Anda di halaman 1dari 35

Budidaya Bawang Merah

Dengan Menggunakan Pupuk Kandang


Di Kecamatan Haharu, Sumba Timur,
Nusa Tenggara Timur

Pratiknyo PS., Iskak Nugki Ismawan, Asep Suryadi


Latarbelakang
Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan salah satu jenis sayuran atau
tanaman hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi.
Di pasar tradisional atau pasar moderen, permintaan bawang merah segar untuk
konsumsi rumah tangga dan bahan baku industri pengolahan di dalam negeri terus
mengalami peningkatan setiap tahun sejalan dengan perkembangan jumlah
penduduk dan pertumbuhan industri makanan. Kebutuhan akan komoditi ini
bertambah menjelang dan saat hari-hari besar seperti lebaran Idhul Fitri, Idhul Adha,
Natal dan tahun baru. Oleh karena itu produksi bawang merah yang berkualitas
harus ditingkatkan dan diproduksi sepanjang tahun. Tetapi tanaman ini mempunyai
kendala ketika terlalu banyak air menjadi busuk atau kering ketika pasokan air
kurang, sehingga di saat atau menjelang hari-hari besar ataupun di saat musim hujan
dan kekurangan air harga bawang merah berfluktuasi
Di sentra produksi bawang merah seperti di Brebes Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur ataupun di
Sulawesi, petani menganggap bahwa budidaya bawang merah sebagai budidaya tanaman beresiko tinggi.
Para petani berupaya tanaman bawang merah yang di tanam setiap tahunnya dapat bertahan walaupun
kondisi cuaca tidak bersahabat, misalkan dengan membuat saluran air di kebun ketika musim hujan ataupun
membuat sumur bor untuk menyiram tanaman bawang ketika musim kering serta membuat bedengan. Di
Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur bawang merah juga menjadi komoditi unggulan masyarakat.
Ketika dilakukan diskusi terfokus (FGD) dari 7 desa bawang merah menjadi salah satu unggulan karena
bawang merah dianggap bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga selain digunakan sendiri.
Pemakaian bahan organik

Kecamatan Haharu di Kabupaten Sumba Timur adalah suatu kecamatan yang


mempunyai karakteristik wilayah cukup uniq. Kecamatan ini 80-90% wilayahnya adalah
padang rumput (savana) untuk penggembalaan dan hanya sekitar 10-20% luasan lahan
di Haharu untuk tempat tinggal dan pekarangan. Ciri-ciri tanah di Kecamatan Haharu
adalah sangat dangkal, + 20 cm dan berkapur atau batu karang. Sampai kedalam 100 cm
lebih, batuan kapur masih terlihat berbentuk lempengan atau bongkahan.Tanah ini masih
mungkin ditanami tetapi harus membongkar lempengan kapur. Ciri tanah yang lain
adalah kandungan liat (lempung) tinggi, berwarna hitam, bila dalam kondisi basah licin
dan mengembang dan dalam kondisi kering merenggang. Selain itu di Kecamatan
Haharu hanya mendapatkan musim hujan 3-3,5 bulan setiap tahunnya. Karakteristik
wilayah seperti ini menjadikan suatu tantangan bagaimana 1) tetap bercocok tanam
untuk menunjang kehidupan masyarakat, 2) tanaman apa yang cocok, 3) bagaimana
strategi untuk menjaga kelembaban tanah, 4) bagaimana cara yang mudah diterapkan
dan murah.

Bahan organik dalam bentuk pupuk kandang (sapi, kuda, kambing dan babi) dan
kompos adalah sangat disarankan apabila ingin bercocok tanam di pekarangan. Bahan
organik adalah bahan yang digunakan sebagai pupuk tanaman yang berasal dari hasil
pelapukan bahan tanaman, hewan atau kotoran ternak. Bahan organik dalam bentuk
padat dapat berfungsi sebagai pupuk dan memberi sumbangan unsur hara dan dapat
Pupuk Organik
Apakah “PUPUK” itu?
Kata “pupuk” sudah sering didengar dan tidak asing lagi di petani.
Pupuk adalah bahan yang mengandung nutrisi (hara) yang diperlukan oleh
tanaman. Didasarkan pada jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman, pupuk
dapat dibagi menjadi 3 macam

1. Pupuk makro yaitu dibutuhkan banyak oleh tanaman misalnya pupuk


Nitrogen (N) yang dipasaran dijual dalam bentuk Urea atau ZA
2. Pupuk meso adalah dibutuhkan setengah dari pupuk makro. Di pasaran
pupuk meso misalkan dolomit yang mengandung Ca (kalsium) dan Mg
(magnesium).
3. Pupuk mikro adalah dibutuhkan sangat sedikit tetapi kadang kala bisa
menghambat pertumbuhan tanaman. Contoh pupuk mikro adalah bahan
yang mengandung pupuk Cu (kupri), Zn (zink), Bo (boron), dll.
Pupuk ditinjau dari asal “bahan”
Ada 2 jenis pupuk bila ditinjau dari asal bahan yaitu 1) pupuk organik dan
2) pupuk an-organik

1. Pupuk organik adalah pupuk yang bahan dasarnya adalah dalam bentuk organik
(bahan yang terurai atau lapuk). Bahan ini bisa didapat di sekeliling tempat tinggal.
Misalnya kotoran ternak, sampah rumah tangga yaitu sayuran, buah busuk, nasi busuk,
dll.
2. Pupuk an-organik adalah pupuk yang dibuat di pabrik, misalnya saja pupuk Urea (N),
ZA (N), SP-36 atau TSP (P), KCl (K), Phonska (NPK), dll

Pupuk organik

Pupuk an-organik
Berdasarkan bentuknya pupuk organik dibedakan menjadi
1. Pupuk organik padat yaitu pupuk kandang (kotoran ternak) dan bokashi (berasal dari
sampah daun tanaman atau ranting dan akar tanaman yang telah lapuk) atau dikenal
juga dengan kompos
A. Kotoran padat :
sapi, kerbau
dan kuda

B. Kotoran padat
kambing B
A

C. Kotoran padat
babi

D. Kotoran padat
unggas (ayam)
C
D
2. Pupuk organik cair adalah padatan kotoran ternak yang difermentasikan dengan bantuan
mikroorganisma (bakteri pengurai). Pupuk cair organik ini juga bisa dibuat dari air
kencing ternak.

Bahan-bahan untuk membuat pupuk organik cair

Kotoran ternak yang baru


Drum air bekas dengan
ukuran disesuiakan
dengan ketersediaan Gula merah yang dihaluskan
kotoran ternak
EM4 (Effective Microorganism 4)
Cara pembuatan pupuk cair organik 1. Siapkan drum air dengan
kapasitas 100-150 liter atau
lebih kecil
2. Masukkan kotoran ternak ke
dalam drum + 2/3 volume
drum
3. Tambahkan 2-3 kg gula
merah atau gula merah +
gula putih
2-3 kgGula merah
4. Tambahkan EM4 1 liter
5. Tambahkan air sampai
mendekati permukaan drum
6. Tutup drum dengan plastik
7. Slang ¼” atau lebih kecil dan
masukkan ke dalam drum
1 liter EM4 untuk membuang gas
8. Slang dimasukkan ke botol
aqua yang berisi air
9. Tutup dengan plastik
permukaan drum
10. Aduk setiap hari
Pembuangan gas 11. Cairan pupuk bisa
digunakan setelah 21 hari
Cara pemakaian pupuk organik cair
1. Pupuk organik cair bisa digunakan setelah
pupuk tersebut “jadi” yaitu sudah tidak ada bau
atau sekitar 21 hari
2. Ambil pupuk organik cair (POC) dan saring
sehingga serat yang tidak terlapuk tidak terikut
3. Ambil 1 liter POC yang telah disaring dan
masukkan ke ember
4. Encerkan POC di ember (no.2) hingga volume
air di ember menjadi 10 liter
5. Semprotkan ke tanaman.

Catatan :
Apabila kapasitas tangki 20 liter maka saringlah 2
liter POC, dst
Ilustrasi perbedaan pupuk organik dan anorganik di tanah

Pupuk Organik Pupuk Anorganik


Memberi makan tanah dan tanaman Hanya memberi makan tanaman

Bahan organik akan


menggemburkan tanah Ketersediaan Ketersediaan
dan meningkatkan tanah nutrisi nutrisi
menyimpan air

Peran organisme
Meningkatkaan
pengurai
kemaampuan tanah
menyediakan nutrisi
Pembuatan mikro organisme pengurai
Disadari bahwa ketersediaan EM4 tidak ada di semua toko di desa di Kecamatan Haharu, sehingga
masyarakat petani sulit untuk mendapatkan mikroorganisme pengurai ini. Sebenarnya Em4 atau
disebut pula mikroorganisme pengurai bisa dibuat sendiri oleh petani dengan menggunakan bahan
di sekeliling rumah atau mikro organisme lokal (MOL). Bahan yang perlu disediakan adalah:

Efektif Mikroorganisme Gula merah Air cucian beras Buah nanas busuk
Beberapa cara membuat MOL (Mikro Organisme Lokal)
Pilihan pertama :
Apabila bisa mendapatkan EM4 sebagai sumber
mikro organisme, jangan dihabiskan

• Sisakan + 150 ml cairan EM-4


• Tambahkan irisan gula merah ½ kg dan masukkan
ke dalam botol EM4 yang berisi sisa EM4
• Tambahkan air cucian beras sampai volume
hampir penuh
• Kocok sehingga EM4, gula dan cucian beras
tercampur
• Buka tutup botol setiap hari untuk mengeluarkan
gas
• Fermentasikan selama + 21 hari
Pilihan ke dua :

Siapkan botol EM4 yang kosong atau botol


apa saja (botol coca cola, fanta, dll.)

• Ambil nanas yang telah hampir atau telah


busuk
• Hancurkan dan buat seperti juice
• Tambahkan irisan gula merah ½ kg
• Masukkan ke dalam botol kosong dan
tambah air sehingga volume hampir penuh
• Kocok sehingga, juice nanas, gula
tercampur
• Tutup botol rapat-rapat dan buka setiap
hari untuk mengeluarkan gas.
• Gunakan MOL ini setelah 21 hari
Pilihan ke tiga :
Siapkan botol EM4 yang kosong atau botol
apa saja (botol coca cola, fanta, dll.)

• Ambil nanas yang telah hampir atau telah


busuk
• Hancurkan dan buat seperti juice
• Tambahkan irisan gula merah ½ kg
• Masukkan ke dalam botol kosong dan tambah
air cucian beras hingga hampir penuh
• Kocok sehingga, juice nanas, gula dan air
cucian beras tercampur
• Tutup botol rapat-rapat dan buka setiap hari
untuk mengeluarkan gas.
• Gunakan MOL ini setelah 21 hari
Bercocok tanam bawang merah
di lahan kering
Secara umum ada 7 tahapan penting untuk
Budidaya Bawang Merah di Sumba Timur
• Persiapan lahan dan mengolah tanah
• Pemberian pupuk organik
• Pemilihan benih bawang dan perlakuan sebelum tanam
• Penanaman
• Penyiraman
• Pengendalian hama dan penyakit
• Panen dan penanganan pasca panen
• Persiapan lahan dan pengolahan tanah
Lahan di Sumba Timur sangat tandus dan di permukaan tanah
banyak batu karang dan batu kapur. Langkah persiapan lahan yang
disarankan adalah

• Pilih lokasi yang sedikit mengandung batu karang atau batu kapur
• Hilangkan batu karang atau kapur yang bercampur dengan tanah
• Buat bedengan setinggi 15-20 cm
• Lokasi tanam sebaiknya dekat atau di pekarangan rumah untuk
memudahkan perawatan dan terhindar dari hewan
• Pastikan lokasi penanaman dekat dengan sumber air atau ada air
untuk menyiram
Pembuatan bedeng tanam bawang merah

100 cm
15-20 cm 40 cm

• Bedeng tanam dibuat selebar 100 cm dan hilangkan batu kapur dan karang
• Buat bedengan setinggi 15-20 cm atau lebih
• Buat jalan setapak di antara bedengan 40 cm
• Tabur pupuk kandang atau sebaiknya dicampur saat membuat bedeng
• Pemberian pupuk organik
Pupuk organik dalam bentuk kompos, pupuk kandang dan pupuk cair organik harus
diberikan untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan perkembangan umbi bawang.
Dengan memanfatkan pupuk kandang dapat menghemat biaya pembelian pupuk buatan
seperti Urea, ZA atau pupuk Pelangi, dll.

Waktu pemberian pupuk organik adalah


• Ketika tanam bawang musim kering sebaiknya menggunakan pupuk kandang padat yang
dicampur dengan tanah saat pengolahan tanah atau saat membuat bedengan dan
menyiram minimal 1 x sehari dengan pupuk cair organik
• Ketika tanam bawang musim hujan sebaiknya lebih banyak menggunakan pupuk kandang
padat dengan cara menabur dan mencampur saat pengolahan tanah dan memberikan
lagi kurun waktu 3 minggu sekali
• Dari hasil percobaan kunyit dan kacang tanah pemberian pupuk kandang 80 gram
memberikan hasil yang optimal
• Pupuk cair organik bisa disemprotkan ke tanaman bila tidak ada hujan.
• Pemilihan benih bawang
1. Bawang merah bisa menjadi benih bila
telah berumur antara 80-100 hari
2. Pilih benih bawang “bersertifikat” atau
bila ada, benih yang dikeluarkan oleh
pemerintah
3. Kenali asal usul benih, umur benih dan
perlakuan saat panen
4. Pilih benih yang besar, berwarna
merah keunguan
• Perlakuan sebelum tanam
• Pilih benih untuk ditanam
• Potong ujung tempat tumbuh daun
0,5-1 cm
• Rendam dalam larutan Dithane M-
45 80WP, untuk mencegah
tumbuhnya jamur
• Tiriskan dalam kondisi kering udara
selama 1-2 hari
• Benih bawang siap ditanam
• Penanaman bawang merah
1. Ambil umbi bawang yang telah di potong ujungnya
2. Tanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm atau 25 x 25 cm
3. Posisi bagian yang terpotong menghadap ke atas
4. Satu lubang cukup 1 umbi
5. Siram setiap pagi dan sore bila tanah kelihatan kering

2 5 cm
25 cm
• Penyiraman
Di wilayah semi arid (kering) seperti di Kecamatan Haharu, Sumba Timur,
air menjadi barang yang “mewah” bagi penduduk yang tinggal di wilayah
ini, juga menjadi faktor pembatas bagi tanaman. Musim hujan di wilayah
Haharu adalah mulai bulan Desember sampai Maret/April. Sehingga harus
ada strategi yang tepat untuk menggunakan air secara efisien dan tepat
untuk bercocok tanam bawang merah.
Strategi yang mungkin bisa dilaksanakan adalah
1. Ada kepastian bahwa air tersedia bila menanam bawang setelah musim
hujan. Dari perhitungan didasarkan pada data penguapan kebutuhan air
adalah 7-8 liter/m2
2. Menanam bawang menjelang musim hujan; persiapan lahan
(Nopember), tanam (Desember) dan panen (Maret)
3. Gunakan pupuk kandang saat persiapan tanah, sebaiknya dicampur
untuk menjaga kelembaban tanah
4. Penyiraman dilakukan saat bercocok tanam mulai di bulan Maret
5. Pupuk cair organik sebaiknya diaplikasikan di bulan Maret dan pupuk
• Pengendalian hama dan penyakit
Hama adalah segala jenis hewan yang merusak budidaya tanaman manusia pada umumnya
atau petani pada khususnya. Sebagai contoh hama belalang, tikus, ulat, wereng, dll

Penyakit tanaman adalah segala bentuk kerusakan pada tanaman yang penyebabnya tidak
kasat mata. Sebagai contoh busuk akar, bercak daun akibat virus dan jamur serta beberapa
penyakit akibat bakteri.
Hama dan penyakit pada bawang merah
Hama yang umum pada bawang merah
1. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hfn.)
Ulat tanah merupakan larva dari kupu-kupu
(ngengat). Ulat tanah menyerang tanaman muda
yang berumur antara 1-30 hari setelah tanam,
bagian yang diserang yaitu daun dan pucuk
tanaman. Cara pencegahannya
 Dilakukan pergiliran tanaman : dalam 1 tahun
musim tanam
 Pengendalian secara mekanis dengan
menangkap ulat pada sore atau malam hari
 Sanitasi kebun.
 Penyemprotan dengan insektisida seperti
Dursban 20 EC, Matador, Hastathion 40 EC, atau
Furadan 3 G di sekitar pangkal batang tanaman.
2. Ulat Daun (Spodoptera exiqua Hbn)
Ulat ini sangat berbahaya bagi tanaman bawang, serangannya memiliki
daya rusak sangat tinggi dan perkembangannya sangat cepat. Hama ini
memakan daging daun sebelah dalam sehingga daun tampak berwarna
putih transparan memanjang dan terkulai. Pencegahan dan
pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :
 Sanitasi kebun
 Pergiliran tanaman dengan tanaman lain yang
bukan inang hama ini.
 Pengendalian secara mekanis dengan memunguti
telur dan ulat yang ada di permukaan daun bagian
dalam.
 Penyemprotan dengan insektisida. Misalnya, Larvin
375 AS, Atabron 50 EC, atau Cascade 50 EC.
Penyemprotan 2-3 kali sehari.
 Penggenangan air sesaat.
Penyakit yang umum pada bawang
merah
1. Busuk leher batang
Penyebab penyakit ini adalah cendawan (jamur)
Botrytis allii Munn. Bawang daun yang diserang
menampakkan gejala-gejala seperti leher batang atau
pangkal batang menjadi lunak dan berwarna abu,
kebasahan, dan akhirnya membusuk. Pencegahan dan
pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara :
 Pembuatan saluran drainase yang cukup.
 Sanitasi kebun
 Pergiliran tanaman dengan tanaman lain
 Pilih benih yang sehat.
 Penyemprotan fungisida, misalnya Rovral 50 WP,
Topsin M 70 WP, Dithane M-45, atau Daconil 75 WP,
penyemprotan 4-7 hari sekali.
2. Layu Fusarium (Fusarium sp)
Bawang daun yang diserang cendawan
fusarium ini menampakkan tanda seperti pada
mulanya daun menguning dan selanjutnya
daun-daun layu secara mendadak.
Pencegahan dan pengendalian penyakit ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara :
 Tanaman yang sakit dicabut, dibuang dan
dibakar
 Pembuatan drainase yang baik.
 Penanaman dengan jarak tanam yang
cocok.
 Benih yang akan ditanam dicelupkan dahulu
dalam larutan Benomyl atau Dithane M-
45
 Pergiliran tanam dengan tanaman lain
3. Bercak Ungu
Penyakit bercak ungu disebabkan oleh cendawan
Alternaria porri (Ell. cif.) atau cendawan Macrosporium
porri Ell. Daun tanaman bawang daun yang diserang
cendawan ini pada mulanya menampakkan bercak-
bercak berwarna keputihan sampai kelabu, berukuran
kecil dan agak cekung.
Pencegahan dan pengendalian penyakit ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara :
 Pergiliran tanaman dengan tanaman lain
 Pembuatan drainase yang baik.
 Penggunaan benih yang sehat.
 Sanitasi kebun.
 Penyemprotan fungisida seperti Antracol 70 WP,
Orthocide 50 WP, atau Dithane M-45. Dengan jarak
penyemprotan 4-7 hari sekali sejak tanaman berumur
Panen dan Pasca Panen
Bawang merah sudah siap untuk dipanen apabila ;
1. Umur tanaman dihitung dari mulai tanam antara 80-100 hari,
2. Daun tanaman kelihatan sudah layu, ditandai dengan warna kuning kecoklatan (warna
kuning kecoklatan bukan karena penyakit)
3. Bila tanah digali sedikit kelihatan umbi berwarna merah tua keunguan
Budi daya bawang merah juga telah dipraktekkan
oleh FP WVI di Desa Napu, Kecamatan Haharu,
Sumba Timur, Bapak Markus. Bapak Markus
mencoba membuat kegiatan di posko Napu dengan
menanami lahan pekarangan posko dengan bawang
merah dan sayuran. Benih bawang merah dibeli di
pasar (benih asalan) seberat 0,5 kg. Sebelum
ditanam, benih bawang merah diperlakukan dengan
memotong ujung titik tumbuh, setelah itu ditanam di
petak bedengan ukuran 100 cm x 15 cm x 600 cm
dengan jarak tanam 25 x 25 cm. Pupuk kandang
dicampur merata diseluruh bedengan. Seluruh
kegiatan dibantuan staf lapangan ICRAF. Hasil yang
didapat setelah + 90 hari adalah + 9 kg basah. Hal ini
menggembirakan karena karena Bapak Markus
mendapatkan hasil 20 kali lipat dari benih yang
ditanam.
Penanganan pasca panen

Sebagaimana diketahui bahwa penanganan bawang merah setelah dipanen sangatlah


penting karena bawang merah mudah busuk atau terserang jamur bila penanganan
paska panennya kurang tepat. Sebaiknya setelah dipanen bawang merah dijemur di
para-para atau digantung di rak penjemuran atau bisa di digantung di kayu penyangga
rumah.
Dari ulasan Budidaya Bawang Merah dengan menggunakan pupuk
organik, dapat disarankan :

1. Gunakan pupuk kandang padat dicampur saat pengolahan tanah dan


musim hujan
2. Pupuk cair organik disarankan untuk dibuat disetiap keluarga dan
digunakan saat tanam menjelang musim kering
3. Disarankan, jangan menanam bawang merah 2-3 kali setahun. Hal ini akan
menimbulkan banyak penyakit
4. Pilih benih bawang yang sudah cukup umur antara 80-100 hari
5. Warna umbi merah keunguan dan bebas hama serta penyakit
6. Iris titik tumbuh daun 0,5-1 cm, untuk meransang tumbuhnya tunas baru
7. Jarak tanam ikuti yang sudah ada bisa 20 x 20 atau 25 x 25 cm
8. Setiap lubang tanam cukup 1 umbi
9. Pergunakan fungisida atau insektisida seperlunya dan lebih baik mengatasi
hama dan penyakit secara mekanis
10.Lebih baik mencegah daripada mengatasi
11.Jemur bawang merah setelah panen untuk menghidari jamur
Bacaan rujukan
:
1. Internet : Google untuk topik terkait

2. Martini, E., Iskak NI., Andi Prahmono, Mulus Surgana, Megawati, Asep
Suryadi, Ummu Saad, Hendra Gunawan, Yulius Bari, Gusti Kusuma,
Gusti Suganda, Abdul Hadedi, LOM. Erwin. 201. Pupuk Organik pada
Budidaya Kebun Campur. World Agroforesty Centre.

Anda mungkin juga menyukai