Dosen Pengampu:
Jefri Lukito, S.E., M.M.
Disusun oleh:
JURUSAN AKUNTANSI
JAKARTA
2021
Bekerja secara efektif dengan orang lain mengharuskan kita menggunakan aspek “halus”
dari dalam diri sendiri seperti pikiran, keyakinan, dan perasaan, dan juga bisa melihat
aspek-aspek tersebut dalam diri orang lain. Namun banyak orang dalam peran
kepemimpinannya cenderung melupakan aspek emosional dalam memimpin. Kesuksesan
sebuah pemimpin di masa sekarang ini ditentukan bagaimana ia dapat menggunakan
pikiran dan perasaannya secara maksimal untuk menjadi pemimpin yang “utuh”. Pikiran
seorang pemimpin lebih digunakan untuk menangani masalah organisasi seperti tujuan
dan strategi, jadwal produksi, struktur, keuangan, masalah operasional, dan hal serupa,
sedangkan hati untuk menangani masalah kemanusiaan, seperti memahami, mendukung,
dan mengembangkan orang lain. Kenapa hati menjadi penting untuk kepemimpinan-
kepemimpinan sekarang ini? Karena jaman yang berubah dengan cepat dan penuh
dengan ketidakpastian. bagaimana memberi orang pengertian dan tujuan, bagaimana
membuat karyawan merasa dihargai dan dihormati,dan bagaimana menjaga moral dan
motivasi tetap tinggi, hal-hal ini tidak hanya perlu pikiran yang mendalam saja untuk
memahami dan menemukan solusinya, tapi diperlukan hati yang bisa merasakan secara
dalam setiap permasalahan yang ada sehingga bukan hanya dapat memberikan jawaban
yang masuk di akal saja tapi juga jawaban yang bisa di terima di hati
4. Jelaskan, kapan saat yang tepat leader menggunakan fear and love didalam nilai
kepemimpinannya?
Jawab :
Pemimpin menghadapi banyak tekanan yang menantang kemampuan mereka untuk melakukan
hal yang benar. Hambatan paling berbahaya bagi para pemimpin adalah kelemahan pribadi dan
kepentingan pribadi daripada korupsi skala penuh.
Tantangan lain dalam lingkungan bisnis saat ini adalah penekanan berlebihan pada kepuasan
pemegang saham, yang dapat menyebabkan beberapa manajer berperilaku tidak etis terhadap
pelanggan, karyawan, dan masyarakat yang lebih luas. Mereka kadang-kadang dapat melakukan
hal yang salah hanya agar mereka terlihat baik di mata orang lain.
Berpegang teguh pada nilai-nilai inti seseorang dalam menghadapi tekanan adalah salah satu
bagian penting dari memimpin secara authentically dan ethnicaly. Jon Huntsman, yang menjabat
dalam pemerintahan Presiden Richard Nixon dan mengalami skandal Watergate tahun 1970-an,
mengatakan "suasana amoral merasuki Gedung Putih" pada waktu itu. Huntsman meninggalkan
posisinya setelah ditekan untuk menjebak politisi saingan.
7. Jelaskan didalam organisasi kapan saat yang tepat menerapkan akan nilai
kepemimpinan terhadap perilaku kepemimpinan baik bersifat autokrasi maupun
democary?.
Jawab :
Otokratis Seorang pemimpin yang cenderung memusatkan otoritas dan memperoleh
kekuasaan dari posisi, kontrol penghargaan, dan paksaan
Demokratis Seorang pemimpin yang mendelegasikan wewenang kepada orang lain,
mendorong partisipasi, mengandalkan pengetahuan bawahan untuk menyelesaikan tugas,
dan bergantung pada penghormatan bawahan untuk pengaruh
Kontinum Kepemimpinan
Karya awal ini menyiratkan bahwa para pemimpin itu otokratis atau demokratis dalam
pendekatan mereka. Namun, penelitian lebih lanjut oleh Tannenbaum dan Schmidt
menunjukkan bahwa perilaku kepemimpinan dapat berada pada suatu kontinum yang
mencerminkan jumlah partisipasi karyawan yang berbeda. Tannenbaum dan Schmidt
juga menyarankan bahwa sejauh mana pemimpin harus berpusat pada bos atau berpusat
pada bawahan bergantung pada keadaan organisasi dan bahwa pemimpin mungkin
menyesuaikan perilaku mereka agar sesuai dengan keadaan. Misalnya, jika ada tekanan
waktu pada seorang pemimpin, atau jika bawahan terlalu lama untuk belajar bagaimana
mengambil keputusan, pemimpin akan cenderung menggunakan gaya otokratis. Ketika
bawahan dapat mempelajari keterampilan pengambilan keputusan dengan mudah, gaya
demokratis dapat digunakan. Juga, semakin besar perbedaan keterampilan, semakin
otokratis pendekatan pemimpin karena sulit untuk membawa bawahan ke tingkat
keahlian pemimpin.
Jawab :
Pendekatan kontingensi (Contingency approach) ialah cara penerapan konsep-konsep dari
berbagai aliran manajemen dalam situasi kehidupan nyata. Pendekatan kontingensi ini
merupakan jawaban dari masalah yang dihadapi dalam praktek perusahaan, dimana
sering kali ditemui adanya metoda-metoda yang sangat efektif dalam suatu situasi tetapi
tidak akan berjalan dengan baik dalam situasi-situasi lainnya. Pendekatan kontingensi
dikembangkan oleh berbagai pelaku usaha dalam berbagai bidang keahlian, seperti :
manajer, konsultan dan peneliti.
Kontinjensi yang paling penting untuk kepemimpinan seperti yang ditunjukkan pada
gambar adalah Situation dan followers. Penelitian menyiratkan bahwa variabel
situasional seperti tugas, struktur, konteks, dan lingkungan penting untuk gaya
kepemimpinan. Dua perilaku kepemimpinan dasar yang dapat disesuaikan untuk
mengatasi berbagai kemungkinan adalah Task behaviour dan relationship behavior. High
task behaviors termasuk merencanakan aktivitas jangka pendek, mengklarifikasi tugas,
tujuan, dan peran ekspektasi, dan pemantauan operasi dan kinerja.
High relationship behavior termasuk memberikan dukungan dan pengakuan,
mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri pengikut, serta berkonsultasi dan
memberdayakan pengikut saat membuat keputusan dan penyelesaian masalah.
Followers juga telah diidentifikasi sebagai salah satu kunci contingency . Dengan
demikian, kebutuhan, kedewasaan, dan kekompakan pengikut membuat perbedaan yang
signifikan terhadap gaya kepemimpinan terbaik.
9. Menurut pendekatan whole bahwa manusia memiliki nilai pemikiran yang dibagi
menjadi dua bentuk belahan otak kanan dan kiri yang diuraikan menjadi kuadrant
A,B, C dan D. Jelaskan apakah dimungkinkan leader memiliki akan nilai
kemampuan terhadap keseluruhan kuadrant ?
Jawab :
Ilmu pengetahuan telah menunjukkan bahwa belahan otak kiri mengontrol gerakan di sisi kanan
tubuh dan belahan kanan mengontrol gerakan di sisi kiri. Otak kiri dikaitkan dengan pemikiran
logis, analitis, dan pendekatan linier untuk pemecahan masalah, sedangkan otak kanan dikaitkan
dengan proses berpikir kreatif, intuitif, dan berbasis nilai. Whole brain concept merupakan
pendekatan yang tidak hanya mempertimbangkan preferensi seseorang untuk pemikiran otak
kanan versus pemikiran otak kiri, tetapi juga untuk pemikiran konseptual versus pengalaman.
Jadi, pendekatan whole brain oleh Ned Herrmann mengidentifikasi empat kuadran otak yang
terkait dengan gaya berpikir yang berbeda.
Preferensi individu untuk masing-masing dari empat gaya ditentukan melalui survei yang
disebut Herrmann Brain Dominance Instrument (HBDI), yang memberikan gambaran
yang berguna tentang preferensi mental seseorang sehingga memengaruhi pola
komunikasi, perilaku, dan kepemimpinan individu.
Quadrant A. Dikaitkan dengan pemikiran logis, analisis fakta, dan pemrosesan angka.
Seseorang yang memiliki dominasi kuadran-A adalah orang yang rasional dan realistis,
berpikir kritis, dan suka berurusan dengan angka dan hal-hal teknis. Ini adalah bagian
"ilmuwan" dari otak.
Quadrant B. Berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian fakta, dan tinjauan
rinci yang cermat. Seseorang yang sangat bergantung pada pemikiran kuadran-B adalah
orang yang terorganisir dengan baik, dapat diandalkan, dan rapi. Ini adalah bagian
"manajer" dari otak.
