Anda di halaman 1dari 6

1. Melakukan Studi Kelayakan.

Studi kelayakan ini dimaksudkan untuk melihat kondisi daerah yang akan dijadikan
sebagai lokasi sasaran. Aspek yang perlu mendapat perhatian antara lain :
a. Tingkat penghidupan masyarakat
b. Sarana pendidikan yang ada.
c. Sumber mata pencaharian penduduk
d. Potensi alam dan lingkungannya
e. Kesehatan lingkungan (gizi, kondisi rumah dll.)
f. Tata cara hidup bersama, adat istiadat, kebiasaan dll.
g. Sarana peribadatan dan kegiatan-kegiatan keagamaan.
h. Sifat khas masyarakat yang menonjol.
2. Analisis Studi Kelayakan
Hasil analisis studi kelayakan ini, memberi gambaran situasi atau keadaan lokasi
menurut aspek-aspek yang diteliti. Selanjutnay dapat disusun alternatif-alternatif sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
3. Menetapkan Daerah Pengembangan
Hasil analisis dan alternatif-alternatif yang tersedia, dapatlah ditentukan lokasi
sasaran yang dapat dijadikan sebagai lokasi binaan.
4. Merumuskan Tujuan.
Setelah menetapkan lokasi sasaran, maka perlu merumuskan tujuan yang ingin
dicapai dalam pengembangan program.
5. Menentukan populasi sasaran
Deskripsi yang tepat mengenai populasi sasaran sangat menentukan keberhasilan
pelaksanaan suatu perencanaan.
Ada 3 hal yang perlu mendapat perhatian antara lain :
a. Motivasi, kecenderungan dan minat peserta.
b. Kegairahan dan kemampuan peserta
c. Harapan-harapan dan cita-cita.
6. Mengidentifikasi Kebutuhan Belajar
Kebutuhan belajar sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Yang
berkaitan dengan hal ini:
a. Apa yang ingin diketahui / dipelajari
b. Sumber-sumber belajar yang dapat mendukung kebutuhan belajar masyarakat.
c. Kebutuhan belajar yang belum terungkapkan.
d. Mempertemukan kebutuhan belajar dan sumber belajar.
7. Merencanakan Penyampaian yang Tepat
Ada beberapa bentuk sistem penyampaian yang dapat digunakan dalam
pengembangan program program :
a. Siaran pendidikan melalui radio dan televisi
b. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
c. Sistem Belajar Jarakn Jauh
d. Buku-buku Paket dan rekaman penjelasannya.
e. Ceramah-ceramah regiuler
f. Taman Bacaan Masyarakat
g. Pameraan-pameran Pendidikan.
8. Menetapkan Tugas-Tugas Pengembangan dan Pelaksanaan Kegiatan.
Melalui diskusi bersama-sama dengan para peserta dan tokoh-tokoh masyarakat,
maka dapat ditetapkan :
a. Tempat dan waktu belajar
b. Bahan belajar dan alat-alatnya
c. Cara penyajian bahan
d. Jumlah peserta
e. Nara sumber dll.
9. Membuat laporan hasil rancangan
Setelah mengidentifikasi kebutuhan progran dan semua data terkumpul , maka
dibuatlah laporan sebagai pegangan dalam proses pelaksanaan program yang telah di
tentukan .
10. Mengkomunikasikan hasil rancangan
Setelah selesai membuat rancangan program, maka dilakukanlah rapat untuk
mengkomunikasikan rancangan agar dapat di setujui oleh staf- staf terkait / pelaksana
program . Apakah rancangan telah sesuai dengan kebutuhan untuk pelaksanaan program
atau belum. Jika belum sesuai maka akan dilakukan perbaikan rancangan , dan jika sudah
sesuai maka rancangan akan disepakati bersama . setelah itu dilanjutkan dengan
pelaksanaan program.
11. Evaluasi Program.
Evaluasi yang dimaksudkan disini adalah kegiatan untuk menilai pencapaian tujuan
program sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Disamping itu pula dengan evaluasi
dapat dilakukan untuk penyempurnaan program setelah mengetahui apa yang harus
disempurnakan dan bagaimana menyempurnakannya.
Perencanaan Program PLS berdasarkan Model Pesson :

1.      Pengumpulan Data

            Dalam Pengumpulan data atau pun fakta ad tiga macam data situasional yang perlu
dikumpulkan untuk menentukan situasi apa yang dihadapi oleh sesorang pengabdian pada
masyarakat. Ketiga macam data itu ialah (1) data sosial, (2) data ekonomi, (3) data
teknologi. pertama         , data sosial. Data sosial diperlukan karena dua alasan. Alasan yang
pertama ialah karena data sosial dapat menunjukkan karakteristik khalayak yang berguna untuk
menentukan pendekatan untuk menciptakan situasi belajar yang diinginkan. Termasuk ke dalam
kelompok data ini yang perlu dikumpulkan ialah tingkat antara lain, pendidikan, karakteristik,
sosial, ekonomik, pola partisipasi sosial, tradisi, kepercayaan, dan atitud. Kedua, data ekonomi.
Data ini dapat menunjukkan area permasalahan yang relevan. Hal ini dapat dilakukan dengan
jalan menghubungkan data ekonomi lokal dengan data ekonomik regional dan nasional, maupun
internasional. Yang perlu dikumpulkan anatar lain ialah sumber dan pola penghasilan, tanah dan
penggunaannya, serta sumber daya alami lainnya. Demikian juga dengan lingkungan fisik dan
fasilitas yang tersedia pada khalayak setempat yang dapat menunjukkan sumber daya pekerjaan
mereka. Ketiga, data teknologi. Data serupa ini dapat juga menunjukkan potensi masalah yang
dihadapi oleh khalayak terutama dalam cara bekerja yang dapat dijadikan rekomendasi oleh
pendidik tenaga kependidikan pendidikan luar sekolah.

2.      Analisis Keadaan

            Untuk menentukan keadaan apa yang dihadapi,  maka perencanaan program pengabdiaan


pada masyarakat harus menganalisis ketiga macam data yang telah diperolehnya itu.
Analisis  data tersebut dapat dilakukan dengan mengorganisasikan data yang telah diperoleh
dalam bentuk tabel-tabel. Dalam hubungan ini perlu diketahui bahwa baik table sederhana
maupun tabel silang dapat digunakan. Berbagai macam perubahan yang hendak dilihat baik
distribusinya maupun dalam tabel-tabel tersebut dan analisis statiska, baik yang sederhana
maupun yang lebih rumit akan berguna.

            Sekali lagi perlu diingat bahwa tujuan analisis keadaan ialah untuk menentukan situasi
atau performans ini, kemudian akan dijadikan dasar bagi program perubahan yang hendak
diubah itu, seperti telah ditunjukkan oleh macam data yang dikumpulkan, dapat saja berada
dalam kawasan sosial, ekonomik, ataupun teknologi suatu khalayak. Jadi tidak perlu diragukan
bahwa analisis yang mendalam pada ketiga kawasan kehidupan khalayak ini dan ketajaman awal
bagi suatu program perubahan(Pesson, 1966).

3.      Identifikasi Masalah
            Seperti telah diuraikan pada bagian terdahulu, potensi masalah ditunjukkan oleh
kesenjangan ini dapat kita lakukan apabila data tentang situasi saat ini dibandingkan ataupun
dihubungkan dengan data tentang situasi yang diinginkan. Jika kesenjangan yang di peroleh itu
dianggap penting, relevan dengan apa yang dikehendaki maka kesenjangan tersebut pantas
dijadikan masalah (Pesson, 1966).

            Dalam hubungan ini, Pesson (1966) kembali mengingatkan bahwa dalam proses
pengidentifikasian area permasalahan itu, akan diperoleh lebih dari suatu kesenjangan. Dengan
kata lain, akan ada lebih dari suatu masalah. Terdapatnya lebih dari satu masalah ini akan
menimbulkan pertanyaan masalah mana yang harus dipecahkan terlebih dahulu. Hal ini secara
tidak langsung menunjukkan bahwa kita dituntut untuk menentukan prioritas masalah-masalah
yang dihadapi, caranya ialah dengan menentukan manfaat yang baik pada khalayak pendidikan
luar sekolah.

