Bahan organik dalam bentuk pupuk kandang (sapi, kuda, kambing dan babi) dan
kompos adalah sangat disarankan apabila ingin bercocok tanam di pekarangan. Bahan
organik adalah bahan yang digunakan sebagai pupuk tanaman yang berasal dari hasil
pelapukan bahan tanaman, hewan atau kotoran ternak. Bahan organik dalam bentuk
padat dapat berfungsi sebagai pupuk dan memberi sumbangan unsur hara dan dapat
Pupuk Organik
Apakah “PUPUK” itu?
Kata “pupuk” sudah sering didengar dan tidak asing lagi di petani.
Pupuk adalah bahan yang mengandung nutrisi (hara) yang diperlukan oleh
tanaman. Didasarkan pada jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman, pupuk
dapat dibagi menjadi 3 macam
1. Pupuk organik adalah pupuk yang bahan dasarnya adalah dalam bentuk organik
(bahan yang terurai atau lapuk). Bahan ini bisa didapat di sekeliling tempat tinggal.
Misalnya kotoran ternak, sampah rumah tangga yaitu sayuran, buah busuk, nasi busuk,
dll.
2. Pupuk an-organik adalah pupuk yang dibuat di pabrik, misalnya saja pupuk Urea (N),
ZA (N), SP-36 atau TSP (P), KCl (K), Phonska (NPK), dll
Pupuk organik
Pupuk an-organik
Berdasarkan bentuknya pupuk organik dibedakan menjadi
1. Pupuk organik padat yaitu pupuk kandang (kotoran ternak) dan bokashi (berasal dari
sampah daun tanaman atau ranting dan akar tanaman yang telah lapuk) atau dikenal
juga dengan kompos
A. Kotoran padat :
sapi, kerbau
dan kuda
B. Kotoran padat
kambing B
A
C. Kotoran padat
babi
D. Kotoran padat
unggas (ayam)
C
D
2. Pupuk organik cair adalah padatan kotoran ternak yang difermentasikan dengan bantuan
mikroorganisma (bakteri pengurai). Pupuk cair organik ini juga bisa dibuat dari air
kencing ternak.
Catatan :
Apabila kapasitas tangki 20 liter maka saringlah 2
liter POC, dst
Ilustrasi perbedaan pupuk organik dan anorganik di tanah
Peran organisme
Meningkatkaan
pengurai
kemaampuan tanah
menyediakan nutrisi
Pembuatan mikro organisme pengurai
Disadari bahwa ketersediaan EM4 tidak ada di semua toko di desa di Kecamatan Haharu, sehingga
masyarakat petani sulit untuk mendapatkan mikroorganisme pengurai ini. Sebenarnya Em4 atau
disebut pula mikroorganisme pengurai bisa dibuat sendiri oleh petani dengan menggunakan bahan
di sekeliling rumah atau mikro organisme lokal (MOL). Bahan yang perlu disediakan adalah:
Efektif Mikroorganisme Gula merah Air cucian beras Buah nanas busuk
Beberapa cara membuat MOL (Mikro Organisme Lokal)
Pilihan pertama :
Apabila bisa mendapatkan EM4 sebagai sumber
mikro organisme, jangan dihabiskan
• Pilih lokasi yang sedikit mengandung batu karang atau batu kapur
• Hilangkan batu karang atau kapur yang bercampur dengan tanah
• Buat bedengan setinggi 15-20 cm
• Lokasi tanam sebaiknya dekat atau di pekarangan rumah untuk
memudahkan perawatan dan terhindar dari hewan
• Pastikan lokasi penanaman dekat dengan sumber air atau ada air
untuk menyiram
Pembuatan bedeng tanam bawang merah
100 cm
15-20 cm 40 cm
• Bedeng tanam dibuat selebar 100 cm dan hilangkan batu kapur dan karang
• Buat bedengan setinggi 15-20 cm atau lebih
• Buat jalan setapak di antara bedengan 40 cm
• Tabur pupuk kandang atau sebaiknya dicampur saat membuat bedeng
• Pemberian pupuk organik
Pupuk organik dalam bentuk kompos, pupuk kandang dan pupuk cair organik harus
diberikan untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan perkembangan umbi bawang.
Dengan memanfatkan pupuk kandang dapat menghemat biaya pembelian pupuk buatan
seperti Urea, ZA atau pupuk Pelangi, dll.
2 5 cm
25 cm
• Penyiraman
Di wilayah semi arid (kering) seperti di Kecamatan Haharu, Sumba Timur,
air menjadi barang yang “mewah” bagi penduduk yang tinggal di wilayah
ini, juga menjadi faktor pembatas bagi tanaman. Musim hujan di wilayah
Haharu adalah mulai bulan Desember sampai Maret/April. Sehingga harus
ada strategi yang tepat untuk menggunakan air secara efisien dan tepat
untuk bercocok tanam bawang merah.
Strategi yang mungkin bisa dilaksanakan adalah
1. Ada kepastian bahwa air tersedia bila menanam bawang setelah musim
hujan. Dari perhitungan didasarkan pada data penguapan kebutuhan air
adalah 7-8 liter/m2
2. Menanam bawang menjelang musim hujan; persiapan lahan
(Nopember), tanam (Desember) dan panen (Maret)
3. Gunakan pupuk kandang saat persiapan tanah, sebaiknya dicampur
untuk menjaga kelembaban tanah
4. Penyiraman dilakukan saat bercocok tanam mulai di bulan Maret
5. Pupuk cair organik sebaiknya diaplikasikan di bulan Maret dan pupuk
• Pengendalian hama dan penyakit
Hama adalah segala jenis hewan yang merusak budidaya tanaman manusia pada umumnya
atau petani pada khususnya. Sebagai contoh hama belalang, tikus, ulat, wereng, dll
Penyakit tanaman adalah segala bentuk kerusakan pada tanaman yang penyebabnya tidak
kasat mata. Sebagai contoh busuk akar, bercak daun akibat virus dan jamur serta beberapa
penyakit akibat bakteri.
Hama dan penyakit pada bawang merah
Hama yang umum pada bawang merah
1. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hfn.)
Ulat tanah merupakan larva dari kupu-kupu
(ngengat). Ulat tanah menyerang tanaman muda
yang berumur antara 1-30 hari setelah tanam,
bagian yang diserang yaitu daun dan pucuk
tanaman. Cara pencegahannya
Dilakukan pergiliran tanaman : dalam 1 tahun
musim tanam
Pengendalian secara mekanis dengan
menangkap ulat pada sore atau malam hari
Sanitasi kebun.
Penyemprotan dengan insektisida seperti
Dursban 20 EC, Matador, Hastathion 40 EC, atau
Furadan 3 G di sekitar pangkal batang tanaman.
2. Ulat Daun (Spodoptera exiqua Hbn)
Ulat ini sangat berbahaya bagi tanaman bawang, serangannya memiliki
daya rusak sangat tinggi dan perkembangannya sangat cepat. Hama ini
memakan daging daun sebelah dalam sehingga daun tampak berwarna
putih transparan memanjang dan terkulai. Pencegahan dan
pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan beberapa cara :
Sanitasi kebun
Pergiliran tanaman dengan tanaman lain yang
bukan inang hama ini.
Pengendalian secara mekanis dengan memunguti
telur dan ulat yang ada di permukaan daun bagian
dalam.
Penyemprotan dengan insektisida. Misalnya, Larvin
375 AS, Atabron 50 EC, atau Cascade 50 EC.
Penyemprotan 2-3 kali sehari.
Penggenangan air sesaat.
Penyakit yang umum pada bawang
merah
1. Busuk leher batang
Penyebab penyakit ini adalah cendawan (jamur)
Botrytis allii Munn. Bawang daun yang diserang
menampakkan gejala-gejala seperti leher batang atau
pangkal batang menjadi lunak dan berwarna abu,
kebasahan, dan akhirnya membusuk. Pencegahan dan
pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara :
Pembuatan saluran drainase yang cukup.
Sanitasi kebun
Pergiliran tanaman dengan tanaman lain
Pilih benih yang sehat.
Penyemprotan fungisida, misalnya Rovral 50 WP,
Topsin M 70 WP, Dithane M-45, atau Daconil 75 WP,
penyemprotan 4-7 hari sekali.
2. Layu Fusarium (Fusarium sp)
Bawang daun yang diserang cendawan
fusarium ini menampakkan tanda seperti pada
mulanya daun menguning dan selanjutnya
daun-daun layu secara mendadak.
Pencegahan dan pengendalian penyakit ini
dapat dilakukan dengan beberapa cara :
Tanaman yang sakit dicabut, dibuang dan
dibakar
Pembuatan drainase yang baik.
Penanaman dengan jarak tanam yang
cocok.
Benih yang akan ditanam dicelupkan dahulu
dalam larutan Benomyl atau Dithane M-
45
Pergiliran tanam dengan tanaman lain
3. Bercak Ungu
Penyakit bercak ungu disebabkan oleh cendawan
Alternaria porri (Ell. cif.) atau cendawan Macrosporium
porri Ell. Daun tanaman bawang daun yang diserang
cendawan ini pada mulanya menampakkan bercak-
bercak berwarna keputihan sampai kelabu, berukuran
kecil dan agak cekung.
Pencegahan dan pengendalian penyakit ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara :
Pergiliran tanaman dengan tanaman lain
Pembuatan drainase yang baik.
Penggunaan benih yang sehat.
Sanitasi kebun.
Penyemprotan fungisida seperti Antracol 70 WP,
Orthocide 50 WP, atau Dithane M-45. Dengan jarak
penyemprotan 4-7 hari sekali sejak tanaman berumur
Panen dan Pasca Panen
Bawang merah sudah siap untuk dipanen apabila ;
1. Umur tanaman dihitung dari mulai tanam antara 80-100 hari,
2. Daun tanaman kelihatan sudah layu, ditandai dengan warna kuning kecoklatan (warna
kuning kecoklatan bukan karena penyakit)
3. Bila tanah digali sedikit kelihatan umbi berwarna merah tua keunguan
Budi daya bawang merah juga telah dipraktekkan
oleh FP WVI di Desa Napu, Kecamatan Haharu,
Sumba Timur, Bapak Markus. Bapak Markus
mencoba membuat kegiatan di posko Napu dengan
menanami lahan pekarangan posko dengan bawang
merah dan sayuran. Benih bawang merah dibeli di
pasar (benih asalan) seberat 0,5 kg. Sebelum
ditanam, benih bawang merah diperlakukan dengan
memotong ujung titik tumbuh, setelah itu ditanam di
petak bedengan ukuran 100 cm x 15 cm x 600 cm
dengan jarak tanam 25 x 25 cm. Pupuk kandang
dicampur merata diseluruh bedengan. Seluruh
kegiatan dibantuan staf lapangan ICRAF. Hasil yang
didapat setelah + 90 hari adalah + 9 kg basah. Hal ini
menggembirakan karena karena Bapak Markus
mendapatkan hasil 20 kali lipat dari benih yang
ditanam.
Penanganan pasca panen
2. Martini, E., Iskak NI., Andi Prahmono, Mulus Surgana, Megawati, Asep
Suryadi, Ummu Saad, Hendra Gunawan, Yulius Bari, Gusti Kusuma,
Gusti Suganda, Abdul Hadedi, LOM. Erwin. 201. Pupuk Organik pada
Budidaya Kebun Campur. World Agroforesty Centre.