Anda di halaman 1dari 11

POSTKOLONIALISME DALAM NOVEL PERAWAN REMAJA DALAM CENGKERAMAN

MILITER: CATATAN PULAU BURU KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

Ahmad Juman Rujhan


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
Joeman.rujhan@gmail.com

Abstrak
Perjalanan bangsa ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh warisan penjajah, bahkan warisan ini berbekas dan
mengendap di setiap individu rakyat Indonesia yang dampaknya masih terasa hingga saat ini di era globalisasi .
Banyak sastrawan yang merupakan saksi hidup di era kolonialisme Belanda dan Jepang, satu diantaranya adalah
Alm. Pramoedya Ananta Toer dan banyak karyanya yang terpengaruh kolonialisme Bangsa Penjajah. Oleh
karena itu penelitian ini dilatarbelakangi fenomena sosial yang ada dan menimbang sastrawan yang terinspirasi
dari era kolonialisme.
Rumusan masalah penelitian ini ada tiga yakni; (1) Bagaimana bentuk penindasan bangsa penjajah terhadap
bangsa terjajah (2) Bagaimana bentuk dominasi laki-laki atas perempuan (3) Bagaimana pandangan bangsa
penjajah dan terjajah dalam novel “Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru” karya
Pramoedya Ananta Toer?
Penelitian ini menggunakan pendekatan historis dalam menganalisis karya sastra yang dimaksud. Sumber data
yang digunakan adalah novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru karya
Pramoedya Ananta Toer. Penelitian ini menggunakan teknik pustaka dan catat dalam mengumpulkan data dan
menggunakan teknik deskriptif analisis dalam menganalisis data yang ada. Penelitian ini menggunakan teori
postkolonialisme sebagai alat bedah analisis, yang di dalamnya digunakan konsep-konsep bentuk penindasan,
bentuk dominasi, dan pandangan Bangsa Penjajah dan Terjajah.
Bentuk penindasan dalam novel ini diklasifikasikan menjadi dua penindasan yang dilakukan secara fisik dan
penindasan mental. Bentuk dominasi yang diteliti adalah dominasi laki-laki terhadap perempuan. Hal ini
dilakukan dengan kebijakan-kebijakan Bangsa Penjajah yang membuat Bangsa Terjajah (lebih banyak merujuk
pada perempuan remaja yang menjadi korban keganasan Balatentara Jepang) menjadi pihak yang tertindas atau
resesif didominasi oleh kekuatan Bangsa Jepang sebagai Bangsa Penjajah dan kelemahan Bangsa Indonesia
sebagai Bangsa Terjajah. Sedangkan bentuk pandangan Bangsa Terjajah tersurat dan tersirat dalam pembentukan
citra diri yang mengadopsi Bangsa Penjajah berupa Pencampuran (Hibriditas), keterasingan (diaspora), peniruan
(mimikri), dan keraguan (ambivalensi).
Kata kunci: Postkolonialisme, Penjajah, Terjajah, Penindasan, Dominasi.

Abstract
This nation is indirectly influenced by the colonial legacy, Even this legacy imprint and settled in each individual
Indonesian people it’s impact is still felt today in this globalization era. Many writers who are witnesses live in
the era of Dutch and Japan colonialism, One of them is Alm. Pramoedya Ananta Toer and many of his works are
influenced colonialism of the colonial nation. Therefore this research is motivated by existing social phenomena
and weigh the writers inspired from the era of colonialism.
There is three formulation of the problem in this research; (1) how the form of oppression of the colonial nation
against the colonized people (2) how does male domination over women (3) how the views of the nation
colonizers and colonized in Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru Pramoedya
Ananta Toer’s work?
This study uses a historical approach in analyzing literary works. The data source used is Perawan Remaja
dalam Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru Pramoedya Ananta Toer’s work. This research uses library
techniques and records in collecting data and using descriptive analysis techniques in analyzing existing data.
This study uses postcolonialism theory as a tool of analytical surgery, in which the concepts of oppression,
domination, and the views of the nation colonizers and colonized.
Form of oppression in this novel are classified into two persecution, commited physical and mental oppression.
Studied form of domination is domination of men against women. This is done with the policies of the colonial
peoples who make a colonized people (more referring to adolescent girls who become victims of the Japanese
army) into the underdog or resesif dominated by the strength of the Japanese nation as a nation of occupiers and
weaknesses of the Indonesian nation as colonized. Meanwhile, the shape of a colonized people view explicit and
implicit in the formation of the nation’s self-image adopted the invaders, in the form of hibridity, diaspora,
mimicry, and ambivalence..
Keywords: Postkolonialisme, Colonizer, Colonized, Oppression, Domination

1
PENDAHULUAN Jepang atau disebut juga Nippon. Pada era ini masyarakat
Peradaban bangsa Indonesia yang sekarang dan mulai sedikit demi sedikit melupakan dan menghapus
yang akan datang, dengan segala aspek perubahan dari kenangan suram di masa lalu ketika bangsa Jepang
berbagai macam lini dalam upayanya mengisi menjajah selama tiga setengah tahun yang bagaikan tiga
kemerdekaan untuk membentuk peradaban yang lebih setengah abad dijajah oleh Belanda. Kenangan suram
baik di waktu yang akan datang, dapat dipahami dengan tersebut mulai tergantikan dengan kerjasama antarkedua
mempelajari dan menelaah perjalanan bangsa dari zaman negara, kondisi negara terpaut jauh, negara Jepang
dahulu ketika penjajahan merajalela. Perjalanan bangsa dengan status negara maju sedangkan negara Indonesia
ini secara tidak langsung dipengaruhi pula oleh warisan dengan status negara berkembang serta tidak jauh beda
penjajah, bahkan warisan ini berbekas dan mengendap di jika dibandingkan dengan masa lalu ketika masih
setiap individu rakyat Indonesia yang dampaknya masih menyandang status penjajah dan terjajah. Tetapi
terasa hingga saat ini di era globalisasi. masyarakat Indonesia tidak dapat menghilangkan atau
Dampak penjajahan tidak sekadar terjadi waktu menghapus kenyataan yang terjadi pada masa lampau,
penjajahan berlangsung, hingga saat ini Indonesia sebagai sebab tidak akan terjadi masa kini jika belum melewati
bangsa terjajah terus dipengaruhi dengan kerangka masa lampau.
berpikir yang dibangun bangsa penjajah di masa Cerita novel atau lebih tepatnya catatan ini
penjajahan. Seperti yang dikemukakan oleh Gandhi berkonsentrasi pada era penjajahan Jepang yang pada saat
(1998: 5) munculnya negara-negara antikolonial dan itu para perempuan remaja Indonesia dijadikan budak
‘merdeka’ seringkali diiringi dengan hasrat untuk seks oleh balatentara Jepang pada perang dunia II.
melupakan pengalaman kolonial pada masa lalu. Catatan ini disusun berdasarkan keterangan teman-teman
“Kehendak untuk melupakan” ini mengambil sejumlah sepembuangan Pramoedya Ananta Toer di Pulau Buru
bentuk historis dan dipaksa oleh berbagai motivasi (lihat Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer,
kultural dan politis. Hal ini membuat negara Indonesia 2001: vii), serta hasil pelacakan mereka terhadap para
sebagai negara antikolonial berusaha membuang budak seks yang ditinggalkan begitu saja di Pulau Buru,
kenangan pahit di masa lalu. Karena itu, penelitian karya segera setelah Jepang menyerah pada 1945.
sastra yang berhubungan dengan penjajahan di Indonesia
sangat penting dilakukan. Dengan penelitian yang Kedua, Pramoedya Ananta Toer merupakan
mengacu pada konteks hubungan penjajah dan terjajah di seorang penulis karya sastra kelahiran Blora, Jawa
masa lalu di dalam karya sastra yang ditulis dan dibuat Tengah, pada 6 Februari 1925. Selain sebagai pengarang,
oleh pengarang Indonesia, akan membantu memahami beliau juga memiliki berbagai profesi yang telah ia jalani,
berbagai persoalan bangsa di masa kini yang berkaitan seperti juru ketik Kantor Berita Domei (1942-1944),
dengan persoalan penjajahan dan turut membantu wartawan majalah Sadar (1947) dan lembar “Lentera”
membangun arah bangsa Indonesia pada masa surat kabar Bintang Timur (1962-1965), dan dosen di
mendatang. Fakultas Sastra Universitas Res Publika (1963-1965)
Penelitian ini dilatarbelakangi fungsi novel yang serta di Akademi Jurnalistik Dr. Rivai (1964-1965)
akan dijelaskan oleh tiga hal. Latar belakang pertama (KPG, 2001:245).
berkaitan dengan latar sosial penjajahan negara Jepang Hingga kini ia telah menghasilkan tidak kurang
kepada negara Indonesia yang melahirkan novel Perawan dari 35 buku fiksi maupun nonfiksi. Karya-karyanya
Remaja dalam Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru yang terbit pada masa orde baru dilarang oleh
yang menunjukkan kepada pembaca bentuk penjajahan pemerintah. Karya puncaknya ialah tetralogi novel
pemerintah Jepang kepada gadis-gadis remaja Indonesia. sejarah yang ditulis ketika Pramoedya Ananta Toer
Latar belakang kedua berkaitan dengan Pramoedya ditahan selama 11 tahun di Pulau Buru, yakni Bumi
Ananta Toer sebagai penulis novel Perawan Remaja Manusia (1981), Anak Semua Bangsa (1981), Jejak
dalam Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru. Latar Langkah (1985), dan Rumah Kaca (1988). Tetralogi
belakang ketiga berkaitan dengan alasan digunakannya novel tersebut dan catatan selama di Pulau Buru, Nyanyi
teori postkolonial dalam penelitian ini. Sunyi Seorang Bisu I (1995) dan II (1996), telah
Pertama, selepas dari penjajahan bangsa Belanda, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Belanda,
bangsa Indonesia masih belum merdeka dan menyatakan dan Perancis.
kebebasannya. Bangsa Indonesia masih harus berjuang Pada 12 September 2000, Pramoedya Ananta Toer
melawan penjajah dari negeri sakura yakni Negara berangkat ke Jepang untuk menerima penghargaan utama
