PERSONAL CHARACTERISTICS OF
LEADERS
Physical
characteristics
Activity
Energy
Social
background
Mobility
Intelligence and
ability
Judgment,
decisiveness
Knowledge
Fluency of speech
Personality
Alertness
Social
characteristics
Originality, creativity
Ability to enlist
cooperation
Cooperativeness
Self-confidence
Work-related
characteristics
Achievement drive, desire
to excel
Drive for responsibility
Responsibility in pursuit of
goals
Task orientation
Popularity, prestige
Sociability,
interpersonal skills
Social participation
Tact, diplomacy
Keterangan:
1.Percaya diri (self confidence)
Self confidence menunjukkan suatu tingkat dimana
seseorang mempunyai keyakinan atas dirinya sendiri,
bahwa dirinya mempunyai kemampuan untuk
menentukan, membuat keputusan serta memberikan
ide-ide seorang pemimpin dengan image yang positif
tentang dirinya dan mampu memperlihatkan
kemampuannya secara pasti, akan membantu
perkembangan kepercayaan diri pengikutnya.
3. Kemampuan
(drive)
untuk
mengendalikan
LEADERSHIP CONTINUUM
Boss-Centered
Boss-Centered
Leadership
Leadership
Subordinate-Centered
Subordinate-Centered
Leadership
Leadership
Managerpresents
presents
Manager
ideasand
andinvites
invites
ideas
questions
questions
Managersells
sells
Manager
decision
decision
Mangerspresents
presents
Mangers
problem,gets
gets
problem,
suggestions,
suggestions,
makesdecision
decision
makes
Managerpresents
presents
Manager
tentativedecision
decision
tentative
subjectto
tochange
change
subject
Managerpermit
permit
Manager
Subordinatesto
to
Subordinates
functionwithin
within
function
limitsdefined
defined
limits
bysuperior
superior
by
Managerdefines
defines
Manager
limits,asks
asks
limits,
groupto
tomake
make
group
decision
decision
BEHAVIOR APPROACH
(PENDEKATAN TINGKAH LAKU)
Pendekatan
tingkah
laku
(behavior
approach)
mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai
tingkah laku yang tepat dapat menjadi pemimpin yang
baik. Behavior Approach ini menyelidiki tentang:
1. Autocratic Versus Democratic Leadership
Autocratic Leadership (Kepemimpinan Otokrasi)
adalah
salah satu bentuk kepemimpinan dimana
kekuasaan terpusat pada pimpinannya dan kekuasaan
yang diperolehnya berasal dari posisi, pemberian
hadiah, atau
paksaan. Autocratic Leadership ini
sering juga disebut BossCentered Leadership.
1,9
Concern
Concernfor
forpeople
people
Country Club
Management
Thoughtful attention to the
needs of people for
satisfying
relationships leads to a
atmosphere and work
tempo.
Team Management
Work accomplishment is
from committed people;
Interdependence through
a common stake in
organization purpose leads
to
relationships of
Trust and respect.
5
4
Authority-Compliance
Management
Efficiency in operations
Results from arranging
Conditions of work in
Such a away that human
9,1
elements interfere to a
minimum degree.
3
2
1
9,9
1,1
Law
1
Low
Impoverished
Management
Exertion of minimum effort
to get required work done
is appropriate to sustain
organization membership
9
High
3.
Keterangan:
1,1 = Impoverished Management
1,9 = Country Club Management
5,5 = Middle of the Road Management
9,1 = Authority Compliance Management
9,9 = Team Management
Penjelasan:
1.Team Management
Prestasi dan penyelesaian pekerjaan berasal dari
orang-orang yang mempunyai komitmen, pada
keadaan yang saling tergantung melalui Common
Stake pada suatu tujuan kepemimpinan dari suatu
organisasi dalam menjalin hubungan yang dapat
dipercaya dan saling menghormati.
Team Management ini terletak pada posisi 9,9 (lihat
gambar), artinya concern for result (perhatian pada
hasil pekerjaan) itu tinggi dan concern for people
(perhatian pada orang-orang yang bekerja) pun tinggi.
Team Management ini menjadi tipe leadership grid
yang paling efektif karena anggota-anggota organisasi
bekerja
bersama-sama
untuk
menyelesaikan
pekerjaan.
5.Impoverished Management
Upaya penggunaan minimum dilakukan
untuk memperoleh suatu pekerjaan yang tepat
untuk membenarkan suatu anggota organisasi.
Impoverish Management berada pada posisi
1,1 (lihat gambar), artinya baik concern for
result maupun concern for people berada pada
tingkat yang rendah.
