Anda di halaman 1dari 15

DEMOKRASI PANCASILA

Oleh : Hariyono
Jakarta, 3 September 2021
PERSEPSI DAN LOGIKA
 Menurut Howard de Bono, 85% cara berpikir adalah
masalah persepsi.
 Kebanyakan kesalahan berpikir disebabkan oleh persepsi
bukan kesalahan logika semata.
 Logika (termasuk dalam demokrasi) adalah persoalan
teknis dan bergerak dalam ranah teknis.
 Dalam kehidupan yang sesungguhnya kita harus
memahami persepsi tentang realitas termasuk realitas diri
kita sendiri termasuk “ada dan mengadanya KUASA”.
 Pancasila memiliki nilai-nilai fundamental sekaligus nilai
instrumental.
Sebuah negara-bangsa yg mengikat banyak suku bangsa, bahasa, &
agama, di lebih dari 17.508 pulau, diperlukan suatu konsepsi, kemauan
& kemampuan yang kuat untuk menopang kebesaran, keluasan dan
kemajemukan, dengan dasar negara yang dapat meletakkan segenap
elemen bangsa di atas suatu landasan yang statis (meja statis),
sekaligus dapat memberi tuntunan yang dinamis (leitstar dinamis”)

Melindungi segenap bangsa Indonesia


dan seluruh tumpah darah Indonesia
Misi
Kemerdekaan Memajukan kesejahteraan umum
Visi Negara Indonesia
adalah “Merdeka,
Bersatu, Berdaulat, Indonesia
Mencerdaskan kehidupan bangsa;
Adil dan Makmur”
Melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial
MANUSIA & DIALEKTIKA KEHIDUPAN
Perspektif masa depan
Dari opini (doxa) ke
berpijak pada pemahaman
sains (episteme)
realitas yang dinamis,
interdependen dan
terus berubah

Konsep Diri &


Kuasa
Warga desa selain objek Realitas kehidupan desa
juga subyek kehidupan, termasuk adalah perubahan dari realitas
dalam bidang demokrasi. yang sedang bekerja.
PANCASILA ADALAH PERJUANGAN

“Satu hal harus kita kemukakan, kita jagan lupa bahwa


bahwa Pancasila adalah soal perjuangan.
Pancasila tidak kita warisi dari nenek moyang menurut hukum
Mendel. Pancasila adalah soal keyakinan dan pendirian yang
asasi. Pancasila tidak akan bisa tertanam dalam jiwa kita jika
kita sendiri masing-masing tidak berjuang.
Baik untuk masyarakat dan negara maupun untuk setiap
individu, usaha penanaman Pancasila harus berjalan terus
menerus, tak ada hentinya. Tak seorang pun akan menjadi
Pancasila kalau dia tidak membuat dirinya Pancasilais.
Negara kita tidak akan menjadi negara Pancasila jika kita
tidak membuatnya terus menerus” (Driyarkara, 1966)
MENEGUHKAN KEMBALI PANCASILA

 Pemahaman Pancasila perlu didasarkan pada data dan


sumber sejarah yang utuh agar tidak bersifat regimentatif.
 Tata kelola negara dan pemerintahan, regulasi dan kebijakan
negara harus dikembalikan pada nilai nilai Pancasila.
 Pandangan hidup → Filsafat Bangsa (manusia dan
masyarakat) → Filsafat Politik → Cita-cita bangsa.
 Nilai- nilai Pancasila harus diperjuangkan sebagai laku hidup
sebagai “DIALOG KERJA” dan “DIALOG TEORETIS”.
 Proses Demokrasi → berpijak pada “realitas” untuk “realisasi”
masa depan → realisasi diri yang terus tumbuh dan
berkembang sebagai bentuk kedaulatan rakyat yang
berjuang untuk kedaulatan bangsa dan negara..
PANCASILA SEBAGAI ENERGI POSITIF
 Pancasila → Landasan etis dan politik dalam “kehidupan
berbangsa dan bernegara”.
 Pandangan dunia → Pandangan Hidup → Prinsip Hidup
→ Laku Hidup
 Regulasi dan kebijakan perlu disesuaikan dengan nilai-
nilai Pancasila.
 Mengurangi kesenjangan social ekonomi.
 Makin membuka ruang kehidupan yang lebih inklusif.
 Mengaktualisasikan demokrasi untuk memperkokoh
persatuan Indonesia sekaligus mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
AZAS KERAKYATAN

Asas Kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan


ada pada rakyat. Segala hukum (recht, paraturan-
peraturan negeri) haruslah bersandar pada perasaan
keadilan dan kebenaran yang hidup dalam hati rakyat
yang banyak, dan aturan penghidupan haruslah
sempurna dan berbahagia bagi rakyat kalau ia
beralasan Kedaulatan Rakyat. Asas Kedaulatan Rakyat
inilah yang menjadi sendi pengakuan oleh segala jenis
manusia yang beradab bahwa tiap-tiap bangsa
mempunyai hak untuk menentukan nasib sendiri.
LANDASAN MORAL

 Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan landasan


etis/moral yang mengandung pengertian manusia
Indonesia tidak hanya berdasar hormat-menghormati
agama dan atau keyakinannya masing-masing, tetapi
juga “menjadi dasar mempimpin ke jalan kebenaran,
keadilan, kebaikan, kejujuran, dan persaudaraan”.
 Sila kedua sd kelima merupakan landasan politik dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk untuk
memelihara “demokrasi kita dari bujukan korupsi dan
gangguan anarki. Korupsi dan anarki, kedua-duanya
bahaya yang senantiasa mengancam demokrasi.
DEMOKRASI: BERES POLITIK & EKONOMI

 Sosio-Demokrasi timbul dari sosio-nasionalisme. Sosio-


demokrasi adalah demokrasi yang dengan dua dua
kakinya berdiri di dalam masyarakat. Sosio-demokrasi
tidak ingin mengabdi kepentingan sesuatu gundukan kecil
sahaja, tetapi kepentingan masyarakat. Sosio-demokrasi
bukanlah demokrasi ala Revolusi Perancis, bukan
demokrasi ala Amerika, ala Inggris, ala Nederland, ala
Jerman dll tetapi ia adalah demokrasi sejati yang mencari
keberesan politik DAN ekonomi, keberesan negeri DAN
keberesan rezeki. Sosio-demokrasi adalah demokrasi
politik DAN demokrasi ekonomi (Soekarno, 1932)
NILAI-NILAI PANCASILA & DEMOKRASI

 Kedaulatan ada di tangan Rakyat dan diaktualisasikan


sesuai dengan landasan etis/moral dan politik
sebagaimana terdapat dalam lima sila Pancasila.
 Kedaulatan hanya dapat diwujudkan dalam negara yang
berdaulat atau merdeka
 Memilih bentuk Pemerintahan Republik
 Demokrasi Politik dan Ekonomi tidak dipisahkan
 Sirkulasi elit perlu dilakukan secara jujur, terbuka dan
akuntabel, sehingga mengutamakan musyawarah.
 Demokrasi terkait dengan keadilan sosial (Amartya Sen).
DINAMIKA DEMOKRASI PANCASILA
 Demokrasi Liberal (1950 – 1959)
 Demokrasi Terpimpin (1959 – 1966)
 Demokrasi “Mengambang” era Orde Baru (1966 – 1998)
 Demokrasi Liberal di era Reformasi
 Catatan: sejak demokrasi liberal hingga reformasi warga
desa belum memiliki daya tawar yang tinggi dalam proses
pembuatan kebijakan politik, termasuk kebijakan yang
terkait dengan pertanian dan peternakan.
 Agar nilai-nilai Pancasila dapat terwujud dalam praktek
kehidupan demokrasi di desa warga harus bersatu,
cerdas, bersedia mengorganisir diri “secara inovatif dan
mandiri”
DEMOKRASI DI ERA DIGITAL

 Di era digital terjadi “banjir informasi” yang sering


membuat warga, termasuk warga desa kesulitan
menyikapi informasi secara cerdas dan bijak.
 Fasilitas digital “dibiasakan” untuk fasilitas pembelajaran
(pertanian, perdagangan online, managemen finansial
hingga pemilihan umum) warga untuk mengelola dan
mengembangkan potensi desa yang dimiliki.
 Kemandirian ekonomi dan sosio-kultural warga
memungkinkan mereka berpartisipasi dalam demokrasi
secara sehat.
RAKYAT BERSATU & MAJU
 Nasib warga tidak semata-mata ditentukan oleh figure
pemimpin.
 Warga berlu “rukun dan guyub” untuk belajar dan
meningkatkan literasi kehidupan (politik, ekonomi hingga
IPTEKS).
 Warga yang memiliki basis modal social yang kuat
relative Bersatu dan potensial untuk maju bersama.
 Membangun jejaring secara online sesame elemen
warga termasuk warga di luar desanya untuk
meningkatkan kemandirian ekonomi dan politik yang
dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai