Disusun oleh:
Disusun oleh:
KELOMPOK II
Pembimbing :
drg. JCP. Heryumani S., MS., Sp.Ort. (K)
SEMINAR ORTODONSIA
Semester VII
Presentasi :
Selasa, 4 November 2014
Latar Belakang
Crossbite anterior merupakan suatu keadaan inklinasi salah satu gigi atau
beberapa gigi anterior rahang atas lebih ke palatal dibandingkan gigi anterior rahang
bawah. Keadaan tersebut merupakan maloklusi yang disebabkan oleh faktor dental,
skeletal, atau kombinasi keduanya yang dapat terjadi pada masa gigi desidui,
bercampur, maupun pada masa gigi permanen. Persentase crossbite anterior pada masa
gigi bercampur di Sumatra Utara yaitu 9,4% (Silvia dkk., 2011), sedangkan dari subjek
yang diteliti dengan rentang usia 8 – 50 tahun di Amerika memiliki persentase crossbite
anterior sebesar 4,4% (Brunelle dkk., 1996 sit. Staley dan Reske, 2011).
Perawatan ortodontik dapat dilakukan pada segala usia dan pada setiap periode
pertumbuhan gigi, walaupun ada saat-saat yang paling optimal untuk memulai suatu
perawatan. Tujuan utama dari perawatan crossbite gigi anterior adalah untuk
mengarahkan gigi anterior maksila ke arah labial hingga mencapai overbite yang stabil
untuk mencegah relaps (Ulusoy dan Bodrumlu, 2013). Untuk merawat crossbite
anterior, terdapat dua jenis perawatan ortodontik yaitu perawatan dengan alat cekat dan
alat lepasan. Alat lepasan untuk kasus crossbite anterior yang dibahas dalam makalah
ini adalah lower inclined bite plane, reverse stainless steel crown, eyelet arm spring dan
mushroom spring appliances, sedangkan untuk alat cekat yang dibahas adalah edgewise
fixed appliances, selain itu dibahas juga alat lain seperti tounge blade yang dapat
digunakan untuk mengoreksi kasus crossbite anterior. Perawatan yang dilakukan pada
waktu dan cara yang tepat akan mencegah terjadinya perkembangan maloklusi yang
1
lebih buruk, kelainan persendian temporomandibular, dan asimetri wajah. Berdasarkan
hal tersebut, maka perlu diketahui bagaimana penatalaksaan perawatan ortodontik yang
tepat dalam menangani kasus crossbite anterior. Tujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk mengetahui perawatan ortodontik mana yang lebih efektif antara alat cekat
dengan alat lepasan dalam menangani kasus crossbite anterior.
TINJAUAN PUSTAKA
Crossbite anterior adalah kondisi yang jarang dapat terkoreksi seiring dengan
pertumbuhan, sebelum hal ini menjadi maloklusi yang lebih parah diperlukan perawatan
awal untuk mengatasi hal ini, salah satunya adalah lower inclined bite plane (Vadiakas
dan Viazis, 1992). Lower inclined bite plane adalah salah satu alat yang dapat
digunakan untuk penanganan kasus crossbite anterior. Alat ini sebaiknya digunakan
tidak lebih dari 3 minggu. Alat ini diindikasikan untuk dipakai pada masa erupsi
insisivus dengan overbite yang cukup (Prekumar, 2008), gigi crossbite anterior yang
tingginya tidak lebih dari panjang 1/3 mahkota gigi, tidak ada rotasi akar serta ada ruang
yang memadai untuk pergerakan ke arah labial (Sulaiman, 2013). Keuntungan dari
lower inclined bite plane, bisa juga disebut Catlan's appliance, adalah mudah dibuat,
koreksinya cepat karena memakai tekanan fungsional, trauma gigi minimal,
kemungkinan relaps kecil. Pemakaian alat ini sering merasa ada kesulitan untuk makan
dan berbicara. Pemakaian alat terlalu lama dapat menyebabkan anterior openbite
(Premkumar, 2008). Inclined bite plane dibuat dari bahan resin komposit.
2
Gambar 1. Removable lower inclined plane (Premkumar, 2008)
Koreksi crossbite anterior pada awal periode gigi bercampur sangat dianjurkan
untuk maloklusi tipe dental. Crossbite anterior yang tidak terkoreksi dapat
menyebabkan atrisi gigi incisivus bawah, kompensasi gigi seri rahang bawah yang
mengarah kepenipisan plat alveolar labial, dan resesi gingiva. Salah satu metode untuk
koreksi crossbite anterior yaitu removable inclined plane. Ini adalah fungsi alat
removable sederhana pada lengkung rahang bawah, yang bekerja sebagai bidang miring
(Jirgensone dkk, 2008).
Crossbite anterior pada masa erupsi gigi permanen merupakan kasus yang harus
segera dirawat sebelum menimbulkan keparahan lebih lanjut. Crossbite anterior pada
masa erupsi gigi permanen bisa dikoreksi dengan incline bite plane yang terbuat dari
resin komposit. Incline bite plane relatif tidak menimbulkan trauma pada gigi dan
jaringan periodonsium. Namun perlu dipertimbangkan penggunaannya pada anak-anak
karena pasien mungkin mengalami kesulitan makan dan berbicara.
Reverse stainless steel crown adalah suatu crown yang sering digunakan untuk
mengatasi masalah satu gigi yang mengalami crossbite anterior (Rao, 2012). Ketika
reverse stainless steel crown dipasangkan secara terbalik pada gigi anterior rahang atas
3
yang terkunci, permukaan labial dari mahkota berfungsi sebagai dataran penuntun yang
akan membawa gigi yang terkunci ke hubungan overjet dan overbite yang normal.
Mekanisme dari crown tersebut adalah dental tipping dan terjadi dengan cepat, nyaman,
harga murah, dan tidak memerlukan sikap kooperatif dari pasien (Croll, 1999).
Menurut Muthu dan Sivakumar (2009) reverse stainless steel crown setidaknya
harus mendapatkan overbite sebesar 2-3 mm agar perawatan dapat berjalan dengan baik
dan berhasil. Crown disementasi pada gigi incisivus atas yang mengalami crossbite
anterior, kemudian ketika pasien melakukan kontak oklusi gigi incisivus atas akan
dipaksa bergerak ke arah labial agar tercapai posisi gigi yang sempurna. Reverse
stainless steel crown dapat mengoreksi crossbite anterior dalam waktu 2-4 minggu.
Chachra dan Chaudhry (2010) mengatakan bahwa reverse stainless steel crown
sudah dikenal dan sering dikenal untuk mengatasi crossbite anterior, crown ini memiliki
kelemahan, yaitu sulitnya crown untuk beradaptasi agar sesuai dan pas dengan gigi yang
mengalami crossbite. Selain itu menurut Skeggs dan Sandler (2002) reverse stainless
steel crown ini memiliki estetika yang buruk sehingga banyak pasien yang
mengeluhkannya.
Eyelet arm spring merupakan salah satu jenis bentuk spring yang digunakan
untuk memperbaiki malposisi/maloklusi gigi anterior dimana gigi posteriornya stabil
4
(tidak dilakukan perawatan). Kawat ini terdiri dari bagian kepala dan bagian kaki, serta
leher diantara keduanya. Bagian kaki dan sebagian dari leher tertanam ke dalam plat,
sedangkan bagian kepala berada di sebelah lingual gigi. (Bloore, 1996)
Beberapa kegunaan dari eyelet arm spring, antara lain: (1) Apabila pendek
digunakan untuk mengontrol gigi yang digerakkan ke lingual agar berada di posisi yang
diinginkan, (2) Apabila panjang digunakan untuk mendorong gigi ke arah labial, (3)
Diposisikan di sebelah mesial/distal gigi untuk menggerakkan gigi dengan arah rotasi.
Eyelet arm spring dibuat dengan menggunakan kawat berdiameter 0,026 inch
(0,66 mm), lebih tebal dibandingkan kawat yang biasa digunakan untuk membuat jenis
spring lainnya, sehingga lebih kuat dan lebih resisten terhadap perubahan bentuk selama
oklusi dan mastikasi (Bloore, 1996). Eyelet arm spring terdiri dari kawat berbentuk U
yang tertanam dalam akrilik sehingga dapat berkontak dengan permukaan lingual gigi
anterior pada bagian tengah mahkota. Kawat super elastik di kaitkan pada kedua ujung
dari kawat lingual tersebut, lalu ujungnya dimasukan kedalam tube, yang di tanam
dalam retainer akrilik agar sejajar dengan bidang oklusal bersama dengan permukaan
lingual gigi posterior mandibula.
5
bawah, mengurangi protrusi bibir bawah dan memperbaiki profil jaringan lunak,
mencapai hubungan molar Klas I.
Tounge Blade
Tounge blade merupakan alat yang dapat digunakan untuk merawat kasus
crossbite anterior yang terjadi pada satu gigi. Alat ini efektif digunakan pada masa awal
erupsi gigi dan sangat membutuhkan kooperatif yang tinggi dari pasien (Chachra dan
Chaudhry, 2010)
Alat ini ditempatkan pada gigi incisivus maksila yang terkunci oleh incisivus
mandibula dengan mengerahkan tekanan kearah labial pada gigi tersebut dan
menggunakan dagu sebagai titik tumpunya (Gambar 5) (Muthu dan Sivakumar, 2009).
Alat ini digigitkan pada pasien selama lima detik sebanyak 25 kali dengan istirahat
dimana dalam sehari dilakukan sebanyak tiga kali. Namun, apabila dalam dua minggu
tidak memberikan efek maka alat tidak perlu dilanjutkan pemakaiannya (Rao, 2012).
6
Gambar 5. Penggunaan Tounge blade (Rao, 2012)
Penggunaan tongue blade harus dilakukan dua puluh kali setiap sebelum makan
dan pasien menghitung hingga hitungan kelima setiap melakukan gerakan ini. Apabila
dilakukan dengan baik, gigi anterior yang crossbite akan bergerak ke depan dalam
waktu 2-3 minggu. Apabila perawatan ini tidak berhasil setelah dua minggu atau lebih,
maka perlu dilakukan perawatan dengan alat lain (Chachra dan Chaudhry, 2010)
Kesuksesan dan prognosis dari perawatan menggunakan tongue blade sangat
tergantung pada tingkat kooperatif pasien dan bimbingan orangtua. Penggunaan alat ini
kurang efektif pada keadaan crossbite anterior yang melibatkan lebih dari satu gigi
karena kurangnya kontrol dalam pemberian jumlah dan arah gaya. (Ulusoy dan
Bodrumlu, 2013). Kekurangan alat ini yaitu membutuhkan kooperatif dari pasien dan
juga keakuratan penempatan alat (Muthu dan Sivakumar, 2009).
7
Menurut Staley dan Reske (2011), edgewise fixed appliance ditempatkan pada
molar pertama atas permanen dan incisivus permanen. Sebelum alat cekat tersebut
ditempatkan, dipasang terlebih dahulu bite plate posterior dari akrilik pada rahang
bawah dan diseimbangkan posisinya supaya sama antara kedua sisi lengkung. Alat cekat
edgewise bisa mendorong incisivus ke depan dan juga mengektrusi gigi incisivus,
sehingga dapat mengoreksi overbite.
Alat cekat edgewise ditempatkan di incisivus atas, caninus, dan molar sebagai
penyesuaian, kemudian menggunakan kawat lengkung dari nikel titanium untuk
mengaitkan bracket. Kawat lengkung didukung oleh buccal tube untuk mencegah
distorsi. Alat diaplikasikan bersamaan dengan plat gigitan SIK. Keuntungannya, pada
masa gigi bercampur, alat cekat mampu menghasilkan koreksi crossbite yang cepat,
mudah ditoleransi, penyesuaian lebih cepat daripada alat lepasan serta dapat
mengekstrusi gigi anterior untuk mendapatkan overbite yang positif (Cobourne dkk,
2012).
Menurut Willian dkk. (2000), terdapat sejumlah desain bracket edgewise yang
berbeda-beda. Karakteristik utamanya adalah sebagai berikut:
1. Dimensi okluso-gingival dari alur archwire
Ukuran yang umum dipakai adalah 0,018 dan 0,022 inci (dimensi labiolingual biasanya
0,028 inci)
Gambar 6. Tampak lateral dari bracket edgewise standart: (a) dimensi okluso-
gingival (0,018 atau 0,022 inci) : (b) dimensi labiolingual (0,028 inci)
2. Bracket dapat utuh seperti dalam gambar 7 (a) atau Siamese seperti dalam
gambar 7 (b) bracket siamese mempunyai dua alur archwire yang terpisah.
8
Gambar 7. (a) Bracket edgewise dengan standart utuh dengan archwire segi empat;
(b) Bracket edgewise standart Siamase dengan archwire bulat.
Gambar 8. (a) dan (b) bracket-bracket edgewise standart, torque (a) dan tip (b) harus
ditekuk ke dalam archwirenya; (c) (d) tip.
Gambar 9. Bracket edgewise (a) standar dan (b) yang disesuaikan; pengontrolan ‘in
out’ segmen labial atas dengan bracket (c) standar dan (d) yang
disesuaikan.
9
Gigi molar ditempel dengan tub bukal segi empat edgewise horizontal, biasanya
dengan tambahan tube horizontal bulat pada band molar pertama atas untuk traksi
ekstraoral jika diperlukan (gambar 10). Molar tetap kedua dapat diberi attachment yang
sama untuk dapat mengontrol posisi gigi-gigi ini dan mendapat efek penjangkaran dari
gigi tersebut.
Gambar 10. Attachment edgewise standar dan band molar: (a) molar pertama bawah
kanan dengan tube archwire dan hook (b) molar pertama atas kanan dengan
tube archwire, tube archwire, tube EOT yang lebih ke oklusal dan hook.
PEMBAHASAN
Salah satu jenis crossbite anterior adalah crossbite anterior yang hanya terjadi
pada satu gigi saja. Kasus crossbite anterior yang hanya melibatkan satu gigi dapat
dikoreksi dengan menggunakan tongue blade. Menurut Chachra dan Chaudhry (2010),
penggunaan alat ini sangat mudah dilakukan karena dapat dilakukan oleh pasien sendiri.
Oleh karena itu, kesuksesan dan prognosis dari perawatan menggunakan alat ini sangat
tergantung pada tingkat kooperatif pasien dan bimbingan orangtua. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Muthu dan Sivakumar (2009) bahwa penggunaan tounge blade
memiliki kekurangan yaitu tingkat kooperatif pasien harus tinggi.
10
Chachra dan Chaudhry (2010) mengatakan bahwa aplikasi tounge blade secara
manual oleh pasien sendiri menimbulkan kekurangan pada alat ini yaitu sulitnya
mengontrol arah dan besar gaya yang diberikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Muthu
dan Sivakumar (2009) bahwa kekurangan penggunaan tounge blade yaitu dibutuhkan
keakuratan penempatan alat untuk mendapatkan prognosis yang baik. Hal ini juga
disebutkan oleh Ulusoy dan Bodrumlu (2013), bahwa penggunaan alat ini kurang efektif
pada keadaan crossbite anterior yang melibatkan lebih dari satu gigi karena kurangnya
kontrol dalam pemberian jumlah dan arah gaya.
Sebagian besar pustaka menyatakan crossbite anterior adalah kasus yang harus
segera dirawat sebelum menimbulkan keparahan lebih lanjut. Lower inclined bite plane
relatif tidak menimbulkan trauma pada gigi dan jaringan periodonsium. Namun perlu
dipertimbangkan penggunaannya pada anak-anak karena pasien mungkin mengalami
kesulitan makan dan berbicara.
Keuntungan utama dari perawatan dini kasus crossbite anterior adalah adanya
kesempatan untuk mempengaruhi proses pertumbuhan rahang atas dengan alat yang
cukup sederhana dan tidak mahal serta yang harus dihindari dalam banyak kasus bedah
ortognatik di masa depan. Sebelum perawatan dimulai perlu dipertimbangkan metode-
metode yang digunakan, biaya serta faktor psikologis yang disesuaikan dengan kondisi
pasien. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan perawatan dini untuk mencegah
perkembangan anomali dentoalveolar yang lebih parah dan mempersingkat waktu
perawatan ortodontik pada gigi secara permanen.
11
Reverse stainless steel crown merupakan suatu crown yang sering digunakan
dan sangat tepat untuk mengoreksi crossbite anterior tunggal. Ketika reverse stainless
steel crown disementasikan secara terbalik pada gigi anterior rahang atas yang terkunci,
permukaan labial dari mahkota berfungsi sebagai dataran penuntun yang akan
membawa gigi yang terkunci ke hubungan overjet dan overbite yang normal.
Mekanisme tersebut oleh Croll (1999) disebut dengan metode dental tipping. Menurut
Muthu dan Sivakumar (2009) reverse stainless steel crown dapat mengoreksi crossbite
anterior dalam waktu 2-4 minggu. Reverse stainless steel crown memiliki kelemahan
yaitu sulit beradaptasi agar sesuai dan pas dengan gigi yang mengalami crossbite,
sehingga Chachra dan Chaudhry (2010) menyarankan untuk menambahkan acrylic bite
plane.
Perawatan crossbite anterior tanpa maloklusi dari gigi posterior lebih tepat
menggunakan eyelet arm spring. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bloore (1996),
eyelet arm spring merupakan salah satu jenis bentuk spring yang digunakan untuk
memperbaiki malposisi/maloklusi gigi anterior di mana gigi posteriornya stabil (tidak
dilakukan perawatan). Menurut Fukui dan Tsuruta (2002), penggunaan mushroom
spring appliances efektif dalam mengoreksi crossbite anterior dan posterior. Perawatan
crossbite anterior lebih baik menggunakan eyelet arm spring dibandingkan dengan
mushroom spring appliances sebab adanya perbedaan pada besar gaya yang dihasilkan.
Pernyataan tersebut sesuai dengan teori Bloore (1996), eyelet arm spring dibuat dengan
menggunakan kawat berdiameter 0,026 inch (0,66 mm), lebih tebal dibandingkan kawat
yang biasa digunakan untuk membuat jenis spring lainnya, sehingga lebih kuat dan
lebih resisten terhadap perubahan bentuk selama oklusi dan mastikasi.
12
crossbite karena penggunaan alat cekat akan menghasilkan kekuatan yang lebih besar
untuk mendorong gigi-gigi yang crossbite, sehingga gigi pasien akan cepat rapi.
KESIMPULAN
Segala puji syukur bagi Tuhan yang telah melimpahkan rahmatNya, sehingga
makalah yang berjudul “Penatalaksanaan Crossbite Anterior” ini dapat terselesaikan
dengan baik. Kelompok II ingin mengucapkan terimakasih kepada drg. JCP. Heryumani
Sulandjari., M.S., Sp.Ort. (K) selaku dosen pembimbing kelompok II yang telah
memberikan masukan berupa ide dan referensi dalam pembuatan makalah ini, serta
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Masih banyak kekurangan dari
makalah ini oleh karena itu masukan dari para pembaca baik berupa kritik maupun
saran yang sifatnya membangun sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Bowman, S. J., 2003, The Inman Aligner, United Kingdom, Article of JCO.
Chachra, S., dan Chaudhry, P., 2010, Comparison of Two Approaches for the Treatment
of of Anterior Crossbite, Indian Journal of Dental Sciences, 2(6): pp. 33-5.
13
Cobourne, M.T., Fleming, P.S., DiBiase, A.T., Ahmad, S., 2012, Clinical Cases in
Orthodontics, Oxford, Blackwell Publishing.
Croll, T. P., dan Lieberman, W. H., 1999, Bonded Compomer Slope for Anterior Tooth
Crossbite Correction, American Academy of Pediatric Dentistry, 21(4): pp. 294-
5.
Fukui T. dan Tsuruta M., 2002, Invisible treatment of a Class III female adult patient
with severe crowding and crossbite, Journal of Orthodontics, 29 (4): pp. 267-
275.
Jirgensone, I., Liepa, A., dan Abeltins, A., 2008, Anterior crossbite correction in
primary and mixed dentition with removable inclined plane (Bruckl appliance).
Stomatologija, Baltic Dental and Maxillofacial Journal, 10: pp. 140-144
Muthu, M. S., dan Sivakumar, N., 2009, Pediatric Dentistry Principles and Practice,
New Delhi, Elsevier, p. 294.
Patti A. dan Perier, G., 2005, Preface, In: Clinical success in early orthodontic
treatment. Quintessence, p. 8.
Premkumar, S., 2008, Orthodontics: Prep Manual for Undergraduates, New Delhi,
Elsevier.
Phulari, B. S., 2011, Orthodontics Principles and Practice, New Delhi, Jaypee Brothers
Medical Publishers.
Rao, A., 2012, Principles and Practice of Pedodontics, Third Edition, New Delhi,
Jaypee Brothers Medical Publishers, pp. 138-139.
Silvia, L., Titien, I., dan Kusuma, P., 2011, Perbedaan Sudut SNA, SNB, MPSN, dan
Relasi Gigi Anterior Antara Sebelum dan Sesudah Perawatan Anterior Crossbite
Tipe Dental dengan Pesawat Hawley (Kajian Sefalometri Pada Anak Usia 9-10
Tahun di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara), Jurnal
Kedokteran Gigi, Vol. 2 (3): pp. 198-203.
Sinaga, M., 2006, Crossbite Pada Masa Gigi Bercampur Pada Murid-Murid SD
Immanuell Medan, Skripsi, Medan, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatra Utara.
Skeggs, R.M. dan Sandler, P.J., 2002, Rapid Correction of Anterior Crossbite Using a
Fixed Appliance: a Case report, Dent Update, 29 (6): pp. 299-302.
14
Sulaiman, R., 2013, Management of Anterior Crossbite in Mixed Dentition.
www2.moh.gov.my, diunduh pada 12 September 2014.
Ulusoy, A. T. dan Bodrumlu, E. H., 2013, Management of anterior dental crossbite with
removable appliances. Contemp Clin Dent. 4(2): pp. 223–226.
Vadiakas, G. dan Viazis, A.D., 1992, Anterior crossbite correction in the early
deciduous dentition. American Journal of Orthodontics and Dentofacial
Orthopedics, vol. 102, no. 2, pp. 160–162.
Wilian J.K., Cook P.A., Isaacson K.G., Thom A.R., 2000, Alat-alat orthodonsi cekat,
Jakarta, EGC, hal 18-23.
15