Impoverish Management berarti adanya
kekurangan
filosofi
kepemimpinan;
pemimpin
juga
mempunyai
hubungan
interpersonal yang rendah.
Menurut
pandangan
Dyadic,
seorang
pemimpin
akan
membentuk relationship yang berada dengan pengikut-pengikut
yang berbeda pula, contoh: interview bawahan oleh seorang
pemimpin akan memberikan deskripsi yang berbeda atas orang
yang sama, dimana bisa mempunyai beberapa deskripsi yang
positif dan beberapa deskripsi yang negative.
2. Leader-Member Exchange
Kepemimpinan merupakan individualisasi untuk
setiap subordinasi. Dimana setiap Dyad meliputi
perubahan yang unik atas kebebasan dari Dyad
lainnya.
3. Partnership Building
Pemimpin dapat menjangkau keluar untuk
menciptakan perubahan yang positif atas
setiap subordinasinya. Dapat dilakukan
dengan
cara
meningkatkan
performancenya.
4. Systems and Networks
Pemimpin Dyad dapat diciptakan disemua
direksi melewati batas dan tingkatan untuk
membangun networks (jaringan-jaringan
kerja)
dimana
dapat
mempertinggi
performance.
OUT-GROUP
Memberikan follower petunjuk
spesifik atas bagaimana tugas/
tujuan dapat diraih
Menunjukkan sedikit minat
pada komentar dan usulan
follower
Mengkritik & menghukum
kesalahan
Menugaskan pekerjaan yang
rutin & melakukan monitoring
secara ketat
Biasanya memaksakan idenya
sendiri (leader)
Berfokus pada kelemahan
SUMMARY
Traits tidak dapat menjamin kesuksesan kepemimpinan,
namun ada perilaku yang muncul dari trait yang dimiliki
leader yang mampu memenuhi kebutuhan follower
Hubungan yang baik dapat diciptakan oleh leader dengan
follower secara individual untuk bekerja dengan baik
dalam struktur organisasi yang ada sehingga menghasilkan
kinerja yang memuaskan leader dan follower
Karakteristik yang sesuai, perlu perilaku & hubungan yang
sesuai sehingga leadership menjadi efektif. (=mencapai
kinerja yang memuaskan= 9.9 dalam leadership grid
CHAPTER 4
CONTIGENCY APPROACHES
BY:
SETIA TJAHYANTI
Universalistic
Approach
Leadership
Leadership
Traits/behaviors
Traits/behaviors
Outcomes
Outcomes
(Performance,satisfaction,
satisfaction,etc.)
etc.)
(Performance,
Leader
Contingency
Approach
e.g.,Styles
Styles
e.g.,
Traits
Traits
Behavior
Behavior
Position
Position
Followers
e.g.,
e.g.,
Needs
Needs
Maturity
Maturity
Training
Training
Cohesion
Cohesion
e.g.,Task
Task
e.g.,
Structure
Structure
Systems
Systems
Environment
Environment
Outcomes
Outcomes
(Performance,satisfaction,
satisfaction,etc.)
etc.)
(Performance,
Situation
Karakteristik/
Perilaku
Kepemimpinan
Keluaran
Kinerja/Kepuasan
PENDEKATAN KONTIGEN
Pemimpin
Gaya
Karakter
Perilaku
Posisi
Kebutuhan
Kedewasaan
Pelatihan
Kepanduan
Tugas
Struktur
Sistem
Lingkungan
Keluaran
Kinerja/
Kepuasan
Pendekatan Kontigen
Kontigen adalah bahwa suatu hal bergantung pada halhal lainnya, dan untuk menjadi seorang pemimpin yang
efektif maka harus ada kesesuaian yang tepat antara
perilaku para pemimpin dan gaya serta kondisi dari
suatu situasi sebuah gaya kepemimpinan yang bekerja
pada suatu situasi yang bisa tidak berhasil pada situasi
lainnya. Hal tersebut bukan salah satu cara dari
kepemimpinan.
Kontigen
berarti
hal
tersebut
bergantung.
Teori kontigen merupakan penolakan terhadap teoriteori kepemimpinan sebelumnya yang memberlakukan
asas-asas umum untuk semua situasi. Teori ini
berpendapat bahwa tidak ada satu jalan kepemimpinan
terbaik untuk mengelola dan mengurus satu organisasi.
