Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh Salmonella thypi. Penyakit ini ditandai oleh panas perkepanjangan, ditopang dengan
bakteremia tanpa keterlibatan struktur endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus
multiplikasi kedalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan
Peyer’s patch.

Beberapa terminologi dan yang erat kaitannya adalah demam paratifoid dan demam
enterik. Demam paratifoid secara patologik maupun klinis adalah sama dengan demam tifiod
namun biasanya lebih ringan, penyakit ini disebabkan oleh spesies Salmonella enteriditis
sedangkan demam enterik dipakai baik pada demam tifoid maupun demam paratifoid.
Terdapat 3 bioserotipe Salmonella enteriditis yaitu bioserotipe parathypi A, parathypi B (S.
Schotsmuelleri) dan parathypi C (S. Hirschfeldi)

Pada tahun 1829 Louis (Perancis) mengeluarkan istilah thyphoid yang berarti seperti
thypus. baik kata thyphoid maupun thypus berasal dari kata Yunani thypos. Terminologi ini
dipakai pada penderita yang mengalami demam disertai kesadaran yang terganggu. Baru pada
tahun 1837 William Word Gerhard dari Philadelphia dapat membedakan tifoid dari thypus.
Pada tahun 1880 Eberth menemukan Bacillus thyphosus pada sediaan histologi yang berasal
dari kelenjar limfe mesentarial dan limpa. Pada tahun 1884 Gaffky berhasil membiakkan
Salmonella thyphi, dan memastikan bahwa penularannya melalui air dan bukan udara.

Pada tahun 1896 Widal mendapatkan salah satu metode untuk diagnosis penyakit
demam tifoid. Pada tahun yang sama Wright dari Inggris dan Pfeifer dari Jerman mencoba
vaksinasi terhadap demam tifoid. Pada era 1970 dan 1980 mulai dicoba vaksin oral yang
berisi kuman hidup yang dilemahkan dan vaksin suntik yang berisi Vi kapsul polisakarida.
Pada tahun 1948 Woodward dkk di Malaysia menemukan bahwa kloramfenikol adalah
efektif untuk pengobatan penyakit demam tifoid.

1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI

Typhoid abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut
yang biasanya mengenai saluaran cerna dengan gejala demam lebih dan 7 hari,
gangguan pada saluran cerna dan ganggguan kesadaran. (Arif Mansjoer, 2003).

Demam tifoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fagosit
mononukleat dan membutuhkan tatanan yang terpisah. (Horrison, 1995).

Atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala
demam satu minggu atau lebih di sertai ganggguan pada saluran pencernaan dan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran. (Rampengan, 1990).

Jadi tifus abdominalis adalah penyakit infeksi pada saluran pencernaan yang di
sebabkan salmonella typhi dengan gejala demam naik turun selama satu minggu atau
lebih.

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan,
ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelial atau endokardial
dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit mononuclear dari hati,
limpa, kelenjar limfe usus dan Payer’s patch.

Beberapa terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid dan
demam enteric. Demam paratifoid secra patologik maupun klinis adalah sama dengan
demam tifoid namun biasanya lebih ringan, penyakit ini biasanya disebabkan oleh
spesies Salmonella Enteriditis sedangkan demam enteric dipakai baik demam tifoid
maupun demam paratifoid. Terdapat 3 bioserotipe Salmonella Enteriditisyaitu
bioserotipe paratyphi A, paratypi B (Salmonella Schotmuellleri) dan paratyphi C
(Salmonellla Hirschfeldii.

B. SEJARAH

Pada tahun 1829 Pierre Louis (Perancis) mengeluarkan istilah typhoid yang
berarti seperti typhus. Baik kata typhoid maupun typhus berasal dari kata yunani

2
typhos.Terminologi ini dipakai pada penderita yang mengalami demam disertai
kesadaran yang terganggu. Baru pada tahun 1837 William Word Gerhard dari
Philadelphia dapat membedakan tifoid dari typhus. Pada tahun 1880 Eberth
menemukan Bacillus typhosus pada sediaan histology yang berasal dari kelenjar lmfe
mesentarial dan limpa. Pada tahun 1884Gaffky berhasil membiakkan Salmonella
Typhi dan memastikan bahwa penularannya melalui air dan bukan udara.

Pada tahun 1896 Widal mendapatkan salah satu metode untuk diagnosis
penyakit demam tifoid. Pada tahun yang sama Wright dari Inggris dan Pfeifer dari
Jerman mencoba vaksinasi terhadap demam tifoid. Pada era 1970 dan 1980 mulai
dicoba vaksin oral yang berisi kuman hidup yang dilemahkan dan vaksin suntik yang
berisi Vii kapsul polisakarida. Pada tahun 1948 Woodward dkk di Malaysia
menemukan bahwa kloramfenikol adalah efektif untuk pengobatan penyakit demam
tifoid.

C. EPIDEMOLOGI

Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting diberbagai


negara berkembang. Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia ini sangat
sukar ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spectrum
klinisnya sangat luas. Diperkirakan angka kejadian dari 150/100.000/tahun di
Amerika Selatan dan 900/100.000/tahun di Asia. Umur penderita yang terkena di
Indonesia (daerah endemis) dilaporkan antara 3-19 tahun mencapai 91% kasus.
Angka yang kurang lebih sama juga dilaporkan dari Amerika Selatan.

Salmonella Typhi dapat hidup didalam tubuh manusia (manusia sebagai


natural reservoir). Manusia yang terinfeksi Salmonella Typhi dapat
mengekskresikannya melalui sekret saluran nafas, urin dan feses dalam jangka waktu
yang sangat bervariasi. Salmonella Typhi yang berada diluar tubuh manusia dapat
hidup untuk beberapa minggu apabila berada didalam air, es, debu atau kotorayang
kering maupun pada pakaian. Akan tetapi Salmonella Typhi hanya dapat hidup
kurang dari 1 minggu dan mudah dimatikan dengan klorinasi dan pasteurisasi (temp.
63oC).

Terjadinya penularan Salmonella Typhi sebagian besar melalui


minuman/makanan yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau

3
pembawa kuman, biasanya keluar bersama-sama dengan feses (melalui jalur oro
fekal)

Dapat juga terjadi transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada
dalam bakteremia kepada bayinya. Pernah dilaporkan pula transmisi oro fekal dari
seorang ibu pembawa kuman pada saat proses kelahirannya kepada bayinya dan
sumber kuman berasal dari laboratorium penelitian.

D. ETIOLOGI

Etiologi demam tifoid adalah Salmonella typhi. Salmonella typhi sama dengan
Salmonella yang lain adalah bakteri Gram-negatif, mempunyai flagella, tidak
berkapsul, tidak membentuk spora, bergerak dengan rambut getar bersifat anaerob.
Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar antigen (H)
yan terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari polisakarida.
Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar
dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella Typhi juga dapat memperoleh
plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotik.

Kuman ini hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang
lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 70 °C maupun oleh anti septik. Bakter ini
mempunyai beberapa komponen antigen, yaitu ;

 antigen O (somotik).
 antigen H ( flagel).
 anti Vi (virulen).
 protein membran heloin.

Ketiga antigen tersebut dalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukan


tiga macam anti bodi yang lazim disebut aglutinin.(Ngastiah,2000).

E. PATOGENESIS

Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus halus. Melalui
pembuluh limfe halus masuk kedalam peredaran darah sampai di organ-organ
terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati
dan limpa sehingga organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan.

4
Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan menyebar ke
seluruh tubuh terutama dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak
berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak Peyer’s Patch. Tukak tersebut akan
mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaaan disebabkan oleh kelainan pada
usus.

Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti


organisme yaitu:

1. Penempelan dan invasi sel-sel M Peyer’s Patch


2. Bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi di makrofag Peyer’s Patch, nodus
limfatikus mesentrikus, dan organ-organ ekstra intestinal sistem
retikuloendotelial
3. Bakteri bertahan hidup didalam aliran darah
4. Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP didalam kripta usus
dan menyebabkan keluarnya elektrolit dan air kedalam lumen intestinal.

F. PATOFISIOLOGI

Penularan penyakit demam tifoid adalah secara "face-oral". Dan banyak


terdapat dimasyarakat dengan higiene dan sanitasi yang kurang baik. Kuman
Salmonella typhi masuk tubuh melalui mulut bersama dengan makanan atau minuman
yang tercerna, dan dapat pula dengan kontak langsung jari penderita yang
terkontiminasi feses, urin, sekret saluran nafas atau dengan pus penderita yang
terinfeksi. Setelah melewati asam lambung, kuman menembus mukosa usus dan
masuk peredaran darah melalui pembuluh limfe Selanjutnya, kuman menyebar
keseluruh tubuh. Didalam sistem retikulo endotelial (hati,limpa dan lain-lain) kuman
berkembang biak dan masuk keperedaran darah, kuman menyebar kesemua sistem
tubuh dan menimbulkanberbagai gejala, proses utama adalah diileum terminalis bila
berat, saluran ileum bisa terkena dan mungkin terjadi perforasi /pendarahan.

Zat ini mempengaruhi endotoksin yang merangsang terbentuknya pirogen


endogen. Zat ini mempengaruhi pusat pengaturan suhu tubuh dihipotalamus dan
menimbulkan gejala demam. Walaupun dapat difagositosis, kuman berkembang biak

5
di mikrofag karena ada hambatan metabolisme oksidatif. Kuman dapat menetap /
bersembunyi pada satu tempat dalam tubuh penderita, dan hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya relap atau pengidap (cornier).

Bakteri Salmonella Typhi bersama makanan/minuman masuk kedalam tubuh


melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam (pH < 2) banyak
bakteri yang mati. Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan
dengan antagonis reseptor histamine H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam
jumlah besar akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencaoai
usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian
menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di daerah ileum dan
yeyenum. Sel-sel M, sel-sel khususyang melapisi Peyer’s Patch merupakan tempat
internalisasi Salmonella Typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti
aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik
sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella Typhi mengalami
multiplikasididalam sel fagosit mononuclear didalam folikel limfe, kelenjar limfe
mesenterika, hati dan limfe.

Setelah melewati periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang lamanya


ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respon imun, maka Salmonella
Typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk kedalam
sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun, akan
tetapi yang disukai Salmonella Typhi adalah hati, limpa, sumsum tulang, kandung
empedu dan Peyer’s Patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi
baik secara langsung dari darah atau penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi
organisme di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkannya
melalui feses.

G. PERAN ENDOTOKSIN

Peran endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut
terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui
pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari Salmonella Typhi menstimulasi
makrofag di hati, limpa, dan folikel limfoma usus halus dan kelenjar limfe
mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat lain. Produk dari makrofag inilah

6
yang dapat menimbulkan nekrosis sel, sistem vaskuler yang tidak stabil, demam,
depresi sumsusm tulang, kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem
imunologik.

H. RESPON IMUNOLOGIK

Pada demam tifoid terjadi respon imun humoral maupun selular baik ditingkat
local (gastrointestinal) maupun sistemik. Akan tetapi bagaimana mekanisme
imunologik ini dalam menimbulkan kekebalan maupun eliminasi terhadap Salmonella
Typhi tidak diketahui dengan pasti. Diperkirakan bahwa imunitas selular lebih
berperan. Penurunan jumlah limfosit T ditemukan pada pasien sakit berat dengan
demam tifoid.

I. GAMBARAN KLINIK

Gambaran klinik demam typhoid pada anak biasanya lebih ringan dari pada
orang dewasa. Masa tunas : 10-20 hari yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi
melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama
masa inkubasi mungkin di temukan gejala prodiamal, yaitu perasaan tidak enak,
badan lesu, nyeri, kepala pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang,
menyusul gambaran klinik yang biasanya di temukan adalah :

a. Demam

Pada kasus ini khas demam berlangsung tiga minggu. Bersifat febris remiten dan
suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur — angsur
naik tiap hari, biasanya menurun pada pagi hari, meningkat lagi pada sore hari dan
malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam;
pada mingu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.

b. Gangguan Kesadaran

Pada mulut terdapat mulut berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah.- pecah
(rogoden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue) ujung dan tepinya
kemerahan, jarang di sertai tremor. Pada abdomen dapat di temukan keadaan perut

7
kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar di sertai nyeri pada perabaan.
Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.

c. Gangguan Kesadaran

Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis
sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (kucuali penyakitnya
berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut
mungkin terdapat gejala yang lainnya. Pada punggung dan anggota gerak dapat
ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik merah karena emboli basil dalam kapiler
kulit, yang dapat ditemukan dalam minggu pertama demam. Kadang-kadang
ditemukan pula bradikardi dan epitaksis pada anak besar (Ngastiyah, 1997).

J. MANIFESTASI KLINIS

Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata-rata
antara 10-14 hari. Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala klinis
ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus sampai dengan berat sehingga harus
dirawat. Variasi gejala ini disebakan faktor galur Salmonella, status nutrisi, dan
imunologik serta lama sakit dirumahnya.

Semua pasien demam tifoid selalu menderita demam pada awal penyakitnya.
Pada era pemakaian antibiotic belum seperti pada saat ini, penampilan demam pada
kasus demam tifoid mempunyai istilah khusus yaitu step-laddertemperature chart
yang ditandai dengan demam timbul insidious, kemudian naik secara bertahap tiap
harinya dan mencapai titik tertinggi pada akhir minggu pertama, setelah itu demam
akan bertahan tinggi dan pada minggu ke-4 demam turun perlahan secara lisis, kecuali
apabila terjadi focus infeksi seperti kolesistitis, abses jaringan lunak maka demam
akan menetap. Banyak orangtua pasien demam tifoid melaporkan bahwa demam lebih
tinggi saat sore dan malam hari dibandingkan dengan pagi harinya. Pada saat demam
sudah tinggi, pada kasus demam tifoid dapat disertai gejala sistem saraf pusat, seperti
kesadaran berkabut atau delirium atau obstundasi atau penurunan kesadaran mulai
apatis sampai koma.

Gejala sistemik lain yang menyertai timbulnya demam adalah nyeri kepala,
malaise, anoreksia, nausea, mialgia, nyeri perut dan radang tenggorokan. Pada kasus

8
yang berpenampilan klinis berat, pada saat demam tinggi akan nampak toksik/sakit
berat. Bahkan dapat juga dijumpai penderita demam tifoid yang yang dating dengan
syok hipovolemik sebagai akibat kurang masukan cairan dan makanan. Gejala
gastrointestinal pada kasus dengan demam tifoid sangat bervariasi. Pasien dapat
mengeluh diare, obstipasi, atau obstipasi kemudian disusul episode diare, pada
sebagian pasien lidah tampak kotor dengan putih ditengah sedang tepi dan ujungnya
kemerahan. Banyak dijumpai gejala meteorismus. Pada anak Indonesia lebih banyak
dijumpai Hepatomegali dibandingkan Splenomegali.

K. KOMPLIKASI

Komplikasi demam typhoid dapat dibagi dua bagian :

1. Komplikasi pada usus halus


a. Perdarahan usus
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena dapat disertai nyeri perut
dengan tanda-tanda renjatan.

b. Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setengahnya dan terjadi pada bagian
distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan
bila terdapat udara dirongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan
terdapat udara diantara hati dan diafragma pada fotorontgen abdomen yang
dibuat dalam keadaan tegak.

c. Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding
abdomen tegang dan nyeri tekan (Ngastiyah 1997).

2. Komplikasi diluar usus halus


a. Bronkitis dan bronkopneumoni
Pada sebagian besar kasus didapatkan batuk, biasanya bersifat ringan dan
disebabkan oleh bronkitis, pneumonic bisa merupakan infeksi sekunder

9
dan dapat timbul dan dapat timbul pada awal sakit atau fase akut lanjut.
Komplikasi lain yang terjadi adalah abses paru efusi dan empiema.

b. Kolesistitis
Pada anak jarang terjadi, bila terjadi umum pada akhir minggu kedua
dengan gejala dan tanda klinis yang tidak khas, bila terjadi kolesistitis
maka penderita cenderung untuk menjadi seorang karier.

c. Typhoid Ensefolopati
Merupakan komplikasi tifoid dengan gejala dan tanda klinis berupa :
kesadaran menurun, kejang-kejang, muntah, demam tinggi pemeriksaan
otak dalam batas normal. Bila di sertai kejang-kejang maka biasanya
prognosanya jelek dan bila sembuh sering di ikuti oleh gejala sesuai
dengan lokasi yang terkena.

d. Meningitis
Meningitis oleh karena salmonella typhi yang lain lebih sering di dapatkan
pada neonatus / bayi di bandingkan dengan anak, dengan gejala klinis
tidak jelas sehingga diagnosis sering terlambat. Ternyata penyebabnya
adalah Salmonella havana dan Salmonella oranemburg.

e. Mio Karditis
Komplikasi ini pada anak masih kurang dilaporkan serta gambaran klinis
tidak khas. Insidennya terutama pada anak umur 7 tahun ke atas serta
sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga. Gambaran EKG dapat
bervariasi antara lain : sinus takikardi, depresi segmen ST, perubahan
gelombang I, AV blok tingkat I, arithmia, supra ventrikular takikardi.

f. Karier Kronik
Typhoid karier adalah seorang yang tidak menunjukan gejala penyakit
demam typhoid, tetapi mengandung kuman salmonella typhosa di dalam
sekretnya. Mengingat karier sangat penting dalam hal penularan yang
tersembunyi, maka penemuan kasus sedini mungkin serta pengobatanya

10
sangat penting dalam hal menurunkan angka kematian.(Kapita Selekta,
2000).

Perforasi usus halus dilaporkan dapat terjadi pada 0,5 – 3%, sedangkan
perdarahan usus pada 1- 10% kasus demam tifoid anak. Komplikasi ini biasanya
terjadi pada minggu ke-3 sakit, walau pernah dilaporkan terjadi pada minggu pertama.
Komplikasi ditandai dengan adanya penurunan suhu, tekanan darah dan peningkatan
frekuensi nadi. Pada perforasi usus halus ditandai dengan nyeri abdomen local pada
kuadran kanan bawah akan tetapi dilaporkan juga nyeri yang menyelembung.
Kemudian akan diikuti dengan muntah, nyeri pada perabaan abdomen, defance
muskulare, hilangnya keredupan hepar, dan tanda-tanda peritonitis yang lain.
Beberapa kasus perforasi usus halus mempunyai manifestasi klinis yang tidak jelas.

Sebagian kasus demam tifoid mengeluarkan bakteri Salmonella Typhi melalui


urin pada saat sakit maupun setelah sembuh. Sisitis bahkan pielonefritis dapat juga
merupakan komplikasi demam tifoid. Proteinuria transien sering dijumpai sedangkan
glumerulonefritis yang dapat bermanifestasi sebagai gagal ginjal maupun sindrom
nefrotik mempunyai prognosis yang buruk. Pneumonia sebagai komplikasi sering
dijumpai pada demam tifoid. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh kuman Salmonella
Typhi, namun seringkali sebagai akibat infeksi sekunder oleh kuman lain. Komplikasi
lain yang data dijumpai adalah trombositopenia, koagulasi intravascular disenimata,
hemolytic uremic syndrome (HUS), fokal infeksi dibeberapa lokasi sebagai akibat
bakteremia misalnya infeksi pada tulang, otak, hati, limpa, otot, kelenjar ludah dan
persendiaan.

L. RELAPS (KAMBUH)
Yaitu keadaan berulangnya gejala penyakit tifus abdominalis, akan tetapi berlangsung
lebih ringan dan lebih singkat. Terjadi dalam minggu kedua setelah suhu badan
normal kembali. Terjadinya sukar diterangkan, seperti halnya keadaan kekebalan
alam, yaitu tidak pernah menjadi sakit walaupun mendapat infeksi yang cukup berat.
Menurut teori, relaps (kambuh) terjadi karena terdapatnya basil dalam organ-organ
yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin pula
terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan
pembentukan jaringan-jaringan fiibroblas.

11
Relaps yang didapat pada 5 – 10% kasus demam tifoid saat era pre antibiotic,
sekarang lebih jarang ditemukan. Apabila terjadi relaps, demam timbul kembali du
minggu setelah penghentian antibiotic. Namun pernah juga dilaporkan relaps timbul
saat stadium konvalesens, saat pasien tidak demam akan tetapi gejala lain masih jelas
dan masih dalam pengobatan antibiotic. Pada umumnya relaps lebih ringan
dibandingkan gejala demam tifoid sebelumnya dan lebih singkat.

M. GAMBARAN DARAH TEPI

Anemia normokromi normositik terjadi sebagai akibat perdarahan usus atau


supresi pada sumsum tulang. Jumlah leukosit rendah, namun jarang dibawah
3.000/μl3. Apabila terjadi abses piogenik maka jumlah leukosit dapat meningkat
mencapai 20.000 – 25.000/μl3. Trombositopenia sering dijumpai, kadang-kadang
berlangsung beberapa minggu.

N. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
 Darah
Pada penderita demam typhoid bisa di dapatkan anemia, jumlah leukosit
normal, bisa menurun atau meningkat, kadang-kadang di dapatkan
trombositopenia dan pada hitung jenis di dapatkan aeosinofilia dan
limfositosis relatif.

 Uji Serologis
Sampai saat ini test widal merupakan reaksi serologis yang di gunakan untuk
membantu menegakan diagnosis demam typhoid. Dasar test widal adalah
reaksi aglutinasi antara antigen salmonella typhi dengan antibodi yang
terdapat pada serum penderita. Untuk dapat memberikan hasil yang akurat,
test widal sebaiknya tidak hanya di lakukan satu kali saja melainkan perlu satu
pemeriksaan, kecuali hasilnya sesuai standar setempat.

 Pemeriksaan Urin dan Darah


Akhir-akhir ini ada beberapa teknik barn untuk mendeteksi bedanya antibodi
terhadap salmonella typhi pada serum penderita dan adanya antigen
salmonella typhi dalam darah dan urin melalui, antara lain dengan

12
hemaglutination in hibiton test, enzyme linked imunosorbent assay,
complement fixation test, stapilococal protein acoaglutination assay.
(Rampengan dan laurentz,1990).

