METODOLOGI PERENCANAAN
PENDIDIKAN
8
perencanaan. Dengan adanya data ini segala keberhasilan,
kekuatan, kelemahan, kesempatan dan peluang dapat ditelusuri
sedemikian rupa sehingga perencana dapat mengembangkan titik
awal perencanaan sesuai dengan tahap yang telah dicapai.
Kegiatan ini lazim disebut dengan “assesment of needs”
9
3. Analyzing planning problems area artinya mengkaji
permasalahan perencanaan yang mencakup:
a. Study areas and system at sub areas artinya mengkaji
permasalahan dan sub permasalahan.
b. Cathering data artinya pengumpulan data dan
tabulating data.
c. Forecasting atau proyeksi.
4. Conceptualizing and designing plans, mengembangkan
rencana yang mencakup:
a. Identifying prevailing trends, artinya identifikasi
kecenderungan- kecenderungan yang ada.
b. Establishing goals and objective atau merumuskan
tujuan umum dan tujuan khusus.
c. Designing plans, menyusun rencana
5. Evaluating plans, menilai rencana yang telah disusun
tersebut yang mencakup:
a. Planning through simulation, simulasi terencana
b. Evaluating plans, evaluasi rencana
c. Selecting plans, memilih rencana
6. Specifying the plan, menguraikan rencana yang mencakup:
a. Problem formulation, merumuskan masalah,
b. Reporting result, menyusun hasil rumusan dalam
bentuk final plan draft atau rencana akhir
7. Implementing the plan, melaksanakan rencana yang
mencakup:
a. Program preparation, persiapan rencana operasional,
b. Plan opproval legal justification, persetujuan dan
pengesahan rencana,
c. Organizing operational units, mengatur aparat
organissasi.
10
8. Plan feedback, balikan pelaksana rencana yang mencakup:
a. Monitoring the plan, memantau pelaksanaan rencana,
b. Evaluation the plan, evaluasi pelaksanaan rencana,
c. Adjusting, altering or planning for what how, and by
whom artinya mengadakan penyesuaian, mengadakan
perubahan rencana atau merancang apa yang perlu
dirancang lagi bagaimana perancangannya dan oleh
siapa?
11
5. Feasibility testing melalui alokasi sumber-sumber yang
tersedia dalam hal ini terutama sumber dana. Biaya suatu
rencana yang disusun secara logis dan akurat serta cermat
merupakan petunjuk tingkat kelayakan rencana. Rencana
dengan alokasi biaya yang tidak akurat atau mengandalkan
sumber daya luar negeri misalnya dianggap tingkat
feasibilitasnya kecil, karena tidak dibangun di atas dasar
kekuatan sendiri.
6. Plan Implementation: pelaksanaan rencana untuk
mewujudkan rencana yang tertulis ke dalam perbuatan
atau actions. Penjabaran rencana ke dalam perbuatan inilah
yang menentukan apakah suatu rencana itu feasible, baik
dan efektif.
7. Evaluation and Revision for future plan: kegiatan untuk
menilai tingkat keberhasilan pelaksanaan rencana yang
merupakan feedback untuk merevisi dan mengadakan
penyesuaian rencana untuk periode rencana berikutnya
Dengan adanya feedback seperti ini perencana
memperoleh masukan berharga untuk meningkatkan rencana
untuk tahun-tahun berikutnya.
Berdasarkan telaah terhadap tahapan dalam proses
perencanaan yang dikemukakan oleh kedua ahli di atas
tampaknya secara sederhana proses perencanaan terdiri dari
beberapa komponen utama yang esensial yang secara prinsipal
tidak dapat ditinggalkan.
12
2. Rumusan tentang tujuan umum perencanaan pendidikan
yang merupakan arah yang dapat dijadikan titik tumpu
kegiatan rencana.
3. Rumusan kebijaksanaan atau policy yang kemudian dapat
dijabarkan ke dalam strategi dasar perencanaan yang
merupakan respons terhadap cara mewujudkan tujuan
yang ditentukan.
4. Pengembangan program dan proyek sebagai
operasionalisasi prioritas yang ditetapkan.
5. Scheduling dalam arti mengatur, mempertemukan dua
aspek yaitu keseluruhan program dan prioritas secara
teratur dan cermat karena penjadwalan ini secara makro
mempunyai arti tersendiri yang amat strategis bagi
keseluruhan pelaksanaan perencanaan.
6. Implementasi rencana termasuk didalamnya proses
legalisasi dan persiapan aparat pelaksana rencana,
pengesahan dimulainya suatu kegiatan monitoring dan
controlling untuk mengatasi kemungkinan tindakan yang
tidak terpuji merupakan hambatan dalam proses
pelaksanaan rencana.
7. Evaluasi dan revisi yang merupakan kegiatan evaluasi
untuk menentukan tingkat keberhasilan dan kegiatan untuk
mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap tuntutan-
tuntutan baru yang berkembang.
13
pendidikan nasional merupakan konsensus dan karenanya
mempunyai makna politik yang penting. Secara umum sistem
pendidikan setiap negara amat bervariasi, walaupun terdapat
persamaan yang sifatnya universal. Karakteristik yang universal
inilah yang memberikan kemudahan dalam menerapkan suatu
metodologi yang dikembangkan dan dicobakan pada suatu sistem
dari negara yang berbeda.
Struktur sistem pendidikan nasional terdiri dari berbagai
jenjang yang mencakup jenjang pertama atau “elementary
education” jenjang kedua disebut “secondary education” dan
jenjang ketiga disebut “tertiary education”. Diukur dari segi
tahun, setiap jenjang itu amat bervariasi, ada yang mengambil
model 6 tahun untuk elementary education, 6 tahun untuk
secondary education dan yang mengambil pola 5-7-4 untuk ketiga
jenjang, serta ada pula yang mengambil 12-4 dengan
menggabungkan jenjang pertama dan kedua. Di negara
berkembang pola umum adalah 12 tahun untuk jenjang pertama
dan kedua 4 tahun untuk jenjang ketiga guna memperoleh gelar
sarjana muda.
Di Indonesia adanya tehnical dan vocational education
pada jenjang kedua, dan variasi adanya institut, universitas dan
akademi pada jenjang ketiga, dengan variasi lama studi 4 tahun
untuk masing-masing institut dan universitas dan 3 tahun untuk
akademi.
Bila sistem perjenjangan ini dikaitkan dengan struktur
kependudukan maka terdapat kaitan yang amat erat yaitu
kelompok usia 6-12 tahun untuk jenjang elementary education,
13-15 tahun untuk secondary education dan 19-22 untuk jenjang
tertiary education.
Keterkaitan ini sangat arbitrary karena pada setiap
negara usia populasi sekolah yang memasuki pendidikan
14
bervariasi walaupun berkisar pada distribusi di atas. Umumnya
distribusi tersebut dianggap generasi “accepted standard” dalam
perencanaan pendidikan.
Gambar di bawah ini memberikan penjelasan yang
komprehensif adanya keterkaitan antara struktur sistem
pendidikan dan struktur kependudukan berdasarkan kelompok
usia.
15
Instrumen input
Instrumen input
Masyarakat
16
Adapun model alur murid ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Input baru ……SD…… Output…… input baru …….SM…..output
………….Input baru ……….PT……..output…… .…Input pasaran
17
struktur dalam sistem pendidikan dalam kaitannya dengan
periode yang telah ditentukan.
Chesswas (1969) memperkenalkan analisis kohort untuk
mengkaji dan menelusuri gerakan dan alur enrollment dari kelas
yang satu menuju kelas yang lain baik dalam satu jenjang,
maupun antar jenjang sistem pendidikan. Kohort model yang
diintegrasikan ke dalam flow model ini merupakan metodologi
yang cukup efisien untuk memproyeksi enrollment.
18
Karena itu total enrollment untuk grade II adalah:
promoted student-repeats-drop out. Lulusan atau graduates
adalah jumlah enrollment kelas akhir (terminal grade) yang
berhasil dalam ujian akhir. Graduates inilah yang menjadi calon
input utama bagi grade I jenjang pendidikan berikutnya.
Analisa Kohort model seperti ini dapat diperjelas dengan
menggunakan data pada tabel yang disajikan di atas. Pada tabel
diketahui trends enrollment dan trends alur enrollment pada
beberapa tahun yang lalu, dalam hal ini enam tahun yang lalu,
trends penambahan new entrans pada grade I per tahun, dan
trends graduates per tahun.
Trends ini dapat dipergunakan sebagai dasar atau basis
untuk proyeksi enrollment, kalau trends waktu lalu ini adalah
kelanjutan tabel sebelumnya dan sekaligus memberikan: ilustrasi
tentang proyeksi enrollment dengan menggunakan kohort
survival methode chesswas.
19
dapat dijadikan pegangan untuk menghitung rata-rata new
entrants per tahun untuk periode perencanaan berikutnya. Rata-
rata repeats, promotion dan drop out rate untuk enam tahun yang
lalu juga sebagian perhitungan rata-rata repeats, rata-rata
promotion, dan rata-rata drop out pada periode perencanaan
berikutnya. Dengan data dasar seperti ini maka proyeksi
enrollment dapat dikerjakan dengan mudah dan cepat.
A. Konsep Dasar
Kebutuhan guru (teacher demand) adalah tuntutaan
pemakai jasa profesional guru untuk memberikan pelayanan
pendidikan terhadap anak didik pada lembaga pendidikan
pemakai jasa guru. Kebutuhan akan tenaga guru untuk
memberikan pelayanan pendidikan ini harus memenuhi syarat
tertentu untuk menjamin bahwa pelayanan pendidikan yang
dituntut sesuai dengan harapan pemakai. Persyaratan itu begitu
penting, karena penyelenggaraan pendidikan menuntut keahlian
profesional yang tidak setiap orang dapat memenuhi persyaratan
tersebut.
Penyediaan tenaga guru adalah merupakan upaya
profesional lembaga pendidikan tenaga kependidikan untuk
memenuhi tuntutan akan tenaga guru dari lembaga pemakai jasa
guru. Untuk dapat memenuhi persyaratan dari lembaga pemakai,
LPTK sebagai penyedia harus memperlihatkan persyaratan
profesional yang diminta oleh pemakai.
Karena itu pemenuhan-pemenuhan inipun perlu
dilaksanakan secara profesional, sehingga produk yang
dihasilkan dapat memenuhi tuntutan lapangan kerja.
20
Berdasarkan konsep demand and supply seperti
diutarakan di atas, terlihat adanya berbagai faktor esensial di
dalam konsep demand and supply. Pada konsep demand unsur-
unsur penting yang perlu diperhatikan adalah guru untuk bidang
apa, jenis dan jenjang pendidikan yang mana dengan kualifikasi
apa? tugas-tugas apa saja harus dilaksanakan dan juga jaminan-
jaminan apa yang dapat disediakan sebagai imbalan pelayanan
yang diberikan oleh guru.
Pada komponen-komponen supply, unsur-unsur esensial
yang perlu diperhatikan adalah guru apa, dan dengan kualifikasi
tingkat mana yang perlu disiapkan, apakah stok guru cukup
tersedia, program yang bagaimana yang dapat memenuhi
persyaratan kualitatif ketenagaan guru yang diperlukan, berapa
jumlah guru yang disiapkan, sikap profesional guru yang
bagaimana yang perlu dibina untuk calon guru tersebut. Uraian di
atas nampaknya berlaku untuk demand and supply tenaga guru.
Keterkaitan antara demand and supply disajikan secara
komprehensif pada gambar di bawah ini:
21
1. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi Demand
and Supply.
Analisa demand dan supply yang lebih mendalam amat
penting bagi perencana, karena dengan mengkaji lebih terperinci
terhadap kedua komponen ini dapat mengungkapkan berbagai
faktor dinamis yang mempengaruhi demand dan supply.
Faktor–faktor yang terus menerus mempengaruhi
demand adalah kurikulum yang diberlakukan di sekolah sebagai
pemakai guru. Kurikulum sekolah memang harus dinamis dan
karenanya terus bertumbuh mempengaruhi kompetensi guru
yang diperlukan. Pertumbuhan enrollment juga berpengaruh
terhadap aspek kuantitatif demand, demikian pula beban
mengajar dan beban studi murid.
Standar mutu pendidikan di sekolah juga selalu hidup dan
berkembang pula. Ciri proses pendidikan pada tingkat sekolah
inilah yang menyediakan terjadinya dinamika dalam demand
karena guru itu sendiri harus selalu mampu merespon terhadap
segala tuntutan yang berkembang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi supply pun juga
berubah dan berkembang terus. Program pendidikan guru juga
terus berkembang yang tidak selalu merujuk pada ciri demand di
sekolah, tapi merujuk pada pertumbuhan masyarakat luas,
karena guru itu merupakan konsep yang terbuka. Kurikulum
pendidikan guru juga terus berkembang mengikuti irama
perkembangan ilmu dan teknologi.
Nilai ekonomi lulusan LPTK pada pasaran kerja yang
relatif rendah bila dibandingkan dengan profesi lain, mengurangi
jumlah stok calon guru. Minat dan bakat serta perhatian setiap
calon yang memasuki pendidikan guru juga bervariasi, dengan
demikian distribusi enrollment pada LPTK sulit dikendalikan
untuk disesuaikan dengan trend kebutuhan lembaga pemakai.
22
Karena itu dapat dimengerti bilamana guru bidang studi tertentu
berlebih sedang untuk bidang studi lain amat sulit diperoleh.
Seluruh gambaran ini memberikan uraian bahwa discrepancy
antara demand dan supply sulit dihindari.
23
per minggu
1000 x 40 40.000
= = 6,25 guru
40 x 24 960
24
e. Identifikasi jumlah guru yang beban mengajarnya tidak
penuh (guru part time, honorer).
f. Kembangkan standar atau rambu-rambu untuk
menentukan kekurangan guru yang mencakup: apakah
besar kelas tetap berdasarkan kebijakan yang berlaku kini?
apakah beban mengajar guru akan diubah, apakah besar
kelas akan ditambah, apakah jumlah beban studi siswa akan
dikurangi, apakah guru yang kualifikasinya belum
memenuhi syarat diberikan kesempatan untuk meneruskan
studi.
Contoh:
Jumlah guru yang ada = 30 orang
Guru yang akan pensiun = 3 orang
Guru yang akan pindah/ keluar = 2 orang
Guru yang akan studi lanjut = 3 orang
25