Anda di halaman 1dari 5

Implementasi pendidikan karakter komprehensif di Sekolah terdiri atas 4 metode yaitu inkulkasi

(inculcation), keteladanan (modeling), fasilitasi (facilitation), dan pengembangan keterampilan (skill


building) dilakukan secara berkesinambungan sebagai sebuah sistem yang utuh dan menyeluruh. Hal
tersebut tentu saja melibatkan peran seluruh elemen sekolah dari kepala sekolah, guru, komite, orang
tua dan peserta didik.

ADVERTISEMENT

Metode inkulkasi atau penanaman nilai-nilai karakter dilakukan oleh sekolah dengan membuat buku
tata tertib dan kepribadian. Buku tersebut memuat seluruh aturan tata tertib dan budaya sekolah yang
berlaku di sekolah termasuk bentuk reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) bagi peserta
didik yang dikemas secara proporsional. Sebelum disahkan, buku tata tertib dan kepribadian yang dibuat
oleh sekolah terlebih dahulu dikonsultasikan kepada komite sekolah kemudian disosialisasikan pada
rapat pleno dengan orang tua. Buku tersebut dijadikan sebagai acuan atau pedoman dalam pembinaan
pribadi peserta didik, pemberian penghargaan bagi peserta didik berprestasi, dan sebagai kriteria
penilaian akhlaq serta kepribadian peserta didik. Dengan demikian buku tata tertib dan kepribadian
menjadi kesepakatan bersama antara pihak sekolah bersama komite, orang tua dan peserta didik untuk
mematuhi aturan dan budaya sekolah.

ADVERTISEMENT

Penerapan Inkulkasi nilai-nilai moral/karakter juga dilakukan melalui pembiasaan atau habituasi sebagai
bagian dari budaya karakter di sekolah. Kegiatan pembiasaan tersebut antara lain:

Budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun); melalui budaya 5S peserta didik sejak tiba di
sekolah, dalam pembelajaran, aktivitas di lingkungan sekolah hingga pulang saling bertegur sapa baik
terhadap guru, antar peserta didik maupun terhadap tamu sekolah. Dengan demikian, suasana di
sekolah menjadi penuh kehangatan, ramah sehingga membuat peserta didik nyaman berada di sekolah.

Budaya Cinta Indonesia dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya pada pagi hari sebelum
dimulai pembelajaran dan menyanyikan lagu nasional serta lagu daerah sebelum peserta didik pulang
dari sekolah. Pembiasaan ini bertujuan untuk menanamkan dan menumbuhkan nasionalisme serta
menghargai keberagaman yang terdapat di Indonesia.
Budaya ilmu amaliah dan amal ilmiah melaui pembiasaan membaca ayat suci Al-qur’an pada hari Selasa
dan Kamis dan membaca Asmaul Khusna pada hari Rabu (bagi peserta didik yang beragama Islam)
sedangkan bagi yang non-muslim mengamalkan sesuai agamanya masing-masing. Pembiasaan ini
dilakukan selama 15 menit sebelum pembelajaran. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keimanan,
ketaqwaan dan pengamalan nilai-nilai agama kepada peserta didik. Harapannya peserta didik memiliki
kesimbangan antara kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual.

Budaya literasi melalui “Smutca” (sepuluh menit membaca). Pembiasaan ini dilakukan sebelum dimulai
kegiatan pembelajaran. Dengan membiasakan peserta didik untuk membaca maka mereka terlatih
untuk berpikir kritis, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan prestasi dan juga dengan sendirinya mampu mengubah pola pikir peserta didik sehingga
lebih bijaksana dalam mengambil keputusan dan berperilaku.

ADVERTISEMENT

Metode keteladanan (modeling) di sekolah yaitu dengan memberikan contoh yang baik kepada peserta
didik dalam bertutur kata, sikap, dan tindakan sehingga peserta didik termotivasi serta meniru perilaku
yang dilakukan oleh gurunya. Keteladanan yang diberikan oleh Kepala Sekolah dan guru antara lain:
datang ke sekolah lebih awal sebagai cermin kedisplinan, memberikan excellent service kepada peserta
didik dengan menyalami mereka di depan pintu gerbang sekolah, mengajar tepat waktu dan
berkomunikasi serta menjalin hubungan baik dengan peserta didik. Guru juga selalu berusaha untuk
“mengajar dan mendidik dengan hati” sehingga peserta didik tidak sungkan untuk bertanya, bercerita,
berkeluh kesah dengan gurunya. Cara mendidik peserta didik dengan hati akan membuat suasana
kekeluargaan di sekolah penuh keakraban sehingga sekolah terasa aman dan nyaman. Hubungan Komite
sekolah, kepala sekolah, guru, dan peserta didik terjalin dengan baik karena merasa memiliki kedekatan
emosional. Rasa “handarbeni’ atau rasa memiliki terhadap sekolah juga harus tertanam kuat pada
seluruh elemen yang ada di sekolah. Pada berbagai kegiatan guru dan peserta didik berbaur dan saling
bahu-membahu untuk menjadikan sekolah lebih maju dan lebih nyaman. Guru juga memiliki kepedulian
yang tinggi kepada peserta didiknya. Hal tersebut ditunjukkan antara lain ketika ada salah satu peserta
didik yang absen maka guru atau wali kelas langsung menelpon orang tua untuk mengetahui penyebab
ketidakhadiran mereka dan tidak jarang guru juga melakukan home visit untuk mengetahui kondisi
peserta didik dan keluarganya. Melalui berbagai macam keteladanan guru tersebut, sekolah dapat
menjalankan fungsinya dengan baik sebagai tempat penanaman karakter bagi peserta didik.

ADVERTISEMENT
Metode ketiga dari pendidikan karakter komprehensif yaitu fasilitasi (facilitation). Pada tahap fasilitasi,
sekolah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan dan menguatkan nilai-nilai
karakter peserta didik antara lain:

Kegiatan Sendi Berlian (Jum’at Pagi Bersih Lingkungan) pada minggu pertama. Melalui kegiatan ini,
peserta didik dilatih untuk saling bergotong-royong, memiliki tanggung jawab dan kepedulian terhadap
kebersihan dan keasrian lingkungan sekolah.

Kegiatan Senin Sehat pada minggu kedua. Kegiatan Senin sehat dengan melakukan senam dan jalan
santai bertujuan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran peserta didik.

Kegiatan Senin Kreasi pada minggu ketiga. Kegiatan Senin kreasi dilakukan dengan meminta peserta
didik setiap kelas untuk menampilkan kreativitas kelasnya melalui: tarian tradisional dan modern, stand
up comedy school, dan kreativitas-kreativitas lainnya.

Kegiatan Senin Religi pada minggu keempat. Pada kegiatan ini peserta didik dari salah satu kelas
memberikan tausyiah atau ceramah keagamaan kemudian seluruh peserta didik menyimak dan
mencatat ringkasan dari temannya tersebut. Kegiatan Senin religi bertujuan untuk melatih mentalitas
anak berbicara di depan umum, dan meningkatkan keimanan serta ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Dengan demikian, peserta didik lebih mawas diri dalam bersikap dan bertindak sehingga
dampaknya suasana di sekolah lebih kondusif.

Kegiatan Senin Barokah yang dilaksanakan setiap hari Senin. Kegiatan Senin barokah adalah suatu
kegiatan yang bertujuan untuk menumbuhkan keikhlasan, kesetiakawanan sosial, kepedulian, dan
pengamalan nilai-nilai agama melalui pembiasaan beramal. Pada kegiatan ini setiap peserta didik
dengan suka rela dan kesadaran diri menyisihkan sebagian uang saku mereka untuk amal kemudian
dikumpulkan oleh OSIS. Uang amal tersebut digunakan untuk meringankan peserta didik yang sedang
terkena musibah dan sebagian untuk melatih kebiasaan berkurban pada waktu hari raya Idul Adha.

Kegiatan Tengah Semester dan Akhir semester yang diisi dengan kegiatan non akademik seperti: pentas
seni, perlombaan Olah Raga antar kelas, lomba lukis, kaligrafi, dan out bond. Selain untuk melepas
kepenatan peserta didik, kegiatan ini juga bertujuan untuk memupuk persahabatan dan keakraban
sesama warga sekolah. Dengan semangat sportivitas yang dijunjung tinggi peserta didik belajar untuk
saling menghargai satu sama lain sehingga tidak berusaha saling menjatuhkan meskipun sama-sama
memiliki fighting spirit untuk berkompetisi dan berprestasi.

Kegiatan Leadership Basic Training atau Latihan Dasar Kepemimpinan bagi Pengurus OSIS dan Dewan
Kerja. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan jiwa kepemimpinan, kedisipinan, tanggung jawab,
dan kecintaan terhadap Tanah Air dan bangsa. Pada kegiatan ini sekolah menjalin kerjasama dengan TNI
dan POLRI untuk memberikan materi nasionalisme, patriotisme, dan pelajar anti narkoba.

ADVERTISEMENT

Metode keempat dari pendidikan karakter komprehensif adalah pengembangan keterampilan. Upaya
yang dilakukan sekolah untuk pengembangan keterampilan peserta didik dalam pembentukan karakter
yaitu dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam pembelajaran. Masing-masing guru memiliki
cara yang berbeda dalam mengimplementasikan karena disesuaikan dengan karakteristik mata
pelajaran yang diampu dan materi yang dipelajari oleh peserta didik. Salah satu contoh pengembangan
keterampilan dalam pembelajaran IPS yaitu dengan cara peserta didik ditugaskan untuk membuat soal
“dilema moral” yaitu peristiwa atau kejadian yang mengharuskan seseorang untuk memilih atau
mengambil keputusan yang dilematis ibarat buah simalakama. Setelah semua peserta didik
menyelesaikan dilema moral yang dibuat kemudian ditukar kepada teman yang lain untuk saling
menjawab dilema moral yang dibuat oleh temannya. Tujuan pemberian tugas dilema moral adalah
peserta didik mampu berpikir kritis, berbagi ide dan gagasan dengan teman terkait permasalahan yang
sulit untuk diselesaikan. Dari hasil jawaban peserta didik tersebut guru dapat mengevaluasi kemampuan
pesera didik dalam pengambilan keputusan moral. Selain melalui dilema moral guru juga melakukan
pengamatan terhadap perkembangan sikap dan perilaku siswa dengan menggunakan lembar observasi
dan jurnal sikap untuk memastikan bahwa peserta didik telah memiliki moral knowing, moral feeling dan
moral action dengan baik dan seimbang.

ADVERTISEMENT

Tujuan akhir dari pendidikan karakter komprehensif di sekolah adalah untuk mewujudkan sekolah yang
aman dan nyaman bagi peserta didik. Sekolah yang aman dan nyaman adalah sekolah yang warga
sekolahnya bebas dari segala bentuk intimidasi, bullying baik fisik maupun psikis, dan suasana yang
kondusif untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sekolah yang aman dan nyaman menjadikan
peserta didik betah untuk belajar, berkreasi, dan berinovasi. Upaya untuk menciptakan sekolah aman
dan nyaman dapat dilakukan jika sekolah mampu memainkan peran sebagai media sosialisasi dan
pembentukan karakter (character building) serta kepribadian bagi peserta didik. Dalam hal ini,
diperlukan peran aktif dari semua warga sekolah baik kepala sekolah, guru, peserta didik, orang tua, dan
komite untuk saling bekerjasama, membangun komunikasi, serta integritas yang tinggi untuk
mewujudkannya.

ADVERTISEMENT

Melalui inkulkasi, habituasi, dan internalisasi nilai-nilai karakter dengan pendekatan komprehensif
diharapkan peserta didik dapat tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, berdedikasi, memiliki integritas
dan karakter yang kuat. Dengan demikian, pendekatan karakter komprehensif tidak hanya bertujuan
menciptakan sekolah aman dan nyaman akan tetapi juga menyiapkan generasi emas Indonesia yang
memiliki pengetahuan moral yang baik (moral knowing), perasaan yang baik (moral feeling) dan perilaku
yang baik (moral action).

Anda mungkin juga menyukai