Anda di halaman 1dari 5

PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK CAIR DAN PELET MAGGOT BLACK SOLDIER FLY (BSF)

LPPM ITB – Kelompok Tani Sumber Mukti Cilengkrang


(Agustus 2021)

I. Pendahuluan
Black Soldier Fly (Hermetia illucens) adalah serangga yang dapat di II. Tujuan :
temui di berbagai negara termasuk Indonesia yang memiliki 1. Membuat pupuk cair hayati BSF (starter dan scale up)
potensi untuk mengolah limbah organik. Selain itu, BSF juga 2. Membuat pellet BSF sebagai bahan pakan alternatif ikan dan
memiliki kadar nutrisi protein yang tinggi (20-40%) dengan varian unggas
asam amino yang lengkap sehingga dapat dimanafaatkan sebagai
pakan ternak. Beberapa kelebihan BSF diantaranya tidak bau amis A. Pembuatan Pupuk Cair Hayati
seperti pakan lainnya, mudah dipanen dan disimpan, mudah Alat Bahan
dicerna oleh hewan ternak, serta budidaya yang relatif mudah dan Blender Molase/Gula merah
murah. Larva BSF yang kaya akan protein dapat dimanfaatkan Timbangan Lindi
Botol air mineral 1,5 L Biang pupuk
sebagai bahan alternatif pakan ikan dan unggas. BSF mengandung
Stick balon Kompos, limbah sayur dan buah
Energi 5.282 KkalGE/kg, Protein kasar dapat mencapai hingga Selang aerator Dakron
42,1%, Lemak 26%, Kalsium 7,56% dan Fosfor 0,9% yang mampu Aerator Lem tembak
memenuhi kebutuhan nutrisi ikan dan unggas. Pada BSF, Saringan santan Akar tanaman dan bintil akar
kandungan fosfor yang dimiliki sangat mendukung pertumbuhan Gelas ukur 1 L, 100 mL
unggas (Pesik, et.al., 2016). Sumber listrik
Pompa sirkulasi
Saringan
Produk samping BSF berupa lindi juga dapat dimanfaatkan sebagai
Ember
pupuk hayati atau organik. Potensinya dapat ditingkatkan melalui Pengaduk
pengayaan konsorsium mikroba rhizosfir seperti bakteri
a. Sumber Mikroba (Ekstrak akar-akaran terutama bintil akar) :
Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum, Pseudomonas, dan Bacillus 1. Bintil akar tanaman kacang-kacangan seperti kedelai, mimosa,
yang banyak ditemukan di akar tanaman dan tersebar di tanah kacang tanah, dan kacang babi (Gambar 1).
(Sudiarti,2015).
Cairan lindi dipanen dari tempat pemeliharaab larva BSF. Penampungan
llindi dapat dilakukan dengan berbgai cara (seperti dalam gambar 2),
diantaranya menggunakan ember yang ditumpuk menjadi dua tingkat. Di
tingkat kedua, dasar ember diberi lubang untuk tempat menetesnya lindi.
Ember di bagian paling dasar dapat ditambahkan keran untuk memanen
lindi. Cairan dalam proses pencucian larva juga dapat digabung sebagai
sumber mikroba pupuk lindi

Gambar 1. Beberapa contoh tanaman penghasil nodul (bintil)


Atas Kiri ke kenan : Mimosa, Tehrosia, Corotalari
Bawah kiri ke kanan : Glycine, Arachis, Clitoria

b. Sumber Nutrisi :
1. Gula merah
2. Kecambah tauge
3. Limbah sayuran/buah-buahan sisa pakan larva BSF Gambar 2. Beberapa contoh sistem penampungan llindi BSF

Cara Kerja Tahap 2: Pembuatan Starter (Inokulum) Mikroba


Komposisi Untuk 1 Liter Inokulum
Tahap 1: Penyiapan Lindi BSF Komponen % Volume
Lindi merupakan cairan yang merupakan urin yang dihasilkan secara Molase/gula merah 5% (w/v) 50 gram
Jus Kecambah (tauge) 2.5% (v/v) 25 mL
otomatis dalam proses pemeliharaan larva BSF. Cairan lindi memiliki
Jus sisa pakan BSF sayuran dan buah/kompos 20% (v/v) 200mL
kandungan organik dan amonia yang dapat menjadi sumber hara bagi
Jus akar-akaran sebagai sumber bakteri 10 % (v/v) 100 mL
tanaman.
Cara Kerja :
1. Membuat jus kecambah (tauge) (masukkan 100 gr kecambah ke
dalam 1 Liter air lalu dihaluskan dengan blender dan disaring).
2. Membuat jus sayuran/buah-buahan (masukkan sayuran sebanyak
250 g ke dalam 1 L air lalu dihaluskan dengan blender dan disaring).
3. Membuat jus akar tanaman sebagai sumber mikroba (masukkan 100
gram akar dicampur dengan 1 L air lalu dihaluskan dengan blender
dan disaring).
4. Masukan 100 mL jus akar, 25 mL jus kecambah tauge, 200 mL jus
sayuran dan buah, serta 50 gram gula merah ke dalam blender, dan
dihaluskan hingga semua komponen tercampur.
5. Campuran ditepatkan volumenya hingga 1 L. Gambar 3 : Rangakaian sistem produksi starter mikroba
6. Masukkan campuran ke dalam botol air mineral 1,5 L, dan rangkai
bioreaktor seperti pada gambar 3.
1. Pompa sirkulasi dipasang didasar bioreaktor ember
7. Nyalakan aerasi bioreaktor.
2. Haluskan gula merah (350g) menggunakan blender dicampur
8. Campuran disimpan (inkubasi) selama 2 hari dengan pompa yang
dengan jus sisa pakan maggot, lalu saring.
selalu menyala.
3. Masukkan lindi, campuran gula merah-jus sayur, dan air ke dalam
bioreaktor.
Tahap 3: Scale up Pupuk Cair BSF 4. Lakukan pengadukan hingga merata.
Komposis bahan-bahan untuk 7 L pupuk : 5. Campuran lalu disaring dan dimasukkan ke dalam bioreaktor.
6. Ditambahkan 0,7 L starter bakteri, dan air 3,5 L.
Komposisi % Kuantitas 7. Bioreaktor ditutup dan pompa dinyalakan.
Lindi 15 1,05 L
8. Lakukan inkubasi (ditumbuhkan) selama 1 minggu dengan pompa
Jus limbah pakan maggot 20 1,4 L
sirkulasi yang dinyalakan secara kontinyu.
Larutan Molase/Gula merah 5 350 gram
Starter bakteri (inokulum) 10 0,7 L
Air 50 3,5 L
Aplikasi Pupuk Hayati ke Lahan Tabel 1. Perbandingan kebutuhan nutrisi dan komposisi pembuatan
pakan berbasis tepung maggot
1. Pupuk hayati yang sudah siap diencerkan dengan air dengan tingkat
pengenceran 10-100 kali. Komponen Pakan ayam Pakan ikan Pelet maggot
2. Untuk penyimpanan dapat dilakukan dalam wadah tertutup dengan Tepung Jagung 550 gram/kg 100 gram/kg 500 gram
tidak menutup kedap selama proses fermentasi masih berjalan aktif kuning
untuk menghindari pembentukan gas yang dapat menyebabkan Dedak halus 210 gram/kg - 350 gram
wadah menggembung. Bungkil kelapa 30 gram/kg 50 gram/kg -
3. Untuk aplikasi awal, tingkat pengenceran dilakukan 10 kali dengan Tepung kedelai 50 gram/kg 100 gram/kg
menggunakan 1 L pupuk hayati lalu menambahkan air sebanyak 9 L. Tepung 150 gram/kg 500 gram/kg -
4. Untuk pemakaian pada pemupukan ke 2 dapat dilakukan dengan maggot
pengenceran 25 kali sedangkan untuk aplikasi ke 3 dapat dilakukan Tepung terigu - -
dengan tingkat pengenceran 50 kali. Pupuk hayati yang telah Tepung tapioka - 100 gram/kg 150 gram
diencerkan tinggal disiramkan (disemprotkan) ke lahan perkebunan. Ragi 4,5% 20% 20%
Minyak - 30 mL -
sawit/ikan
Vitamin dan (optional) (optional) (optional)
mineral
Air hangat 35-40% 35-40% 35-40%
B. Pembuatan Pelet Maggot Sebagai Pakan Ikan dan Ternak
1. Larva BSF yang dipakai usia sekitar 7 hari (tidak terlalu tua) agar
Pelet BSF dapat menjadi bahan baku alternatif yang dapat menggantikan kadar protein masih tinggi
pellet ikan dan ternak sebagai submer protein pada pakan. BSF sendiri 2. Tepung maggot kering atau maggot segar ditambahkan bahan-
sudah memiliki kadar protein yang tinggi dan gizi yang mencukupi. Kadar bahan sesuai dengan target apakah untuk pelet murni maggot,
protein dalam maggot dapat mencapai 45% (basis berat kering) pakan ikan atau unggas
tergantung jenis pakan yang digunakan. 3. Siapkan lem dari tepung tapioka secara pemanasan
4. Campurkan semua bahan hingga merata
5. Campur adonan hingga tercampur rata dan cukup lembab
6. Adonan dimasukkan ke dalam mesing cetak pellet
7. Pelet yang terbentuk dikeringkan (dijemur/dioven)
Daftar Pustaka

Bulfrit B. Rajagukguk, Cyska Lumenta, Jeffrie F Mokolensang. 2017.


Pemanfaatan ragi (Saccharomyces cerevisiae) pada formulasi pakan
dalam meningkatkan pertumbuhan ikan Nila (Oreochromis niloticus).
Budidaya Perairan. Vol. 5(3): 44-49

Dortmans B.M.A., Diener S., Verstappen B.M., Zurbrügg C. (2017). Black


Soldier Fly Biowaste Processing - A Step-by-Step Guide. Eawag: Swiss
Federal Institute of Aquatic Science and Technology, Dübendorf,
Switzerland
Heince C. Pesik, J.F. Umboh, C.A. Rahasia, Ch. S. Pontoh. 2016. Pengaruh
Penggantian Tepung Ikan Dengan Tepung Maggot (Hermetia illucens) Dalam
Ransum Ayam Pedaging Terhadap Kecernaan Kalsium Dan Fosfor. Jurnal Zootek.
Vol. 36 (2) : 271-279

Anda mungkin juga menyukai