Anda di halaman 1dari 8

TUGAS III

BIMBINGAN DAN KONSELING KELOMPOK

RESUME:
DINAMIKA KELOMPOK

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Nurfarhanah, S.Pd.,M.Pd. Kons

NAMA : AMINAH DAULAY


NIM :19006006

BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
PETA KONSEP
a. Pengertian dinamika kelompok
Dinamika merupakan suatu pola atau proses pertumbuhan, perubahan atau
perkembangan dari suatu bidang tertentu, atau suatu sistem ikatan yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi antara unsur yang satu dengan yang lain,
karena adanya pertalian yang langsung diantara unsur-unsur tersebut. Pengertian
dinamika ini lebih menekankan pada gerakan yang timbul dari dalam dirinya sendiri,
artinya sumber geraknya berasal dari dalam kelompok itu sendiri, bukan dari luar
kelompok (Luft, 1991).
Kelompok menurut (Adair, 1987) adalah suatu kumpulan yang terdiri dari dua
orang atau lebih, dapat dikatakan sebagai sebuah kelompok apabila memenuhi
kualifikasi sebagai berikut:
(1) Keanggotaan yang jelas, teridentifikasi melalui nama atau identitas lainnya.
(2) Adanya kesadaran kelompok, dimana semua anggotanya merasa bahwa mereka
merupakan sebuah kelompok dan ada orang lain di luar mereka, serta memiliki
kesatuan persepsi tentang kelompok.
(3) Suatu perasaan mengenai adanya kesamaan tujuan atau sasaran atau gagasan.
(4) Saling ketergantungan dalam upaya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan, artinya
setiap anggota saling memerlukan pertolongan anggota lainya untuk mencapai tujuan-
tujuan yang membuat mereka bisa menyatu dalam kelompok.
(5) Terjadinya interaksi, dimana setiap anggota saling mengkomunikasikan,
mempengaruhi dan bereaksi terhadap anggota lain.
(6) Kemampuan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu yang telah disepakati,
artinya kelompok sudah merupakan satu kesatuan organisasi yang tunggal dalam
pencapaian tujuan kelompok.
Hubungan psikologis yang nyata dan dinamika seperti tersebut di atas akan
terjadi dan tercapai dengan sendirinya orang-orang yang ada di dalam kelompok
tersebut bergaul secara intensif dalam kurun waktu yang cukup lama, puluhan bahkan
ratusan tahun, seperti yang terjadi dalam kehidupan masyarakat yang sesungguhnya.
Selama kurun waktu yang panjang tersebut selalu terjadi proses storming (pancaroba)
dalam bentuk konflik-konflik dan kerjasama antar individu atau kelompok warga
dengan individu atau kelompok warga lainnya, sampai suatu saat tertentu mereka
menemukan satu kesatuan nilai dan norma yang dipahami dan disepakati bersama,
sehingga terbentuklah sebuah kelompok masyarakat yang bersifat permanen dengan
tradisi budaya yang khas.
Dinamika kelompok: Suatu metoda dan proses yang bertujuan meningkatkan
nilai-nilai kerjasama kelompok. Artinya metoda dan proses dinamika kelompok ini
berusaha menumbuhkan dan membangun kelompok, yang semula terdiri dari
kumpulan individu-individu yang belum saling mengenal satu sama lain, menjadi satu
kesatuan kelompok dengan satu tujuan, satu norma dan satu cara pencapaian berusaha
yang disepakati bersama.

