Anda di halaman 1dari 56

PENGARUH RELAKSASI DISTRAKSI (MUSIK

INSTRUMENTAL) TERHADAP PENURUNAN


INTENSITAS NYERI POST OPERASI
SECTIO CAESAREA DI MURNI
TEGUH MEMORIAL HOSPITAL
TAHUN 2021

PROPOSAL SKRIPSI

SETHMART

……………..

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MURNI TEGUH
MEDAN
2021
PENGARUH RELAKSASI DISTRAKSI (MUSIK
INSTRUMENTAL) TERHADAP PENURUNAN
INTENSITAS NYERI POST OPERASI
SECTIO CAESAREA DI MURNI
TEGUH MEMORIAL HOSPITAL
TAHUN 2021

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memnuhi syarat mencapai gelar

Sajana Keperawatan

SETH MART
…………….

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MURNI TEGUH
MEDAN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Relaksasi Distraksi (Musik Instrumental)


Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Post Operasi Sectio
Caesarea Di Murni Teguh Memorial HospitalTahun 2021
Nama : Seth Mart

NIM :

Program Studi : Sarjana Keperawatan

Institusi : STIKes Murni Teguh Medan

Telah disetujui oleh

Medan, 5 Maret 2021

Pembimbing,

…………………………………

………………………

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , atas
segala berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
proposal skripsi ini dengan judul “Pengaruh Relaksasi Distraksi (Musik
Instrumental) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Post Operasi Sectio
Caesarea Di Murni Teguh Memorial Hospital Tahun 2021” proposal skripsi
ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Keperawatan STIKes Murni
Teguh.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepadasemua
pihak yang telah membantu dan memberi dorongan kepada peneliti dalam
penyusunan proposal skripsi ini. Ucapan terimakasih ini peneliti sampaikan
kepada :

1. dr. Mutiara, MHA., MKT, selaku Ketua Yayasan Tapeumulia Bangsa.


2. Seriga Banjarnahor, S.Kep., Ns., MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Murni Teguh Medan.
3. Ibu Lenny Lusia Simatupang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Kepala Prodi
Ilmu Keperawatan
4. --------------------------------------------------, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku
Dosen Pembimbing proposal skripsi yang telah banyak memberikan
bimbingan dan saran-saran kepada peneliti sejak awal menyusun proposal
skripsi ini sampai dengan selesainya penelitian proposal skripsi ini.

Peneliti telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian proposal


ini, namun peneliti menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa, untuk itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi kesempurnaan proposal ini. Kiranya isi proposal
skripsi peneliti ini bermanfaat bagi kita semua dalam memperkaya ilmu
keperawatan.

ii
Medan, 05 Maret 2021

Peneliti,

Seth Mart

NIM………..

iii
DAFTAR PUSTAKA

Halaman

LEMBAR PERTUJUAN ............................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi

TABEL GAMBAR ......................................................................................... vii

TABEL LAMPIRAN ..................................................................................... viii

TABEL SINGKATAN ................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1


1.2.Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3.Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.4.Manfaat Penelitian ........................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 6

2.1 Relaksasi Distraksi ........................................................................... 6


2.2 Musik Instrumental ......................................................................... 8
2.3 Nyeri .................................................................................................. 14
2.4 Sectio Caesarea................................................................................. 18
2.5 Kerangka Konsep............................................................................. 26
2.6 Hipotesis Penelitian (Ha) ................................................................. 26

iv
BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................. 27

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 27


3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ......................................................... 28
3.3 Populasi Dan Sampel ....................................................................... 28
3.4 Instrumen Penelitian ....................................................................... 29
3.5 Kerangka Penelitian ........................................................................ 29
3.6 Defenisi Operasional ........................................................................ 30
3.7 Cara pengumpulan Data ................................................................. 31
3.8 Pegolahan Dan Analis ...................................................................... 31
3.9 Etika Penelitian ................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 36

LAMPIRAN ....................................................................................................

v
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Skema Rancangan Penelitian ...................................................... 27

Tabel 3.2 Defenisi Operasional .................................................................... 30

vi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Dispriptif Scale ......................................................................... 17

Gambar 2.2 Skala Numerik .......................................................................... 18

Gambar 2.3 Kerangka Konsep ..................................................................... 26

Gambar 3.4 Kerangka Penelitian ................................................................. 29

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN ....... 38

Lampiran 2 LEMBAR KUESIONER PENELITIAN ................................ 39

Lampirab 3 PENILAIAN INTENSITAS NYERI ....................................... 41

Lampiran 4 SOP STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ................... 43

viii
DAFTAR SINGKATAN

NZSMT : New Zealand Sociaty for Music Theraphi

NRS : Numeric Rating Scale

IUFD : Intra Uterine Fetal Death

SC : Sectio Caesarea

TFU : Tinggi Fundus Uteri

WHO : World Health Organization

ix
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses persalinan tidak harus melalui persalinan normal (pervaginan)


tetapi dapat juga melalui persalinan anjuran yaitu persalinan dengan pemberian
pitocin dan prostaglandin sebagai ransangan, sedangkan persalinan buatan yaitu
persalinan yang berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar misalnya ekstraksi
dengan forceps atau dilakukan dengan operasi sectio caesarea. (Marmi 2012)
dalam Tasari, 2017. Tindakan operasi sectio caesarea menyebabkan nyeri dan
mengakibatkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan karena adanya
pembedahan. Nyeri tersebut akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya
masalah laktasi. Menurut Julianti, 2014 dalam Rini, 2018 bahwa 68% ibu post
sectio caesarea mengalami kesulitan dengan perawatan bayi, bergerak naik turun
dari tempat tidur dan mengatur posisi yang nyaman selama menyusui akibat
adanya nyeri.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa persalinan dengan


bedah caesar adalah sekitar 10–15% dari semua proses persalinan di negara
berkembang. Bahkan, prosentase melahirkan sectio caesarea di rumah sakit swasta
pada tahun 2004 rata-rata 20 % dan persalinan normal 80%. Sementara, menurut
laporan kedokteran terbaru di tahun 2005 naik lagi menjadi 26,3% dan 27,5% di
tahun 2006 (Kemenkes RI, 2013). Di negara berkembang, sectio caesarea
merupakan pilihan terakhir untuk menyelamatkan ibu dan janin pada saat
kehamilan dan atau persalinan kritis. Angka kematian ibu karena sectio caesarea
yang terjadi sebesar 15,6% dari 1.000 ibu dan pada sectio caesarea sebesar 8,7%
dari 1.000 kelahiran hidup sedangkan kematian neonatal dini sebesar 26,8% per
1.000 kelahiran hidup (Ther Umsch. 2014;71(12):717–22.) dalam Fanny, 2015.

Masalah keperawatan yang sering muncul pada kasus pasca sectio


caesarea adalah nyeri yang disebabkan karena terjadinya trauma pada jaringan

1
2

akibat terjadi kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada reseptor
(Hidayat, 2014) dalam ( Tarigan, 2020).

Salah satu upaya mengatasi rasa nyeri adalah dengan memberikan


tindakan non farmakologi. Teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri
terdiri dari massage effleurage, teknik relaksasi dan teknik distraksi. Distraksi
adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu hal atau melakukan
pengalihan perhatian ke hal-hal diluar nyeri. Distraksi dapat dilakukan dengan
cara distraksi penglihatan (visual), distraksi intelektual (pengalihan nyeri dengan
kegiatan-kegiatan) dan distraksi pendengaran (audio) (Andarmoyo 2013) dalam
(mendur, 2019).

Musik sebagai terapi telah dikenal sejak 550 tahun Masehi, dan ini
dikembangkan oleh Pythagoras dari Yunani. Berdasarkan penelitian di State
University of New York di Buffalo, sejak mereka menggunakan terapi musik
kebutuhan akan obat penenang pun turun drastis hingga 50%. Musik juga
merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang memebrikan
perasaan senang yang berperan dalam penurunan nyeri sehingga musik dapat
digunakan untuk mengalihkan rasa nyeri sehingga pasien merasa nyerinya
berkurang Salampessy, 2004 dalam Vindora, 2014.

Terapi musik merupakan salah satu tekhnik untuk mempercepat


penyembuhan. Selama setengah abad lebih, berbagai penelitian menunjukkan
bahwa terapi musik terbukti efektif dalam membantu rehabilitasi gangguan fisik,
peningkatan motivasi dalam menjalani perawatan, memberikan dorongan
emosional untuk pasien dan keluarga, mengekspresikan perasaan dan dalam
berbagai proses psikoterapi (Djohan, 2006) dalam (Tarigan, 2020).

Menurut Greer (2003 dalam Wianti, 2018), terapi musik adalah


penggunaan musik untuk relaksasi, mempercepat penyembuhan, meningkatkan
fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera. Musik merangsangpelepasan
hormone endrifin, hormone tubuh yang memberikan perasaan senang yang
berperan dalam penurunan nyeri sehingga musik dapat digunakan untuk
3

mengalihkan rasa nyeri sehingga pasien merasa nyerinya berkurang. Tetapi pada
kenyataannya, masih sedikit rumah sakit yang menggunakan metode
nonfarmakologis dalam pelaksanaan nyeri salah satunya terapi musik. Rumah
sakit lebih menitikberatkan penatalaksanaan nyeri dengan metode farmakologis
salah satunya pemberian analgetik terutama pada pasien pasca operasi. Seperti
yang kita ketahui bahwa pemberian analgetik secara berkelanjutan, tidak sesuai
dengan aturan dan monitor yang tepat akan menimbulkan ketergantungan.

Manajemen nyeri distraksi musik dapat diaplikasikan dengan mudah oleh


pasien post operasi yang mengalami nyeri yang mengalami nyeri. Sehingga
dengan diaplikasikannya distraksi bisa menjadi pendamping obat-obatan kimia
guna menurunkan rasa nyeri. Berdasarkan masalah tersebut, maka penulis merasa
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh relaksi distrik (musik
instrumental) terhadap penurunan intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di
Murni Teguh Memorial Hospital.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah


untuk penelitian ini yaitu Adakah pengaruh relaksasi distraksi (musik
instrumental) terhadap penurunan intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di
murni teguh memorial hospital Medan.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh relaksasi distraksi (musik instrumental)


terhadap penurunan intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di murni teguh
memorial hospital Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :


4

1. Mengidentifikasi tingkat nyeri sebelum dilakukannya terapi pada pasien


post operasi sectio caesarea di murni teguh memorial hospital Medan.
2. Mengidentifikasi tingkat nyeri sesudah diberikan terapi musik
instrumental pada pasien post operasi sectio caesarea di murni teguh
memorial hospital Medan.
3. Menganalisis signifikasi penurunan nyeri setelah diberikan terapi musik
tradisinal pada pasien post operasi sectio caesarea di murni teguh
memorial hospital Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Pada sebuah penelitian tidak lepas dari manfaatnya kedepannya. Adapun


manfaat dari penlitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis
Setelah selesai penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya ilmu pengetahuan serta wawasan tentang
pengaruh relaksasi distraksi (musik instrumental) terhadap penurunan
intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di murni teguh memorial
hospital Medan.
2. Manfaat Praktis
Adapun untuk manfaat Praktisnya sendiri sebagai berikut :
a. Manfaat Untuk Pasien
Dapat memberikan informasi tentang pengaruh relaksasi distraksi
(musik instrumental) terhadap penurunan intensitas nyeri post operasi
sectio caesarea.
b. Manfaat Untuk Perawat di MurnI Teguh Memorial Hospital.
Untuk perawat diharapkan sebagai bahan masukan dan sumbangan
pemikiran serta bahan evaluasi bagi penurunan intensitas nyeri post
operasi sectio caesarea.
c. Manfaat Bagi STIKes Murni Teguh Medan
5

Semoga penelitian ini dijadikan literatur di keperawatan dan menjadi


tambahan informasi tentang pengaruh relaksasi distraksi (musik
instrumental) terhadap penurunan intensitas nyeri post operasi sectio
caesarea.
d. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya, diharapakan dapat menambah pengetahuan
dan keterampilan lalu menambah pustaka penulis serta lebih
memahami tentang teori dan aplikasi tentang pengaruh relaksasi
distraksi (musik instrumental) terhadap penurunan intensitas nyeri post
operasi sectio caesarea.
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Relaksasi Distraksi


2.1.1. Relaksasi

Relaksi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik


dari ketegangan dan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap
nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan
frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan mata dan bernafas
dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan
menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi (“ hirup, dua, tiga”)
dan ekshalasi (“ hembuskan, dua, tiga “). Pada saat perawat mengajarkan ini,
akan sangat membantu bila menghitung dengan bersama pasien pada awalnya,
Napas yang lambat, berirama, juga dapat digunakan sebagai teknik distraksi.
Hamper semua orang dengan nyeri kronis mendapatkan manfaat dari metode-
metode relaksasi. Periode dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri
kronis dan yang meningkatkan nyeri(Smeltzer & Bre, 2002) dalam (Tasari,
2017).

2.1.2. Distraki

Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain


nyeri, atau dapat diartikan lain bahwadistraksi adlah suatu tindakan pengalihan
perhatian pasien k hal-hal diluar nyeri. Dengan demikin, diharapkanpasien
tidak terfokus pada nyeri lagi dan dapat menurunkan kewaspadaan pasien
terhadapnnyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri Tasari, 2017.

Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan


menstimulasi system control desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit

6
7

stimuli nyeri yang di transmisikan ke otak. Keefektikan distraksi tergantung


pada kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori
selain nyeri (Smeltzer & Bare, 2001) dalam (Tasari, 2017) teknik ini biasanya
tidak efektif diberikan pada pasien pada nyeri berat atau nyeri akut. Hal ini
disebabkan pada nyeri berat atau akut, pasien tidak dapat berkosentrasi dengan
baik dan tidak cukup baik untuk ikut serta dalam aktivitas mental dan fisik
yang kompleks.

1. Jenis-jenis Distraksi
a. Distraksi visual/penglihatan
Distraksi visual atau penglihatan adalah pengalihanperhatian selain
nyeri yang diarahkan ke dalam tindakan-tindakan visual atau melalui
pengamatan. Misalnya melihat pertandingan olah raga, menonton
televise, membaca Koran, melihat pemandangan/gambar yang indah,
dsb.
b. Distraksi audio/pendengaran
Pengalihan perhatian selaain nyeri yang diarahkan kedalam tindakan-
tindakan melalui organ pendegaran. Misalnya, mendengarkan music
yang disukai atau mendengarkan suara kicauan burung serta gemercik
air. Saat mendengarkan music, individu dianjurkan untuk memilih
musik yang disukai dan music tenang seperti musik klasik dan diminta
untuk untuk berkonsentrasi pada lirik dan irama lagu. Klien juga
diperbolehkan untuk menggerakan tubuh mengikuti irama lagu seperti
bergoyang, mengetukan jari atau kaki (Andarmoyo, 2016) dalam
(Tasari,2017). Terapi music menyembuhkan secara fisik dan psikis
manusia. Para peniliti dari The Neuron, melalui MRI scan
membuktikan bahwa otak melepas zat dopamine (Hormon yang terkait
dengan system otak, membrikan perasaan kenikamtan dan penguatan
untuk memotivasi seorang secara proaktif melakukan kegiatan
tertentu) saat melakukan terapi music dalam kapasitas yang tidak
berlebihan (Natali, 2013) dalam (Tasari, 2017). Dalam pelaksanaan
8

penggunaan music untuk mengontrol nyeri dalam meningkatkan


kenyamanan.
c. Distraksi Intelektual
Pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan ke dalam tindakan-
tindakan dengan menggunakan daya intelektual yang pasien miliki.
Misalnya dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan
kegemaran ditempat tidur eperti mengumpulkan perangko, menulis
buku cerita, dan sebagainya.