Quadrant C. dDikaitkan dengan hubungan interpersonal dan memengaruhi proses
berpikir intuitif dan emosional. Individu kuadran C peka terhadap orang lain dan senang
berinteraksi dengan serta mengajar orang lain. Ini adalah bagian "guru" dari otak.
Quadrant D. Dikaitkan dengan konseptualisasi, sintesis, dan integrasi fakta dan pola,
dengan melihat gambaran besar daripada detailnya. Ini adalah bagian "seniman" dari otak
CEO tipikal adalah pemikir yang seimbang dengan setidaknya dua, biasanya tiga, dan
seringkali empat preferensi yang kuat dan dengan demikian memiliki berbagai pilihan
pemikiran yang tersedia untuk dipilih. Beragam gaya berpikir sangat penting pada tingkat
organisasi yang lebih tinggi karena para pemimpin menghadapi keragaman dan
kompleksitas orang dan masalah yang lebih besar
10. Jelaskan bagaimana upaya yang bisa dilakukan dalam menegakkan akan prinsip
moral dan etika didalam organisasi ?
Jawab :
Di organisasi lain, kebanyakan pemimpin mungkin lebih mengutamakan pencapaian
tujuan ekonomi daripada melakukan hal yang benar. Rata-rata, perusahaan yang
mengalami masalah etika biasanya memiliki pemimpin yang menjadikan pendapatan
kuartalan dan harga saham sebagai tujuan utama dalam bisnis mereka dan menjadi
ukuran terpenting dari kesuksesan organisasi yang mereka pimpin (atau bisa juga
individu). Ketika para pemimpin lupa bahwa bisnis juga terkait dengan nilai-nilai yang
lain seperti sosial, budaya, etika dsbnya, bukan hanya tentang kinerja ekonomi saja,
organisasi dan masyarakat sekitar akan merasa dirugikan. Kepemimpinan moral tidak
berarti mengabaikan untung dan rugi, harga saham, biaya produksi, dan hal-hal yang
terukur lainnya, namun tetap memperhatikan nilai-nilai etika dan mengakui pentingnya
makna kemanusiaan, kualitas, dan tujuan yang lebih tinggi. Henry Ford pernah
berkomentar mengenai etika buruk yang terjadi di dunia bisnis hingga saat ini, katanya,
"Sudah lama orang percaya bahwa satu-satunya tujuan industri adalah untuk
mendapatkan keuntungan. Mereka salah. Tujuannya adalah untuk melayani kesejahteraan
umum." Terlepas dari kenyataan bahwa perusahaan identik dengan keserakahan,
persaingan, dan dorongan untuk mencapai tujuan dan keuntungan, pemimpin dapat
mengambi tindakan yang berdasarkan kepada nilai-nilai moral dan mendorong orang lain
untuk berkembang dan menggunakan nilai moral serta mematuhi standar etika perilaku
yang ada di tempat kerja. Pemimpin harus menunjukkan komitmennya dalam
menjunjung tinggi etika dengan menjadi contoh melalui perkataan maupun perbuatan,
karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa karyawan (anggota) belajar
mengenai nilai-nilai yang penting dengan memperhatikan pemimpinnya
Selain itu juga, yang terpenting ialah para pemimpin mampu mengartikulasikan dan
menjunjung tinggi standar etika, dan berperilaku sesuai dengan moral meskipun tidak ada
yang melihat. Jika para pemimpin melanggar aturan atau berperilaku tidak bermoral
ketika mereka pikir bahwa tidak ada yang melihat dan tidak mungkin tertangkap, pada
akhirnya pemimpin beserta anggotanya akan dirugikan. Ada banyak perusahaan yang
lebih sukses tidak hanya dari segi ekonomi saja, karena menjunjung tinggi perilaku etis
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan hal tersebut.
11. Jika anda sebagai pengamat dan konsultan manajemen yang menguasai akan
bidang keilmuwan leader maka jelaskan argumentasi anda yang logis nilai
tantangan apa yang dihadapi dalam menegakkan akan prinsip moral dan etika?