b. Peranan dinamika kelompok


Peran kelompok sebagai wahana kerjasama yaitu kelompok dapat berfungsi
sebagai wahana kerjasama diantara sesama anggota, kerjasama dengan kelompok dan
atau pihak lain sehingga produktivitas kelompok dan masing-masing anggota
meningkat. Peran kelompok sebagai unit produksi menggambarkan fungsi kelompok
di dalam mendorong pencapaian skala ekonomi yang efisien. Peran kelompok sebagai
unit usaha adalah fungsi kelompok sebagai satu kesatuan usaha yang dijalankan
sehingga mampu mencari dan memanfaatkan berbagai peluang dan kesempatan
berusaha. (Johnson & Johnson, 1987)

c. Usaha menggerakkan dinamika kelompok


Menggerakkan kelompok pada dasarnya merupakan suatu tugas yang cukup
kompleks. Banyak kita lihat kelompok-kelompok masyarakat yang partisipasinya
cukup tinggi pada awalnya, tetapi lama kelamaan menjadi menurun pada akhirnya
hilang sama sekali. Jelas bahwa dasar dari partisipasi ini adalah adanya motivasi atau
dorongan untuk melakukan tindakan tersebut. Dorongan atau motivasi ini akan timbul
bila kelompok telah menyadari akan perlunya melakukan tindakan tersebut. Goldberg,
A.A., Carl E. Larson (1985) mengemukakan bahwa ada beberapa tahap yang perlu
diperhatikan dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat:
1. Tahap inisiasi atau tahap pendahuluan. Pada tahap ini kelompok masyarakat turut
merencanakan dan memberikan ide-ide yang mendukung suatu perubahan kearah
perbaikan.
2. Tahap legitimasi atau tahap pengesahan. Apa yang disarankan oleh kelompok
masyarakat disyahkan agar dapat dilaksanakan.
3. Tahap implementasi atau tahap pelaksanaan.
Perencanaan yang telah disyahkan mulai dilaksanakan. Motivasi atau
dorongan kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan melalui pendekatan diatas
akan menjadi lebih besar karena sejak dari awal mereka sudah diikutsertakan.
Keikutsertaan kelompok mulai dari fase perencanaan sampai pada fase pelaksanaan
meningkatkan rasa tanggungjawab dan rasa memiliki dari anggota kelompok. Hal ini
menunjukkan bahwa klarifikasi terhadap sasaran atau tujuan sangat penting dalam
memotivasi kelompok. Faktor lain yang penting dalam upaya menggerakkan
kelompok adalah dengan menciptakan keterikatan kelompok (group cohesion). Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan guna meningkatkan keterikatan dalam kelompok
antara lain pembinaan sama yang baik, keberhasilan memenuhi keinginan dari
anggota kelompok, aga keterbukaan dan tingkat kepercayaan sesama anggota
kelompok tetap tinggi. Selain itu upaya menggerakkan kelompok tidak terlepas dari
kemampuan kepemimpinan seseorang (Pareek, Udai. 1984).
Dari berbagai studi dalam bidang bidang manajemen menujukkan bahwa
keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung dan tingkat efektifitas pemimpinnya.
Semakin efektif pemimpinnya semakin tinggi pula tingkat keberhasilan kelompok itu.
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu memotivasi anggota
kelompoknya agar dapat mencapai sasaran atau tujuan yang diharapkan, termasuk
kemampuannya dalam meningkatkan kerja tim yang baik.

d. Pembentukan anggota kelompok


Secara definitif, kelompok adalah dua orang atau lebih yang mempunyai
tujuan yang sama, saling berinteraksi, saling adanya ketergantungan dalam mencapai
tujuan bersama, adanya rasa kebersamaan dan memiliki, mempunyai norma-norma
dan nilai-nilai tertentu. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sejak dari awal
kehidupannya, manusia telah membentuk kelompok yang kemudian menjadi dasar
bagi kehidupan keluarga, perlindungan, pemerintahan, kerja dan lain-lain. Secara
umum ada 3 (tiga) hal yang menunjukkan efektif atau tidaknya suatu kelompok, yaitu
kemampuan kelompok tersebut dalam mencapai tujuannya seoptimal mungkin,
kemampuan kelompok dalam mempertahankan kelompoknya agar tetap serasi, selaras
dan seimbang dan yang ketiga adalah kemampuan kelompok untuk berkembang dan
berubah sehingga dapat terus meningkatkan kinerjanya. Kelompok yang berhasil akan
mempunyai kualitas dan pola interaksi antar anggota yang terintegrasi dengan ketiga
kegiatan ini (Davis & Newstrom, 1989). Tentu dalam hal ini, diharapkan anggota
kelompok benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan kelompok yang efektif
dan kontribusi apa yang perlu diberikan agar kelompoknya dapat menjadi kelompok
yang efektif. Ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan dalam upaya
pembentukan kelompok/tim, yaitu :
1. Adanya ketergantungan yang sifatnya positif (positive interdependency).
2. Keandalan individu (individual accountability).
3. lnteraksi langsung (face-to-face interaction).
4. Ketrampilan kerjasama (collaborative skills).
5. Proses kelompok (group processing).