2.2. Musik Intrumental


2.2.1. Defenisi Musik

Musik merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang ditata
berdasarkan bunyi yang indah, berirama atau dalam bentuk lagu (Dayat, 2012:
11) dalam Mutiah 2017. Musik adalah suatu komponen yang dinamis yang
dapat mempengaruhi fisiologi bagi pendengarnya, New zealand society for
music therapy (NZSMT) menyatakan bahwa terapi musik terbukti
efektivitasnya untuk implementasikan pada bidang kesehatan, karena musik
dapat menurunkan kecemasan, nyeri, strees, dan menimbulkan mood yang
positif (Nilson, 2009) dalam Oktaverina, 2020.

Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental


dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre,
bentuk dan gaya yang di organisir sedemikian rupa hingga tercipta musik
yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Ketika musik diterapkan
menjadi sebuah terapi,musik dapat meningkatkan, memulihkan dan
memelihara kesehatan fisik, mental, emosional dan spiritual. Musik memiliki
beberapa kelebihan yaitu karena musik bersifat nyaman, menyenangkan,
membuat rileks, berstruktur dan universal (Edwards, 2017) dalam (
Yuliandari, 2019)
9

Word Federation of music therapy menjelaskan terapi musik sebagai


penggunaan profesional dari musik dan elemennya sebagai salah satu
intervensi dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan lingkungan sehari-hari
dengan individu, kelompok, keluarga, atau komunitas yang mencoba untuk
melakukan optimalisasi kualitas hidupnya dan meningkatkan kesehatan fisik,
sosial, komunikatif, emosional, intelektual, spiritualnya serta kondisi well-
being dirinya (Edwards, 2017) dalam (Yuliandari, 2019).

Terapi merupakan suatu proses yang menggabungkan antara aspek


penyembuhan musik itu sendiri dengan kondisi dan situasi; fisik/tubuh, emosi,
mental, spiritual, kognitif dan kebutuhan sosial seseorang dengan
menggunakan bunyi atau irama tertentu. Terapi musik adalah penggunaan
musik dalam lingkup klinis. Pendidikan dan sosial bagi klien atau pasien yang
membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan
psikologis Oktaverina, 2020.

Jenis musik yang digunakan untuk terapi adalah musik instrumental


dan musik klasik (Aditia, 2012, dalam Tristianti 2018). Musik instrumental
menjadikan badan, pikiran dan mental menjadi sehat. Sedangkan musik klasik
bermanfaat membuat seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan
sejahtera, melepas rasa gembira dan sedih, menurunkan tingkat stres,
melepaskan rasa sakit.

2.2.2. Unsur Musik

Memahami pengaruh musik terhadap manusia dan untuk kemudian


melihat peranan musik dalam kehidupan manusia dapat diperoleh dari
pemahaman mengenai unsur – Unsur dari musik itu sendiri (Rahmawati,
2005) dalam (Tristianti, 2018).

(1) Suara
Suara merupakan perubahan getaran udara (Djohan, 2006) dalam
(Tristianti, 2018). Dalam musik gelombang suara biasanya dibahas
tidak dalam panjang gelombangnya maupun periodenya, melainkan
10

dalam frekuensinya. Aspek – aspek dasar suara dalam musik


dijelaskan dalam tala (tinggi nada), durasi (beberapa lama suara
ada), intensitas dan timbre (warna bunyi).
(2) Nada
Pembagian suara ke dalam frekuensi tertentu disebut dengan nada.
Suara dapat dibagi – bagi ke dalam nada yang memilik tinggi nada
tertentu menurut frekuensinya ataupun jarak relatif tinggi nada
tersebut.
(3) Ritme atau Irama
Ritme adalah pengaturan bunyi dalam waktu. Irama merupakan
pembagian kelompok ketukan dalam waktu. Tanda irama
menunjukkan jumlah ketukan dalam birama dan not mana yang
dihitung dan dianggap sebagai ketukan.Irama adalah suatu
ketertiban terhadap gerakan melodi dan harmonis atausuatu
ketertiban terhadap tinggi rendahnya nada – nada (Rahmawati,
2005) dalam (Tristianti, 2018).
(4) Melodi
Melodi adalah serangkaian nada dalam waktu. Rangkaian tersebut
dapat dibunyikan sendiri yaitu tanpa iringan atau dapat merupakan
bagian dari rangkaian akord dalam waktu.

2.2.3. Musik Instrumental

Musik instrumental adalah merupakan musik yang melantun tanpa


vocal, dan hanya instrumental/alat musik atau backing vocal saja yang
melantun. Manfaat musik instrumental adalah musik instrumental dapat
menjadikan badan, pikiran, dan mental menjadi lebih sehat. Semakin banyak
hasil riset mengenai efek musik instrumental terhadap kesehatan dan
kesegeran fisik (aditia, 2012) dalam (Yuliandari, 2019).
11

Musik instrumental adalah rangkaian nada-nada dari suara yang


disusun sedemikian rupa dan dikombinasikan dari berbagai sumber suara
yang diambil dari satu alat musik atau lebih tanpa ada vokal. Mendengarkan
musik instrumentaljuga mampu melibatkan hati, jiwa, dan pikiran baik bagi
para pendengar atau pemain musik itu sendiri.

Musik instrumental adalah musik yang menggunakan tempo yang


sedikit lambat, dan menggunakan irama yang tenang. Terapi musik
didengarkan minimal selama 30 menit setiap hari sampai rasa nyeri hilang.
Terapi musik yang dilakukan ketika rasa nyeri muncul, maka rasa nyeri
tersebut akan berkurang atau bahkan hilang sepenuhnya (Karendehi, 2015)
dalam (Yuliandari, 2019).

2.2.4. Tujuan Diberikan Terapi Musik


Terapi musik akan memberi makna yang berbeda bagi setiap orang
namun semua terapi mempunyai tujuan yang sama yaitu:
1. Membantu mengekspresikan perasaan
2. Membantu rehabilitasi fisik
3. Memberikan pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan
emosi
4. Meningkatkan memori
5. Menyediakan kesempatan unik untuk berinteraksidan
membangun kedekatan emosional.
6. Membantu mengurangi stres, mencegah penyakit dan meringankan
rasasakit.

2.2.5. Jenis-jenis Terapi Musik

Menurut Natalia (2013) dalam Yuliandari (2019), terapi musik terdiri


dari 2 jenis adalah sebagai berikut :
12

1. Aktif Kreatif
Terapi musik diterapkan dengan melibatkan klien secara langsung
untuk ikut aktif dalam sebuah sesi terapi, melalui cara:
menciptakan lagu (composing) yaitu klien diajak untuk
menciptakan lagu sederhana ataupun membuat lirik atau terapis
yang akan melengkapi secara harmoni.
Improvisasi yaitu klien membuat musik secara spontan dengan
menyanyi ataupun bermain musik pada saat itu juga atau membuat
improvisasi dari musik yang diberikan oleh terapis. Improvisasi
dapat juga sebagai ungkapan perasaanklien akan suasana hatinya,
situasi yang dihadapi maupun perasaan terhadap seseorang.
Re-creating musik yaitu klien menyanyi dan akan melatih
pernafasan, pengucapan kata-kata yang teratur, artikulasi dan juga
melatih lafal bicara dengan jelas. Lirik lagu yang sesuai juga dapat
menjadi bahan diskusi yang mengungkapkan perasaan klien.