Terdapat 3 dimensi:
a. Hubungan pemimpin-anggota (the leader-member
relationship)
pada situasi yang menguntungkan, hubungan yang terjadi
pemimpin diterima dengan baik oleh anggotanya begitupun
sebaliknya terbina suasana persahabatan, tidak ada perselisihan,
setiap permasalahan diselesaikan secara kekeluargaan.Tolak
ukurnya: efektif/ tidak efektif.
b. Derajat dari susunan tugas (the degree of task structure)
Pada situasi yang menguntungkan, tugas-tugas dikerjakan anggota
organisasi/ bawahan tersusun dengan jelas sehingga setiap orang
mengetahui tugas, wewenang dan tanggungjawabnya. Tolak
ukurnya: terstruktur/ tdk terstruktur.
c. Posisi kekuasaan pemimpin (the leaders position power)
Pada situasi yang menguntungkan, kedudukan atau posisi
kekuasaan formal pemimpin menjadi tegas dan kuat, sehingga
mempermudah usahanya dalam mempengaruhi pikiran, sikap
dan perilaku anggota bawahannya. Tolak ukurnya: kuat/ lemah.
Very Favorable
LeaderMember
Relations
Good
Task Structure
Good
Intermediate
Good
High
Good
Very Unfavorable
Poor
Low
Weak
Strong
Poor
Poor
High
Weak
Strong
Poor
Low
Weak
Strong
Weak
Power
Situations
II
III
IV
VI
VII
VIII
Coworker Score
Least Preferred
High
Person-oriented leaders
Perform better
0
Task-oriented
leaders perform
better
Low
LeaderMember
Relations
Task Structure
Leader
Position Power
Good
Good
Good
Good
Poor
Poor
Poor
Poor
Unstructured
Structured
Strong
Weak
Structured
Strong
Weak
Strong
Weak
Unstructured
Strong
Weak
RELATIONSHIP BEHAVIOR
(Supportive Behavior)
(HIGH)
LEADERBEHAVIOR
BEHAVIOR
LEADER
S3
S4
Turn over
Responsibility
For decisions
And,
Implementation
(LOW)
HIGH
Explain
decisions
and
provide
opportunity
for
clarification
S2
Provide
specific
instructions
and closely
supervise
performance
TASK BEHAVIOR
(Guidance)
FOLLOWER READINESS
S1
(HIGH)
MODERATE
LOW
R4
R3
R2
R1
Able and
Willing or
confident
Able but
Unwilling or
insecure
Unable but
Willing or
Confident
Unable and
Unwilling or
Insecure
FOLLOWER DIRECTED
LEADER DIRECTED
Telling Style
Merupakan gaya kepemimpinan secara langsung,
termasuk
didalamnya
memberikan
pengarahan
secara langsung mengenai bagaimana tugas-tugas
harus diselesaikan.
Selling Style
Berkaitan dengan memberikan pengarahan, tetapi
juga termasuk mencari input dari factor-faktor lainnya
sebelum membuat keputusan.
Participating Style
Merupakan gaya kepemimpinan yang difokuskan
untuk mendukung pertumbuhan dan peningkatan
factor-faktor
lainnya
dengan
memadukan
pengembangan keahlian dan bertindak sebagai
sumber daya untuk kebutuhan nasehat dan informasi.
Delegating Style
Merupakan sebuah gaya kepemimpinan
sedikit pengarahan dan sedikit dukungan.
Gaya kepemimpinan telling ditujukan para
bawahan
yang
lambat
bekerja.
Gaya
kepemimpinan
selling
&
participating
digunakan untuk para bawahan tingkat
menengah sedangkan gaya kepemimpinan
delegating lebih sesuai untuk para bawahan
tingkat tinggi. Model Contigency lebih mudah
dimengerti dibandingkan dengan Model
Fielders
karena
model
ini
hanya
memfokuskan pada karakter-karakter dari
para bawahannya, tetapi tidak ditujukan
untuk kondisi yang lebih luas.
Teori Path-Goal
Pendekatan Contigency lainnya dalam kepemimpinan
yaitu
Teori
Path-Goal.
Teori
ini
merupakan
tanggungjawab para pemimpin untuk meningkatkan
motivasi dari para bawahan untuk mencapai tujuan
individu dan organisasi. Cara-cara yang dilakukan
untuk meningkatkan motivasi dari para bawahan
antara lain:
1. Memberikan penghargaan bagi mereka yang pantas
2. Memperbanyak penghargaan bagi para bawahan
yang
mempunyai
nilai baik dan mempunyai
semangat
dalam bekerja.
Klasifikasi Path berarti bahwa para pemimpin bekerja
dengan para bawahannya untuk membantu mereka
dalam mengidentifikasi dan mempelajari perilakuperilaku yang akan memimpin tugas-tugas dan menuju
keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
pencapaian penghargaan dari perusahaan.