e. Membuat permainan keakraban

Pengembangan Masyarakat
Salah satu judul permainan yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat
menghubungkan 9 (sembilan) titik dengan 4 (empat) garis lurus Sebahagian besar
masyarakat masih hidup terkurung dalam tradisi yang kuat. Akibatnya dalam
memecahkan permasalahan mereka sangat dipengaruhi oleh adat istiadat dan
kebiasaan yang ada. Mereka kurang kreatif dan kurang berani melawan kebiasaan-
kebiasaan yang kurang menguntungkan.
Tujuan: Perserta menyadari bahwa untk memecahkan masalah, sebagian besar
masyarakat sering kali harus keluar dari lingkungan adat dan kebiasaan yang ada.
Peserta menyadari bahwa tidak semu adat kebiasaan yang ada itu menguntungkan.
Peserta menyadari bahwa untuk memecahkan suatu masalah harus
mempertimbangkannya dari berbagai segi (Shaw, 1971).
Waktu: 20 menit
Bahan: 1 kertas kosong ukurang 1\2 folio saecuipnya untuk peserta .
Kegiatan: Fasilitator memberikan pengantar yang intinya memberikan
penjelasan singkat mengenai kecenderungan manusia merasa bahwa dirinya teriklat
dengan hal-hal yang sudah biasa sehingga kurang berani untuk mencoba hal-hal yang
baru.
Langkah-langkah: Fasilitator memberikan kertas kosong kepada setiap
peserta.Fasilitator memberikan instruksi agar setiap peserta membuat 9 (sembilan)
buah titik pada kertas masing-masing yang posisinya sebagai berikut. Fasilitator
memberikan instruksi agar setiap peserta menghubungkan 9 (sembilan) titik tersebut
dengan 4 (empat) garis lurus tampa boleh mengangkat alat tulis.
DAFTAR PUSTAKA

Adair,J., Effective Team Building, Pan Books, 1987.


Davis & Newstrom, Human Behavior at Work: Organizational Behavior, McGraw-
Hill, 1989.
Goldberg, A.A., Carl E. Larson, Kelompok Komunikasi: Proses-proses diskusi dan
penerapannya (penterjemah : Koesddarini S, Gary R. Yusuf), Edisi I, Cetakan
I, Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta, 1985.
Johnson & Johnson, Joining Together: Group Theory and Group Skills, Third edition,
Prentice Hall. 1987.
Luft, J., Group Processes: An Introduction to Grouup Dynamics, Third edition,
Mayfield Publishing. Maddux, R.B., Pengembangan Tim: Latihan dalam
Kepemimpinan, (alih bahasa: Budi), Binarupa Aksara, 1991.
Pareek, Udai., Perilaku Organisasi : Pedoman Ke Arah Pemahaman Proses
Komunikasi Antar Pribadi dan Motivasi Kerja, Seri Manajemen No. 98, PT
Midas Surya Grafindo, 1984.
Shaw, Group Dynamics, The Psychology of Small Group Behavior, McGraw-Hill,
1971.

Anda mungkin juga menyukai