(grand prize) “The Fukuoka Asian Culture Prize” ke-11. abdinya, atasan terhadap bawahan; (4) hegemoni aspek
Penghargaan yang diselenggarakan oleh kota Fukuoka gender. Yang termasuk fokus dalam penelitian ini adalah
dan Yokatopia Foundation, dianugerahkan kepada orang dominasi laki-laki atas perempuan.
yang dianggap telah memberikan sumbangan besar bagi Penelitian ini menitikberatkan pada refleksi
ilmu pengetahuan, seni dan budaya Asia. Beliau dinilai sejarah kolonial tentang penjajahan dan penaklukan fisik
banyak menciptakan karya-karya yang bertema penjajah terhadap negara jajahan. Penelitian ini melihat
kemanusiaan. hubungan kultural antara bangsa terjajah dengan bangsa
Setelah membahas dua latar belakang yang telah penjajah. Oleh sebab itu, persoalan yang dipertanyakan
dijabarkan tersebut, latar belakang ketiga yaitu dalam penelitian ini adalah bentuk penindasan bangsa
penggunaan teori postkolonial yang sesuai dengan novel penjajah terhadap bangsa terjajah, bentuk dominasi laki-
sejarah. Teori ini menjadi satu teori yang menarik karena laki atas perempuan, dan pandangan bangsa penjajah dan
terdapat kaitan erat dengan kolonialisme, imperialisme, terjajah pada objek karya sastra yang diteliti yakni
dan orientalisme, dan berbagai studi yang berkaitan “Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer: Catatan
dengan kekuasaan. Ada beberapa alasan yang dapat Pulau Buru” karya Pramoedya Ananta Toer.
dijadikan dasar mengapa karya sastra dapat dianalisis Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian yang
melalui teori postkolonial, 1) sebagai gejala kultural dilakukan ini menggunakan judul “Postkolonialisme
sastra menampilkan sistem komunikasi yang sangat dalam Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman
kompleks, yang secara garis besar terjadi melalui segitiga Militer: Catatan Pulau Buru Karya Pramoedya Ananta
antara pengarang, karya sastra, dan pembaca. Toer”.
Komunikasi ini sekaligus mediator antara masa lampau Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dengan masa yang sekarang, 2) karya sastra diuraikan di atas, dirumuskan beberapa masalah yang
menampilkan berbagai problematika kehidupan, berkaitan dalam menemukan konsep postkolonial sebagai
emosionalitas dan intelektualitas, fiksi dan fakta, karya berikut.
sastra adalah masyarakat itu sendiri, 3) karya sastra tidak a. Bagaimana bentuk penindasan bangsa penjajah
terikat oleh ruang dan waktu, kontemporaritas adalah terhadap bangsa terjajah dalam novel “Perawan
manifestasinya yang paling signifikan, 4) karya sastra Remaja dalam Cengkeraman Militer: Catatan
adalah bahasa, sedangkan bahasa itu sendiri merupakan Pulau Buru” karya Pramoedya Ananta Toer?
satu-satunya cara mentransmisikan ideologi, yaitu b. Bagaimana bentuk dominasi laki-laki atas
perempuan dalam novel “Perawan Remaja
ideologi kolonial, 5) berbagai masalah yang
dalam Cengkeraman Militer: Catatan Pulau
dimaksudkan, dilukiskan secara simbolis, terselubung,
Buru” karya Pramoedya Ananta Toer?
sehingga tujuan-tujuan yang sesungguhnya tidak nampak.
a. Bagaimana pandangan bangsa penjajah dan
Karena alasan-alasan tersebut lah mengapa karya sastra
terjajah dalam novel “Perawan Remaja dalam
dapat dianalisis menggunakan teori postkolonial (Ratna,
Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru”
2008: 108). karya Pramoedya Ananta Toer?
Teori postkolonial dalam analisisnya terdapat teks
sastra yang memiliki empat perhatian (Endraswara, 2003: Secara teoretis penelitian ini memiliki manfaat untuk
180). Empat hal yang layak diteliti oleh peneliti sastra menghasilkan temuan konsep dalam teori postkolonial
postkolonial adalah (1) refleksi sejarah kolonial tentang Indonesia yang meliputi: (1) bentuk penindasan bangsa
penjajahan dan penaklukan fisik penjajah terhadap negara penjajah terhadap bangsa terjajah; (2) bentuk dominasi
jajahan. Sedangkan yang diteliti adalah fenomena laki-laki atas perempuan; dan (3) pandangan bangsa
penjajahan yang dilakukan penjajah terhadap terjajah. penjajah dan terjajah pada karya sastra yang diteliti.
Objek yang layak diteliti adalah karya sastra yang Temuan ini diharapkan memberi sumbangan terhadap
memuat perjuangan kedudukan, keadilan, dan hukum perkembangan ilmu sastra pada umumnya juga teori
tejajah atas penjajah; (2) refleksi ideologi sebagai bentuk postkolonial pada khususnya dan juga diharapkan
penaklukan kaum terjajah. Dalam hal ini penelitian penelitian ini dapat menjadi referensi dalam penerapan
difokuskan pada penjajahan ideologi, mental dan perilaku teori postkolonial terhadap suatu karya sastra.
serta dampak-dampak kultural yang diakibatkan oleh
bangsa penjajah terhadap bangsa terjajah; (3) hegemoni 1) Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat
kekuasaan penjajah terhadap terjajah. Dalam hal ini, memberi manfaat bagi mahasiswa dalam hal
penelitian difokuskan pada penindasan majikan terhadap penerapan teori postkolonialisme.