2. Pasif Reseptif
Pada sesi reseptif : klien akan mendapatkan terapi dengan
mendengarkan musik. Terapi ini akan menekankan pada physical,
emotional intellectual,aesthetic or spiritual dari musik itu sendiri
sehingga klien akan merasakan ketenangan atau relaksasi. Musik
yang digunakan dapat bermacam jenis dan gaya tergantung dengan
kondisi yang dihadapi klien.

2.2.6. Manfaat terapi musik


1. Musik menutupi bunyi atau perasaan yang tidak menyenangkan.
2. Musik dapat memperlambat atau menyeimbangkan gelombang otak.
3. Musik mempengaruhi pernafasan.
4. Musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah.
13

5. Musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan


koordinasi tubuh.
6. Musik mempengaruhi suhu badan.
7. Musik dapat menaikan tingkat endofrin (zat candu otak yang
dapat mengurangi rasa sakit dan menimbulkan fly alamiah).
8. Musik dapat mengatur hormonal.

2.2.7. Mekanisme Terapi Musik Terhadap Penurunan Nyeri

Tindakan nonfarmakologi yang dapat dilakukan untuk penurunan


intensitas nyeri yaitu teknik distraksi yang efektif adalah musik, yang
dapat menurunkan nyeri fisiologis, stres, dan kecemasan dengan
mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri. Musik dan nyeri mempunyai
persamaan penting yaitu bahwa keduanya bisa digolongkan sebagai input
sensor dan output. Sensori input berarti bahwa ketika musik terdengar,
sinyal dikirim ke otak dan getaran musik dapat dibawa kedalam resonansi
dekat dengan getaran rasa sakit, maka persepsi psikologis rasa sakit akan
diubah dan dihilangkan (Purwanto, 2008) dalam (Yuliandari, 2019).

Mendengarkan musik dapat memproduksi zat endorphins


(substansi sejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat mengurangi rasa
sakit/nyeri) yang dapat menghambat transmisi impuls nyeri disistem saraf
pusat, sehingga sensasi nyeri dapat berkurang, musik juga bekerja pada
sistem limbik yang akan dihantarkan kepada sistem saraf yang mengatur
kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat mengurangi kontraksi otot
(Nurdiansyah, 2015) dalam (Yuliandari, 2019).

2.2.8. Tata Cara Pemberian Terapi Musik

Dalam pemberian terapi musik seringkali durasi yang diberikan


selama 20- 35 menit, tetapi untuk masalah kesehatan yang lebih spesifik
terapi musik yang diberikan dengan durasi 15-30 menit. Ketika pasien
14

mendengarkan terapi musik, pasien di anjurkan berbaring dengan posisi


senyamannya yang diinginkan pasien, dengan menutup mata.

Musik instrumental adalah musik yang menggunakan tempo yang


sedikit lambat, dan menggunakan irama yang tenang. Terapi musik
didengarkan minimal selama 30 menit setiap hari sampai rasa nyeri hilang.
Terapi musik yang dilakukan ketika rasa nyeri muncul, maka rasa nyeri
tersebut akan berkurang atau bahkan hilang sepenuhnya (Karendehi, 2015
dalam Yuliandari, 2019).

Efek terapi musik yang diberikan terhadap nyeri adalah distraksi


terhadap pikiran tentang nyeri, menurunkan kecemasan, mempengaruhi
ritme nafas lebih teratur, menurunkan ketengangan pada tubuh dan
meningkatkan mood yang positif (Nurdiansyah, 2015) dalam (Yuliandari,
2019).

Dalam beberapa penelitian mengatakan bahwa terapi musik dapat


mengurangi rasa nyeri pada pasien terutama anak saat mengganti balutan.
Salah satu penelitian dari Ghezeljeh, dkk (2017) mengatakan bahwa
pemberian terapi musik yang diberikan selama 20 menit dalam sehari
memiliki pengaruh dalam penurunan nyeri pada luka bakar yang
signifikan. Dalam penelitian Novita P, Mario, & Vandri (2017) dalam
Yuliandari (2019) juga mengatakan bahwa pemberian terapi musik
yangdiberikan selama 15 menit dapat mengurangi intensitas nyeri pada
luka fraktur pre operasi.

2.3. Nyeri
2.3.1. Defenisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak


menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau
yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (Sulistyo & Suharti,
2013).
15

Nyeri adalah rasa indrawi dan pengalaman emosional yang tidak


menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi
rusak atau tergambarkan seperti adanya kerusakan jaringan (Teori gate control
yang dipopulerkan oleh Melzack dan Wall menyatakan bahwa pesepsi nyeri
tidak hanya dipengaruhi oleh aspek neurofisiologi saja, tetapi juga oleh aspek
psikologis (Sulistyo & Suharti, 2013).

2.3.2. Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri sangat berkaitan dengan reseptor dan adanya


rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit myelin yang tersebar
pada kulit dan mukosa, khususnya visera, persendian, dinding arteri, hati, dan
kantung empedu.

Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau


rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi, termal, listrik, atau
mekanis.Stimulasi oleh zat kimiawi di antaranya seperti histamine, bradikinin,
prostatglandin, dan macam-macam asam seperti asam lambung yang
meningkat pada gastritis atau stimulasi yang dilepas apabila terdapat
kerusakan pada jaringan.

Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut


ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sum-sum tulang belakang oleh
dua jenis serabut, yaitu serabut A delta yang bermielin rapat dan serabut
lamban (serabut C). Impuls-impuls yang ditransmisikan ke serabut delta A
mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C.

Serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal


root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn tersebut terdiri atas beberapa
lapisan yang saling bertautan. Di antara lapisan dua dan tiga membentuk
substansia gelatinosa yang merupakan seluran utama impuls. Kemudian
16

impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan


bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama yaitu jalur
spinothalamic tract (STT) atau jalurspinothalamus dan spinoreticular tract
(SRT) yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi nyeri.

Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme nyeri terjadi, yaitu
jalur opiate dan nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada
otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui otak
tengah dan medulla, ke tanduk dorsal sumsum tulang belakang yang
berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif.

2.3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,


diantaranya adalah sebagai berikut :

(1) Faktor Usia


Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga bidan harus
mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan
fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena
mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan
mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika
nyeri diperiksakan.
(2) Faktor Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon
terhadap nyeri (misal, suatu daerah menganut kepercayaan bahwa
nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan
kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri).
(3) Faktor Pengalaman Masa lalu
Bila individu mengalami nyeri dengan jenis yang sama dimasa lampau,
maka akan lebih mudah bagi individu untuk melakukan tindakan untuk
17

menghilangkan nyeri Hal ini terjadi karena adanya proses


pengontrolan pusat dan dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau.
Ketika ada aktivitas yang menyebabkan rangsangan nyeri, maka
bersamaan dengan itu ada pengontrolan pusat yang kuat tentang reaksi
nyeri yang dihasilkan (Kristiarini dan Latifa, 2013).
(4) Faktor Pendidikan
Bila individu mengalami nyeri dengan jenis yang sama dimasa lampau,
maka akan lebih mudah bagi individu untuk melakukan tindakan untuk
menghilangkan nyeri Hal ini terjadi karena adanya proses
pengontrolan pusat dan dipengaruhi oleh pengalaman masa lampau.
Ketika ada aktivitas yang menyebabkan rangsangan nyeri, maka
bersamaan dengan itu ada pengontrolan pusat yang kuat tentang reaksi
nyeri yang dihasilkan (Kristiarini dan Latifa, 2013).

