Anda di halaman 1dari 8

Siklus Perencanaan Pendidikan

Salsa Dwi Cahyaningrum

1910310128

PGMI D3

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perencanaan merupakan suatu proyeksi tentang apa yang harus dilaksanakan guna
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan (Kaufman 1972; Hadikumoro 1980). Sebagai
suatu proyeksi, perencanaan memiliki unsur kegiatan mengidentifikasi, menginventarisasi dan
menyeleksi kebutuhan berdasarkan skala prioritas, mengadakan spesifikasi yang lebih rinci
mengenai hasil yang akan dicapai, mengidentifikasi persyaratan atau kriteria untuk memenuhi
setiap kebutuhan, serta mengidentifikasi kemungkinan alternatif, strategi, dan sasaran bagi
pelaksanaannya.1

Perencanaan juga merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menetapkan


tujuan organisasi, Strategi, program dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
organisasi tersebut. Pentingnya perencanaan tertuang dalam istilah jika gagal dalam sebuah
perencanaan maka telah merencanakan kegagalan titik perencanaan merupakan proses penentuan
tujuan atau sasaran yang hendak dicapai, menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.2 Berkaitan dengan tahapan yang lain dan terintegrasi
dalam suatu siklus .pada hakekatnya perencanaan merupakan suatu rangkaian proses kegiatan
menyiapkan keputusan mengenai apa yang diharapkan terjadi seperti (peristiwa, keadaan,
suasana), dan sebaginya.3

Berkaitan dengan kegiatan perencanaan sebagaimana diatas, hal itu merupakan sesuatu
yang penting, sebelum melakukan sesuatu. Perencanaan dianggap penting karena akan menjadi
penentu dan sekaligus memberi arah terhadap tujuan yang ingin dicapai.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perencanaan Pendidikan

Ada beberapa definisi yang diungkapkan para ahli mengenai kata perencanaan antara lain
sebagai berikut:

1
Dr. Mantap Somantri, M. Pd. “Perencanaan Pendidikan”, (Bogor: PT Penerbit IPB Press, 2014). hlm. 12.
2
Dedy Ahmad,dkk. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan. Pedagogia jurnal ilmu pendidikan.
3
Aep Kusnawan, “Perencanaan Pendidikan Tinggi Dakwah Islam”. Ilmu Dakwah.vol. 4 No. 15, Januari-
Juni 2010
1. Menurut Cunningham, kata perencanaan diartikan sebagai sebagai proses
menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi,
dan asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang, untuk tujuan menvisualisasi
dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan
perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima, yang akan digunakan dalam
penyelesaian.

2. Menurut C. Arnold Anderson dan Mary Yean Bowman kata perencanaan


didefinisikandengan ungkapan yang cukup sederhana namun jelas. Mereka
mengatakan, Planning is a process of preparing a set of decisions for action in
the future. (perencanaan adalah proses menyiapkan seperangkat keputusan untuk
tindakan dikemudian hari).

3. Menurut Kaufman (1972) perencanaan diartikan sebagai suatu proses untuk


menetapkan “kemana harus pergi” dan mengidentifikasikan prasyarat untuk
sampai ke “tempat itu dengan cara yang paling efektif dan efisien.4

Perencanaan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, perencanaan jangka panjang
antara 11-30 tahun, perencanaan jangka menengah antara 5-10 tahun, perencanaan jangka
pendek antara 1-4 tahun. Ketika bentuk perencanaan tersebut saling berkaitan karena
perencanaan jangka pendek merupakan bagian dari perencanaan jangka menengah dan keduanya
merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang.

Perencanaan merupakan sebuah proses pembuatan keputusan untuk melaksanakan


sesuatu hal di masa depan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada dan terbatas untuk
mencapai suatu tujuan. Berdasarkan definisi ini dapat disimpulkan bahwa penyusunan rencana
sangat erat kaitannya dengan kondisi di masa depan yang ingin dicapai dengan kondisi yang
lebih baik dari pada kondisi di masa sekarang. Perencanaan merupakan bagian dari manajemen
yang menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas manajemen disuatu lembaga salah
satunya adalah lembaga pendidikan atau sekolah. Tanpa adanya perencanaan manajemen tidak
akan berjalan dengan baik.5

Sebelum adanya otonomi daerah dan otonomi pendidikan, semua perencanaan


pendidikan dilaksanakan secara sentralisasi di pusat. Hal ini menyebabkan perencanaan yang ada
terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan daerah karena tidak mempertimbangkan aspirasi
daerah. selama itu, daerah tidak diberikan kebebasan untuk merencanakan daerahnya sendiri.

4
Udin Syaefudin Sa’ud, dan Abin Syamsudidin Makmun, Perencanaan Pendidikan, (Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA, 2005). hlm. 88-89
5
Mutrofiah, “Penyususnan Perencanaan Program Kerja Untuk Peningkatan Mutu Lulusan”, Manager
Pendidikan, Vol. 9 No. 5, November 2015. hlm. 637
Oleh karena itu, dengan adanya otonomi pendidikan ini diharapkan semua perencanaan
pendidikan dilakukan sendiri oleh aparat Dinas Pendidikan Kabupaten.6

B. Siklus Perencanaan Pendidikan

Secara garis besarnya perencanaan termasuk perencanaan pendidikan dilaksanakan dalam


tiga siklus, yaitu:

1. Siklus pertama, melayani dua tujuan ganda:

 Menyusun persetujuan antara manajer puncak dan manajer bidang tentang strategi
dan tujuan secara komprehensif.

 Memilih tujuan perencanaan yang lebih penting pada siklus berikutnya. Pada
siklus ini manajer puncak menyusun tujuan umum dan meminta rencana-rencana
dari setiap bidang.

2. Siklus ke dua, setiap kepala bagian menyetujui rencana sementara dari bawahan sesuai
dengan bidang mereka. Oleh manajer bidang dipilih, rencana mana yang sesuai dengan
tujuan utama dan tujuan bidangi, lalu diajukan kemanajer puncak.

3. Siklus ke tiga, tiap pimpinan bidang menyusun anggaran khusus untuk biaya
pelaksanaan rencana, tujuan dan sasaran. Setelah didiskusikan dianatara para manajer
barulah anggaran disetujui dan disediakan.

Siklus perencanaan dan pengendalian pada dasarnya terdiri dari 5 tahapan aktivitas, yaitu:

a. Perencanaan tujuan dasar dan sasaran

b. Perencanaan operasional

c. Penganggaran

d. Pengendalian dan pengukuran

e. Pelaporan, analisis, dan umpan balik.7

Hal-hal yang memungkinkan dan menyebabkan kegagalan suatu perencanaan pendidikan.


1. Pembuat rencana (planner) yang tidak cakap sehingga menghasilkan perencanaan yang
tidak tepat. Untuk itu perencanaan haruslah dibuat oleh orang yang ahlinya.

6
Dra. Ida Kintamani dan Dewi Hermawan, “Metode Menyusun Proyeksi Siswa dalam Perencanaan
Pendidikan”, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2017). hlm. 4

Udin Syaefuddin Sa’ud dan Abin Syamsuddun Makmun, “Perencanaan Pendidikan”, (Bandung: PT
7

REMAJA ROSDAKARYA , 2011). hlm. 257


2. Perencanaan yang dibuat tidak berdasarkan pada fakta-fakta dan data yang objektif

3. Kesalahan dalam membuat ramalan dan dugaan.

4. Perencanaan tidak fleksibel/kaku.

5. Kesalahan dalam pengolahan data.

6. Kesalahan dalam penempatan pegawai dan kepala bagian yang tidak sesuai dengan
kemampuan dan keahlian.

7. Tidak adanya koordinasi diantara unit-unit dalam organisasi, karena masing-masing unit
menganggap bagiannya lebih penting dari unit lain.

8. Kuranngnya pengawasan baik secara perfentif maupun secara represif.

C. Langkah-langkah Dalam Perencanaan Pendidikan

Berikut ini beberapa langkah-langkah dalam perencanaan pendidikan, yaitu:

1. Pengumpulan Data

a. Pendekatan Rencana Pengumpulan Data

Dalam perencanaan pengumpulan data tidak hanya sekedar bagaimana


mengumpulkan data yang diinginkan dalam suatu daftar, tetapi harus meliputi
prosedur-prosedur cara perolehan data, pengorganisasian dan cara memperbaharui
data. Pengumpulan data ini harus dilaksanakan bahwa data tersedia pada waktu yang
tepat dan pada saat pembuat keputusan. Ada lima tahapan dalam sistem
pengorganisasian data, yaitu:

 Data dikumpulkan dan dimasukan ke dalam sistem.

 Data diisikan atau ditempatkan di tempat penyimpanan data.

 Data (diolah) dikemas menurut aturan yang sudah ada.

 Data ditampilkan dalam bentuk yang dapat digunakan.

 Data dipindahkan dari sati titik kedalam sistem titik yang lain sesuai
dengan keperluannya.

 Data yang diperoleh kemudian di klasifikasikan dan selanjutnya


digunakan untuk perencanaan pendidikan baik jangka pendek, menengah,
maupun jangka panjang.
b. Deskripsi Informasi dan Data

Ada perbedaan antara informasi dan data. Informasi berhubungan dengan ilmu
pengetahuan yang didapat atau ditemukan dari observasi, membaca, dan
berkomunokasi. Data adalah fakta sesuatu yang diketahui dalam bentuk-bentuk dasar
untuk disimpulkan, didokumentasikan, diedit, dan diperlakukan oleh setiap subjek
dan siap untuk mendukung perencanaan dalam suatu cara yang objektif.Beberapa

c. Metode Pengumpulan Data

1) Penggunaan angket dan kuisioner

Metode angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data dalam jumlah


yang banyak dengan waktu yang singkat. Keberhasilan metode ini sangat
tergantung pada keahlian peneliti dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan
yang mudah dipahami, sehingga responden dapat mengetahui dan merasakan
konteks permasalahan yang sedang diteliti.

2) Interview atau wawancara

Metode interview dapat digunakan untuk mengumpulkan data dimana


diperlukan adanya penjelasan langsung tentang konteks atau area penelitian
kepada responden. Unsur subjektivitas dari data yang diperoleh merupakan
hal yang tidak dapat diabaikan. Keberhasilan metode ini sangat tergantung
pda keahlian dan pengumpulan data dalam berkomunikasi dan dalam
menyusun daftar pertanyaan sehingga dicapai focus kata yang diperoleh. Data
yang berhubungan dengan perpindahan biasanya berhubungan dengan
transportasi, data ini berkenaan dengan biaya dan dalam perencanaan ini perlu
dipertimbangkan dalam memilih alat transportasi sehingga fungsi efesiensi
dan efektivitas tercapai.8 Pengumpulan dan pengolahan data, perkembangan
pendidikan pada masa sekarang sangat perlu diketahui dan dipahami secara
jelas oleh perencana pendidikan karena gambaran keadaan itu akan dijadikan
dasar untuk penyusunan perencanaan pendidikan. Langkah pertama
mengidentifikasi jenis data yang diperlukan.

2. Diagnosis Perencanaan Pendidikan

Data yang sudah terkumpul harus dianalisis dan didiagnosis. Menganalisis data
merupakan proses untuk menghasilkan suatu informasi. Mendiagnosis keadaan
pendidikan dapat dilakukan melalui penelitian dengan jalan meninjau segala usaha dan

Udin Syaefudin Sa’ud, dan Abin Syamsuddin Makmun, “Perencanaan Pendidikan”, (Bandung: PT
8

REMAJA ROSDAKARYA, 2005). hlm.88-89.


hasil pendidikan, termasuk mengkaji rencana yang sudah disusun tetapi belum
dilaksanakan. Dalam mendiagnosis keadaan pendidikan dipergunakan kriteria-kriteria
seperti relevansi, efektifitas dan efesiensi. Setelah tujuan-tujuan pendidikan nasional
dirumuskan, langkah pertama yang harus dilakukan oleh perencanaan pendidikan ialah
memastikan apakah usaha pendidikan nasional sekarang ini memadai, relevan dan
mendatangkan hasil yang baik. Ini dilakukan dengan menghadapkan atau mencocokkan
output usaha pendidikan dengan tujuan dan mencatat perbedaan yang menonjol. Latihan
ini dinamakan diagnosis dan mengarahkan kita untuk mengindentifikasi kelemahan dan
kekurangan dalam sifat, luas, kualitas, organisasi serta tingkat penampilan aktivitas-
aktivitas pendidikan pendidikan nasional. Kriteria untuk diagnosisini mutlak ditemukan
oleh tujuan pendidikan nasional.