3
2) Bagi peneliti lain diharapkan penelitian ini dapat alat bantu atau pelengkap dan tidak bisa
menjadi bahan tambahan penelitian. menyamaratakan hak laki-laki dan perempuan.
3) Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan ajar atau sumber belajar guru di d. Pandangan Bangsa Penjajah merupakan sisi
bidang sastra, utamanya mengenai teori postkolonial. pandang yang dilihat dari aspek penjajah yang
4) Bagi pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan melakukan penaklukan atau dominasi pada
dapat digunakan sebagai sarana pendidikan negara jajahannya. Sedangkan Pandangan
kebangsaan. Untuk menumbuhkan kesadaran peserta Bangsa Terjajah merupakan sisi pandang dari
didik untuk menjadi pribadi nasionalis dan patriotis aspek pihak terjajah yang ditaklukkan dan
negaranya, membanggakan serta menumbuhkan menjadi pihak resesif.
semangat kebangsaan. Dalam hal ini digunakan teori postkolonialisme
sebagai alat bedah analisis. “Postklonial” merupakan
Judul penelitian ini adalah “Postkolonialisme dalam turunan dari kata “kolonial”. Istilah colony dalam bahasa
Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer: Romawi berarti tanah pertanian atau pemukiman. Istilah
Catatan Pulau Buru Karya Pramoedya Ananta Toer”. ini mengacu pada orang-orang Romawi yang tinggal di
Berdasarkan judul penelitian dan rumusan masalah, negeri-negeri lain, akan tetapi masih sebagai warga
diteliti penjelasan terkait istilah yang digunakan dalam Negara Romawi. Oxford English Dictionary menjelaskan
judul penelitian tersebut. pengertian coloni sebagai sebuah pemukiman dalam
a. Postkolonialisme lahir dari akar kata “post” + sebuah negeri baru.., sekelompok orang yang bermukim
“kolonial” + “isme”, secara harfiah berarti paham dalam sebuah lokasi baru dengan membentuk sebuah
mengenai teori yang lahir setelah zaman kolonial komunitas yang tunduk atau terhubung dengan Negara
(Ratna, 2008: 83). asal mereka.
b. Catatan Pulau Buru yang dimaksud adalah catatan Secara definitif teori postkolonial lahir sesudah
tentang para perempuan remaja Indonesia yang kebanyakan negara-negara terjajah memperoleh
dijadikan budak seks oleh balatentara Jepang pada kemerdekaannya. Teori poskolonial mencakup seluruh
perang dunia II. Catatan tersebut disusun khazanah sastra nasional yang pernah mengalami
berdasarkan keterangan teman-teman sepembuangan kekuasaan imperial sejak awal kolonisasi hingga
Pramoedya di Pulau Buru, serta hasil pelacakan sekarang, seperti sastra Afrika, Australia, Bangladesh ,
mereka terhadap para budak seks yang ditinggalkan Canada, Karibia, India, Selandia Baru, Pakistan,
begitu saja di Pulau Buru, segera setelah Jepang Singapura, Sri langka, Malaysia dan Indonesia.
menyerah pada 1945. Awalnya berupa fotokopi Sementara sastra Amerika dinggap sebagai prototype
naskah yang ditulis dengan mesin ketik. Banyak postkolonial karena sejak abad ke 18 telah
hurufnya yang sudah tidak jelas, dan beberapa bab mengembangkan konsep sastra Amerika yang dibedakan
diuraikan berulang. Menurut Pramoedya, dengan Sastra Inggris.
pengulangan terjadi karena dia, sebagai tahanan yang Ashcroft, dkk dalam The Empire Writes Back (1989)
diberi hak menulis, belum sempat menuliskan semua menunjukkan adanya dua model penting dalam sastra
bahan yang diterimanya menjadi naskah yang runtut. postkolonial (postcolonial literature), yaitu model
Kini setelah bebas, kondisi kesehatannya “national” dan model “black writing”. Model national
menghalangi dia untuk bergelut dengan dunia tulis memusatkan perhatiannya pada hubungan antara negara
menulis secara intens (KPG, 2001:viii). dan bekas-bekas penjajahnya. Sedangkan model black
writing memusatkan perhatiannya kepada karya-karya
c. Dominasi laki-laki atas perempuan. Dominasi yang mendasarkan dirinya pada etnisitas ketimbang
berkaitan erat juga dengan imperialism saat terjadi nasionalitas.
suatu kekuatan yang bisa menguasai dan Selanjutnya Ashcroft, dkk. menunjukkan bahwa
menaklukkan. Dalam hal ini terjadi dominasi oleh sastra dan teori postcolonial memiliki dua konsen kunci
kaum lelaki kepada kaum perempuan. Kaum utama, yaitu dominasi-subordinasi dan hibriditas-
perempuan menjadi pihak yang tertindas karena kreolisasi. Dominasi dan subordinasi memiliki
merasa menjadi pihak yang resesif atau kurang keterkaitan yang tidak hanya terjadi antarnegara atau
mendapat perhatian, sedangkan posisi kaum lelaki antar-etnis, tetapi juga terjadi di negara atau etnis itu
selalu berada diatas, yang merasa bisa melakukan sendiri.
segalanya. Menganggap kaum perempuan sebagai Mengacu kepada pendapat Gandhi (1998: 6)
postkolonialisme merupakan sebuah proyek disipliner
yang dicurahkan untuk menunaikan tugas akademik guna sebagai dokumen sosial. Dengan hakikat karya sastra
menilik-ulang; mengingat-ulang, dan secara krusial, adalah wakil zamannya (Ratna, 2009: 65). Pendekatan ini
menyelidiki masa lalu kolonial. sehingga seperti halnya mencoba menggali unsur kesejarahan yang terdapat
review ulang menilik-mengingat dan menyelidiki. dalam karya sastra dengan catatan sejarah yang telah
Mengacu pada definisi secara etimologi yang berasal terjadi.
dari kata romawi “colonia” yang berarti “tanah pertanian” Sumber data dari penelitian ini merupakan data yang
atau “pemukiman”, dan mengacu kepada orang romawi tertulis atau kepustakaan. Sumber data tersebut berupa
yang bermukim di negeri-negeri lain tetapi masih novel, yaitu novel “Perawan Remaja dalam Cengkeraman
mempertahankan kewarganegaraan mereka. Istilah Militer: Catatan Pulau Buru” karya Pramoedya Ananta
kolonialisme bisa didefinisikan sebagai penaklukan dan
Toer. Novel ini terbit tahun 2001 dengan jumlah halaman
penguasaan atas tanah dan harus benda rakyat lain
248 hlm. Diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer
(Loomba, 2000: 3).
Gramedia) dengan tebal buku 13,5 x 20 cm, dicetak oleh
Analisis wacana poskolonialis bisa digunakan di satu
PT Gramedia, Jakarta. Sampul novel ini perpaduan antara
pihak untuk menelusuri aspek-aspek yang tersembunyi
warna merah, kuning, dan hijau dengan nama pengarang
atau sengaja disembunyikan sehingga dapat diketahui
bagaimana kekuasaan itu bekerja, di pihak lain terletak di bagian paling bawah. Gambar Sampul ini
membongkar disiplin, lembaga dan ideologi yang tampak beberapa foto lawas perempuan-perempuan pada
mendasarinya. masa penjajahan, dan tampak foto bersama militer Jepang
Teori postkolonial dalam analisisnya terdapat teks serta tampak gambar letusan bom.
sastra yang memiliki empat perhatian (Endraswara, 2003: Data penelitian berupa kutipan penggalan paragraf
180). Empat hal yang layak diteliti oleh peneliti sastra yang menampilkan bentuk postkolonialisme dalam novel
postkolonial adalah (1) refleksi sejarah kolonial tentang “Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer: Catatan
penjajahan dan penaklukan fisik penjajah terhadap negara Pulau Buru” karya Pramoedya Ananta Toer.
jajahan. Sedangkan yang diteliti adalah fenomena Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah
penjajahan yang dilakukan penjajah terhadap terjajah. dengan teknik pustaka dan catat. Teknik ini
Objek yang layak diteliti adalah karya sastra yang menggunakan sumber tertulis untuk memperoleh data
memuat perjuangan kedudukan, keadilan, dan hukum yang digunakan dalam penelitian. Berdasarkan teknik
tejajah atas penjajah; (2) refleksi ideologi sebagai bentuk tersebut tahap-tahap penelitian yang dilakukan dalam
penaklukan kaum terjajah. Dalam hal ini penelitian penelitian ini adalah sebagai berikut:
difokuskan pada penjajahan ideologi, mental dan perilaku
serta dampak-dampak kultural yang diakibatkan oleh a. Membaca dan memahami novel
bangsa penjajah terhadap bangsa terjajah; (3) hegemoni Pembacaan novel “Perawan Remaja dalam
kekuasaan penjajah terhadap terjajah. Dalam hal ini,
Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru” karya
penelitian difokuskan pada penindasan majikan terhadap
Pramoedya Ananta Toer dilakukan secara berulang.
abdinya, atasan terhadap bawahan; (4) hegemoni aspek
Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman
gender. Yang termasuk fokus dalam penelitian ini adalah
yang lebih menyeluruh tentang isi cerita pada novel
dominasi laki-laki atas perempuan.
tersebut, agar seluruh unsur yang ada di dalam novel
Semua karya sastra postkolonial adalah cross-kultural
(Ashcroft 1989: 39) teks-teks postkolonial selalu dapat dipahami secara maksimal (Ratna, 2012: 18).
merupakan sebuah bentuk yang kompleks dan
bercampur, kolonialisme mengarahkan pada budaya b. Menginventarisasi data
hibridanisasi; hibridanisasi ini merupakan ciri utama Hal yang dilakukan adalah menandai dan memilih
masyarakat postkolonial. beberapa kutipan, baik itu berupa kata, frasa,
kalimat, atau penggalan paragraf maupun wacana
METODE yang didapatkan dalam novel Postkolonialisme
Berdasarkan pemaparan masalah dan tujuan penelitian dalam Novel “Perawan Remaja dalam Cengkeraman
yang telah diuraikan, penelitian ini menggunakan Militer: Catatan Pulau Buru” Karya Pramoedya
pendekatan historis. Pendekatan ini memusatkan Ananta Toer yang relevan dengan kriteria pada
perhatian pada masalah bagaimana hubungannya rumusan masalah, yaitu; (1) bentuk penindasan
terhadap karya lain, sehingga dapat diketahui kualitas bangsa penjajah terhadap bangsa terjajah; (2) bentuk
unsur-unsur kesejarahannya. Pendekatan historis dengan dominasi laki-laki atas perempuan; dan (3)
demikian mempertimbangkan relevansi karya sastra pandangan bangsa penjajah dan terjajah pada

5
“Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer: dalam Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru” karya
Catatan Pulau Buru” Karya Pramoedya Ananta Toer. Pramoedya Ananta Toer. Ketiga rumusan masalah
tersebut akan dibahas satu persatu dalam bab pembahasan
c. Mengklasifikasikan data ini. Selanjutnya Objek Kajian data yang berupa novel
Melakukan penyaringan untuk mengambil data yang “Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer: Catatan
diperlukan dan membuang data yang tidak Pulau Buru” karya Pramoedya Ananta Toer disingkat
diperlukan. Tahap ini telah disesuaikan dengan dengan PRCM.
rumusan masalah penelitian.
Bentuk Penindasan Bangsa Penjajah terhadap
d. Memasukkan ke dalam tabel Bangsa Terjajah
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah Karya Pramoedya menjadi salah satu karya yang layak
memasukkan data-data yang telah melalui proses diteliti menggunakan teori postkolonialisme dan salah
pengklasifikasian ke dalam tabel untuk dilakukan satu ciri di dalam karya-karya postkolonialisme yaitu
pengkodean. Korpus data akan dimasukkan dalam terdapat refleksi sejarah kolonial tentang penjajahan dan
tabel seperti berikut. penaklukan fisik penjajah terhadap negara jajahan
(Endraswara, 2003: 180). Dalam hal ini tentu terdapat
Data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis. beberapa bentuk penindasan yang terjadi akibat
Teknik yang digunakan yaitu teknik deskriptif analisis. penjajahan dan penaklukan fisik yang telah dilakukan.
Teknik deskriptif analisis dilakukan dengan cara Penindasan tersebut diklasifikasikan lagi menjadi
mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul penindasan secara fisik dan penindasan secara mental dan
dengan analisis (Ratna, 2011: 53). perilaku. Penindasan ini dilakukan oleh pihak penjajah
Langkah yang digunakan untuk menganalisis data adalah: dan dirasakan oleh pihak terjajah dalam hal ini pribumi
a. Mengumpulkan data dengan cara memilah data yang (masyarakat indonesia).
sesuai dengan konsep postkolonial.
b. Penyajian data dengan cara mendeskripsikan data Penindasan Fisik Bangsa Jepang terhadap Pribumi
kemudian membuat tabel data untuk mengetahuinya. (Bangsa Terjajah)
c. Penarikan simpulan berdasarkan analisis data yang Pada zaman penjajahan itu juga terjadi beberapa hal
telah dilakukan. seperti pelatihan yang harus dilakukan oleh para pelajar
Selajutnya menganalisis data menggunakan teori di kota-kota dan semuanya dilakukan dalam keadaan
postkolonial yang ada dalam novel “Perawan Remaja kurang makan atau kelaparan.
dalam Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru” Karya
Pramoedya Ananta Toer untuk meninjau lebih dalam dan “Bila seorang pelajar jatuh pingsan karena tubuhnya
mengetahui adanya ideologi, mental, perilaku dan sudah terlalu lemah, orang Jepang atau pelatih atau
kepala rombongan, orang Indonesia,
dampak kultural penjajahan, bentuk penindasan bangsa
menyadarkannya dengan tamparan bertubi-tubi.
penjajah terhadap bangsa terjajah, bentuk dominasi laki- Juga jangan kalian sampai lupa: tidak ada obat-
laki atas perempuan, dan pandangan bangsa penjajah dan obatan di Apotek. Juga pakaian yang lekat pada
terjajah. tubuh tidak jarang hanya satu-satunya
(PRCM/3/hlm 5/Pe).”
PEMBAHASAN
Melalui beberapa gambaran umum mengenai isi Banyak sekali kekerasan fisik yang dilakukan oleh
cerita dari buku Perawan Remaja dalam Cengkeraman bangsa penjajah terhadap bangsa terjajah pribumi, seperti
Militer: Catatan Pulau Buru tersebut, pembahasan bab ini kita lihat pada kutipan tersebut, betapa tidak
akan berdasar pada rumusan masalah dan tujuan berprikemanusiaan cara mereka bangsa Jepang ketika
penelitian yang ingin dicapai yakni, 1) Bentuk penindasan melatih secara paksa dan menyita hampir seluruh waktu
bangsa penjajah terhadap bangsa terjajah dalam novel para pelajar waktu itu. Kekerasan fisik yang dilakukan
“Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer: Catatan Bangsa Jepang tak mempertimbangkan kemanusiaan,
Pulau Buru” karya Pramoedya Ananta Toer, 2) Bentuk mereka para pelajar melakukan pelatihan dengan tubuh
dominasi laki-laki atas perempuan dalam novel “Perawan yang lemah serta tak ada tenaga, sedangkan jika jatuh
Remaja dalam Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru” pingsan para pelajar ini akan disiksa dengan tamparan
karya Pramoedya Ananta Toer, dan 3) Pandangan bangsa bertubi-tubi.
penjajah dan terjajah dalam novel “Perawan Remaja
Bentuk penindasan secara fisik yang sering dijumpai berilmu dan membawa kebanggaan tersendiri bagi
dan ditemukan pada buku ini banyak berkaitan dengan keluarganya. Tetapi kenyataannya tidak, justru bertolak
data-data keterangan dari pihak terkait (para perempuan belakang dari yang diharapkan mereka, mereka hanya
yang mengalami nasib buruk) yang dicatat dalam buku dipaksa untuk memasuki kekejian, kemesuman, dan
dan berupa pernyataan. kehinaan.
“Salah seorang di antara mereka menceritakan pada
Makhudum Sati bahwa lepas 1,5 mil dari Bentuk Dominasi Laki-Laki atas Perempuan
pelabuhan, para perwira Jepang serentak melakukan
Proses dominasi terjadi akibat terdapat suatu bentuk
serbuan terhadap para perawan itu, memperkosa
dan menghancurkan idealisme menjadi pemimpin perbuatan atau perlakuan yang dilakukan untuk
di kemudian hari. Mereka berlarian di geladak menguasai pihak yang didominasi dengan berbagai
kapal, mencoba menyelamatkan tubuh dan macam cara. Dalam hal ini dominasi cenderung banyak
kehormatan masing-masing. Tak seorang pun dapat dilakukan dengan tindakan fisik. Pemerintahan Dai
lepas dari terkaman (PRCM/3/hlm 5/Pe).”
Nippon di zaman Penjajahan Jepang menerapkan
dominasi ini dengan kekuasaannya terhadap bangsa
Terdapat suatu bentuk pelecehan seksual dan
Indonesia, bangsa terjajah. Mereka banyak menerapkan
perlakuan penuh kekerasan, digambarkan dengan
kebijakan yang membuat pribumi merasakan dampaknya.
seksama bagaimana bangsa penjajah melakukan
penindasan fisik kepada para perempuan sehingga
“... para prajurit jepang telah memperkosai gadis-
mereka tidak bisa menyelamatkan tubuh dan kehormatan
gadis pelajar rupawan setempat. Ada di antaranya
masing-masing. yang diambil tanpa sepengetahuan dan seijin
orangtua mereka. Ini terjadi antara tahun 1943
Penindasan Mental dan Perilaku Bangsa Jepang sampai mereka menyerah pada sekutu. Gadis-gadis
terhadap Pribumi itu dibawa ke tempat yang tidak diketahui
(PRCM/7/hlm 8/Do).”
Masyarakat terjajah memiliki kecenderungan
mengalami depresi psikologis sebagai akibat hegemoni Mereka Pemerintah Jepang menerapkan kebijakan
kekuasaan yang dilakukan selama masa pendudukan yang membuat para gadis-gadis terpelajar dan rupawan
(Fanon dan Babha dalam Ratna, 2008: 134). Sehingga setempat diperkosa dan dijadikan budak seks. Hal ini
akibat hegemoni kekuasaan yang dilakukan oleh pihak dilakukan tanpa sepengetahuan orangtua mereka dan
penjajah selama pendudukan berdampak hebat pada tanpa seijin dari wali mereka. Setelah menyerah kepada
kondisi psikis mental kaum pribumi. sekutu, Jepang membawa para gadis ini ke tempat yang
Semua korban penindasan Bangsa Penjajah tidak diketahui kebanyakan orang yakni Pulau Buru.
merasakan dampak psikis yang begitu berat. Mereka
merasakan penderitaan yang amat sangat. Pandangan Bangsa Penjajah dan Terjajah
Dikaitkan dengan tujuannya, wacana orientalis
... para perawan yang diangkut Jepang itu telah mati sebagai pandangan Bangsa Barat terhadap Timur adalah
dalam penderitaan, tanpa disaksikan oleh orang-
orang yang dikasihinya, tidak pernah mendapat wacana yang mewakili sistem ideologi Barat dalam
kesempatan belajar sebagaimana dijanjikan, dan kaitannya untuk menanamkan hegemoni terhadap bangsa
mati di negeri yang jauh (PRCM/17/hlm 20/Pe). Timur. Sebaliknya, wacana postkolonial sebagai
pandangan Bangsa Timur terhadap Barat adalah wacana
Mereka para perawan remaja yang diangkut Bangsa yang mewakili sistem ideologi Timur untuk menanamkan
Jepang telah mati dalam penderitaan yang tak pemahaman ulang sekaligus memberikan citra diri yang
berkesudahan, hanya mendapatkan siksaan dan janji-janji baru terhadap bangsa Timur mengenai hegemoni Barat.
palsu dari Pemerintah Jepang. Yang mereka dapatkan Suatu sudut pandang tentu dipengaruhi tujuan
hanya mati dalam kesengsaraan. mereka ketika memandang dan menyikapi sesuatu. Sudut
Mereka membayangkan diri akan pulang sebagai pandang Bangsa Barat atau penjajah tentu berbeda
manusia yang lebih berilmu dan berpengetahuan. dengan sudut pandang dari Bangsa Timur atau terjajah.
Dan oleh Jepang mereka dipaksa untuk memasuki
kekejian, kemesuman, dan kehinaan (PRCM/18/hlm Selanjutnya akan dianalisis secara terpisah antara
20/Pe). pandangan Bangsa Barat atau Bangsa Penjajah dengan
pandangan Bangsa Timur atau Bangsa Terjajah.
Mereka para perawan remaja yang diangkut Bangsa
Jepang membayangkan kelak mereka akan menjadi orang

7
Pandangan Bangsa Penjajah kinrohooshi (kerjabakti) menyita sebagian besar
Pandangan bangsa penjajah dipengaruhi bagaimana jam pelajaran. Dan orang melakukan semua itu
dalam keadaan kurang makan, lapar (PRCM/2/hlm
Bangsa barat dalam menguasai daerah jajahannya dalam
5/Pe, H).
hal ini Bangsa Timur. Tentu ada tujuan dibalik Telah terjadi pencampuran bahasa dalam kegiatan
penaklukan dan penguasaan Bangsa Barat terhadap sehari-hari seperti gerak badan, latihan baris-berbaris dan
Bangsa Timur, cara Barat untuk mendominasi, kerjabakti. Semuanya disebutkan dalam bahasa Jepang,
merestrukturisasi, dan memiliki kontrol atas dunia Timur. dalam artian bahasa jepang telah menjadi bahasa wajib
Hal ini tentu tidak lepas dari imperialisme barat yang bagi bangsa terjajah untuk diterapkan dalam kehidupan
menerapkan tiga tujuan, yakni Gold, Glory, Gospel. sehari-hari.
(Mencari kekayaan, Menyebarkan Agama dan kejayaan). Dalam suatu hibriditas linguistik fenomena yang
Tetapi sedikit berbeda kolonialisme yang diterapkan terjadi adalah ketika Bangsa Terjajah dapat menggunakan
Bangsa Penjajah Jepang terhadap Indonesia sebagai dan mengaplikasikan bahasa Bangsa Penjajah. Hal ini
Bangsa Terjajah. Pemerintah Jepang memiliki tujuan banyak difasilitasi oleh pendidikan formal yang
sebagai penguasa Asia, sehingga dengan cara apapun diterapkan Bangsa Penjajah.
mereka harus bisa menguasai dan mengontrol daerah- Dalam hal penyebutan nama tempat pun juga
daerah yang berada di kawasan Asia. mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud berupa
Dalam keadaan serba sulit dan sempit demikian, nama dengan bahasa Jepang. Banyak didirikan tempat
terdengarlah suara sayup dari kekuasaan tertinggi di
yang memiliki latar belakang Japanisme (memiliki
Jawa pada waktu itu—pemerintah Balatentara
Pendudukan Dai Nippon: janji memberi paham Jepang).
kesempatan belajar pada para pemuda dan pemudi
Indonesia ke Tokyo dan Shonanto (Singapura). Aku Diaspora
katakan “sayup” karena tidak terdengar jelas Istilah diaspora merujuk pada bangsa atau penduduk
(PRCM/4/hlm 5/Pen).
etnis manapun yang terpaksa atau terdorong untuk
Cara mereka mengontrol dan menguasai dengan
meninggalkan tanah air atau tempat tinggal etnis
menduduki daerah-daerah yang memiliki pengaruh yang
tradisional mereka.
besar dalam suatu negara. Seperti pada kutipan tersebut
Ia telah ditipu Jepang, yang katanya akan
kekuasaan tertinggi di Pulau Jawa karena memang Jawa
menyekolahkan gadis-gadis Indonesia ke Jepang.
sebagai pusat kekuasaan negara Indonesia sehingga akan Ternyata ia dibawa ke Buru untuk dijadikan pelacur
mudah untuk mengambil alih daerah yang lain dan guna melayani serdadu Jepang di kawasan Maluku,
mengontrolnya dari pusat. khususnya Buru. Ia ditempatkan di Namlea, dan
merasa tertekan oleh hargadiri yang direndahkan
(PRCM/30/hlm 52/Pe, Do, D).
Pandangan bangsa terjajah
Telah terjadi diaspora yang dialami oleh para
Dalam interaksinya dengan penjajah, terjajah sebagai
perempuan remaja yang dibawa ke Pulau Buru dan
subordinan tidak lepas dari pandangannya yang
dijadikan pelacur atau budak seks yang digunakan untuk
terpengaruh oleh penjajah. Karena itu, menurut (Said)
memuaskan para serdadu balatentara Jepang. Kutipan di
dimungkinkan terjadi pandangan terjajah yang
atas juga telah dibahas sebelumnya di bentuk penindasan,
mengadopsi pandangan penjajah dalam bentuk
namun pada data yang satu ini, terdapat bentuk diaspora
pencampuran (hibriditas), keterasingan (diaspora),
yang terjadi atau disebut juga keterasingan.
peniruan (mimikri), dan keraguan (ambivalensi).
Keterasingan terjadi bukan tanpa sebab, melainkan
karena dampak atas keterpaksaan karena meninggalkan
Hibriditas
tanah etnis tradisional mereka. Mereka sebagai korban,
Ada beberapa bentuk hibriditas atau citra diri yang
merasa terasingkan dan merasa tertekan secara mental
diciptakan oleh Bangsa Terjajah, satu diantaranya melalui
dan batin.
bahasa. Dalam membentuk citra diri yang berupa
pencampuran bahasa antara Bangsa Penjajah dan
Mimikri dan Ambivalensi
Terjajah, Bangsa Terjajah membentuk suatu pandangan
Mimikri merupakan bentuk-bentuk peniruan,
tersendiri yang mengadopsi dari Bangsa Penjajah, seperti
penyesuaian terhadap etika dan kategori ideal eropa atau
halnya berikut.
Bangsa Barat atau Bangsa Penjajah seolah-olah sebagai
Para pelajar di kota-kota hampir tidak sempat
sesuatu yang universal. Pada konteksnya hampir sama
belajar di sekolah masing-masing. Taiso
(gerakbadan), kyoren (latihan baris-berbaris), dan dengan hibriditas. Namun dalam hal ini mimikri lebih
bersifat pada peniruan gaya hidup dan penyesuaian citra diri yang terbentuk melalui pandangan Bangsa
budaya yang bertolak belakang. Dalam hal ini Bangsa Penjajah dan Terjajah.
Terjajah menyesuaikan diri mereka dengan budaya yang Keberhasilan penulisan skripsi ini tentu tidak lepas
dibawa oleh Bangsa Jepang. dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
Ambivalensi terjadi karena adanya mimikri yang mengucapkan terima kasih kepada:
dilanda ketidakpastian dan keraguan dalam memilih 1. Prof. Dr. Warsono, M.S., Rektor Universitas Negeri
identitas. Sikap ambivalensi muncul karena adanya Surabaya.
kecintaan terhadap suatu hal sekaligus membencinya. 2. Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd., Dekan Fakultas
Secara sederhana Babha (1984) menjelaskan bahwa Bahasa dan Seni Unesa.
3. Drs. Parmin, M.Hum., Ketua Jurusan Bahasa dan
ambivalensi adalah sikap, tingkah laku, dan pola pikir
Sastra Indonesia dan sekaligus sebagai dosen
yang terombang-ambing diantara kedua kekuasaan secara
pembimbing skripsi.
bersamaan. Ambivalensi dapat terjadi kepada kaum
4. Dosen Penguji yang telah memberikan masukan
terjajah maupun penjajah. Menurut Babha ambivalensi
untuk perbaikan skripsi ini, sehingga skripsi ini
tidak hanya dapat dibaca sebagai pertanda trauma subjek
menjadi lebih baik.
kolonial, melainkan juga sebagai ciri cara kerja otoritas 5. Ibu/Bapak dosen Jurusan Bahasa dan Sastra
kolonial serta dinamika perlawanan. Indonesia Universitas Negeri Surabaya yang telah
Dalam hal ini karena objek penelitian berupa para memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
perempuan remaja yang menjadi Bangsa Terjajah. Objek bermanfaat kepada peneliti.
ini telah menjadi orang buangan dan diasingkan di 6. Andik Yulianto, S.S., M.Si., sebagai dosen
sebuah Pulau terpencil dan masih menganut adat-istiadat pembimbing akademik peneliti selama menjadi
yang tinggi. Sehingga kemungkinan untuk terjadinya mahasiswa di Universitas Negeri Surabaya.
mimikri dan ambivalensi di Pulau Buru, menjadi 7. Karyawan dan Tata Usaha Jurusan Bahasa dan
mustahil terjadi. Sehingga sulit sekali menemukan data Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya.
berupa bentuk mimikri dan ambivalensi yang ada dalam 8. Teman-teman Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
novel “Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer: seluruhnya dan khususnya angkatan 2013.
Catatan Pulau Buru” Karya Pramoedya Ananta Toer.
Akhir dari penulisan, diserahkan sepenuhnya kepada
Ucapan Terima Kasih Allah SWT atas kelancaran dalam penulisan skripsi.
Puji syukur akan selalu tercurahkan kepada Allah Tentunya skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
SWT, atas berkat rahmat dan kuasa-Nya sehingga untuk itu penulis mohon saran dan kritik yang
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. membangun untuk penulisan selanjutnya.
Keberhasilan penulisan skripsi dengan judul
“Postkolonialisme dalam Novel Perawan Remaja dalam PENUTUP
Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru Karya Simpulan
Pramoedya Ananta Toer” guna memenuhi salah satu Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman
syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd.) di Militer: Catatan Pulau Buru karya Pramoedya Ananta
Universitas Negeri Surabaya. Toer ini merupakan kisah tentang para perempuan remaja
yang dijadikan budak seks balatentara Jepang dan
Dalam skripsi ini dibahas tentang bentuk
diasingkan di Pulau Buru. Novel ini berbentuk
postkolonialisme dalam novel Cengkeraman Militer: otobiografi, pengarang menceritakan pengalamannya
Catatan Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Pada sendiri menelusuri para perempuan yang menjadi korban
kehidupan zaman sekarang banyak yang tidak menyadari penjajahan Bangsa Jepang dan mengisahkan dengan alur
bahwa banyak budaya-budaya dari Bangsa Barat yang yang membawa pembaca mengenali situasi saat itu serta
telah diterapkan di Indonesia. Perjalanan bangsa ini memahami bentuk perlakuan dan bukti nyata yang ada di
secara tidak langsung dipengaruhi pula oleh warisan dalam novel.
Melalui analisis Novel Perawan Remaja dalam
penjajah, bahkan warisan ini berbekas dan mengendap di
Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru karya
setiap individu rakyat Indonesia yang dampaknya masih Pramoedya Ananta Toer menggunakan teori
terasa hingga saat ini di era globalisasi. Begitu Juga Postkolonialisme, terdapat tiga simpulan yang akan
dengan buku karya Pramoedya Ananta Toer ini, di dijelaskan di bawah ini.
dalamnya terdapat bentuk-bentuk postkolonialisme, yang Pertama, Postkolonialisme dalam buku ini terwujud
diantaranya merupakan bentuk penindasan, dominasi, dan dalam bentuk penindasan, dominasi, dan pandangan
bangsa Penjajah serta Terjajah. Bentuk penindasan dalam
novel ini diklasifikasikan menjadi dua penindasan yang

9
dilakukan secara fisik dan penindasan mental. Pada segi Catatan Pulau Buru Karya Pramoedya Ananta Toer
penindasan secara fisik banyak ditemukan data mengenai dengan teori postkolonialisme adalah sebagai berikut.
bentuk penindasan fisik dengan cara kekerasan, 1. Bagi Peneliti
kerjapaksa, dan tindakan yang mengancam nyawa.
Namun paling banyak ditemukan data dengan subjek Penelitian ini dikhususkan terhadap bentuk-bentuk
tertindas adalah perempuan sebagai korban atas postkolonialisme yang terjadi pada para gadis remaja
penindasan yang telah dilakukan oleh Bangsa Penjajah yang telah dijadikan budak seks oleh balatentara
terhadap Terjajah. Sedangkan pada penindasan secara Jepang dan orang-orang yang merasakan dampak
mental banyak ditemukan data yang menunjukkan dari penindasan bangsa Jepang terhadap orang-orang
depresi psikologis yang terjadi pada pihak terjajah.
Banyak data yang berupa dampak mental dan psikis yang pribumi Indonesia. Penelitian ini masih dirasa
terjadi akibat kolonialisme Jepang. kurang fokus membedah bentuk postkolonialisme
Kedua, Bentuk dominasi yang terjadi dalam novel yang berupa penindasan, dominasi gender dan
ini berupa proses penguasaan daerah jajahan. Penguasaan pandangan bangsa penjajah dan terjajah dan
ini lebih banyak beraspek ekonomi dan politik. Bertujuan beberapa bentuk lainnya. Peneliti postkolonialisme
untuk menguasai dan menjalin kekuatan daerah Jajahan.
Bentuk dominasi yang diteliti adalah dominasi laki-laki harus lebih fokus dalam menganalisis bentuk
terhadap perempuan. Hal ini dilakukan dengan kebijakan- hibriditas, diaspora, mimikri, dan ambivalensi, untuk
kebijakan Bangsa Penjajah yang membuat Bangsa lebih memperjelas pembahasan dalam penelitian.
Terjajah (lebih banyak merujuk pada perempuan remaja Jika hal ini dilakukan, maka pembahasan mengenai
yang menjadi korban keganasan Balatentara Jepang) postkolonialisme akan lebih radikal dan
menjadi pihak yang tertindas atau resesif didominasi oleh
kekuatan Bangsa Jepang sebagai Bangsa Penjajah dan fundamental.
kelemahan Bangsa Indonesia sebagai Bangsa Terjajah. 2. Bagi Mahasiswa
Bentuk dominasi laki-laki terhadap perempuan terjadi Penelitian ini berisi pengaplikasian teori
dalam ketidakberdayaan para perawan remaja yang postkolonialisme terhadap novel Gadis Remaja
dibawa ke Pulau Buru dan dijadikan budak seks tentara dalam Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru
Dai Nippon oleh Pemerintah Jepang.
Ketiga, Bentuk pandangan Bangsa Penjajah tersirat Karya Pramoedya Ananta Toer. Oleh sebab itu,
pada setiap kebijakan dan tindakan-tindakan Bangsa penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi
Penjajah kepada Bangsa Terjajah. Banyak diantaranya pengapresiasian sastra, khususnya analisis karya
yang merupakan bentuk imperialisme dan mengacu pada sastra yang menggunakan teori postkolonialisme dan
3G (Gold, Glory, Gospel). Tindakan Pemerintah Jepang karya -karya Pramoedya Ananta Toer.
yang memperkuat kedudukan politik di dunia. Sedangkan
bentuk pandangan Bangsa Terjajah tersurat dan tersirat
dalam pembentukan citra diri yang mengadopsi Bangsa 3. Bagi Pendidik
Penjajah berupa Pencampuran (Hibriditas), keterasingan Para Pendidik hendaknya memaksimalkan
(diaspora), peniruan (mimikri), dan keraguan penggunaan bahan pembelajaran sastra, dalam hal ini
(ambivalensi). Bentuk Pencampuran (Hibriditas) yang adalah novel-novel karya Pramoedya Ananta Toer.
paling banyak ditemukan berupa bentuk pencampuran
bahasa atau hibriditas linguistik. Banyak penggunaan Dalam karya-karya beliau terdapat nilai-nilai
Bahasa Jepang dalam penyebutan beberapa hal, seperti kehidupan, gambaran tentang penindasan bangsa
tempat, susunan pemerintahan, pekerjaan, dan penjajah, dan nilai historis yang cukup kental.
sebagainya. Bentuk keterasingan (Diaspora) yang Beberapa hal tersebut dapat dijadikan bahan
ditemukan berupa bentuk keterasingan yang dirasakan pembelajaran kepada peserta didik, sehingga
oleh para perawan remaja selama beberapa tahun setelah
menuntun siswa berpikir tentang nilai-nilai historis
pengasingan dan ketertindasan bertahun-tahun. Diaspora
juga merupakan bentuk pengasingan dari etnis rakyat Indonesia pada zaman dahulu, gambaran
tradisionalnya. Sedangkan bentuk peniruan (mimikri) dan bentuk penindasan dan mampu mengambil nilai-nilai
keraguan (ambivalensi) tidak ditemukan dalam novel kehidupan dari karya-karya Pramoedya Ananta Toer.
Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer: Catatan Diharapkan juga penelitian ini menjadi rujukan
Pulau Buru dikarenakan daerah pulau Buru yang masih
dalam mengapresiasi karya sastra.
menganut adat-istiadat yang amat tinggi dan tidak
terdeteksi bentuk kolonialisme disana.
DAFTAR PUSTAKA
Saran Ashcroft, Bill dkk. 2003. Menelanjangi Kuasa Bahasa:
Beberapa saran yang dapat dijadikan masukan yang Teori dan Praktek Sastra Postkolonial
(diterjemahkan dari The Empire Write Back:
bermanfaat bagi pihak-pihak terkait setelah menganalisis Theory and Practice Postkolonial Literatures 1989,
novel Gadis Remaja dalam Cengkeraman Militer: oleh Yuwan Wahyuni). Yogyakarta: Penerbit
Qalam.
Budi, Suluh Dwi Azzam. 2010. Wacana Orientalisme dan
Postkolonialisme dalam Roman Tetralogi Buru
karya Pramoedya Ananta Toer. Skripsi, Surabaya:
belum diterbitkan.

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian


Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Gandhi, Leela. 1998. Teori Postkolonial: Upaya


Meruntuhkan Hegemoni Barat. (diterjemahkan dari
Postkolonial Theory A Critical Introduction oleh
Yuwan Wahyutri dan Nur Hamidah). Yogyakarta:
Penerbit Qalam.

Loomba, Ania. 2000. Kolonialisme/Pascakolonialisme.


(diterjemahkan dari Kolonialism/Postkolonialism
oleh Hartono Hadikusumo). Yogyakarta: Narasi-
Pustaka Promethea.

Najabah, Itaun. 2002. Kolonialisme dan Nasionalisme


dalam Novel Jejak Langkah Karya Pramoedya
Ananta Toer. Skripsi. Surabaya: Belum diterbitkan.

Najid, Moh. 2009. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi.


Surabaya: Unesa University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2011. Prinsip-Prinsip Kritik


Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Prasetya, Rikza Yudha. 2014. Citra Tokoh dalam Trilogi


Novel De Winst Karya Afifah Afra: Kajian
Poskolonialisme. Skripsi. Surabaya: Belum
diterbitkan.

Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Postkolonialisme


Indonesia: Relevansi Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Said, Edward W. 2010. Orientalisme. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Toer, Pramoedya Ananta. 2015. Perawan Remaja dalam


Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru. Jakarta:
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Wellek, Rene dan Austin Warren. 2014. Teori


Kesusastraan (Terjemahan). Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.

Zarkasih, Agus Salim. 2009. Penolakan Tokoh Utama


terhadap Sikap Mental Jawa (nrima) dalam Roman
Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer
(Kajian Psikologis Humanistik Helen Graham).
Skripsi. Surabaya: Belum diterbitkan.

11

Anda mungkin juga menyukai