4.      Perumusan Tujuan

            Pesson (1966) menunjukkan bahwa akhir suatu proses perencanaan program ialah berupa
keputusan tentang tujuan program tersebut. Yang secara sederhana dapat dinyatakan sebagai apa
yang hendak dikerjakan dengan siapa. Sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya,
dalam proses ini kita akan menghadapi banyak masalah yang akan dilahirkan lebih banyak lagi
tujuan. Tujuan-tujuan ini harus disaring terlebih dahulu untuk menentukan tujuan mana yang
sebenarnya layak dijadikan tujuan suatu program pendidikan  luar sekolah. Dalam usaha
memutuskan tujuan mana yang akan dipilih sebagai tujuan program, Pesson menganjurkan agar
kita menggunakan dua macam saringan yang dianjurkan oleh Tyler. Kedua macam saringan itu
ialah falsafah pendidikan dan psikologi pendidikan. Misalnya saja memerjuangkan kehidupan
yang lebih banyak bagi masyarakat yang kurang beruntung merupakan tujuan yang hendak di
capai oleh lembaga penyelenggara pendidikan luar sekolah, dan demikian juga halnya dengan
mengembangkan warga kurang beruntung. Kedua hal ini dapat digunakan oleh lembaga
penyelenggara pendidikan luar sekolah pada masyarakat sebagai kriteria untuk memilih tujuan-
tujuan mana yang lebih diinginkan. Melalui cara ini maka prioritas yang diperoleh akan
konsisten dengan nilai-nilai falsafah program tersebut dan komunitas yang dijadikan khalayak
sasaran.

            Tyler (dalam Pesson, 1966 ) selanjutnya menyarankan agar tujuan program-program


pendidikan luar sekolah itu juga konsisten dengan kondisi belajar khalayak. Misalnya saja,
perubahan perilaku yang diharapkan terjadi haruslah berada dalam batas-batas kemampuan
khalayak, dan perilaku tersebut harus dapat dipraktekkan oleh khalayak. Selanjutnya disarankan
pula agar pengalaman belajar baru itu, hendaknya dikembangkan atas dasar perilaku baru itu
dapat memeberikan khalayak kepuasan. Disamping itu pun, bagi perencana program pendidikan
luar sekolah. Tyler juga menyarankan agar perilaku baru yang hendak dibentuk khalayak itu
dapat diamati dan diukur secara empirik.

5.      Perencanaan Kegiatan

            Perencanaan sebagai kegiatan penyusunan rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan


untuk mencapai tujuan, perlu memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai  berikut : pertama, perencanaan disusun berdasarkan kebijakan dan kebutuhan apa dan
siapa yang ingin dipenuhi. Hal ini berarti bahwa penyusunan program pendidikan luar sekolah
harus diawali dengan mengidentifikasi kebutuhan belajar dan karakteristik sasaran, sehingga
perencanaan yang disusun merupakan penjabaran kebijakan yang telah ditetapkan. Kedua,
konsistensi, yang berarti bahwa perencanaan disusun dengan memperhatikan rencana yang telah
disusun, sehingga kegiatan yang direncanakan itu berkesinambungan dengan kegiatan yang
sebelumnya. Ketiga,berdaya guna dan berhasil guna, berarti bahwa perencanaan harus
berorientasi pada pemanfaatan sumber daya yang ada secara cermat dengan hasil yang seoptimal
mungkin. Dengan demikian, kegiatan penyusunan rencana harus memperhatikan dan
mengikutsertakan kemampuan masyarakat sehingga sumber daya yang ada pada masyarakat
dapat dilibatkan dalam pelaksanaannya. Keempat, menyuruh, dalam arti bahwa dalam
perencanaan program pendidikan luar sekolah perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan program seperti masukan, proses, keluaran, dan dampak program
pendidikan luar sekolah. Dalam masukan lingkungan misalnya, perlu diperhatikan faktor
lingkungan sosial budaya, lingkungan alam hayati dan non hayati, serta lingkungan buatan.