Jawab :
tantangan yang dihadapi dalam menegakkan akan prinsip moral dan etika yaitu pemimpin
yang tidak beretika seperti :
arogan dan mementingkan diri sendiri
Mempromosikan kepentingan pribadi secara berlebihan
Mempraktikkan penipuan
Melanggar kesepakatan
Berurusan secara tidak adil
Mengalihkan kesalahan kepada orang lain
Mengurangi martabat orang lain
Mengabaikan perkembangan pengikut
Menahan bantuan dan dukungan
Kurangnya keberanian untuk menghadapi tindakan yang tidak adil
12. Jika anda sebagai ika anda sebagai pengamat dan konsultan manajemen yang
menguasai akan bidang keilmuwan leader maka jelaskan argumentasi anda yang
logis. bagaimana anda menjelaskan bahwa locus of control, perspektif dan juga
value serta end value mempengaruhi dalam kepemimpinan?
Jawab :
Locus of Control mendefinisikan apakah seseorang menempatkan tanggung jawab
utama atas apa yang terjadi padanya di dalam dirinya sendiri atau pada kekuatan
eksternal. Orang yang percaya tindakannya mempengaruhi punya Internal Locus
of Control yang tinggi, sedangkan sebaliknya memiliki External Locus of Control
yang tinggi. Contoh: pemimpin internal locus control Chris Hughes Co-founder
Facebook. Terdapat riset yang menunjukkan perbedaan antara kedua locus of
control ini. Internal secara umum lebih termotivasi, lebih mengontrol perilaku
mereka sendiri, lebih berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan politik, dan lebih
aktif mencari informasi, lebih cocok menyelesaikan masalah kompleks, lebih
cenderung mencoba mempengaruhi orang lain daripada eksternal dan dengan
demikian lebih cenderung mengambil atau mencari peluang kepemimpinan, akan
bertanggung jawab atas hasil dan perubahan, yang penting bagi kepemimpinan.
Perspektif, Ketika seseorang berasumsi bahwa ia telah mengetahui pengetahuan
secara lengkap mengenai suatu kondisi karena pengalaman yang lalu, itu
menunjukkan pike syndrome, ketidakmampuan terlatih yang datang dari
komitmen kaku terhadap apa yang benar terjadi di masa lalu dan sebuah
ketidakmampuan dalam mempertimbangkan alternatif serta perspektif yang
berbeda. Pemimpin harus melupakan beberapa conditioned idea-nya untuk dapat
terbuka terhadap ide baru. Hal openness—mengesampingkan preconception dan
menangguhkan keyakinan dan opini—dapat diartikan sebagai beginning’s mind.
Ketika seseorang menjadi ahli dalam suatu subjek tertentu, biasanya pikiran
mereka menjadi tertutup terhadap perspektif orang lain.
Value (Nilai) adalah keyakinan mendasar yang dianggap penting oleh individu,
yang relatif stabil dari waktu ke waktu, dan berdampak pada sikap, persepsi, dan
perilaku. Nilai adalah penyebab seseorang lebih memilih bahwa sesuatu dilakukan
dengan satu cara daripada cara lain seperti : Disadari atau tidak, kita menilai
sesuatu, orang, atau gagasan sebagai baik atau buruk, menyenangkan atau tidak
menyenangkan, etis atau tidak etis, dan sebagainya. Salah satu cara untuk
memikirkan nilai adalah dari segi nilai instrumental (Instrumental Value) dan nilai
akhir (End Value).
End Values (Nilai akhir) adalah keyakinan tentang jenis tujuan atau hasil yang
pantas untuk dicoba. Misalnya, beberapa orang menghargai keamanan, kehidupan
yang nyaman, dan kesehatan yang baik di atas segalanya sebagai tujuan penting
yang harus diperjuangkan dalam hidup. Orang lain mungkin lebih menghargai
pengakuan sosial, kesenangan, dan kehidupan yang menyenangkan.
13. Jika anda sebagai ika anda sebagai pengamat dan konsultan manajemen yang
menguasai akan bidang keilmuwan leader maka jelaskan argumentasi anda yang
logis. bagaimana anda beragumentasi dengan berbagai pendekatan akan gaya atau
perlikau kepemimpinan baik menurut Ohio, Texas, Michigan, Meta analisis, Vroom
Jago, fidler, Path Goal . adakah gaya kepemimpinan yang tepat dan efektif ?
14. Jika anda sebagai ika anda sebagai pengamat dan konsultan manajemen yang
menguasai akan bidang keilmuwan leader maka jelaskan argumentasi anda yang
logis. bagaimana anda menguraikan akan nilai peranan pemimpin didalam
memiliki akan jiwa dan spirit enterpreuner?
15. Jika anda sebagai ika anda sebagai pengamat dan konsultan manajemen yang
menguasai akan bidang keilmuwan leader maka jelaskan argumentasi anda yang
logis. bagaimana anda memaknai akan nilai followership?
Jawab :
Followership adalah suatu kemampuan dan keinginan untuk melakukan tingkah laku
tertentu dengan tujuan untuk berpartisipasi dalam memenuhi tujuan bersama.
Kepemimpinan dan pengikut saling terkait erat. Mempertimbangkan kepemimpinan satu-
satunya dasar keberhasilan organisasi adalah asumsi yang salah, dan itu membatasi
kesempatan orang-orang di seluruh organisasi untuk menerima tanggung jawab dan
menjadi aktif, kontribusi yang berharga.Agar kelompok atau organisasi mana pun
berhasil, harus ada orang yang dengan sukarela dan efektif mengikuti seperti harus ada
orang yang dengan sukarela dan memimpin secara efektif. Pengikut adalah tempat ujian,
tempat untuk mempelajari keterampilan yang berharga kepemimpinan. Selain itu,
kepemimpinan dan kepatuhan merupakan peran fundamental yang membuat individu
bergerak keluar masuk dalam berbagai kondisi.
16. Jelaskan bagaimana anda sebagai leader dalam mengembangkan akan nilai
follower agar efektif?
Jawab :
Strategi pemimpin dalam menciptakan pengikut yang efektif yaitu dengan
menerapkan prinsip-prinsip, tegas, adil, memberikan sebuah masukan dan saran
kepada pengikut, membuat komunikasi antar pengikut berjalan dengan baik,
memberikan dukungan serta motivasi akan kemampuan pengikut agar dapat
menjadi efektif.
Pengikut yang efektif adalah pemikir yang kritis, mandiri, dan aktif di organisasi.
Pengikut yang efektif berperilaku sama terhadap semua orang terlepas dari
mereka posisi dalam organisasi. Mereka tidak berusaha menghindari risiko atau
konflik. Sebaliknya, efektif pengikut memiliki keberanian untuk memulai
perubahan dan menempatkan diri mereka pada risiko atau konflik dengan orang
lain, bahkan pemimpin mereka, untuk melayani kepentingan terbaik organisasi.
mengembangkan akan nilai follower agar efektif :
1. Jadilah sumber daya bagi pemimpin
Disini pengikut yang efektif akan menyeleraskan dirinya dengan tujuan dan visi
organisasi. Dengan memahami visi dan tujuan, pengikut bisa menjadi sumber
kekuatan dan dukungan bagi pemimpin. Pengikut yang efektif juga bisa
melengkapi kelemahan pemimpinnya dengan kekuatannya. Juga, pengikut yang
efektif menyatakan tujuan pribadi mereka dan sumber daya yang mereka bawa ke
organisasi. Mereka memberitahukan kepada pemimpin mereka mengenai ide,
keyakinan, kebutuhan, dan kendala mereka. Akan lebih baik jika pengikut dan
pemimpin mengetahui kegiatan dan masalah satu sama lain.
2. Membantu pemimpin untuk menjadi pemimpin yang baik
Pengaruh pengikut terhadap pemimpin bisa meningkatkan pemimpin itu atau
menonjolkan kekurangan dari pemimpin mereka. Pengikut yang baik akan
mencari saran dari pemimpinnya dan mencari cara agar pemimpin mereka bisa
membantu mereka untuk mengembangkan skill, kemampuan, dan menambah nilai
untuk organisasi. Pengikut membantu pemimpin mereka menjadi pemimpin yang
baik dengan mengatakan apa yang mereka butuhkan untuk menjadi pengikut
yang baik. Jika pengikut bisa membuat pemimpin merasa bahwa sarannya
dihargai oleh pengikutnya maka pemimpin akan cenderung memberikan saran
yang bersifat membangun daripada kritik yang tidak bersimpati. Seorang
pemimpin juga bisa menjadi pemimpin yang baik ketika pengikut memuji
pemimpin untuk perilaku yang dihargai oleh pegikut seperti menjadi pendengar,
penghargaan atas kontribusi dan prestasi pengikut.
3. Membangun hubungan dengan pemimpin
Pengikut yang efektif bekerja untuk hubungan yang nyata dengan pemimpin
mereka termasuk mengembangkan kepercayaan dan melakukan komunikasi yang
jujur. Selain itu, hubungan dijiwai dengan rasa saling hormat bukan otoritas atau
kepatuhan. Pemimpin juga harus belajar bahwa membangun hubungan yang
positif dan saling hormat dengan atasan dapat menjadi cara terbaik untuk
implementasi perubahan penting. Pengikut bisa menimbulkan rasa hormat dengan
mengajukan pertanyaan tentang bagaimana pengalaman pemimpin ketika berada
di posisi pengikut, secara aktif juga mencari umpan balik, dan klarifikasi dasar
untuk kritik dan umpan balik khusus dari pemimpin.
4. Melihat pemimpin secara realistis
Ekspetasi pengikut yang tidak realistis dapat menimbulkan hambatan bagi
hubungan yang efektif antara pengikut dan pemimpin. Mengharapkan pemimpin
sebagai seseorang yang sempurna adalah hal yang tidak realistis. Ketika kita bisa
menerima bahwa seorang pemimpin juga bisa membuat kesalahan, maka kita
membuka jalan untuk hubungan yang wajar. Pengikut harus melihat pemimpin
sebagaimana adanya bukan seperti yang dipikirkan pengikut. Begitu juga
sebaliknya. Pengikut juga menunjukkan gambaran yang realistis terhadap diri
mereka dengan tidak menyembunyikan kelemahan atau menutupi kesalahan
mereka, juga tidak mengkritik pemimpin mereka ke orang lain. Menyembunyikan
kesalahan gejala dari pengikut yang pasif dan pengikut yang membuang waktu
mereka untuk menjelek-jelekkan pemimpin atau perusahaan mereka akan
meningkatkan kerenggangan dan memberikan dampak yang negatif. Akan lebih
baik jika langsung menyampaikan ketidaksetujuan langsung kepada pemimpin
daripada mengkritik ke orang lain.
17. Jelaskan apa yang perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan nilai kecerdasan
emosi?
Jawab :
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk merasa, mengidentifikasi,
memahami, dan berhasil mengelola emosi dalam diri dan orang lain. Menjadi cerdas secara
emosional berarti mampu mengatur diri kita sendiri dan hubungan kita secara efektif. Dalam
studi tentang para pemimpin, dua pertiga perbedaan antara rata-rata dan pemimpin dengan
kinerja terbaik ditemukan karena kompetensi emosional, dengan hanya sepertiga karena
keterampilan
Emosi penting karena pemimpin yang dapat memanfaatkan dan mengarahkan kekuatan emosi
untuk meningkatkan kepuasan, moral, dan motivasi pengikutnya akan mendapatkan hasil yang
lebih baik dan meningkatkan efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Emotions Are Contagious (emosi dapat menular) Jika kita berada di sekitar seseorang yang
tersenyum dan antusias, maka emosi positif akan menular pada kita. Sebaliknya, seseorang yang
sedang bad mood dapat menjatuhkan kita. Penularan emosi ini berarti bahwa pemimpin yang
mampu menjaga keseimbangan dan tetap termotivasi dapat menjadi teladan positif untuk
membantu memotivasi dan menginspirasi orang-orang di sekitarnya. Emotions Influence
Performance (emosi mempengaruhi kinerja) Dalam lingkungan kerja yang negatif, sebagian
besar upaya individu digunakan untuk kelangsungan emosional. Sebaliknya, dalam lingkungan
yang positif, sebagian besar upaya seseorang digunakan untuk pekerjaan. Emosi positif
memungkinkan individu untuk melakukan yang terbaik dari kemampuan merek
18. Jika anda sebagai ika anda sebagai pengamat dan konsultan manajemen yang
menguasai akan bidang keilmuwan leader maka jelaskan argumentasi anda yang
logis. Sejauh mana kecerdasan emosi diperlukan didalam nilai kepemimpinan?
19. Jelaskan mengapa konsep akan nilai the great man leadership mulai ditinggalkan
setelah terjadi penelitian di era tahun 1940an dalam pengembangan akan ilmu
kepemimpinan ?
20. jika anda sebagai ika anda sebagai pengamat dan konsultan manajemen yang
menguasai akan bidang keilmuwan leader maka jelaskan argumentasi anda yang
logis. Saran apa yang perlu diberikan bagi organisasi di masa pandemi virus corona
19 yang terjadi akibat penurunan akan produktivitas serta pendapatan
perusahaan?