3. Perumusan Kebijakan

Penyusunan perencanaan pendidikan yang komperhensif pertama-tama


memerlukan rumusan masalah yang jelas. Situasi awal pada sebagian besar perencanaan
pendidikan dipenuhi dengan ketidak pastian. Beberapa pertanyaan telah diajukan
mengenai kemampuan perencanaan untuk memecahkan masalah yang harus segera
diselesaikan. Para perencana pendidikan itu sendiri sering berbeda pendapat dalam
masalah-masalah tersebut, sehingga upaya yang dilakukan dapat dianggap sebagai suatu
ungkapan ketidakpastian.

Perumusan kebijakan, merupakan suatu pembatasan gerak tentang apa-apa yang


akan dijadikan keputusan oleh orang lain. Suatu kebijakan di bidang pendidikan
dirumuskan secara melembaga oleh pemerintah dengan melibatkan instansi-instansi
terkait. Biasanya kebijakan pendidikan sudah dituangkan dalam repelita. Para perencana
pendidikan tetap memegang peranan penting terutama dalam memberikan nasehat teknis
dalam perumusan kebijakan. Perumusan kebijaksanaan tentang situasi pendidikan
sekarang ini yang menunjukan kelamahan dan kekurangan-kekurangan yang perlu
dikoreksi sehingga mengarah atau mencapai relevansi, efektivitas dan efesiensi. Tindakan
korektif harus didasarkan pada suatu kebijaksanaan yang harus dikaji untuk menunjukan
kerangka kerja umum dimana keputusan-keputusan yang lebih rinci harus dilakukan.

PENUTUP

Kesimpulan

Perencanaan merupakan sebuah proses pembuatan keputusan untuk melaksanakan


sesuatu hal di masa depan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada dan terbatas untuk
mencapai suatu tujuan. Berdasarkan definisi ini dapat disimpulkan bahwa penyusunan rencana
sangat erat kaitannya dengan kondisi di masa depan yang ingin dicapai dengan kondisi yang
lebih baik dari pada kondisi di masa sekarang. Perencanaan merupakan bagian dari manajemen
yang menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas manajemen disuatu lembaga salah
satunya adalah lembaga pendidikan atau sekolah. Tanpa adanya perencanaan manajemen tidak
akan berjalan dengan baik. Siklus perencanaan dan pengendalian pada dasarnya terdiri dari 5
tahapan aktivitas, yaitu Perencanaan tujuan dasar dan sasaran, perencanaan operasional,
penganggaran, pengendalian dan pengukuran, pelaporan, analisis, dan umpan balik. Ada 3
langkah dalam perencanaan pendidikan, pengumpulan data, interview atau wawancara dan
perumusan kebijakan.

Daftar Pustaka

Ahmad Dedy,dkk. Perencanaan Pembiayaan Pendidikan. Pedagogia jurnal ilmu pendidikan.

Aep Kusnawan, “Perencanaan Pendidikan Tinggi Dakwah Islam”. Ilmu Dakwah.vol. 4 No. 15, Januari-Juni 2010

Kintamani Ida dan Hermawan Dewi. 2017. “Metode Menyusun Proyeksi Siswa dalam Perencanaan Pendidikan”.
Yogyakarta: CV Budi Utama .

Mutrofiah, “Penyususnan Perencanaan Program Kerja Untuk Peningkatan Mutu Lulusan”, Manager Pendidikan,
Vol. 9 No. 5, November 2015

Somantri Mantap. 2014. “Perencanaan Pendidikan”. Bogor: PT Penerbit IPB Press.

Syaefudin Sa’ud Udin, dan Syamsuddin Makmun Abin, 2005. “Perencanaan Pendidikan”. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai