Pembimbing:
dr. Rogatianus Bagus Pratignyo, M.Kes., Sp.A(K)
Co-assistants:
Rahma Hardiyanti, S. Ked 1918012081
A. Pengertian
Lumbar puncture (lumbal fungsi) adalah tindakan pemeriksaan cairan
sumsum tulang untuk keperluan diagnostik atau terapi dan pengobatan
B. Tujuan
1. Mengambil cauran cerebrospinal untuk kepentingan
pemeriksaan/diagnostik maupun kepentingan terapi
2. Untuk mengevaluas kelainan pada dugaan meningtis atau
menigoencephalitis
3. Untuk mengevaluas kelainan pada dugaan adanya SAH
4. Untuk mengevaluas kelainan pada tetraparase flaccid yang diduga
suatu GBS
5. Untuk mengevaluas kelainan pada dugaan suatu myelitis atau tumor
myleum
C. Indikasi
Digunakan untuk mendapatkan cairan serebrospinalis (CSS) dan
mengukur tekanan pembukaan ruang subaraknoid dalam membantu
evaluasi serta penanganan pasien dengan nyeri kepala akut atau gejala-
gejala lain pada keadaan berikut:
1. Meningitis
2. Perdarahan subaraknoid (Subarachnoid Hemorrhage-SAH)
3. Meningitis karsinomatosa
4. Terkadang untuk sindrom Guillain-Barre
5. Terkadang pada kasus ensefalitis
D. Kontra indikasi
1. Pasien yang memerlukan pungsi lumbal dan mengalami salah satu
berikut ini harus melakukan pemeriksaan pencitraan otak terlebih dahulu,
yang menunjukkan bahwa lumbal pungsi aman dilakukan:
1) Perubahan status mental
2) Papilledema
3) Peningkatan tekanan intracranial
2. Infeksi jaringan lunak atau kulit pada vertebra lumbal
3. Adanya massa di medula spinalis atau hematom/abses epidural
4. Pasien koagulopati
F. Persiapan
1. Persiapan alat
1) Alat antiseptik/disinfeksi
a. Betadine dan alokohl
b. Kapas lidi
c. Kapas steril
d. Duk lobang
e. Sarung tangan steril
2) Alat pemeriksaan
a. Jarum spinal
b. Reagen, none dan pandy
c. Tabung reaksi kecil
2. Persiapan pasien
1) Memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang lumbal
pungsi meliputi tujuan, prosedur, posisi, lama tindakan, sensasi-
sensasi yang akan dialami dan hal-hal yang mungkin terjadi berikut
upaya yang diperlukan untuk mengurangi hal-hal tersebut
2) Meminta izin dari pasien/keluarga dengan menadatangani formulir
kesediaan dilakukan tindakan lumbal pungsi.
3) Meyakinkan klien tentang tindakan yang akan dilakukan
3. Prosedur
LP dengan posisi berbaring ke kiri:
1) Gunakan alas tidur yang keras. Baringkan anak ke sisi kiri hingga
kolumna vertebralis sejajar dengan permukaan dan sumbu transversal
tubuh dalam posisi tegak.
2) Seorang asisten harus memfleksi punggung anak, tarik lutut ke arah
dada dan pegang anak pada bagian atas punggung antara bahu dan
pantat hingga punggung anak fleksi. Pegang erat anak dalam posisi
ini. Pastikan jalan udara tidak terganggu dan anak dapat bernapas
dengan normal. Hati-hati bila memegang bayi muda. Jangan
memegang leher bayi muda, atau memfleksi lehernya karena dapat
mengakibatkan terganggunya jalan napas.
Jika jarum ditusukkan terlalu dalam dapat merusak vena yang akan
menimbulkan luka traumatik dan CSS berdarah. Jarum harus segera
ditarik keluar dan prosedur diulang kembali pada daerah yang lain.
(1) (2)
Gambar 1. Posisi Duduk pada lumbal pungsi (terutama pada anak umur lebih tua).
Gambar 2. Posisi Lateral Decubitus pada lumbal pungsi (berbaring ke kiri (terutama pada bayi
muda)
G. Menganalisis CSS
1. Kencangkan penutup pada tabung CSS untuk mencegah keluarnya cairan
sepanjang perjalanan ke laboratorium
2. Tabung no. 1: hitung jumlah sel dan diferensiasi
3. Tabung no. 2: pewarnaan gram dan biakan
4. Tabung no. 3: protein dan glukosa
5. Tabung no. 4: ulangi hitung jumlah sel dan diferensiasi
H. Evaluasi Kerja
1. Catat hasil dokumentasi
2. Kaji respon pasien saat dilakukan tindakan
PROSEDUR KEMOTERAPI INTRATEKAL
A. Pengertian
Pemberian obat kemoterapi melalui jalur intratekal yang dimasukkan dalam
ruang subarachnoid di daerah lumbal
B. Tujuan
Melakukan pemberian kemoterapi pada pasien dengan penyakit kanker dalam
upaya pengobatan ataupun pencegahan ke susunan syaraf pusat
C. Prosedur
1. Siapkan pasien, protokol, obat-obat intratekal, obat penenang dan
perlengkapan intratekal serta kotak emergensi.
2. Cocokkan nama pasien dan lihat protokol.
3. Cocokkan kembali dosis obat intratekal dengan nama pasien.
4. Lakukan surgical handscrub.
5. Pakai APD: masker, goggle, apron, sarung tangan steril.
6. Atur posisi pasien.
7. Desinfeksi daerah tempat tusukan menggunakan lidi kapas bethadin
sebanyak dua kali dengan cara membuat lingkaran dimulai dari sentral
daerah tusukan.
8. Buat marker intratekal.
9. Lakukan tusukan pada daerah tusukan dengan jarum spinal.
10. Tampung LCS di 3 tempat:
a. 2 ml untuk tabung tes LCS lengkap dan tes konsentrasi.
b. 2 tetes untuk tabung uji Nonne.
c. 2 tetes untuk tabung uji Pandy.
11. Masukkan obat yang telah disiapkan dan sesuai dosis dan pasiennya
secara intratekal dengan urutan:
a. Semprit metotreksat (dapat disertai deksametasone)
b. Semprit Ara-C (bila ada dalam protokol pengobatan)
12. Obat intratekal dimasukkan secara perlahan-lahan dan sekali-kali harus
dicek kelancarannya.
13. Setelah selesai, cabut jarum spinal dan tutup bekas tusukan dengan kassa
bethadine dan plester.
14. Pasien diharuskan berbaring terlentang selama minimal 1 jam.
15. Lepaskan APD.
16. Buang APD di limbah infeksius.
17. Lakukan kebersihan tangan di air mengalir.
DAFTAR PUSTAKA