Anda di halaman 1dari 8

LINGUISTIK STRUKTURAL DAN AURAL-ORAL

APROACH
Behaviorisme (‫السلوكية‬ ‫)املدرسة‬ dalam pendidikan
mengatakan bahwa belajar merupakan proses respon
karena adanya stimulus/ rangsangan yang mendorong
adanya perubahan prilaku, stimulus belajar berupa
ganjaran (rewad-‫)الثواب‬, hukuman (punishment-‫)العقاب‬
dan lingkungan yang kondusip.
Behaviorisme dalam bahasa mengatakan bahwa bahasa
dibentuk oleh lingkungan sekitar, yaitu orang tua,
guru, saudara, teman, media yang di dengar dan di
ucap.
Karakteristik teori Behaviorisme dalam pembelajaran
bahasa diantaranya:
1. Penyajian materi lebih banyak dengan hiwar
2. Melakukan peniruan dan menghafal idom-idiom
3. Lebih menitikberatkan pada ujaran dan menggunakan
bahasa dalam komunikasi dan banyak menggunakan
laboratorium bahasa
4. Memberikan rewad positif, mensuport untuk berbahasa
dan memperhatikan pada bahasa bukan isi bahasa
Secara prosedural penggunaan metode ini dalam
pembelajaran bahasa : mendengar, mengulangi,
pemberian penjelasan, latihan-latihan (drill), generalisasi
(tata bahasa), membaca dan menulis.
Aliran behaviorisme lebih menekankan kepada faktor
eksternal seperti lingkungan, bahan ajar dan guru.
Pengembangan pembelajaran bahasa berdasarkan teori
ini:
1. Pengenalan keterampilan mendengar dan berbicara
sebagai awal dalam pembelajaran sebelum
keterampilan membaca dan menulis
2. Latihan dan penggunaan bahasa secara aktif dan
terus menerus untuk mebnetuk kebiasaan berbahasa
3. Penciptaan lingkungan berbahasa yang kondusif
4. Penggunaan media pembelajaran dan
memungkinkan mendengar dan berinteraksi dengan
penutur asli
5. Memotivasi guru bahasa untuk terampil berbahasa
secara baik dan benar.
LINGUISTIK TRANSFORMASIONAL DAN PSICO
COGNITIVE
Linguistik transformasi merupakan produk pemikiran
Chomsky yang mengkolaborasikan bahasa dan
psikologi, ia berpendapat bahwa bahasa adalah
kunci untuk mengatahui akal dan pikiran manusia.
Pembahasan masalah bahasa dan psikologi
kemudian ia bingkai dengan istilah bahasa kognitif.
Teori kognitif menganggap bahwa keberhasilan proses
belajar mengajar lebih ditentukan oleh faktor
internal, karena setiap manusia memiliki innate
ability)‫(القدرة الفطرية‬, yaitu kemampuan belajar bahasa
yang dibawa sejak lahir.
Keberhasilan proses belajar lebih ditentukan oleh faktor
internal di dalam diri manusia, setiap manusia
memiliki alat pemerolehan bahasa yaitu LAD
(language acquisition device/ ‫) جهاز اكتساب اللغة‬
Aliran kognitifisme lebih mendominankan faktor
internal seperti bakat (‫)ملكة‬, minat (‫ )ميول‬dan motivasi
(‫)دوافع‬.
Aliran ini menyatakan bahwa objek kajian bahasa
berkisar pada kognisi atau pengetahuan (competence/
‫ )الكفاءة‬kemudian bertansformasi yang melahirkan
performansi bahasa (‫)األداء اللغوي‬
Dengan demikian guru harus kreatif dalam
mengembangkan kemampuan siswa, contoh:
‫ حضر الطالب المحاضرة‬dapat ditransformasikan menjadi
kalimat negative, pertanyaan dan seterusnya.
Aliran kognitif didasarkan atas asumsi sebagai berikut:
1. Setiap manusia memiliki kemampuan bawaan yang
disebut alat pemerolehan bahasa, oleh karena itu
kemampuan berbahasa bersifat kreatif dan lebih
ditentukan oleh faktor internal
2. Pembelajaran tidak hanya sebatas proses
pembiasaan melainkan proses penuh kesadaran dan
bermakna, dan pengetahuan yang sadar tentang tata
bahasa adalah penting
3. Siswa bekerja dengan sumber-sumber kecakapan
dirinya (pengetahuan, pengalaman dan emosi)
Pendekatan komunikatif dan metode diam (silent way)
merupakan metode pengajaran bahasa yang bertumpu
pada teori kognitif ini.
Bahkan ilmu baru yang dinamakan psikolinguistik
adalah ilmu yang bertumpu pada sendi-sendi teori
kognitif.
Penguasaan bahasa menurut menurut aliran kognitif
melalui tiga fase:
1. Akal manusia
2. Linguistik competence (kemampuan berbahasa)
3. Produksi ungkapan dan kalimat untuk
mengungkapkan maksud dan keinginannya

Anda mungkin juga menyukai