasi dan kebutuhan pengguna sistem Dharma Surya, Pengembangan SDM Berbasis
SDM. Langkah kedua, adalah melakukan Kompetensi, Usahawan, Nomor 01
pemotretan dan analisis lingkungan. Langkah Tahun XXXI, Januari 2002.
ketiga, adalah mengidentifikasi area-area yang Dubois, David D., 1993, Competency-Based

Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN 77


Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 5, No.1, Juni 2011

Performance Improvement: A Strategy


for Organizational Change, HRD
Press, Inc., Unites States.
Gunawan, Budi, 2006, Membangun
Kompetensi Polri: Sebuah Model
Penerapan Manajemen SDM Berbasis
Kompetensi, Yayasan Pengembangan
Kajian Ilmu Kepolisian, Jakarta.
Lasmadi, Arbono, Peran baru Bagi Fungsi SDM
dan Para Paraktisinya, 2002, (www.e-
psikologi.com).
Siswanto, Joko, Implementasi Manajemen
Sumber Daya Manusia Berbasis
Kompetensi, makalah disampaikan
dalam Lokakarya Pengukuran
Kompetensi Individu, Departemen
Kehuatanan, Jakarta, 2003.
Spencer, Lyle M., Signe M. Spencer, 1993,
Competence at Work: Models for
Superior Performance, John Wiley and
Sons, Inc., New York.

78 Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian BKN

Anda mungkin juga menyukai