Anda di halaman 1dari 8

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA


Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (1-8)

PEMBUATAN ARANG BRIKET DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU


LIMBAH INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU MERBAU

--------------------------------------------------------------------------------------------------
Hermanus Jimy Suripatty 1, Nicodemus Rahanra 2, Wardhana Wahyu Dharsono3
Dosen Teknik Informatika Universitas Satya Wiyata Mandala
(Naskah diterima: 10 Juni 2018, disetujui: 28 Juli 2018)

Abstract
The waste referred to herein is a by-product formed by the activity of woody biomass or fibrous
ligno-cellulose, an unmet raw material. In this case, it is restricted to merbau wood processing
industry. The existence of waste referred to the problem of handling that has been left to rot,
stacked and burned all of which have negative impact on the environment so that the handling
needs to be considered. One way that can be taken is to use it into value-added products with
applicative and populist technology so that the results are easily socialized to the public.
Evaluation results show some positive prospect as an example of applicative technology can be
applied satisfactorily in converting waste wood processing industry into charcoal charcoal,
charcoal briquettes, activated charcoal, charcoal compost and soil conditioning. In general, the
combustion process of solids consists of several stages of heating, drying, devolatilization and
charcoal burning. Factors that determine the combustion characteristics of a briquette are
combustion velocity, heating value, specific gravity and the amount of pollution or volatile
compound produced. This research uses raw material of merbau sawdust waste with
carbonization temperature and adhesive used in research in the form of sago flour.

Keywords: Waste, Sawn Timber, Briquettes, Sago Flour, Merbau Wood.

Abstrak
Limbah yang dimaksud disini adalah hasil samping yang terbentuk dari kegiatan bahan biomassa
kayu atau berserat ligno-selulosa, suatu bahan baku yang belum termanfaatkan .Untuk kasus ini
dibatasi pada industri pengolahan kayu merbau.Adanya limbah dimaksud menimbulkan masalah
penanganannya yang selama ini dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar yang kesemuanya
berdampak negatif terhadap lingkungan sehingga penanggulangannya perlu dipikirkan.Salah satu
jalan yang dapat ditempuh adalah memanfaatkannya menjadi produk yang bernilai tambah
dengan teknologi aplikatif dan kerakyatan sehingga hasilnya mudah disosialisasikan kepada
masyarakat. Hasil evaluasi menunjukkan beberapa hal berprospek positif sebagai contoh
teknologi aplikatif dimaksud dapat diterapkan secara memuaskan dalam mengkonversi limbah
industri pengolahan kayu menjadi arang serbuk, briket arang, arang aktif, arang kompos dan soil
conditioning. Secara umum, proses pembakaran padatan terdiri atas beberapa tahap yaitu
pemanasan, pengeringan, devolatilisasi dan pembakaran arang.Faktor-faktor yang menentukan
karakteristik pembakaran suatu briket adalah kecepatan pembakaran, nilai kalor, berat jenis dan

1
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (1-8)

banyaknya polusi atau senyawa volatil yang dihasilkan. Penelitian ini menggunakan bahan baku
limbah serbuk gergaji kayu merbau dengan temperatur karbonisasi dan perekat yang digunakan
pada penelitian berupa tepung sagu.

Kata Kunci : Limbah, Serbuk Gergajian Kayu, Briket, Tepung Sagu, Kayu Merbau.

I. PENDAHULUAN sumber daya alam kehutanan yang ada di

M
asalah energi tidak lepas dari Kabupaten Nabire.
kehidupan manusia. Pertam- Berdasarkan data BPS ( Nabire Dalam
bahan jumlah penduduk, pe- Angka Tahun 2014) , luas hutan di Kabupaten
ningkatan pola hidup manusia dan semakin Nabire sebesar 1.202.003,70 ha. Luas hutan
banyaknya industri yang berkembang meng- lindung sebesar 340.477,40 ha atau 28,33
akibatkan permintaan akan kebutuhan energi persen dari total keseluruhan. Luas hutan yang
terus meningkat, sedangkan ketersediaaan digunakan untuk kawasan suaka alam atau
cadangan energi semakin menipis. Hal ini kawasan pelestarian alam sebesar 129.793,99
berdampak pada meningkatnya harga jual ha. Sementara luas hutan produksi mencapai
bahan bakar minyak dunia khususnya minyak 663.513,83 ha yang terdiri atas hutan produksi
tanah di Indonesia.Oleh karena itu, diperlukan terbatas sebesar 299.661,25 ha, hutanproduksi
bahan bakar alternatif yang murah dan ramah tetap sebesar 241.384,86 ha dan hutan
lingkungan sebagai pengganti minyak tanah produksi yang dikonversikan sebesar
untuk industri kecil dan rumah tangga. 122.467,72 ha, secara terperinci potensi
Salah satunya energi alternative tersebut ketersediaan kayu sesuai dengan wilayah
adalah penggunaan briket dari limbah kecamatan di kabupaten Nabire pada table 1.1.
biomassa berupa serbuk gergaji kayu.Industri Selain itu dalam data Nabire dalam angka
mebel kayu merupakan salah satu indutri yang tahun 2014 , produksi gergaji kayu di Nabire
banyak terdapat di Indonesia. Dalam pada tahun 2010 sebesar 155.00 m3 dengan
menjalankan proses usaha tersebut industri densitas 600 kg/m3 maka didapat 93.000 ton .
mebel menghasilkan limbah yang jarang Jika dari kayu yang tersedia tedapat 40% yang
sekali termanfaatkan oleh mayoritas orang, menjadi limbah serbuk gergaji, maka akan
yaitu serbuk gergaji dan ini didukung dengan didapat potensi pembuatan briket sebesar
37.200 ton/th.

2
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (1-8)

Penggunaan berbagai jenis kayu sebagai Selulosa merupakan polisakarida yang


bahan bakar telah banyak dilakukan. Dengan tersusun dari glukosa dengan rumus molekul
menggunakan barbagai jenis kayu sebagai C6H12O6.selulosa merupakan bahan utama
bahan bakar seperti kayu bakar, serbuk gergaji kayu yang berkaitan erat dengan bahan
kayu, ampas tebu, dan kayu bekas peti kemas struktural tumbuhan yang kompleks yang
(Tranggono dkk, 1977). Menurut jofie F. disebut lignin. Selulosa pada kayu terutama
Dumanauw (1996), kayu terdiri beberapa terletak pada dinding sel skunder, yaitu 39–
unsur kimia. Namun, persentase kandungan 45% (Sjostrom,1995).
yang terdapat dalam kayu tersebut berbeda – b. Unsur karbohidrat yang terdiri
dari hemiselulosa
beda untuk tiap–tiap jenis kayu. Biasanya
Hemiselulosa merupakan senyawa
jenis kayu keras memiliki persentase
dengan molekul – molekul besar yang berupa
komposisi kimia yang lebih tinggi bila
karbohidrat (J.F.Dumanauw,1996). Kadar
dibandingkan dengan kayu lunak.
hemiselulosa dalam kayu berkisar antara 15–
II. KAJIAN TEORI
25% yang tersusun atas gula beratom C-5
Pada penelitian ini digunakan kayu
dengan rumus molekul C5H10O5 yang
Merbau atau ipil adalah nama sejenis pohon
disebut pentosan.
penghasil kayu keras berkualitas tinggi
c. Unsur non karbohidrat yang terdiri
anggota suku Fabaceae (Leguminosae).
dari lignin
Karena kekerasannya, di wilayah Maluku dan
Lignin merupakan suatu polimer yang
Papua barat kayu ini juga dinamai kayu besi.
kompleks dengan bentuk amorf dan memiliki
Di Papua Nugini, kayu ini dikenal sebagai
berat molekul yang tinggi (J.F.Dumanauw,
kwila; sedangkan nama-namanya dalam
1996). Kadar lignin dalam kayu berkisar
bahasa Inggris adalah mirabow, Moluccan
antara 18–33%. Memiliki titik nyala 250–
ironwood, Malacca teak.
2750C. Lignin tersusun atas unit–unit fenil
2.1.Komponen kimia kayu terdiri dari
propan. Lignin yang terdapat diantara sel–sel
beberapa unsur, yaitu :
di dalam dinding sel, berfungsi sebagai
a. Unsur Karbohidrat yang terdiri
perekat antar sel. Lignin dapat mempertinggi
dari selulosa
sifat racun yang membuat kayu tahan bakteri–

3
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (1-8)

bakteri perusak dan serangga, namun ada 2.2.Bahan Perekat


beberapa kelompok mikroorganisme seperti Untuk merekatkan partikel–partikel zat
jamur yang memiliki enzim tertentu yang dalam bahan baku pada proses pembuatan
tidak bisa dirombak oleh lignin ( Kirk dan briket maka diperlukan zat perekat sehingga
Ferrel dalam Richard, 1996 ). dihasilkan briket yang kompak. Berdasarkan
d. Unsur yang diendapkan dalam kayu fungsi dari perekat dan kualitasnya, pemilihan
selama proses pertumbuhan (zat bahan perekat dapat dibagi sebagai berikut :
ekstraktif) 1)Berdasarkan sifat/bahan baku perekat briket.
Zat ekstraktif merupakan komponen Adapun karakteristik bahan baku perekatan
kayu yang dapat larut dalam pelarut seperti untuk pembuatan briket adalah sebagai
ester, alcohol, bensin, dan air.Kadar rata– berikut:
ratanya berkisay antara 3–8% dari berat kayu a. Memiliki gaya kohesi yang baik bila
kering, termasuk didalamnya resin, lilin, dicampur dengan
lemak, tannin, gula, pati, minyak, dan zat b. Mudah terbakar dan tidak berasap.
warna. Zat ekstraktif sangat penting untuk c. Mudah didapat dalam jumlah banyak dan
mempertahankan fungsi biologi pohon, karena murah harganya.
dapat bersifat racun dan menghambat d. Tidak mengeluarkan bau, tidak beracun
pertumbuhan bakteri dan serangga (Agoes. D, dan tidak berbahaya.
1994). Zat ekstraktif juga berfungsi dalam 2) Berdasarkan jenis
proses pembuatan pulp dan kertas (Ajostrom Jenis bahan baku yang umum dipakai
E,1995). sebagai pengikat untuk pembuatan briket,
e. Abu yaitu
Selain senyawa diatas, didalam kayu juga a. Pengikat anorganik
terdapat beberapa zat organic yang disebut Pengikat anorganik dapat menjaga ketahanan
abu (sisa pembakaran). Kadar abu dalam kayu briket selama proses pembakaran sehingga
sekitar 0,2–1% dari berat kayu kering dasar permeabilitas bahan bakar tidak
(J.F.Dumanauw,1996). Komponen utama abu terganggu. Pengikat anorganik ini mempunyai
kayu adalah kalium, kalsium, magnesium, dan kelemahan yaitu adanya tambahan abu yang
silicon (D. Fengel dan G. Wegener, 1983). berasal dari bahan pengikat sehingga dapat

4
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (1-8)

menghambat pembakaran dan menurunkan kayu untuk bahan baku kayu, kulit keras dan
nilai kalor. Contoh dari pengikat anorganik batok kelapa telah memiliki standar yaitu SNI
antara lain semen, lempung (tanah liat), (Standar Nasional Indonesia) no. SNI 01-
natrium silikat. 6235-2000 dengan syarat mutu meliputi kadar
b. Pengikat Organik air: maksimal 8% b/b; bagian yang hilang
Pengikat organik menghasilkan abu yang pada pemanasan 9500C:maksimal 15%; kadar
relative sedikit setelah pembakaran briket dan abu : maksimal 8%; kalori (atas dasar berat
umumnya merupakan bahan perekat yang kering), minimal 5000 kal/gr. (Diana Ekawati
efektif.Contoh dari pengikat organik diantara Fajrin, 2010).
nya kanji, tar, aspal, amilum, molase dan III. METODE PENELITIAN
parafin. Adapun bahan perekat dalam Obyek penelitian adalah limbah serbuk
pembuatan briket ini adalah tepung tapioka gergajian kayu merbau limbah dari industri
(sagu). pengolahan kayu yang akan dibuat menjadi
Sagu merupakan tanaman tropik yang briket sebagai bahan bakar alternatif .
sangat produktif sebagai penghasil pati dan Penelitian dilakukan di kota Nabire Papua.
energi. Diperkirakan produktifitas sagu dapat Keberhasilan suatu penelitian sangat
mencapai dua kali produktifitas ubi kayu. dipengaruhi oleh penentuan tahapan tindakan
Pada saat ini potensi produksi sagu di yang akan dilaluinya, maka diperlukan
Indonesia diperkirakan 4.913 ton tepung penentuan yang cermat berkenaan dengan
kering per tahun. Jumlah ini masih dapat tahapan proses penelitian tersebut.
dikembangkan menjadi 90 kali lipat jika Bahan–bahan yang diperlukan adalah
dilakukan pemanfaatan 50 persen dari total limbah serbuk gergajian yang diambil dari
daerah rawa yang ada dan dilakukan industri pengergajian kayu sekitar kota Nabire
perbaikan teknik budidaya. (Soekarto dan Papua, Tepung Sagu sebagai perekat dengan
Wijandi, 1983) pengecer air. Peralatan yang dipakai gelas
2.3 Standar Kualitas Briket Arang ukur untuk mengukur volume air, timbangan,
Briket arang daun dan rerumputan kompor, wajan, ember besar dan kecil, ayakan
belum memiliki standar yang bertaraf nasional (mes), alat pres. Pengumpulan data yang
maupun internasional. Tetapi briket arang dilakukan adalah sebagai berikut:

5
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (1-8)

1. Data yang dibutuhkan IV. HASIL PENELITIAN


Untuk dapat memecahkan masalah yang 4.1 ProsesPenyaringan
dihadapi, dibutuhkan data mengenai: Proses awal dimulai dengan penyaringan
- Kapasitas limbah serbuk gergajian kayu menggunakan saringan 10—30 mesh agar
- Kadar air serbuk gergajian kayu memperoleh ukuran yang sesuai dalam
-Komposisi perekat sagu pada campuran pembuatan briket serbuk kayu, sehingga
briket serbuk kayu tersebut memiliki keteguhan dan
- Proses Produksi Briket kerapatan yang baik.Proses penyaringan
2. Teknik Pengumpulan Data dilakukan supaya pada proses Pengarangan
Dalam teknik pengumpulan data ini melalui: Serbuk Kayu terjadi pematangan sempurna,
-Wawancara dengan pengajuan daftar karena adanya keseragaman ukuran gergajian.
pertanyaan 4.2.Pengarangan Serbuk Kayu
- Literatur dimana data-data yang tidak dapat Dalam proses pengarangan serbuk
langsung diperoleh dari sumber pertanyaan, kayu terlebih dahulu di keringkan dengan cam
dilakukan dengan membaca dokumen atau di jemur di bawah sinar matahari , serbuk
laporan. Pengolahan data yang dilakukan kayu tersebut di masukan dalam wajan atau
dalam penelitian ini adalah wadah sejenisnya dan di panaskan di atas
1. Melakukan uji kekeringan pada arang kompor atau tungku hingga serbuk kayu
serbuk gergajian kayu merbau pada posisi tersebut berubah warna menjadi hitam.
basah (setelah cetak). 4.3.Pencampuran Arang Serbuk Kayu
2. Melakukan uji kekeringan pada arang dan Perekat
serbuk gergajian kayu merbau pada posisi Pencampuran perekat dengan arang
kering (setelah cetak). serbuk kayu menggunakan tepung kanji untuk
3. Melakukan uji komposisi pencampuran menyatukan arang serbuk kayu tersebut,
arang serbuk gergajian kayu merbau perbandingannya adalah 1 kg Arang
dengan perekat sagu. Gergajian dan 0,5 kg tepuk sagu. Tepung
4. Melakukan uji kembangsusut briket arang sagu terlebih dahulu di rebus dengan air
serbuk gergajian kayu merbau. secukupnya lalu serbuk kayu di masukan dan
di aduk hingga merata. Bahan yang sudah di