2.3.4. Penilaian Intensitas Nyeri

Penilaian intensitas nyeri dapat di lakukan dengan menggunakan skala sebagai


berikut :

1. Skala Diskriptif
Skala diskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang
lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale/ VDS)
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata
pendiskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.
Alat VDS (Verbal Descriptor Scale) ini memungkinkan klien untuk
mendiskripsikan nyeri (Potter & Perry 2006) dalam ( Tasari, 2017).

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Berat Tak


Ringan Sedang Tertahankan
Gambar 2.1 Diskriptif Scale

Sumber : Potter & Perry 2006 dalam Tasari, 2017


18

2. Skala Numerik
Skala numerik (Numeric Rating Scale / NRS), skala ini digunakan sebagai
pengganti alat pediskripsian kata.Klien menilai nyeri dengan
menggunakan skala 0-10.Skala ini paling efektif digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik.Apabila skala
digunakan untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm
(AHCPR 1992n dalam Tasari, 2017).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 2.2 Skala Numerik

Sumber : Potter & Perry 2006 dalam Tasari, 2017

Keterangan :

0 : Tidak Nyeri

1–3 : Nyeri Ringan

4–6 : Nyeri Sedang

7–9 : Nyeri Berat

10 : Nyeri Tak Tertahan

2.4. Sectio Caesarea


2.4.1. Defenisi Sectio Caearea

Sectio Caesarea adalah suara cara melahirkan dengan membuat sayatan


pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Amrut Sofian, 2012) dalam
(Oktaverina, 2020).Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
19

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Oxorn & William, 2010) dalam (Oktaverina, 2020).

Sectio Caesarea (SC) merupakan tindakan pembedahan untuk melahirkan


janin melalui insisi di dinding abdomen dan dinding uterus (Leveno, et al, 2009),
dalam (Purwaningtyas, 2020).Sectio caesarea adalah pembedahanatau suatu cara
untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim
(Amin & Hardi, 2013) dalam (Oktaverina, 2020).

2.4.2. Jenis-Jenis Sectio Caesarea


Menurut Prawirohardjo, 2010 dalam (Oktaverina, 2020). Jenis-jenis
sectio caesarea adalah sebagai berikut :
(1) Sectio Caesarea klasik : pembedahan secara sanger.
(2) Sectio Caesarea transperitoneal profunda (supra cevikalis : lower
segmen caesarea section).
(3) Sectio Caesarea diikuti dengan histerektomi (caesarean hysterectomy :
section histerektomi).
(4) Sectio Caesarea ekstraperitonel.
(5) Sectio Caesarea vaginal.

2.4.3. Indikasi
Menurut Prawirohardjo, 2010 dalam (Oktaverina, 2020). Indikasi
dilakukannya Sectio Caesarea dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
daktor dari ibu dan janinnya. Berikut indikasinya :
(1) Indikasi ibu :
a. Diproporsi kepala panggul
b. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
c. CPD
d. Disfungsi uterus
e. Plasenta previa
(2) Indikasi anak:
20

a. Janin besar
b. Gawat janin
c. Letak lintang/Kelamin letak
d. Prolapus plasenta
e. Mencegah hipoksia janin, misalnya kerana pre eklampsia
(3) Indikasi relatif :
a. Riwayat Sectio Caesarea sebelumnya
b. Presentasi bokong
c. Distosia
d. Pre eklampsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes
e. Gemeli, Sectio Caesarea dianjurkan apabila janin pertama letak
lintang atau presentasi bau, bila terjadi interlock, distosia karena
tumor dan IUFD (Intra Uterine Fetal Death).
(4) Indikasi sosial
a. Wanita yang ingin Sectio Caesarea elektif karena takut bayinya
mengalami cedera atau asfiksia selama persalinan atau
mengurangi resiko kerusakan dasar panggul.
b. Wanita yang takut melahirkan berdasarkan pengalaman
sebelumnya.
c. Wanita yang takut terjadi perubahan pada tubuhnya atau seuality
image setelah melahirkan.

2.4.4. Kontra Indikasi

Dalam praktik obstetrik modern sebenarnya tidak ada kontraindikasi untuk


persalinan Sectio Caesarea. Namun tindakan persalinan Sectio Caesarea jarang
diperlukan jika janin sudah mati atau terlalu premature untuk bisa hidaup dan
ketika mekanisme pembekuan darah ibu mengalami gangguan serius, yaitu
dilakukan persalinan dengan insisi yang minimal mungkin. Karena pada saat ibu
melakukan persalinan Sectio Caesarea, ibu kehilangan sejumlah 500 mi darah
bahkan lebih (Cuningham, et al, 2012) dalam (Oktaverina, 2020).
21

2.4.5. Patofisiologi

Terjadi kelainan pada ibu dan kelainan pada janin menyebabkan persalinan
normal tidak memungkinkan dan akhirnya harus diilakukan tindakan
Sectiocaesarea, bahkan sekarang Sectiocaesarea menjadi salah satu pilihan
persalinan (Sugeng, 2010).

Adanya beberapa hambatan ada proses persalinan yyang menyebabkan


bayi tidak dapat dilahirkan secara normal, misalnya plasenta previa, rupture
sentralis dan lateralis, pannggul sempit, partus tidak maju (partus lama), pre-
eklamsi, distokksia service dan mall presentasi janin, kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea
(SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan yang akan menyebabkan
pasien mengalami mobilisasii sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi
aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah deficit perawatan diri. Kurangnya
informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan dan perawatan post
operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu dalam proses
pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan inkontinuitas jaringan, pembuluh darah dan saraf-saraf di
daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin danprostaglandin
yang akan menimbulkan rasa nyeri. Setelah semua proses pembedahan berakhir,
daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post operasii, yang bila tidak
dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi.

2.4.6. Resiko KelahiranSectio Caesarea

Melahirkan secara caesar memang akan membuat ibu hamil terbebas dari
rasa nyeri yang dialami selama bersalin. Namun, prosedur ini juga bukannya
22

tanpa risiko. Berikut ini adalah beberapa risiko atau komplikasi dari melahirkan
secara caesar:

1. Resiko Jangka Pendek


a. Terjainya infeksi
Infeksi luka akibat persalinan Sectio Caesarea beda dengan luka
persalinan normal . luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat,
sedangkan luka Cesar lebih besar dan berlapis-lapis. Ada sekitar 7
lapisan mulai dari kulit perut sampai dinding Rahim, yang setelah
operasi selesai, masing-masing lapisan dijahit tersendiri. Jadi bisa ada
3 sampai 5 lapis jahitan. Apabila penyembuhan tidak sempurna,
kuman akan lebih mudah menginfeksi sehingga luka menjadi lebih
parah. Bukan tidak mungkin dilakukan penjahitan ulang.
Umumnya infeksi pada luka bekas sayatan operasi caesar muncul
dalam beberapa minggu pertama setelah operasi. Luka sayatan yang
mengalami infeksi akan terasa nyeri, bengkak, kemerahan, dan
mengeluarkan nanah. Selain pada area sekitar bekas sayatan operasi,
infeksi juga bisa terjadi pada jaringan atau lapisan rahim (womb
lining). Kondisi ini ditandai dengan nyeri pada perut, demam, keluar
cairan keputihan yang tidak normal, atau bahkan perdarahan hebat
yang keluar dari vagina.
Disamping itu infeksi juga dapat terjadi pada Rahim. Infeksi Rahim
terjadijika ibu sudah kena infeksi sebelumnya, misalnya mengalami
pecah ketuban. Ketika dilakukan operasi, Rahim pun terinfeksi. Apa
lagi juka antibiotiik yang digunakan dalam operasi tidak cukup kuat.
Infeksi bisa dihindari dengan selalu memberikan informasi yang akurat
kepada dookter sebelum keputusan tindakan cesar diambil.
b. Kemungkinan terjadi keloid
Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu karena
pertumbuhan berlebihan. Sel-sel pembentuk organ tersebut. Ukuran sel
meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan parut. Perempuan yang
23

punya kecenderungan keloid tiap mengalami luka niscaya mengalami


keloid pada sayatan bekas operasinya. Keloid hanya terjadi pada
wanita yang memiliki jenis penyakit tertentu. Cara mengatasinya
adalah dengan memberikan informasi tentang segala penyakit yang
iibu derita sebelum kepastian tindakan sectio caesarea dilakukan. Jika
memang harus menjalani sectio caesarea padahal ibu punya potensi
penyakit demikian tentu dokter akan memiliki jalan keluar, misalnya
diberikan obat-obatan tertentu melalui infus atau langsung diminum
sebelum atau sesudah sectio caesarea.
c. Pendarahan berlebih
Resiko lainnya adalah perdarahan. Memang perdarahan tak bisa
dihindari dalam proses persalinan. Misalnya plasenta lengket tak mau
lepas. Bukan tak mungkin setelah plasenta terlepas akan menyebabkan
perdarahan. Darah yang hilang lewat sectio caesarea sebih sedikit
dibandingkan lewat persalinan normal. Namun dengan tekhnik
pembedahan dewasa ini perdarahan bisa ditekan sedemikian rupa
sehingga sangat minim sekali. Darah yang keluar saat Sectiocaesarea
adalah darah yang memang semestinya keluar dalam persalinan
normal. Keracunan darah pada sectio caesarea dapat terjadi karena
sebelumnya ibu sudah mengalami infeksi.. ibu yang di awal kahamilan
mengalami infeksi Rahim bagian bawah, berarti air ketubannya sudah
mengandung kuman. Apabila ketuban pecah dan didiamkan, kuman
akan aktif sehingga vagina berbau busuk karena bernanah.
Selanjutnya, kuman masuk ke pembuluh darah sehingga operasi
berlangsung, dan menyebar ke seluruh tubuh.
Risiko yang bisa terjadi ketika melahirkan secara caesar berikutnya
adalah terjadinya perdarahan. Risiko untuk kehilangan banyak darah
saat operasi caesar cenderung lebih besar dibandingkan saat
melahirkan normal. Walaupun jarang terjadi, operasi caesar bisa
menyebabkan hilangnya darah dalam jumlah besar yang mungkin akan
membutuhkan tranfusi darah.
24

2. Resiko Jangka Panjang


Resiko jangka panjang dari setio caesarea adalah pembatasan
kehamilan. Dulu, perempuan yang pernah menjalani setio caesarea
hanya boleh melahirkan 3 kali. Kini, dengan tekhnik operasi yang
lebih baik, ibu memang boleh melahirkan lebih dari itu, bahkan smapai
4 kali. Akan tetapi tentu bagi keluarga zaman sekarang pembatasan itu
tidak terlalu bermasalah karena setiap keluarga memang dituntut
membatasi jumlah kelahiran sesuai progam KB nasional. (Indiarti dan
Wahyudi, 2014).

2.4.7. Resiko Bedah Sectio Caesarea


Berikut resiko atau efek samping bedah sectio caesarea :
1. Masalah yang muncul akibat bius yang digunakan dalam pembedahan
dan obat-obatan penghilang nyeri sesudah bedah sectio caesarea.
2. Peningkatan insidensi infeksi dan kebutuhan akan antibiotic.
3. Perdarahan yang lebih berat dan peningkatan resiko perdarahan yang
dapat menimbulkan anemia atau mmemerlukan tranfusi darah.
4. Rawat inap yang lebih lama, yang meningkatkan biaya persalinan.
5. Nyeri pascabedah yang berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-
bulan dan membuat sulit merawat diri sendiri, merawat bayi, ataupun
kakak-kakaknya.
6. Resiko timbulnya masalah dari jaringan parut atau perlekatan diidalam
perut.
7. Kemungkinan cederanya organ-organ lain (usus besar atau kandung
kemih) dan resiko pembentukan bekuan darah dikaki dan daerah
panggul.
8. Peningkatan resiko masalah pernapasan dan temperatur untuk bayi
baru lahir.
9. Tingkat kemandulan yang lebih tinggi disbanding pada wanita dengan
melahirkan lewat vagina.
25

10. Peningkatan resiko plasenta previa atau plasenta yang tertahan pada
kehamilan berikutnya.
11. Peningkatan kemungkinan harus dilakukannya bedahh caesar pada
kehamilan berikut. (Penny, dkk 2008).

2.4.8. Perawatan Post Op Sectio Caesarea

Ibu yang mengalami komplikasi obstetric atau medis memerlukan


observasi ketat setelah resiko setio caesarea. Bangsal persalinan adalah tempat
untuk memulihkan dan perawatan. Fasilitas perawatan intensif atau
ketergantungan tinggi harus siap tersedia dirumah sakit yang sama. Perawatan
umum untuk semua ibu meliputi :

1. Kaji tanda-tanda vital dengan interval diats (15 menit). Pastikan


kondisinya stabil.
2. Lihat tinggi fundus uteri (TFU), adanya perdarahan dari luka dan
jumlah lokea.
3. Pertahankan keseimbangan cairan.
4. Pastikan analgesa yang adekuat.
5. Penggunaan analgesa epidural secara kontinu sangat berguna
6. Tangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk Sectio
Caesarea, misalnya kondisi medis deperti diabetes.
7. Anjurkan fisioterapi dada dan ambulasi dini jika tidak ada
koontraindikasi.
8. Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan yang sesuai
dengan keadaan dan jawab pertanyaan-pertanyaan pasien.
9. adwalkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang pasca
melahirkan guna memastikan penyembuhn total, mendiskusikan
kehamilan berikutnya dan memastikan tindak lanjut perawatan untuk
kondisi medisnya. (Fraser, 2012).
26

2.5. Kerangka Konsep


Variabel Independent Variabel Dependent

Pengaruh Musik Intensitas Nyeri


Instrumental

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Hubungan antar variabel

2.6. Hopotesis Penelitian

Ada Pengaruh Relaksasi Distraksi Musik Instrumental Terhadap Penurunan


Intensitas Nyeri Post Operasi Sectio CaesareaDi Murni Teguh Memorial
Hospital Tahun 2021.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, metode


penelitian ini Pra Eperimental Design. Penelitian ini menggunakan One Group
Pretestposttest design, yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobsevasi sebelum
dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam,
2011). Berikut skema rancangan penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.1 Skema Rancangan Penelitian

Subjek (S) Pra-Tes (01) Perlakuan (X) Post-Tes (02)


Ibu post SC Observasi Terapi Observasi
intensitas nyeri mendengarkan intensitas nyeri
musik
instrumental

Keterangan :

S : Subyek
01 : Observasi intensitas nyeri sebelum dilakukan terapi musik
instrumental
Z : Intervensi (terapi mengdengarkan musik )
02 : Observasi intensitas nyeri setelah dilakukan terapi musik instrumental

27
28

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Murni Teguh Memorial Hospital, alasannya


adalah karena di Rumah Sakit ini memiliki banyak pasien sectio caesarea.
Sedangkan untuk waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2021.

3.3.Populasi Dan Sampel


3.3.1. Populasi

Menurut Alimul, 2013 populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri


atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun populasi pada penelitian ini adalah pasien nyeri post menjadi pasien
sectio caesarea Teguh Memorial Hospitasl pada bulan Januari 2021 sampai
dengan Maret 2021 berjumlah 50 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Alimul, 2013). Sampel
pada penelitian ini adalah pasien stres di Murni Teguh Memorial Hospital
Medan yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian. Penentuan sampel
menggunakan teknik Total Sampling yaitu pengambilan sampel sampai jumlah
tertentu. Penentuan jumlah dengan menggunakan accedental sampling.