                                                                                                            

6.      Pelaksanaan Rencana Kegiatan

            Pelaksanaan suatu strategi yang di dalamnya mengandung berbagai rencana aksi atau
program, maka terlebih dahulu dilakukan analisis kelayakan untuk menentukan program mana
yang layak untuk dilaksanakan. Analisis kelayakan mencakup dua aspek, yaitu analisis sumber
daya dan analisis pemangku kepentingan. Analisis sumber daya dimaksudkan untuk mengetahui
bahwa program yang dipilih mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik yang berperan
sebagai pelaksana, penerima, dan pengguna hasil program yang dimaksud.

            Analisis pemangku kepentingan dilakukan dengan menganalisis kedudukan masing-


masing pemangku kepentingan. Hasil analisis menunjukkan pemangku kepentingan memiliki
posisi (menentukan untuk menyediakan dana, hubungan, fasilitas ) dan skills (penegtahuan, dll),
yang memberikan pengaruh pada program tersebut. Artinya pemangku kepentingan memiliki
andil dalam melaksanakan strategi yang dipilih. Pemangku kepentingan dapat ditinjau dari empat
golongan, yaitu, 1) pemangku kepentingan yang memiliki kemampuan (posisi) kuat dan skill
yang kuat pula; 2) pemangku kepentingan yang memiliki posisis kuat, tetapi lemah dalam
keterampilan; 3) pemangku kepentingan yang memiliki keterampilan kuat, tetapi posisisnya
lemah, dan 4) pemangku kepentingan posisi dan keterampilan sama-sama lemah.

            Aspek sumber daya juga menjadi pertimbangan dalam penentuan pelaksanaan rencana
aksi (program kegiatan) yang tepat. Sumber daya yang dimiliki diperhitungkan karena
pertimbangan potensi (mendapatkan ketersedian dana) dan pentingnya sumber daya tersebut.
Ada empat kelompok sumber daya sebagai pertimbangan, yaitu: 1) sumber daya yang penting
untuk disediakan dan potensi mendapatkannya; 2) sumber daya yang tingkat kepentingan rendah
tetapi potensi mendapatkannya kuat; 3) sumber daya yang tidak (kurang) penting dan potensi
mendapatkannya mudah (kuat); 4) sumber daya yang potensi dan kepentingannya rendah, tetapi
untuk mendapatkannya sulit. Dengan demikian, idealnya sebuah rencana aksi dilakukan apabila
hasil analisis kelayakan menunjukkan bahwa terdapat sumber daya potensi mudah dan banyak
terdapat khususnya sumber daya penting, dan terdapat pemangku kepentingan yang memiliki
potensi dan posisi penting.

7.      Rincian Perkembangan Kegiatan

            Pad tahap ini menjelaskan bagaimana proses evaluasi dalam presentasi keterampilan.
Setiap program itu tidak selalu mudah tetapi penuh dengan hambatan dan faktor pendukung,
maka pada bagian ini menjelaskan bagaimana apa dan dimana faktor pengahambat dan
pendukung itu terjadi. Pada tahap ini pengelola atau pun pendidik dapt mengetahui kelemahan
dan kekurangan dalam program yang dilaksanakan.

8.      Rekonsiderasi (Usulan Penyempurnaan)

            Setiap program yang dilaksanakan pasti ada rekonsiderasi (usulan penyempurnaan)


sehingga program yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai tujuan yang diharapkan. Dalam hal
ini yang disempurnakan berupa materi, metode, sumber belajar maupun hal lainnya. Dalam hal
ini juga mengandung saran serta tindak lanjut dari program yang dilaksanakan agar selanjutnya
ada peerkembangan yang dilakukan sehingga program lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai