Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Akuntansi sebagai sistem, akuntansi sebagai suatu ilmu, akuntansi sebagai suatu
mitos, akuntansi sebagai seni pencatatan, semakin lama semakin luas saja bidang
cakupan akuntansi. Asumsi bahwa akuntansi bisa mempengaruhi bidang apapun
mulai terlihat nyata pada perkembangannya di era globalisasi, di era layar yang kita
hadapi sekarang.
Akuntansi semakin diperlukan oleh semua sektor dan semua bidang. Sebuah
sunnatullah yang diajarkan oleh Rasulullah S.A.W tentang pentingnya pengelolaan
keuangan dengan mengedepankan prinsip transparansi. Telah jauh sebelumnya di
lukiskan di dalam Surah Al-Baqarah ayat 282 tentang wajibnya mengedepankan
transparansi dalam setiap transaksi dan semakin jelas dengan pencatatan.
Akuntansi mulai menyentuh aspek keperilakuan yaitu pada individu manusia itu
sendiri menjadi tren positif di kalangan praktisi dan akademik di bidang akuntansi.
Dengan hanya melihat, mendengar, mengetahui informasi, bahkan memberi
pendapat terhadap laporan keuangan ternyata tidak dapat dipungkiri, juga
dipengaruhi oleh faktor sosilologis dan psikologis manusia. Bisa saja kondisi
seorang individu sebelum menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan berubah.
Karena menurut penulis sendiri faktor psikologis merupakan salah satu faktor
internal dan mempunyai andil penting ketika opini atau pendapat dikeluarkan
terkait dengan laporan keuangan.

2. Rumusan Masalah
1. Tentang Pengantar Akuntansi Keperilakuan
2. Metode Penelitian Akuntansi Keperilakuan

3. Tujuan Umum
Penyusunan makalah ini merupakan bagian dari pembelajaran mata kuliah
akuntansi keprilakuan, . Selain merupakan bagian dari quis, banyak kemudian
manfaat yang kita dapatkan ketika membaca, menelaah, dan membutuhkan
informasi dari makalah ini. Makalah ini juga merupakan ringkasan dari beberapa
hasil diskusi kami dalam perkuliahan. Tujuan dari makalah ini adalah memberikan
informasi seluas-luasnya kepada mahasiswa, dosen, civitas akademika tentang
adanya aspek keperilakuan yang turut mengambil andil penting dalam akuntansi.
Terlebih lagi dari makalah ini dapat memberikan informasi ke masyarakat pada
umumnya.
BAB II
PENGERTIAN

Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi


manajemen masih sangat sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah-
masalah perhitungan harga pokok produk. Seiring dengan perkembangan teknologi
produksi, permasalahan riset diperluas dengan diangkatnya topik mengenai
penyusunan anggaran, akuntansi pertanggung jawaban, dan masalah harga transfer.
Riset akuntansi keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan
universal (universalistic approach), seperti riset argyris di tahun 1952, hopwood
(1972), dan otley (1978). Tetapi karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan,
maka segera muncul pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian besar
dalam bidag riset, yaitu pendekatan kontijensi (contingency approach). sebuah cara
berfikir yang komparatif (berdasarkan perbandingan) Berbagai riset yang
meggunakan pendekatan kontijensi dilakukan dengan tujuan megidentifikasikan
berbagai variable kentijensi yang memengaruhi perancangan dan penggunaan
sistem pengendalian menejemen. Secara ringkas, berbagai variable kontijensi yang
memengaruhi desain system pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Ketidakpastian (uncertainty).
2. Teknologi dan saling ketergantungan (technology and interdependence).
3. Industry, perusahaan, dan unit variable.
4. Strategi kompetitif (competitive strategy).
5. Faktor-faktor yang dapat di amati (observability factor).

A. Pengertian Riset Akuntansi


Riset akuntansi merupakan suatu disiplin ilmu yang sudah ada lebih dari
seratus tahun yang lalu. Riset Akuntansi adalah upaya yang dilakukan untuk
mencari kebenaran di bidang akuntansi. Hasil dari riset akuntansi ini merupakan
penyambung antara fenomena sosial di bidang akuntansi dengan struktur teori
akuntansi. Dimana fenomena sosial tersebut dituangkan dalam berbagai bentuk
“statement ilmiah” sehingga menjadi teori.
Proses mencari kebenaran dimulai dengan cara dogamtis dimana kebenaran
berasal dari orang atau pihak ataupun lembaga yang diberi dan diyakini memiliki
otoritas untuk menetapkan kebenaran. Kemudian cara ini berkembang dan
menggunakan cara normatif dengan menggunakan logika ilmiah, serta pemikiran
yang sehat. Dari cara normatif ini berkembang lagi sehingga kemudian
menggunakan metode empiris dengan titik berat melihat pada kenyataan yang ada
dilapangan yaitu fenomena sosial.

B. Metode Penelitian
Ada beberapa metode yang digunakan dalam suatu penelitian. Metode-
metode ini tergantung kepada suatu problem atau masalah penelitian yang akan
dibahas. Tentunya akan berbeda antara metode penelitian untuk ilmu eksakta
dengan metode penelitian untuk ilmu sosial. Tetapi dalam ilmu sosial pun memiliki
perbedaan metode penelitian. Bahkan dalam ilmu akuntansi pun ada beberapa
metode yang akan dipakai dalam suatu penelitian.
Dari perbedaan metode yang digunakan diatas, maka secara garis besar ada
tiga cara yang dipilih, yaitu :
1. Metode Kuantitatif
Yaitu metode yang menggunakan rumus-rumus statistik dalam
mengidentifikasi dan mengolah variabel yang muncul dari suatu problem
atau masalah yang akan dijawab.
2. Metode Kualitatif
Yaitu menggunakan narasi dan penguraian tentang variabel yang akan
dibahas tanpa harus melakukan pengukuran terlebih dahulu.
3. Metode Campuran antara Kuantitatif dan Kualitatif
Metode ini menggambungkan dari dua metode diatas, yaitu sebagian
menggunakan metode kualitatif dan sebagian lagi menggunakan metode
kuantitatif.
C. AKUNTANSI: SENI ATAU SAINS?
Selama ini, literatur-literatur akuntansi mengembangkan suatu debat
berkepanjangan menyangkut pertanyaan mengenai apakah akuntansi merupakan
sebuah ilmu (sains). Mereka yang berpendapat bahwa akuntansi adalah seni atau
keahlian menyarankan agar keahlian akuntansi yang dibutuhkan untuk menjadi
seorang pedagang yang baik harus diajarkan dan memerlukan adanya pendekatan
“legalistik” terhadap akuntansi. Para pendukung akuntansi adalah ilmu yang
sebaliknya menyarankan agar mengajarkan model pengukuran akuntansi untuk
dapat memberikan pandangan yang lebih konseptual kepada para mahasiswa
akuntansi mengenai apa yang hendak dilakukan oleh akuntansi akrual konvensional
dalam memenuhi sasaran umum guna melayani kebutuhan para penggunanya dan
untuk menumbuhkan pemikiran-pemikiran kritis di bidang akunatansi dan
perubahan-perubahan dinamis yang terjadi di dalamnya. Bagaimana akuntansi itu
diajarkan, apakah sebagai keahlian ataupun sebagai ilmu, akan mempengaruhi cara
pandang terhadap bidang studi ini dan kesiapan dari para siswa yang memilih untuk
mengambil akuntansi sebagai jurusan utamanya hingga nanti pada akhirnya ia akan
turut bergabung dalam profesi akuntansi.
Teori baik dalam segi normatif maupun positif dan ilmu akuntansi yang
ditempatkan di awal dan tidak hanya di belakang kurikulum akan dapat membantu
para siswa dalam memahami akuntansi secara lebih baik untuk lebih siap terhadap
perubahan-perubahan dalam praktik, hingga sampai kepada pengambilan kebijakan
yang llebih baik. Argument yang disebutkan terakhir tadi sangat sesuai dengan
pandangan yang dikenal luas saat ini bahwa akuntansi adalah suatu ilmu sosial yang
lengkap. Argumentasi ini dijabarkan dengan sangat tepat oleh Mautz sebagai
berikut:
Akuntansi berhubungan dengan perusahaan, yang tentunya merupakan
kelompok sosial; akuntansi berkepentingan dalam transaksi-transaksi dan kejadian-
kejadian ekonomi lainnya yang memiliki konsekuensi dan mempunyai dampak atas
hubungan sosial; akuntansi menghasilkan pengetahuan yang berguna dan berarti
bagi orang-orang yang terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang memiliki implikasi
sosial; akuntansi pada hakikatnya bersifat mental. Menurut dasar pedoman-
pedoman yang ada, akuntansi adalah suatu ilmu sosial.
Pandangan terhadap akuntansi sebagai suatu ilmu sosial telah meresap ke
dalam atmosfer lingkungan akademik dan riset mengenai akuntansi, menimbulkan
terjadinya perpecahan dalam bidang profesi ini. Terdapat cukup banyak bukti yang
menunjukkan telah terjadi perpecahan di antara komunitas praktisi dan akademisi
akuntansi, yang khususnya dikarakteristikkan oleh kurangnya minat dan perhatian
yang sama. Hal ini dibuktikan oleh respons yang diberikan terhadap survey AICPA
atas para anggota institusi di bidang pendidikan berikut ini:
1. Masalah terpenting yang dihadapi oleh CPA dalam bidang pendidikan adalah
adanya kenyataan bahwa bidang akademi telah terpisah terlalu jauh dari
profesi akuntansi.
2. Riset akuntansi yang saat ini kebanyakan dijalankan tidak relevan sama sekali
dengan akuntansi di dunia nyata.
3. Para pengajar seringkali kurang berinteraksi dengan para praktisi.
Sterling (1975 and 1979) menegaskan bahwa istilah “seni” sangat
tergantung pada interpretasi personal praktisi. Sedangkan “sains” tergantung pada
prosedur-prosedur pengukuran khusus yang ketat. Sterling yakin bahwa bahwa
akuntansi jauh lebih dekat kepada seni daripada ilmu jika melihat bagaimana
akuntan mendefinisikan masalah. Misalnya dalam kasus depresiasi, sebuah
kesepakatan adanya ruang gerak yang luas tersedia dalam pengukuran kita dalam
menyeleksi metode penyusutan dan memutuskan jumlah tahun masa manfaat dan
nilai sisa. Hasilnya, objektivitas menjadi sangat rendah. Pendekatan ilmiah
berjuang keras untuk mengadakan prosedur pengukuran sebagai kelengkapan yang
bermakna secara ekonomi. Sebagaimana replacement cost atau NRV dari aset atau
elemen lain yang diukur.
Namun demikian, akuntansi sebagian besar berkaitan dengan unsur
manusia, yang kurang terkendali daripada fenomena fisik yang diukur dalam ilmu
alam (sains). Karenanya, kita bisa memperkirakan akuntansi, bersama dengan
ekonomi dan ilmu-ilmu sosial lainnya, adalah kurang akurat dalam pengukuran dan
prediksi dibandingkan dengan ilmu alam.
Desain riset adalah kerangka kerja atau rencana untuk melakukan studi yang
akan digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan dan menganalisis data.
Desain riset berhubungan dengan temuan masalah sebagai berikut. Desain
penelitian/riset (research design) merupakan suatu cetak biru (blue print) dalam hal
bagaimana data dikumpulkan, diukur, dan dianalisis. Melalui desain inilah peneliti
dapat mengkaji alokasi sumber daya yang dibutuhkan. Desain penelitian yang
dipilih hendaknya disesuaikan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui,
mendeskripsikan, atau mengukur, maka desain penelitian masing-masing adalah
desain eksploratif, deskriptif, atau kausal.
Salah satu peranan penting dari riset akuntansi keperilakuan adalah
membantu merumuskan masalah yang harus diatasi. Riset hanya dapat dirancang
secara sistematis untuk memberikan informasi berharga jika masalah yang dihadapi
telah dirumuskan secara jelas dan akurat. Proses perumusan masalah meliputi pula
spesifikasi tujuan riset yang dilakukan.
Pada tahapan penentuan desain riset ini dibuat kerangka untuk
melaksanakan penelitian. Di dalamnya memuat secara rinci prosedur untuk
pengumpulan data, cara pengujian hipotesis, kemungkinan jawab terhadap research
questions samapi dengan model analisis yang dipergunakan.
Sumber data riset merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan
dalam penentuan metode pengumpulan data.
Data sekunder adalah sumber data riset yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melaui media perantara. Data sekunder pada umumnya berupa bukti,
catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip baik yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Manfaat dari data sekunder adalah
lebih meminimalkan biaya dan waktu, mengklasifikasikan permasalahan-
permasalahan, menciptakan tolok ukur untuk mengevaluasi data primer, dan
memenuhi kesenjangan-kesenjangan informasi. Jika informasi telah ada,
pengeluaran uang dan pengorbanan waktu dapat dihindari dengan menggunakan
data sekunder. Manfaat lain dari data sekunder adalah bahwa seorang peneliti
mampu memperoleh informasi lain selain informasi utama.
Data primer adalah sumber data riset yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli atau pihak pertama. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh
peneliti untuk menjawab pertanyaan riset. Data primer dapat berupa pendapat
subjek riset (orang) baik secara individu maupun kelompok, hasil observasi
terhadap suatu benda (fisik), kejadian, atau kegiatan, dan hasil pengujian. Manfaat
utama dari data primer adalah bahwa unsur-unsur kebohongan tertutup terhadap
sumber fenomena. Oleh karena itu, data primer lebih mencerminkan kebenaran
yang dilihat. Bagaimanapun, untuk memperoleh data primer akan menghabiskan
dana yang relatif lebih banyak dan menyita waktu yang relatif lama. Misalnya,
pengumpulan data melalui cara mengamati perilaku, melakukan survei, atau
eksperimen laboratorium.
Dalam menjamin validitas data primer dan sekunder, hanya informasi-
informasi esensial yang seharusnya diharapkan dari responden. Para peneliti
seharusnya menentukan dasar dari keinginan informasi dan memilih suatu format
pertanyaan yang akan menyediakan informasi dengan sedikit pembatasan terhadap
responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifat terbuka (open ended) atau sudah
ditentukan kemungkinan-kemungkinan jawabannya (close ended). Suatu
pertanyaan open-ended diminta untuk suatu jawaban yang bebas. Pertanyaan close-
ended menawarkan bermacam-macam pilihan jawaban kepada responden.
Responden diminta untuk memilih satu atau lebih pilihan jawaban. Manfaat dari
format pertanyaan ini termasuk memudahkan jawaban dari para responden dan
memudahkan tabulasi dan penjelasan dari peneliti.
Alat ukur riset valid dan andal akan dijelaskan sebagai berikut. Tinggi fisik
seseorang dapat diukur dengan menggunakan inci atau meter. Hanya ada sedikit
keraguan mengenai apakah alat ukur yang digunakan sudah memadai ketika kita
mengacu pada tinggi dan berat badan seseorang. Namun, ketika kita tertarik untuk
mengukur sifat dan perilaku seseorang, alat ukur apa yang akan kita gunakan?
Tidak ada ukuran ataupun skala untuk mengukur sikap kerja atau untuk
mengidentifikasikan suatu organisasi atau keberhasilan secara tepat. Oleh karena
itu, seorang peneliti harus mengembangkan instrumen risetnya untuk mengukur
fenomena-fenomena perilaku tersebut.
Terdapat dua hal penting yang berhubungan dengan perencanaan riset
perilaku, yang pertama adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal yang sah
(validitas) dan yang kedua adalah yang diukur berkaitan dengan hal-hal yang tidak
representatif (andal). Dua hal tersebut dinilai dengan validitas dan keandalan.
Validitas mengacu pada lingkup apa yang diukur pada kenyataannya.
Peneliti ingin melakukan pengukuran dan apa yang diukur seharusnya berkaitan
dengan masalah risetnya. Keandalan berkaitan dengan apakah suatu teknik khusus
jika digunakan di lapangan dan waktu yang berbeda akan menghasilkan sesuatu
yang sama. Dalam hal itu, peneliti mengacu pada konsistensi dari suatu alat ukur.
Peneliti tergantung pada ukuran keandalan tetapi tidak tergantung pada alat ukur
yang tidak andal.
Validitas ada beberapa jenis, yaitu (1) validitas isi konsep masalah yang
diukur; (2) validitas prediktif pengujian prediksi perilaku; (3) validitas konkuren
alat ukur kruteria sekarang atau masa lalu; dan (4) validitas konstruksi pengukuran
sesuai dengan teori atau tidak.
Reliabilitas mengacu pada suatu instrumen alat ukur yang andal akan
menghasilkan alat ukur yang stabil di setiap waktu. Aspek lain dari keandalan
adalah akurasi dari instrumen pengukuran.
Hanya informasi-informasi esensial yang seharusnya diharapkan dari
responden. Para peneliti seharusnya menentukan dasar dari keinginan informasi dan
memilih suatu format pertanyaan yang akan menyediakan informasi dengan sedikit
pembatasan terhadap responden. Pertanyaan-pertanyaan dapat bersifat terbuka
(open ended) atau sudah ditentukan kemungkinan-kemungkinan jawabannya (close
ended). Suatu pertanyaan open-ended diminta untuk suatu jawaban yang bebas.
Pertanyaan close-ended menawarkan bermacam-macam pilihan jawaban kepada
responden. Responden diminta untuk memilih satu atau lebih pilihan jawaban.
Manfaat dari format pertanyaan ini termasuk memudahkan jawaban dari para
responden dan memudahkan tabulasi dan penjelasan dari peneliti.
D. Arah Riset Akuntansi
Pendekatan yang didiskusikan di bawah ini mewakili orientasi tertentu atau
arahan riset akuntansi.Pendekatan-pendekatan ini mewakili perubahan yang
signifikan melampaui riset normatif murni pada generasi yang lalu.
1. Pendekatan Model-Keputusan (The Decision-Model Approach)
Model ini menyatakan informasi apa yang dibutuhkan dalam pengambilan
keputusan. Dari sudut pandang ini laporan keuangan didasarkan pada entry value,
exit value dan discounted cash flows yang memenuhi syarat berkemungkinan
bermanfaat. Pendekatan ini tidak menyatakan informasi yang diinginkan pengguna
melainkan lebih berkonsentrasi pada informasi yang dibutuhkan dalam
pengambilan keputusan tertentu. Orientasinya adalah normatif dan deduktif. Premis
yang mendasari riset ini adalah pembuat keputusan yang perlu diingatkan
bagaimana menggunakan informasi jika mereka tidak familiar dengan informasi
tersebut.
2. Riset Pasar Modal (Capital Market Research)
Sebuah jumlah yang signifikan dari riset empirik/induktif memperlihatkan
harga saham perusahaan publik bereaksi dengan cepat dan dalam keadaan tidak bias
terhadap informasi baru. Karenanya harga pasar diasumsikan dapat merefleksikan
secara utuh semua informasi yang tersedia untuk publik. Proposisi ini secara prinsip
dari disiplin keuangan diketahui sebagai efficient market hypothesis atau hipotesis
pasar efisien. Ketika informasi secara cepat direfleksikan dalam harga sekuritas,
maka ada permintaan untuk meningkatkan pengungkapan akuntansi.
3. Riset Keperilakuan (Behavioral Research)
Perhatian utama dari riset ini adalah bagaimana pengguna informasi
akuntansi membuat keputusan dan informasi apa yang mereka perlukan.
Pendekatannya adalah deskriptif, sedangkan pendekatan decision model adalah
normatif. Kebanyakan penelitian ini menggunakan subyek situasi percobaan yang
terkendalikan dengan seksama. Banyak studi telah memperlihatkan ketidaksesuaian
antara model keputusan normatif dengan proses keputusan aktual dari pengguna
(users). Riset lain menemukan adanya tendensi untuk menggunakan laporan
keuangan yang dipublikasikan untuk tujuan pengambilan keputusan manajerial.
4. Teori Agensi (Agency Theory sering disebut Contracting Theory)
Teori keagenan atau teori kontrak adalah sebuah topik penting dalam riset
akuntansi saat ini. Teori keagenan bisa merupakan deduktif dan induktif dan
merupakan contoh yang istimewa dari riset perilaku walaupun akar teori keagenan
pada keuangan dan ekonomi lebih dari psikologi dan sosiologi. Asumsi yang
mendasari adalah reaksi individu pada saat terjadi konflik antara kepentingannya
dengan kepentingan perusahaan. Asumsi lain yang penting dari teori adalah titik
persimpangan antara banyak tipe kontrak di antara manajemen, pemilik, kreditur
dan pemerintah. Hasilnya teori keagenan memperhatikan variasi cost dari hubungan
pemantauan dan pelaksanaan di antara kelompok yang beragam.
Pada teori ini, individu bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik bagi
mereka, perusahaan merupakan titik pertemuan (intersection) berbagai tipe
hubungan kontraktual antara manajemen, pemilik, kreditur, dan pemerintah.
Berkaitan dengan biaya pengawasan dan penguatan hubungan antara berbagai
kelompok riset informasi ekonomi, memfokuskan pada biaya untuk menghasilkan
informasi akuntansi.
5. Informasi Ekonomi
Akuntan menjadi meningkat kesadarannya terhadap cost dan benefit dalam
menghasilkan informasi akuntansi. Riset informasi ekonomi biasanya dasarnya
adalah analitis/deduktif. Informasi ekonomi mutakhir termasuk asumsi teori
keagenan dan analisa situasi dalam analisanya. Hal ini karena pembagian resiko
antara prinsip dan agen adalah koneksi dekat dengan isu apakah keduanya memiliki
informasi yang penuh atau apakah akan terjadi informasi yang timpang pada saat
salah satu terpisah (biasanya agen) memiliki informasi yang lebih banyak dari yang
lain. Tujuan dari analisa teori informasi adalah menentukan bagaimana rancangan
kontrak dioptimalkan untuk menegosiasikan insentif dan pembagian resiko. Riset
juga memperlihatkan pentingnya fungsi pelayanan akuntansi (menilai kinerja
manajemen relatif penting untuk menentukan insentif dan reward manajemen).
6. Riset Critical Accounting
Critical Accounting adalah cabang teori akuntansi yang memandang
akuntansi memiliki peran sebagai poros dalam memutuskan konflik antara
perusahaan dan konstituen sosial seperti buruh, konsumen dan masyarakat umum.
Hal ini secara langsung diperhatikan secara aktif dalam peran sosial
akuntan.Critical Accounting merupakan perpaduan gabungan dua area dari
akuntansi yang dikembangkan sejak 1960-an yaitu: akuntansi kepentingan publik
dan akuntansi sosial. Akuntansi kepentingan publik melakukan pekerjaaan bebas
dari pajak dan nasehat keuangan pada individu, kelompok dan usaha kecil yang
tidak mampu membayar jasa tersebut. Akuntansi sosial menyinggung usaha
menjelaskan pengukuran untuk mengambil dari perusahaan beban eksternal, seperti
polusi yang menimbulkan kerusakan pada masyarakat.Riset Critical Accounting
meyakini bahwa akuntansi harus lebih ditekankan untuk mencoba menyelesaikan
masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
BAB III
PENUTUP

Akuntansi sebagai sistem, akuntansi sebagai suatu ilmu, akuntansi sebagai


suatu mitos, akuntansi sebagai seni pencatatan, semakin lama semakin luas saja
bidang cakupan akuntansi. Asumsi bahwa akuntansi bisa mempengaruhi bidang
apapun mulai terlihat nyata pada perkembangannya di era globalisasi, di era layar
yang kita hadapi sekarang.
Akuntansi semakin diperlukan oleh semua sektor dan semua bidang. Sebuah
sunnatullah yang diajarkan oleh Rasulullah S.A.W tentang pentingnya pengelolaan
keuangan dengan mengedepankan prinsip transparansi. Telah jauh sebelumnya di
lukiskan di dalam Surah Al-Baqarah ayat 282 tentang wajibnya mengedepankan
transparansi dalam setiap transaksi dan semakin jelas dengan pencatatan.
Akuntansi mulai menyentuh aspek keperilakuan yaitu pada individu
manusia itu sendiri menjadi tren positif di kalangan praktisi dan akademik di bidang
akuntansi. Dengan hanya melihat, mendengar, mengetahui informasi, bahkan
memberi pendapat terhadap laporan keuangan ternyata tidak dapat dipungkiri, juga
dipengaruhi oleh faktor sosilologis dan psikologis manusia. Bisa saja kondisi
seorang individu sebelum menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan berubah.
Karena menurut penulis sendiri faktor psikologis merupakan salah satu faktor
internal dan mempunyai andil penting ketika opini atau pendapat dikeluarkan
terkait dengan laporan keuangan.
Akuntansi merupakan suatu system untuk menghasilkan informasi
keuangan yang digunakan oleh para pemakainya dalam proses pengambilan
keputusan bisnis. Tujuan informasi tersebut adalah memberikan petunjuk dalam
memilih tindakan yang paling baik untuk mengalokasikan sumber daya yang langka
pada aktifitas bisnis dan ekonomi. Namun, pemilihan dan penetapan suatu
keputusan bisnis juga melibatkan aspek-aspek keperilakuan dari para pengambil
keputusan. Dengan demikian, akuntansi tidak dapat dilepaskan dari aspek perilaku
manusia serta kebutuhan organisasi akan informasi yang dapat dihasilkan oleh
akuntansi. Akhirnya, akuntansi bukanlah suatu yang statis, tetapi akan selalu
berkembang sepanjang waktu seiring dengan perkembangan linkungan akuntansi,
agar dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya.
Pihak pemakai laporan keuangan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu
pemakai internal (internal users) dan pemakai eksternal (external users).
Sebagaimana dibahas sebelumnya, pemakaian laporan keuangan oleh pihak internal
dimaksudkan untk melakukan serangkaian evaluasi kinerja. Sedangkan pihak
eksternal, sama seperti pihak internal, tetapi mereka lebih berfokus pada jumlah
investasi yang mereka lakukan dalam orgnisasi tersebut.
Awal perkembangan riset akuntansi keperilakuan menekankan pada aspek
akuntansi manajemen khususnya penganggaran (budgeting), namun domain dalam
hal ini terus berkembang dan bergeser kearah akuntansi keuangan, system informasi
akuntansi, dan audit.
Masalah-masalah etika yang dihadapi riset keperilakuan di antaranya adalah
sebagai berikut. Melakukan riset bukanlah hal yang mudah. Butuh tahapan-tahapan
panjang hingga akhirnya terwujudlah suatu hasil riset yang baik. Dan dalam
penyusunannya pun juga tidak sembarangan. Ada beberapa hal yang wajib untuk
diperhatikan. Untuk itulah mengapa sebelum melakukan riset, terlebih dahulu
dimengerti tentang apa itu etika riset. Ini karena dalam melakukan sebuah riset,
banyak pihak yang terlibat dan etika riset digunakan sebagai pedoman peneliti
dalam bertindak terutama dengan orang lain yang notabene adalah subjek
penelitian. Selain itu, karena riset merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
sebuah siklus keilmuan dimana hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
perkembangan dunia ilmu itu sendiri, tentunya dalam perkembangan keilmuan
tersebut, terdapat sebuah etika yang melandasi seorang peneliti dalam melakukan
riset. Hal ini telah memberikan sebuah penilaian mengenai pentingnya etika dalam
riset yang dapat dijadikan sebuah patokan sehingga penelitian tersebut benar-benar
berada dalam koridor siklus keilmuan.
DAFTAR PUSTAKA

Arfan, Ikhsan Lubis. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta : Salemba Empat, 2005.


Hamel, Gary. Bringing Silicon Valley Inside. Harvard Business Review, Januari-
Februari 2001.
Prahalad, C.K., dan Gary Hamel. Competing for the future. New York: The Free
Press, 1995.
Slyvatski, Adrian. Digital BusinessModels. Boston: Harvard Business School
Press, 2001.
http://allovista22.blogspot.com/2011/12/aspek-keperilakuan-
padapengambilan.html
http://cakrawala-ide.com/akademia/ekonomi/280-aspek-keperilakuan-pada-
akunstansi-pertanggung-jawaban.html
http://dhanialfitra.wordpress.com/2009/06/22/aspek-keperilakuan-pada-
perencanaan-laba-dan-penganggaran/
http://irma-yuni.blogspot.com/2012/04/pengantar-akuntansi-keperilakuan.html
http://nadyazahirsyah.blogspot.com/2010/11/metode-riset-akuntansi-
keperilakuan.html

Anda mungkin juga menyukai