Path Clarification
Leader
Leaderlearns
learnsfollowers
followersneeds
needs
Leaderdefines
defineswhat
whatfollower
followermust
must
Leader
doto
toattain
attainwork
workoutcomes
outcomes
do
Leader
clarifies
followers
workrole
role
Leader clarifies followers work
Followerhas
hasincreased
increasedknowledge
knowledge
Follower
andconfidence
confidenceto
toaccomplish
accomplish
and
outcomes
outcomes
Leader
Leadermatches
matchesfollowers
followersneeds
needs
to
reward
if
work
outcomes
to reward if work outcomesare
are
accomplished
accomplished
Leader
Leaderincreases
increasesvalue
valueof
ofwork
work
outcomes
for
follower
outcomes for follower
Followerdisplays
displaysincreased
increased
Follower
effortand
andmotivation
motivation
effort
Organizationalwork
workout
out
Organizational
comes are
areaccomplished
accomplished
comes
Leader Behavior
Menurut path goal theory, ada 4 klasifikasi atau tipetipe perilaku seorang pemimpin yaitu:
Supportive Leadership
Pemimpin dengan perilaku ini menunjukkan
kepedulian kepada anak buahnya, terbuka, ramah,
menciptakan iklim kerja yang kondusif dan
memperlakukan bawahan sama rata. Teori ini sama
juga dengan teori perilaku Consideration/ People
Oiented.
Directive Leadership
Pemimpin dengan perilaku ini langsung memberitahu
karyawan atau anak buahnya tentang apa yang
seharusnya mereka kerjakan. Hal ini termasuk
merencanakan, membuat jadwal, menentukan tujuan
akhir dan memberikan penekanan pada peraturanperaturan. Teori ini seperti teori perilaku initiating
Structure/ Task Oriented.
Participative Leadership
Pemimpin dengan perilaku ini mengajak
bawahan turut serta dalam pengambilan
keputusan, meminta pendapat dan saransaran, mengadakan rapat atau pertemuan
dengan bawahan di tempat kerja.
Achievement-Oriented Leadership
Pemimpin
dengan
perilaku
ini
menginginkan
bawahannya menunjukkan
suatu prestasi kerja yang membanggakan.
Setiap bawahan
dituntut harus mampu
mencapai target yang
sudah ditentukan.
Situational Contingencies
Dua hal penting yang tercakup dalam
situational contingencies yaitu:
1.Karakteristik pribadi dari para anggota,
meliputi beberapa factor yaitu ability,
skill, needs, dan motivations.
2.Lingkungan kerja, meliputi struktur
tugas yang dilakukan, sifat dari
kekuasaan formal, dan kelompok kerja
itu sendiri.
Diagnostic Questions
Pentingnya partisipasi dalam pembuatan keputusan
tergantung respon pada 8 pertanyaan diagnosa.
Pertanyaan-pertanyaan
tersebut
berhubungan
dengan masalah yang dihadapi dan pentingnya
komitmen bawahan terhadap keputusan tersebut.
1. Quality Requirement (QR)
Yaitu seberapa penting kualitas dari suatu
keputusan. Jika keputusan berkualitas tinggi penting
bagi kinerja kelompok, maka pemimpin harus
terlibat aktif didalamnya.
2. Commitment Requirement (CR)
Yaitu
seberapa
penting
komitmen
bawahan
terhadap
suatu
keputusan.
Jika
penerapan
keputusan mensyaratkan bawahan berkomitmen,
maka pemimpin harus melibatkan bawahan dalam
proses pengambilan keputusan.
HIGHLY DEMOCRATIC
PENJELASAN
A2
C1
C2
SUMMARY
Hasil suatu kepemimpinan, sangat tergantung dari leader,
follower & situation
Contigency approach menunjukkan adanya hubungan antara
leader dengan organisasi, dimana situasi yang berbeda
memerlukan kepemimpinan yang berbeda pula.
Fiedler menyatakan bahwa kepemimpinan berorientasi tugas
cenderung akan berhasil pada situasi yang sangat mudah atau
sangat sulit, sedang pada situasi biasa-biasa pemimpin
berorientasi orang akan lebih efektif.
Hersey and Blanchard menyatakan bahwa gaya kepemimpinan
perlu disesuaikan dengan kesiapan follower.
Path goals theory menyatakan bahwa leader perlu
mengklarifikasikan jalur yang perlu ditempuh follower untuk
memperoleh reward
Vroom & jago menyatakan bahwa pemimpin perlu menganalisis
situasi untuk menentukan tingkat keikutsertaan bawahan dalam
mengambil keputusan.
Pendekatan pengganti dari kepemimpinan (substitutes for
leadership) menyatakan bahwa pemimpin perlu menyesuaikan
gaya mereka untuk menyediakan sumberdaya yang tidak bisa
diperoleh dalam situasi organisasi.