Dimana Rumusnya adalah Total pertanyaan X 5 :

5 X 5 = 25 responden

Kriteria responden yang layak untuk diteliti :

1. Kriteria Inklusi
a. Pasien >2 jam pasca operasi sectio casearea.
29

b. Pasien sadar penuh.


c. Pasien kooperatif.
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien yang tidak mengisi kuesioner secara lengkap.
b. Pasien yang mengalami masalah gangguan pendengaran.
c. Pasien yang tidak menyukai 3 jenis musik instrumenta yang
disediakan.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa :

a. Kuesioner yang berisi isian karakteristik demografi ( nama, umur,


pendidikan dan pekerjaan).
b. Lembar instrument dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) yang
digunakan sebagai alat pengukur intensitas nyeri atau tingkat nyeri dengan
rentang nilai 0 (nol) tidak nyeri, 1-3 (nyeri ringan), 4-6 (nyeri sedang) dan 7-
10 (nyeri berat), selain dengan alat ukur NumericRating Scale (NRS),
pemberian terapi jenis musik diberikan selama 15-30 menit dengan alat mp3,
headshet,numericrating scale (NRS), bolpoint dan musik jazz, pop dan
klasik.

3.5. Kerangka Penelitian


Kerangka penelitian tentang Pengaruh Relaksasi Distraksi (Musik
Instrumental) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Post Operasi Sectio
Caesarea Di Murni Teguh Memorial Hospital adalah sebagai berikut :
Variabel Independent Variabel Dependent

Pengaruh Musik Intensitas Nyeri


Intrumental

Gambar 3.4 Kerangka Penelitian


30

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Hubungan antar variabel

1. Variabel Independent
Variabel independent disebut variabel bebas, adapun variabel indenpenden
dari penelitian ini adalah Pengaruh Musik Intrumental.
2. Variabel Dependent
Variabel dependent disebut variabel terikat, adapun variabel Dependent
dari penenlitian ini adalah Penurunan intensitas Nyeri.

3.6. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati


dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengkuran secara cermat terhadap suatuobjek atau
fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untukkepentingan akurasi,
komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2013) dalam ( Tasari, 2017).

Tabel 3.2 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Parameter Alat Ukur Indikator Skala


Operasional Penilaian Ukur
Terapi Terapi musik Memberikan 1. Sop - -
Musik merupakan terapi music 2. Headshet
Instrumental mendengarkan kepada ibu 3. Handphon
musik yang post SC : e
memiliki 1. Jenis musik
alunan musik yang
yang lembut, diperdenga
memiliki rkan Jazz,
31

fungsi dalam Klasik, dan


pengobatan Pop.
atau 2. Durasi
penyembuhan pemberian
kepada pasien terapi
post seksio musik 15-
caesarea, 30 menit
diperdengarkan
menggunakan
alat bantu
headset selama
15-30 menit
Nyeri Nyeri Memberikan Menggunaka Skor Interval
merupakan lembar n Numeric Nyeri
rasa tidak Numeric Rating Scale 0
nyaman yang Rating Scale ( (NRS) yang 1
dirasakan oleh NRS ) kepada memiliki nilai 2
pasien post ibu post SC rentang 0-10 3
operasi seksio 4
caesarea akibat 5
luka insisi 6
7
8
9
10

3.7.Cara Pengumpulan Data

Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
32

1. Memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan,


tujuan dan manfaat penelitian kepada calon responden, bila
bersedia menjadi responden maka responden dipersilahkan untuk
menandatangani inform consent.
2. Memberikan Skala tingkat nyeri kepada responden/ dilakukan
observasi.
3. Memberikan terapi mendengarkan musik kepada responden selama
±15-30 menit
4. Setelah diberikan terapi musik, responden diberikan Numeric
Rating Scale (NRS)
5. Mengumpulkan Numeric Rating Scale (NRS) yang telah diisi oleh
responden dan memeriksa kelengkapannya.

3.8. Pengolahan Dan Data Analis


3.8.1. Pegnolahan Data
(1) Editing
Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan kelengkapan, kejelasan
dan kesesuaian data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat
dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul
mulai dari karakteristik responden, penilaian pretest dan postest yang
dilakukan.
(2) Coding
Penelitian melakukan penyusunan secara sistematis data mentah ke
dalam bentuk yang sudah dibaca untuk pengolahan data. Peneliti
membuat kode untuk hasil penelitian yang didapat. Pada variabel
independent yaitu intensitas nyeri peneliti menggunakan kode jawaban
berupa :
a. Pendidikan
1. SMP = 1
2. SMA = 2
3. Sarjana = 3
33

b. Riwayat Sectio Caesarea


1. Sectio Caesarea 1 =1
2. Sectio Caesarea 2 = 2
c. Jenis musik Instrumental
1. Klasik = 1
2. Jazz = 2
3. Pop = 3

(3) Sorting
Scoring ( pemberian Skor ) adalah suatu kegiatan untuk memberikan
skor sesuai jawaban yang dipilih oleh respponden. Hal ini di
maksudkan untuk memberikan bobot pada masing-masing jawaban,
sehingga mempermudah perhitungan berupa :
Tidak Nyeri =0
Nyeri Ringan = 1-3
Nyeri Sedang = 4-6
Nyeri Berat = 7-10

(4) Entry data


Kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam tabel
kemudian membuat bentuk tabel distribusi frekuensi sederhana atau
bisa juga dengan membuat tabel kontigensi dilakukan dengan
menggunakan bantuan komputer memakai program software IBM
SPSS Statistik 2.3 .

(5) Cleaning
Peneliti memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukan
kedalam mesin pengolahan data sudah sesuai dengan sebenarnya.
Proses akhir dari pengolahan data adalah dengan melakukan
pemeriksaan kembali kode yang sudah di entery data untuk melihat
ada tidaknya kesalahan dalam entery data. Selanjutnya
34

melakukantabulasi data yaitu mengelompokkan data ke dalam tabel


menurut kategorinya sehingga data siap dilakukan analisis secara
univariat maupun bivariat.

3.8.2. Data Analis


1. Analisis Univariate
Analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan Analisis
Univariate yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variable penelitian. Bentuk analisis univariate
tergantung dari jenis datanya. Pada umum nya dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap
variabel. Misalnya distribusi frekuensi responden berdasarkan : umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sebagainya. (Notoatmotjo,
2012).

2. Analisis Bivariate
Analisis bivariate berfungsi untuk mengetahui pengaruh relaksasi
distraksi musik instrumental terhadap penurunana intensitas nyeri
pada pasien post-operasi sectio caesarea. Skala data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data interval, data
yang diperolah adalah data pre test dan data post test serta dianalisis
menggunakan uji oeired t-test.
Uji paired t test termasuk uji parametik yang salah satunya data harus
berdistribusi normal, uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data
yang kita miliki berdistribusi normal sehingga dapat dipakai statistik
parametrik yaitu uji paired t test, jika data tidak valid untuk digunakan,
sehingga disarankan untuk menggunakan uji non parametric data yang
berpasangan ( wilcoxon). Uji normalitas ini dapat dilihat dengan uji
kolmogrov-Smirnov, dimana jika sig > 0,05 maka distribusi normal, jika sig
<0,05 maka data tidak berdistribusi normal
35

3.9. Etika Penelitian


1. Sebelum melakukan penelitian maka peneliti akan meminta izin pada
institusi terkait. Dalam penelitian ini institusi yang terlibat adalah antara
Stikes Murni Teguh dengan Murni Teguh Memorial Hospital.
2. Peneliti menghargai otonomi pasien dengan memberi kebebasan untuk
menentukan berpartisipasi ataupun tidak dalam penelitian ini.
3. Pasien tidak dimanipulasi oleh dokter ataupun perawat di Murni Teguh
Medan Memorial Hospital agar bersedia menjadi responden.
4. Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dengan tidak
menuliskan nama responden.

Sebelum menyatakan bersedia menjadi responden, pasien terlebih dahulu


diberikan informasi sebenarnya pada lembar kuesioner kualitas hidup, tapi hanya
berupa kode tentang tujuan penelitian, manfaat dan cara pengisian kuesioner oleh
peneliti.
36

DAFTAR PUSTAKA

Fanny, F. (2015). Sectio Caesarea sebagai Faktor Risiko Kejadian Asfiksia


Neonatorum. Majority;4/8/57.

Mendur, F. & Masihin, T. (2019). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap


Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Rsu
Gmim Pancaran Kasih Manado. Journal Of Community & Emergency. E-
ISSN : 2655-7487, p-ISSN : 2337-7356.

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan pada persalinan. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Oktaverina, A.I.N. (2020). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan


Skala Nyeri Post Operasi Sectio Caesarea Pada Ibu Nifas di Gema II RS.
Dirgahayu Samarinda Tahun 2020. Skripsi.

Purwaningtyas, N. Masruroh, S. (September, 2020). Efektivitas Pemberian Terapi


Musik Klasik Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post
Sectio Caesarea Di Ruang Flamboyan 1 RSUD Salatiga.Journal Of
Holistics Healt Science;2/2.

Rini, A & Indri, H.S. (Agustus, 2018). Penurunan Nyeri Pada Ibu Post Sectio
Caesaria Pasca Intervensi Biologic Nurturing Baby Led Feeding. Jurnal
Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan;16/2.

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan


Kesetan Kemenker Tahun 2013.

Tasari, A.E.S. ( 2017) . Pengaruh Pemberian Terapi Musik Terhadap Penurunan


37

Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea (Sc) Di Rsud
Kota Madiun. Skripsi.

Tarigan, HN. Megawati, S. & Reka, N. (25 Maret 2020). Pengaruh Pemberian
Terapi Musik Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca
Sectio Caesarea Di Ruang Hibrida Rsu Sembiring Tahun 2020. Jurnal
Penelitian Keperawatan Medik;2/2.
http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php/JPKM

Tristianti, N.A. (2018). Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Stres
Pada Lansia. Skripsi.

Wianti, Sri. (2018). Pengaruh Pelaksanaan Distraksi Musik Klasik Terhadap


Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Hernioraphy Di Rumah Sakit Sekota
Banjar. Jurnal Kesehatan Mandiri I Aktif STIKes Bina Putera Banajr.
ISSN: 2620-5955;1

Yuliandari, I. (2019). Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Nyeri Luka


Pada Anak Di RSU Mitra Medika Medan. Skripsi.
38

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama/Alias :

Umur :

Sipasien setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat,


jaminan kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang dilakukan
oleh mahasiswa Program S1 Keperawatan Stikes Murni Teguh Medan “Pengaruh
Relaksasi Distraksi (Musik Instrumental) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Post Operasi Sectio Caesarea Di Murni Teguh Memorial Hospital Tahun 2021”.
Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat bermanfaat bagi
pengetahuan keperawatan di Indonesia. Untuk itu saya (bersedia/tidak bersedia)
memberikan data yang diperlukan dengan sebenar- benarnya. Demikian
pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sesuai keperluan.

Medan, …Maret 2021

Peneliti Responden

(……………………) (…………………….)
39

Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH RELAKSASI DISTRAKSI (MUSIK INSTRUMENTAL)


TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI POST OPERASI
SECTIO CAESAREA DI MURNI TEGUH MEMORIAL HOSPITAL
TAHUN 2021

Petunjuk pengisian :

1. Untuk data umum, isilah sesuai dengan kondisi anda.


2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat anda.
3. Berilah tanda (√) pada kotak yang telah disediakan dan yang anda anggap
benar.

A. Identitas Responden
Nomor Responden :
Nama :
Umur : Tahun
Riwayat Kelahiran SC :
Pendidikan :
Tidak Sekolah
SD
SMP
DIPLOMA
SARJANA
40

Pekerjaan :

Honor
PNS
SWASTA
WIRASWASTA
IRT

Intensitas Nyeri :
Pre-Test
Post-Test
41

Lampiran 3

PENILAIAN INTENSITAS NYERI

Nama/Inisial :

Umur :

Pedidikan :

Pekerjaan :

Sebelum diberikan terapi musik instrumental :

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nilai :

Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1–3 : Nyeri ringan
4–6 : Nyeri sedang
7 -10 : Nyeri berat

Setelah diberikan terapi musik instrumental :

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
42

Nilai :

Keterangan :

0 : Tidak nyeri
1–3 : Nyeri ringan
4–6 : Nyeri sedang
7 – 10 : Nyeri berat
43

Lampiran 4

SOP

(STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)

Kompetensi : Pemberian Terapi Musik instrumental

Pengertian : Pemanfaatan musik instrumental oleh terapis kepada klien

Tujuan : Menurunkan intensitas nyeri

Persiapan alat : 1. Laptop/heandphone


dan bahan 2. Flasdisk
3. Speaker /Headshet

Prosedur Pelaksanaan :

NO PROSEDUR

Pre-interaksi
1 Cek catatan keperawatan atau catatan medis pasien (jika ada).
2 Siapkan alat-alat.
3 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi.
4 Cuci tangan sebelum melakukan tindakan terapi.
Tahap orientasi
5 Beri salam dan panggilan pasien dengan namanya.
6 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada pasien/keluarga.
Tahap kerja
7 Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan.
8 Menanyakan keluhan utama pasien.
44

9 Jaga privasi pasien. Mulai kegiatan dengan cara yang baik.


10 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan
seperti relaksasi, stimulus, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
11 Menetapkan ketertarikan pasien terhadap musik.
12 Identifikasi pilihan musik instrumental pasien.
13 Berdiskusi dengan pasien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam musik
instrumental.
14 Pilih pilihan musik instrumental yang mewakili piliha musik pasien.
15 Bantu pasien untuk memilih posisi yang nyaman.
16 Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan
telepon selama mendengarkan musik.
17 Dekatkan laptop/heandphone dan perlengkapan dengan pasien.
18 Pastikan laptop/heandphone dan perlengkapan dalam kondisi yang baik, dan
jika menggunakan heandphone dipastikan selama terapi berlangsung tidak
ada panggilan atau notifikasi masuk ke heandphone.
19 Nyalakan musik dan lakukan terapi selama 30 menit.
20 Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras.
21 Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang
lama.
22 Fasilitasi apabila pasien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat
musik atau bernyanyi jika diinginkan dan memungkinkan saat itu.
23 Hindari stimulus musik setelah nyeri/luka kepala akut.
24 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan
seperti relaksasi, konsentrasi, stimulus, dan mengurangi rasa sakit.
25 Menetapkan ketertarikan pasien terhadap musik.
26 Identifikasi pilihan musik pasien.
Terminasi
27 Evaluasi hasil kegiatan (kenyaman pasien)
28 Simpulkan hasil kegiatan.
29 Berikan umpa baik positif.
45

30 Kontrak pertemuan selanjutnya.


31 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik.
32 Bereskan alat-alat.
33 Cuci tangan kembali setelah terapi selesai.
Dokumentasi
34 Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
 Nama Pasien, umur, dan lain-lain.
 Keluhan utama.
 Tindakan yang dilakukan (terapi musik instrumental).
 Lama tindakan.
 Jenis terapi musik yang diberikan.
 Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi musik.
 Respon pasien.
 Nama perawat dan tanggal pemeriksaan.

Anda mungkin juga menyukai