6
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (1-8)

campur lalu di cetak dan di kempa.Yang arang mempunyai sifat higroskopis yang
perlu diperhatikan dalam proses ini adalah, tinggi.sehingga penghitungan kadar air
komposisi dari arang gergajian dan bertujuan untuk mengetahui sifat higroskopis
campuran air serta sagu.Pada proses briket arang hasil penelitian.Nilai rata- rata
pencairan sagu komposisi air harus tepat kadar air. Dari proses penelitian di atas,
sehingga tidak terlalu encer atau sebaliknya didapatkan diagram alir produksi pembuatan
tidak boleh kental, factor ini sangat penting briket dengan bahan baku serbuk gergajian
dalam proses perekekatan briket. kayu merbau dengan perekat tepung sagu
4.4.Pencetakan dan Pengempaan dengan campuran air. Hal tersebut dapat
Arang serbuk kayu yang sudah di dilihat dari gambar diagram dibawah ini
campur dengan perekat di masukan ke dalam
cetakan lalu di kempa menggunakan
dongkrak sebagai pengepres, tekan dan tahan
beberapa menit agar menhasilkan briket
yang padat dan tidak mudah pecah.
4.5.Pengeringan
Setelah bahan di cetak dan di kempa
lalu di keringkan untuk mengurangi kadar air
yang terdapat di dalam briket, pengeringan
dapat di lakukan menggunakan oven atau di
jemur di bawah sinar matahari. Jika
menggunakan oven suhu yang di butuhkan
600°C selama ± 24 jam, jika penjemuran di
bawah sinar matahari membutuhkan waktu ±
36 jam
4.6. Kadar Air , Dimensi Briket
Kadar air briket berpengaruh ter-
hadap nilai kalor. Semakin kecil kadar air
maka semakin bagus nilai kalo nya. Briket

7
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (1-8)

4.7 Hasil nilai kadar air dan nilai susut terhadap campuran

Tabel 2. Perbandingan Campuran bahan dan kadar air briket arang

V. KESIMPULAN gergajian:0,25kg sagu) dengan nilai 5.65%


1. Kadar air tertingi pada saat cetak ada pada DAFTAR PUSTAKA
campuran A (1 kg serbu arang gergajian :
Agung, Okvi, Pamilia. 2012. Pengaruh
0,25 kg sagu) dengan nilai kadar air sebesar Komposisi Pembuatan Biobriket dari
Campuran Kulit Kacang dan Serbuk
76 % Sedangkan nilai kadar terendah pada
Gergajian Terhadap Nilai Pembakaran,
saat cetak pada campuran D (1 kg serbuk Jurusan Teknik Kimia, Universitas
Sriwijaya. Palembang.
arang gergajian:1kg sagu) dengan nilai
kadar air sebesar 74 % Arif, Helmi dan Arnaldo. 2007. Pembuatan
Briket Arang Dari Serbuk Gergaji Kayu
2. Setelah dilakukan penjemuran selama 36
dan Tempurung Kelapa.Jurusan Teknik
jam, Kadar air tertingi campuran A (1 kg Kimia UNSRI. Inderalaya.
serbu arang gergajian:0,25 kg sagu) dengan
Brades, A.C dan Tobing, F.S. 2007.
nilai kadar air sebesar 7.01 % Sedangkan Pembuatan Briket Arang Dari Enceng
Gondok (Eichornia Crasipess Solm)
nilai kadar terendah pada saat cetak pada
Dengan Sagu Sebagai Pengikat. Jurusan
campuran D (1 kg serbuk arang gergajian:1 Teknik Kimia UNSRI. Inderalaya.
kg sagu) dengan nilai kadar air sebesar
Danar K.B dan Debi E.M. 2010. Pembuatan
6.72% Biobriket Dari Campuran Kulit Kacang
dan Serbuk Gergaji Sebagai Bahan
3. Nilai susut pajang briket paling tinggi pada
Bakar Alternatif.Institute Teknologi
Campuran D (1 kg serbuk arang gergajian : Sepuluh November. Surabaya.
1 kg sagu) dengan nilai 2.43% susutnya.
Fajrin, D.E. 2009. Pembuatan Briket Arang
4. Nilai susut diameter briket paling tinggi Dari Daun Jati Dengan Sagu Aren
Sebagai Pengikat. Jurusan Teknik
pada Campuran A (1 kg serbuk arang
Kimia Unsri. Inderalaya.

Anda mungkin juga menyukai