O. KONSEP TUMBANG

Pertumbuhan dan perkembangan termasuk suatu proses yang berubahubah;


pembentukan jaringan, pembesaran kepala, tubuh serta anggota badan lain seperti
tangan dan kaki. Peningkatan drastis dalam kekuatan dan kemampuan untuk
mengendalikan otot-otot besar maupun kecil, perkembangan hubungan sosial,
pemikiran dan Bahasa, serta munculnya kepribadian. Terbukanya proses-proses
tersebut dan interaksinya tergantung pada kondisi biologis dan fisik anak tersebut dan
interaksinya tergantung pada kondisi biologis dan fisik anak tersebut dan lingkungan
sosial (Nelson, 1999, 226).

Dalam proses tumbuh kembang ini penulis mengolah tumbuh kembang usia
sekolah, hal ini disesuaikan dengan umur anak (8 tahun) yang diberikan asuhan
keperawatan oleh penulis.

1. Karakteristik fisik
Berat badan bertambah 2 kg sampai 4 kg pertahun, tinggi badan usia 8 tahun
secara proposional lengan tumbuh lebih panjang dari pada badan, tinggi
bertambah pada usia 9 tahun. Gigi susu mulai tanggal, memiliki 1011 gigi
permanen saat berusia 8 tahun dan kira-kira 26 gigi permanen saat berusia 12
tahun.

2. Perkembangan motorik halus


Dapat menulis, menunjukkan peningkatan secara individu dan perhatian
khusus seperti menjahit, membuat, membuat model dan bermain alat musik.

3. Kognitif
Dapat membalikkan cara kerja, dapat melacak urutan kejadian kembali sejak
awal, memahami konsep dulu sekarang dan yang akan datang, dapat
mengeluhkan waktu, dapat menyebutkan objek sesuai golongan dan sub

13
golongan memahami konsep tinggi, berat, dan volume, dapat berfokus pada
lebih dari satu aspek.

4. Bahasa
Menggunakan bahasa verbal, pemahaman terhadap pembicaraan mungkin
tertinggal dari pengertiannya tidak begitu egosentris, dapat
mempertimbangkan kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata
depan.

5. Psikososial
Berusaha agar berhasil disekolah, menikmati aktivitas santai bersama teman
sebaya. Pennainan cenderung memisahkan kedua lawan jenis, minat pribadi,
aktivitas dan hobi berkembang pada saat ini (Cecily L. Betz, 2002 ; hal 555).

O. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pengobatan
Beberapa penelitian menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan
keadaan penderita, dengan memperhatikan segi kualitas maupn kuantitas, ternyata
dapat diberikan dengan aman. Kualitas makan di sesuaikan kebutuhan baik kalori,
protein, vitamin maupun mineralnya, serta di usahakan makan yang rendah atau
bebas selulosa, menghindaari makan iritatif sifatnya. Pada penderita dengan
gangguan kesadaran maka pemasukan makanan hams lebih di perhatikan.

Penderita yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus di


anggap dan di perlakukan langsung sebagai penderita tifus abdominalis dan di
berikan pengobatan sebagai berikut:

a) Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta


b) Perawatan yang baik inruk menghindarkan komplikasi, mengingat sakit yang
lama, lemah dan anoreksia dan lain-lain.
c) Istirahat selama demam sampa dengan 2 minggu normal kembali, yaitu
istirahat mutlak, berbaring terus di tempat tidur. Seminggu kemudian boleh
duduk dan selanjutnya boleh berdiri dan berjalan.
d) Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan

14
tidak menimbulkan banyak gas. Susu 2 kali satu gelas dalam sehari perlu di
berikan. Jenis makanan untuk penderita dengan kesadaran menurun ialah
makanan cair yang dapat di berikan melalui pipa lambung. Bila anak sadar dan
nafsu makan baik, maka dapat di berikan makan lunak.
e) Obat pilihan ialah kloramfenikol, kecuali bila penderita tidak serasi dapat di
berikan obat lain misalnya ampisilin, kotrimokazol dan lain-lain. Di anjurkan
pemberian kloramfenikol dengan dosis yang tinggi, yaitu 100mg/kgbb/hari, di
berikan 4 kali sehari peroral atau intramuskulus atau intravena bila di
perlukan.
Pemberian kloramfenikol dosisi tinggi tersebut memberikan manfaat yaitu
waktu perawatan di persingkat dan relaps tidak terjadi. Akan tetapi mungkin
pembentukan zat anti kurang, oleh karena berhasil terlalu cepat dimusnahkan.
Penderita yang di pulangkan perlu di berikan suntikan vaksin tipa.
f) Bila terdapat komplikasi harus di berikan terapi yang sesuai. Misalnya
pemberian cairan intraven untuk penderita dengan dehidrasi dan asidosis. Bila
terdapat bronkopneumia harus di tambahkan penisilin dan lain-lain.

2. Pemberian Antibiotik
 Kloramfenikal dengan dosis 50-100 mg/kg BB/hari oral/IV, 3 kali sehari
selama 10-14 hari.Dengan menggunakan kloramfenikol demam pada
typhoid turun rata-rata setelah 5 hari pemberian. Obat ini menekan
sumsum tulang sehingga tidak boleh diberikan pada penderita dengan
gangguan sumsum tulang.
 Tramfenikol dengan dosis oral 50-100 mg/kg BB/hari. Demam turun rata-
rata pada hari ke 5 — 6 pemberian.
 Co trimoxazole dengan dosis oral 30-40 mg/kg BB/hari dan
sulfametaxazole dan 6-8 mg/kg BB/hari untuk trimetropin. Diberikan
selama 2 minggu demam menurun rata-rata 5-6 hari pemberian.
 Ampisilin 100-200 mg/kg BB/hari dan amoxilin 100 mg/kg BB/hari oral
tiga kali sehari selama 14 hari. Dengan ampisilin atau amoxilin demam
pada typhoid turun rata-rata 7-9 hari.
 Kortekosteroid hanya di berikan pada penderita dengan ensefalopati dan
atau syok septik.

15
P. PENCEGAHAN
Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar Salmonella typhi,
maka setiap individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang
mereka konsumsi. Salmonella typhi didalam air akan mati apabila dipanasi stinggi
57oC untuk beberapa menit atau dengan proses iodinasi/klorinasi.
Untuk makanan, pemanasan sampai suhu 57oC beberapa menit dan secara
merata juga dapat mematikan kuman Salmonella typhi. Penurunan endemisitas suatu
negara/daerah tergantung pada baik buruknya pengadaan sarana air dan pengaturan
pembuangan sampah serta tingkat kesadaran individu terhadap hygiene pribadi.
Imunisasi aktif dapat membantu menekan angka kejadian demam tifoid

Usaha pencegahan dapat di bagi atas :

1. Usaha terhadap lingkungan hidup yaitu ;


 Penyediaan air minum yang cukup syarat.
 Pembuangan kotoran manusia yang cukup higyenis.
 Pemberantasan lalat.

2. Usaha terhadap manusia


Imunisasi (vaksin yang digunakan adalah salmonella typhosa yang dimatikan).
(Rampengan dan Laurentz,1990).

Q. PROGNOSIS

Umumnya prognosis tifus abdominalis pada anak baik asal penderita cepat
berobat. Mortalitas pada penderita yang di rawat ialah 6%. Prognosis menjadi kurang
baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti :

1. Panas tinggi (hiperperiksia) atau febris kontinua.


2. Kesadaran menurun sekali yaitu sopor, koma atau delirium.
3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan asidosis, peritonitis,
brokopneumia dan lain-lain.
4. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein)

16
Q. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermia) b.d proses peradangan pada usus halus
akibat infeksi Salmonella typhi di tandai dengan muka merah, kulit terasa kering
dan panas, haus, bibir kering dan suhu tubuh diatas normal (suhu lebih dari 36°
C).

Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi dan suhu tubuh normal (37° C). Kriteria :

o Pasien merasa nyaman.


o Merasa panas berkurang.
o Kulit tidak kering.
o Muka tidak merah.
o Suhu normal (36°-37°C).

Intervensi :

No. Intervensi Rasional


1. Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 Mengetahui perubahan suhu, suhu 38,9 -
jam. 41,1C menunjukkan proses inflamasi.
2. Observasi tanda-tanda vital Tanda-tanda vital dapat memberikan
(Tekanan darah, Suhu, Nadi dan gambaran keadaan umum klien.
Respirasi) setiap 2-3 jam.
3. Jelaskan upaya untuk mengatasi Membantu mengurangi demam.
hipertermi dan bantu klien/ keluarga
dalam melaksanakan upaya tersebut,
seperti:
- Memberikan kompres dingin
pada daerah frontal, lipat
paha dan aksila.
- Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh.
- Tingkatkan intake cairan
dengan perbanyak minum.
4. Monitor penurunan tingkat Menentukan intervensi selanjutnya untuk

17
kesadaran. mencegah komplikasi lebih lanjut.
5. Anjurkan keluarga untuk membatasi Untuk mempercepat proses penyembuhan.
aktivitas klien.
6. Kolaborasi dengan tim medis lain Obat antiperitik untuk menurunkan panas
untuk pemberian obat antipiretik dan dan antibiotik mengobati infeksi basil
antibiotik. Salmonella typhi.

2. Gangguan rasa nyaman nyeri, b.d distersi dinding abdomen, di tandai dengan nyeri
terkan pada perut.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi dan nyeri berkurang selama dalamperawatan.

Kriteria hasil :
o Tidak kesakitan.
o Pasien menyatakan rasa nyeri berkurang.

Intervensi:

No. Intervensi Rasional


1. Kaji tingkat nyeri, lokasi, Perubahan pada karakteristik nyeri dapat
lamanya, intensitas dan menunjukkan penyebaran penyakit/ terjadi
karakteristik nyeri. komplikasi.
2. Kaji ulang faktor yang Dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau
meningkatkan nyeri dan faktor yang memperberat (seperti stress, tidak
menurunkan nyeri. toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi
terjadinya komplikasi, serta membantu dalam
membuat diagnosis dan kebutuhan terapi.
3. Beri kompres hangat pada Untuk menghilang nyeri.
daerah nyeri.
4. Kolaborasi dengan tim medis Analgetik dapat membantu menurunkan nyeri.
lainnya dalam pemberian obat
analgetik.
5. Ciptakan suasana yang nyaman Menghindari bertambahnya rasa nyeri

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake kurang di tandai
dengan mual, muntah, porsi makan tidak habis, anoreksia, atau output yang
berlebihan akibat diare.
Tujuan: Pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.

18
Kriteria hasil :
o Pasien makan habis satu porsi.
o Rasa mual berkurang dan tidak muntah.
o BB sesuai dengan BB ideal

Intervensi :

No. Intervensi Rasional


1. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan Mengetahui penyebab pemasukan yang
kalori. kurang sehingga dapat menentukan
intervensi yang sesuai dan efektif.
2. Monitor adanya penurunan berat Kebersihan nutrisi dapat diketahui melalui
badan. peningkatan berat badan 500 gr/minggu.
3. Monitor lingkungan selama makan. Lingkungan yang nyaman dapat
menurunkan stress dan lebih kondusif
untuk makan.
4. Monitor mual dan muntah. Mual dan muntah mempengaruhi
pemenuhan nutrisi.
5. Anjurkan kepada orang tua Dapat meningkatkan asam lambung yang
klien/keluarga untuk menghindari dapat memicu mual dan muntah dan
makanan yang mengandung gas/asam, menurunkan asupan nutrisi
pedas
6. Anjurkan pasien untuk meningkatkan Protein dan vitamin C dapat memenuhi
protein dan vitamin C. kebutuhan nutrisi.
7. Anjurkan kepada orang tua Menambah selera makan dan dapat
klien/keluarga untuk memberikan menambah asupan nutrisi yang
makanan yang disukai dibutuhkan klien

8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Membantu dalam proses penyembuhan.


menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
9. Kolaborasi. Berikan antiemetik, Mengatasi mual/muntah, menurunkan
antasida sesuai indikasi asam lambung yang dapat memicu
mual/muntah
10. Anjurkan pasien tirah baring Menurunkan kebutuhan metabolic untuk
meningkatkan penurunan kalori dan

19
simpanan energy
11. Anjurkan istirahat sebelum makan Menenangkan peristaltic dan
meningkatkan energi makan

4. Gangguan eliminasi : konstsipasi b.d penurunan absorbsi dinding usus di tandai


dengan pasien tidak BAB beberapa hari.
Tujuan : Kebutuhan eliminasi pasien dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
o Pasien BAB satu kali sehari.
o Konsistensi lunak tidak keras.
o Pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam BAB.

Intervensi :

No. Intervensi Rasional


1. Kaji pola eliminasi klien Sebagai data dasar gangguan yang dialami,
memudahkan intervensi selanjutnya
2. Auskultasi bising usus Penurunan menunjukkan adanya obstruksi
statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Melancarkan BAB
pemberian diet tinggi serat tapi
rendah lemak.
4. Observasi gerakan usus, Indikator kembalinya fungsi GI,
perhatikan warna, konsistensi, mengidentifikasi ketepatan intervensi
dan jumlah feses
5. Anjurkan makan makanan lunak, Mengatasi konstipasi yang terjadi
buah-buahan yang merangsang
BAB
6. Kolaborasi dengan dokter untuk Melancarkan BAB
pemberian obat percahar.

5. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik di tandai lemah kebutuhan seharihari di


bantu.
Tujuan: Kebutuhan aktifitas terpenuhi selama perawatan.
Kriteria:
o Pasien tampak segar.

20
o Gigi tampak bersih.
Intervensi:

No. Intervensi Rasional


1. Tingkatkan tirah baring dan berikan Menyediakan energi yang digunakan untuk
lingkungan tenang dan batasi penyembuhan
pengunjung
2. Ubah posisi dengan sering, berikan Meningkatkan fungsi pernafasan dan
perawatan kulit yang baik meminimalkan tekanan pada area tertentu
untuk menurunkan resiko kerusakan
jaringan.
3. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi Tirah baring lama dapat menurunkan
kemampuan karena keterbatasan aktifitas
yang menganggu periode istirahat
4. Berikan aktifitas hiburan yang tepat Meningkatkan relaksasi dan hambatan
(nonton TV, radio) energi

5. - Bantu pasien mandi dan gosok gigi. Menghemat energy pasien


- Bantu pasien dalam BAB dan BAK
- Bantu pasien untuk makan dan
minum

6. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pemasukan yang kurang, mual,
muntah/ pengeluaran yang berlebihan, diare, panas tubuh.
Tujuan:Mempertahankan volume cairan adekuat dengan membran mukosa, turgor
kulit baik, kapiler baik, tanda vital stabil, keseimbangan dan kebutuhan urin normal
Intervensi :

No Intervensi Rasional
.
1. Awasi masukan dan keluaran Memberikan informasi tentang
perkiraan kehilangan cairan yang keseimbangan cairan dan elektrolit
tidak terlihat penyakit usus yang merupakan pedoman
untuk penggantian cairan
2. Monitor status hidrasi Perubahan status hidrasi, membran
(kelembaban membran mukosa, mukosa, turgor kulit menggambarkan
turgor kulit, nadi adekuat, berat ringannya kekurangan cairan.

21
tekanan darah ortostatik) jika
diperlukan.
3. Monitor tanda-tanda vital Perubahan tanda vital dapat
menggambarkan keadaan umum klien.
4. Monitor masukan makanan/ Memberikan pedoman untuk
cairan dan hitung intake kalori menggantikan cairan.
harian.
5. Kolaborasi dengan tim medis Pemberian cairan IV untuk memenuhi
lain untuk pemberian cairan IV. kebutuhan cairan.

7. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen


dengan kebutuhan, dispnea.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola napas efektif.

Kriteria hasil :
o Pola napas efektif,
o Tidak terdapat pernapasan cuping hidung,
o Tidak ada keluhan sesak,
o Frekuensi pernapasan dalam batas normal 24-32 x/menit

Intervensi:

No Intervensi Rasional
.
1. Kaji frekuensi, kedalaman, dan Pernapasan dangkal, cepat/dispnea sehubungan
upaya pernapasan dengan peningkatan kebutuhan oksigen
2. Kaji perubahan kesadaran Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia
dan gagal pernapasan
3. Pertahankan kepala tempat tidur Memudahkan pernapasan dengan menurunkan
tinggi. Posisi miring tekanan pada diafragma
4. Anjurkan penggunaan teknik Membantu memaksimalkan ekspansi paru
napas dalam
5. Kolaborasi dengan dokter, Perlu untuk mengatasi/mencegah hipoksia. Bila
Berikan tambahan oksigen pernapasan/oksigenasi tidak adekuat, ventilasi
sesuai indikasi mekanik sesuai kebutuhan.

22
BAB III

TINJAUAN KASUS

 Skenario 1

An. Pn laki-laki usia 11 th dirawat di rumah sakit dengan keluhan demam naik turun
terutama sore hari menjelang malam,mual,tidak nafsu makan,nyeri pada daerah
perut,kepala pusing. BAB 1x dengan konsistensi cair. Dari hasil pengkajian diperoleh
data : kesadaran CM, konjungtiva anemis,mukosa mulut agak kering, saat abdomen di
palpasi pasien tampak meringis kesakitan. BB : 33 kg, TB : 130 cm, TTV : Nadi :
88x/menit, RR 20x/menit, Suhu : 39o C, terpasang infus RL 20 tetes/menit. Hasi
laboratorium di dapatkan HB : 11,8 g/dl,Leukosit 3900/u, salmonella thypi 0+1/320,
salmonella Thypi H+1/320, Tubex TF Salmonella Thypi IgM 6.

23
 DATA FOKUS

 Data Subyektif (DS)


 Keluhan demam naik turun terutama sore hari menjelang malam
 Mual
 Tidak nafsu makan
 Nyeri pada daerah perut
 Kepala pusing
 BAB 1x dengan konsistensi cair

 Data Obyektif (DO)

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Laboratorium


 kesadaran CM,  HB : 11,8 g/dl
 konjungtiva anemis  Leukosit 3900/u
 mukosa mulut agak kering  salmonella thypi 0+1/320
 saat abdomen di palpasi pasien  salmonella Thypi H+1/320
tampak meringis kesakitan.
 BB : 33 kg, TB : 130 cm,  Tubex TF Salmonella Thypi IgM
 TTV : Nadi : 88x/menit, 6.
 RR 20x/menit
 Suhu : 39o C,
 terpasang infus RL 20 tetes/menit.

 ANALISA DATA

No Data Etiologi Diagnosa


.
1. DO:
o Suhu 39oC Peningkatan Suhu Resiko Defisit
o Mukosa mulut agak Tubuh Volume Cairan
kering
o Konjungtiva Anemis
o Terpasang infus RL

24
20x/menit
DS:
o BAB 1x dengan
konsistensi cair
o Demam naik turun
terutama sore hari
menjelang malam
2. DO:
o BB 33 Kg Intake yang tidak Resiko gangguan
o TB 130 Cm adekuat / gangguan nutrisi kurang dari
o Hb 11,8 mg/dL absorbs usus halus kebutuhan tubuh

o Leukosit 3900 u/L


o Konjungtiva
Anemis
DS:
o Mual
o Tidak nafsu makan
3. DO:
o Hb : 11,8 g/dl Penurunan suplai Intoleransi Aktivitas
o Leukosit 3900/u oksigen ke jaringan
o Konjungtiva anemis
DS:
o Pasien mengeluh
kepala pusing

25
BAB IV

HASIL DISKUSI

 Skenario 1

An. Pn laki-laki usia 11 th dirawat di rumah sakit dengan keluhan demam naik turun
terutama sore hari menjelang malam,mual,tidak nafsu makan,nyeri pada daerah
perut,kepala pusing. BAB 1x dengan konsistensi cair. Dari hasil pengkajian diperoleh
data : kesadaran CM, konjungtiva anemis,mukosa mulut agak kering, saat abdomen di
palpasi pasien tampak meringis kesakitan. BB : 33 kg, TB : 130 cm, TTV : Nadi :
88x/menit, RR 20x/menit, Suhu : 39o C, terpasang infus RL 20 tetes/menit. Hasi
laboratorium di dapatkan HB : 11,8 g/dl,Leukosit 3900/u, salmonella thypi 0+1/320,
salmonella Thypi H+1/320, Tubex TF Salmonella Thypi IgM 6.

26
 Kata tidak dimengerti

 Salmonella Thypi 0+1/320,


 Salmonella Thypi H+1/320,
 Tubex TF Salmonella Thypi IgM 6

 KATA KUNCI
 An. Pn laki-laki usia 11 th dirawat di rumah sakit dengan keluhan demam naik
turun terutama sore hari menjelang malam
 Mengeluh mual, tidak nafsu makan
 Mengeluh nyeri pada daerah perut
 Mengeluh kepala pusing.
 Saat abdomen di palpasi pasien tampak meringis kesakitan.
 TTV : Suhu : 39o C
 Terpasang infus RL 20 tetes/menit.
 Leukosit 3900/u,
 salmonella thypi 0+1/320,
 salmonella Thypi H+1/320,
 Tubex TF Salmonella Thypi IgM 6.

 DATA FOKUS

 Data Subyektif (DS)


 Keluhan demam naik turun terutama sore hari menjelang malam
 Mual
 Tidak nafsu makan
 Nyeri pada daerah perut
 Kepala pusing
 BAB 1x dengan konsistensi cair

 Data Obyektif (DO)

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Laboratorium


 kesadaran CM,

27
 konjungtiva anemis  HB : 11,8 g/dl
 mukosa mulut agak kering  Leukosit 3900/u
 saat abdomen di palpasi pasien  salmonella thypi 0+1/320
tampak meringis kesakitan.  salmonella Thypi H+1/320
 BB : 33 kg, TB : 130 cm,  Tubex TF Salmonella Thypi IgM
 TTV : Nadi : 88x/menit, 6.
 RR 20x/menit
 Suhu : 39o C,
 terpasang infus RL 20 tetes/menit.

 PERTANYAAN

1. Apa penyebab keluhan demam pada An. Pn ?

JAWAB: Penyebab keluhan demam pada An. Pn adalah invasi bakteri Salmonella
Thypi pada usus halus. Infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap di usus
halus. Melalui pembuluh limfe halus masuk kedalam peredaran darah sampai di
organ-organ terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak
dalam hati dan limpa sehingga organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada
perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan menyebar
ke seluruh tubuh terutama dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak
berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak Peyer’s Patch. Tukak tersebut akan
mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam disebabkan oleh
endotoksin sedangkan gejala pada saluran pencernaaan disebabkan oleh kelainan pada
usus.

2. Mengapa keluhan demam naik turun terutama sore hari menjelang malam ?
JAWAB: Keluhan deman naik turun dan menaik terutama sore hari menjelang malam
karena sifat bakteri Salmonella thypi ini aktif pada suhu yang rendah < 36 o C. Dan
peningkatan suhu pada kasus ini karena Salmonella Typhi melepaskan endotoksin
yang merangsang sintesis pirogen endogen yang mempengaruhi mekanisme
termoregulasi di hipotalamus.Bila hipotalamus anterior menerima informasi suhu
lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan
vasodilatasi kulit dan menambah produksi keringat penyakit ini umumnya memiliki

28
pola khusus dengan suhu yang meningkat (sangat tinggi) naik turun.Demam pada
penderita tipes mulai meninggi biasanya diatas jam 12 siang. (Keyman, 2003; Nizet,
Vinci & Lovejoy, 1994 dalam Kania, 2007).

3. Apa penyebab dan mekanisme mual pada kasus An.Pn ?


JAWAB: Bakteri Salmonela tersebut terbawa oleh darah dan terbawa ke limpa, di
limpa bakteri tersebut berakumulasi dan membuat kelenjar limfe
membesar,pembesaran kelenjar limfe ini menekan CTZ (chemoreseptor trigger zone).
CTZ yang terletak di area postrema pada dasar ujung caudal ventrikel IV diluar blood
brain barrier (sawar otak). Reseptor didaerah ini diaktivasi oleh bahan-bahan
proemetik didalam sirkulasi darah atau di cairan cerebrospinal (CSF). Eferen dari
CTZ dikirim ke CVC selanjutnya terjadi serangkaian kejadian yang dimulai melalui
vagal eferen splanchnic. CVC terletak dinukleus tractus solitarius dan disekitar
formatio retikularis medulla tepat dibawah CTZ. CTZ mengandung reseptor reseptor
untuk bermacam-macam senya neuroaktif yang dapat menyebabkan mutah.
Makanan yang terkontaminasi oleh bakteri salmonela masuk lewat saluran
pencernaan utama yaitu mulut,dari situ makanan lewat saluran pencernaan ke
lambung,di lambung terjadi pengasaman oleh HCL yang mematikan bakteri
dimakanan tersebut, tapi bakteri salmonela tersebut lolos dan berlanjut ke usus halus
dan menginfeksi mukosa usus . Penyerapan sari-sari makanan di edarkan ke seluruh
darah dari usus halus,disaat yang sama bakteri salmonela tersebut terbawa oleh darah
dan terbawa ke limfe, di limfe bakteri tersebut berakumulasi dan membuat kelenjar
limfe membesar, pembesaran kelenjar limfe ini menekan CTZ (chemoreseptor trigger
zone) dan menekan otot diafragma sehingga menimbulkan rasa mual.

4. Bagaimana mekanisme pasien tidak nafsu makan?


JAWAB: Pada kasus Typhus Abdominalis, demam yang terjadi sebagai akibat proses
inflamasi sietemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Kuman yang masuk
dalam usus halus akan melakukan invaginasi ke dalam plak payer, kemudian kuman
masuk ke dalam saluran limpatik dan sirkulasi darah dan terjadilah bakterimia.
Bakterimia tersebut mendasari timbulnya gejala seperti pusing, mual, muntah dan
tidak nafsu makan (Mutaqqin & Sari, 2011).

5. Bagaimana mekanisme nyeri perut pada kasus An. Pn ?

29
JAWAB: Makanan yang tercemar kuman Salmonella Thypii masuk ke tubuh orang
sehat melalui mulut kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman
akan dimusnahkan oleh asam lambung (HCl) dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuondotelial.
Sel-sel retikoendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk ke limpa, usus halus dan
kandung empedu. Ketika bakteri mencapai hati dan limpa, maka bakteri akan
berkembang biak dan akan menyebabkan rasa nyeri ketika diraba.Kemudian basil
masuk kembali ke dalam darah (bakteremia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama
ke dalam kelenjar limfoid usus halus menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada
mukosa di atas plak peyeri.

6. Apa penyebab selaput lidah putih pada penyakit Typhoid?


JAWAB: Lidah adalah organ otot yang berhubungan dengan fungsi deglutition dan
fungsi perasa. Ini bertindak sebagai organ mudah diakses untuk penilaian kesehatan
individu dan menunjukkan keadaan hidrasi tubuh. Dikatakan bahwa lidah adalah
cermin dari sistem pencernaan dan setiap fungsi abnormal dari lambung dan usus
akan tercermin di lidah. Pada kasus typhoid, terjadi fungsi abnormal pada usus halus
maka tercemin pada pasien dengan tanda lidah selaput putih. Lidah berselaput ini
akan mengganggu fungsi papila tengah pada lidah yang andil dalam pengecapan rasa
pahit sehingga  fungsi papila tengah lebih dominan terhadap intake cairan dan
makanan ke tubuh selanjutnya lidah akan terasa pahit.

7. Bagaimana mekanisme pusing ?


JAWAB: Didalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak,
dan bersama cairan empedu diekskresikan secara “intermitten” ke dalam lumen usus.
Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi kedalam sirkulasi
setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag
telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis kuman Salmonella terjadi
pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala
reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut,
instabilitas vaskular, gangguan mental, dan koagulasi. (ilmu penyakit dalam, jilid 3
edisi 4, aru w. Sudoyo, dkk).

30
8. Mengapapada pasien Typhoid bisa terjadi Diare? Bagaimana normalnya ?
JAWAB: Karena typus itu merupakan penyakit perut,dimana bakterinya menyerang
saluran cerna karena ketika bakteri masuk ke dalam usus sehingga terjadi peningkatan
gerakan peristaltik usus yang mengakibatkan peningkatan absorbsi air pada usus
sehingga pada saat BAB konsistensinya menjadi cair. Dalam beberapa kasus justru
terjadi konstipasi (sulit buang air besar) akan tetapi karena sifat bakteri yang
menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya
terjadi diare.
Berapa normalnya BAB dalam sehari? 1-2 kali sehari

9. Mengapa pada pasien Typhoid bisa terjadi Konstipasi?


JAWAB: Konstipasi pada demam tifoid dapat terjadi karena, di dalam plague peyeri
makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hyperplasia jaringan (S. typhii intra
makrofag menginduksi reaksi hipersensitifitas tipe lambat sehingga menyebabkan
hyperplasia jaringan dan nekrosis organ). Akibat hyperplasia jaringan di usus
menyebabkan penyempitan lumen usus yang mengganggu pergerakan makanan.
10. Mengapa konjungtiva anemis pada kasus An. Pn ?
JAWAB: Konjungtiva anemis menunjukkan malnutrisi atau intake yang tidak
adekuat,dikarenakan adanya pembengkakan hati dan limfe, otomatis menekan dinding
lambung dan menimbulkan rasa mual,oleh karena itu pasien jadi tidak nafsu makan
dan tubuh kurang nutrisi sehingga timbul konjungtiva anemis. Dan juga dikarena
pasien mengeluh mual dan tidak nafsu makan sehingga mengalami gangguan
penyerapan nutrisi yang diperlukan untuk proses metabolisme.

11. Mengapa mukosa bibir agar kering pada kasus An. Pn ?


JAWAB: Karena suhu pasien tinggi yaitu 390C. Kenaikan 10C itu sama dengan
kehilangan 12% cairan tubuh. Sehingga menyebabkan penurunan sekresi air liur di
dalam rongga mulut oleh kelenjar liur dan menimbulkan gejala seperti haus terus-
menerus.

12. Mengapa terjadi penurunan leukosit pada pasien?

31
JAWAB: Leukopenia bisa juga disebabkan oleh infeksi dari kuman atau bakteri. Limfosit
imatur / abnormal berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga
mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal
terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan
trombosit. Infeksi dari kuman ke berbagai organ menyebabkan pembersaran hati,
limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian.
Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan jumlah trombosit
mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.).
Adanya infeksi bakteri juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang dapat
menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mengganggu metabolism
yang menyebabkan sel kekurangan makanan.

13. Apakah BB dan TBsesuai dengan usia pasien? Berapa nilai normalnya dengan
usia tersebut dan bagaimana tumbang dengan usia 11 tahun?
JAWAB:

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA SEKOLAH KARAKTERISTIK FISIK


a) Perubahan porporsi

Pertumbuhan tinggi badan +5 cm pertahun, tinggi badan rata-rata 116 cm-150


cm.Penambaha berat badan + 2-4 kg pertahun denga berat ata-rata 21-40 kg.Berat
badan bertambah karena memanjangnya tulang dan terbentuknya jarigan otot. Mampu
berdiri tegak dengan gerakan lebih sempurna.

Proporsi tubuh terlihat lebih langsing dan panjang karena pertumbuhan kaki da
lengan lebih cepat dan lebih pajang daripada pertambahan panjang badan. Pajang
badan aka lebi memanang pada usia 9 tahun. Lingkar pinggang akan tampak mengecl
arena pertambahan tinggi.Fungsi tubuh lebih baik dan lebih spesifik.

Jaringan otot yang sudah terbetuk menguat tapi masih bias rusak jika overuse.
Lingkar kepala mengecil sebagai indicator kematangan. Perubahan facial :

 Gigi susu mulai tanggal,memilki 10-11 gigi permanen pada usia 8 tahun dan
kira-kira 26 gigi permane saat usia 12 tahun.
 Pertumbuhan otak tengkorak lebih melambat.
 Ugly Ducking Stage: gigi tampak terlalu besar bagi wajah.

32
Kematangan system : Gastrointestinal;

 Jarang mengalami gangguan.


 Dapat memepertahankan kadar gula denga baik.
 Kapasitas lambung meningkat. Dan terjad retensi makanan lebih lama.
Eliminasi :
 Kapsitas vesica urinaria bertambah..
 Jumlah produksi urine tergantuntg pada suhu, kelemababan, dan intake cairan.

Kardiovaskuler:

 Tumbuh paling lambat daripada organ yang lain sehingga apabila jika olah
raga terlallu berat akan mengganggu pertumbuhan. Imunitas:
 Lebih baik dalam melokalisir infeksi dan memproduksi antigen dan antibody

Muskloskeletal:

 Proses osifikasi terus terjadi tapi tidak diikuti dengan mineralisasi sehingga
tulan menjadi rapuh (peka terhadap tekanan maupun tarikan ) untuk itu postur
tubuh harus tetap dijaga : contoh tidak membawa beban terlalu berat, tdak
memakai sepatu yang terlalu kecil, dan posisi duduk harus tegak.

b) PerkembanganMotorik Kasar
 Pada usia 7-10 tahun aktifitas motorik kasar berada diabwah kendali
ketrampilan kognitif dan kesadaran secara bertahap terjadi peningkatan irama,
kehalusan dan keanggunan gerakan otot, mengalami minat dalam
penyempurnaan fisik.Kekuatan daya ingat meningkat.
 Pada usia 10-12 tahun terjadi peningkatan energy, peningaktan arah, dan
kendali dalam kemampuan fisik.

c) Perkembangan Motorik Halus


 Terjadi peningkatan ketrampilan motork halus karena meningkatnya
melinisasi system saraf.

33
 Menunjukkan perbaikan keseimbangan dan koordisani mata dan tangan.
 Dapat menulis daripada mengucapak kata-kata saat usia 8 tahun.
 Menunjukan penigkatan kemampuan motorik halus sepeti usia dewasa saat
usia 12 tahun.
 Menujukkan peningkatan kemampuan untuk mengungkapkan secara individu
dan ketrampilan khusus seperti menjahit membuat model dan bermain alat
musik.

d) Pre-Pubertas
 Tampak tanda-tanda perubahan seks sekunder
 Perbedaa anak laki-laki dan anak perempua mulai tampak.
 Mulai terjadi perubahan penyakit yang diderita seperti penyakit dewasa bukan
anak-anak.

Perubahan seks sekunder laki-laki :

 Skortum dan testis lebih besar.


 Skortum bewarna merah.
 Payudara sedikit membesar tetapi aka mengecil kembali setelah beberapa
bulan.
 Muncul rambut halus dan jarang di daerah sekitar pubis.
 Jika mengalami keterlambatan akan mengganggu konsep diri. Perubahan seks
sekunder perempuan;
 Mammae lebih lembut dan mulai membengkak.
 Panggul dan pinggul mulai membesar.
 Rambut mulai tumbuh di sekitar pubis (8-12 tahun).
 Sekresi vagina lebih kental dan terjadi perubahan dari sifat basa menjadi asam.

e) Temperamen

Temperame anak mulai berubah karena pengaruh lingkungan, pengalaman dan


motivasi dari orang sekitarnya. Untuk itu sangat diperlukan peran orang tua dan guru
untuk membentuk tmeperamen anak yang positif. Kemampuan anak dalam
beradaptasi dapat mempengaruhi temperamen anak.Klasifikasi adaptasi aak :

34
 Easy chid : stress inimal.
 Sloe to warm up children : anak membutuhkan waktu untuk beradapatasi
dengan lingkungannya, suka mencarai-cari alasan untuk menyelesaikan
tugasnya. Tipe anak ini jangan terlalu ditekan Karena adapat menimbulkan
masalah menarik diri.
 Difficult child : Tipe anak ini tidak suka dengan perubahan lingkungan yang
tiba-tiba.

f) Perkembangan Kognitif

Anak memiliki kemampuan untuk menghubung-hubungkan kejadian dan


tindaka repersentatif mental secara verbal dan symbol-simbol yang dibantu ole
kepercayaan.

Pada tahap ini Piaget menggambarkan: Concrete Operation mulai terjadi pada
anak usia 7-11 tahun:

 Anak memiliki kemampuannya berpikir terada kejadian dan tindakan.


 Anak dapat menguasai ketrampilan kognitif denga cepat dan dapat
menerapkannya pada saaat berpikir mengenai obyek situasi dan kejadian
Komponen dasar concetrate operasional : Conservation: sesuatu tidak akan
muncul dan hilang begitu saja dengan magic. Sesuatu di lingkungan kita tidak
akan berubah karena perubaha letak.komponen ini meliputi 3 konsep antara
lain :
 Identity : sesuatu tidak ditambah atau dikurangi hanya bentuknya saja yang
berubah. Contohnya ada 2 kue bolu, satu berbentuk kotak dan satu berbentuk
bulat. Disiini anak sudah memahami kedua kue itu sama-sama bolu.
 Reversibility: sesuatu dapat berubah kembali ke bentuk asalnya, kemampuan
memahami 2 dimensi pada saat yang sama dan memahami perubhaan satu
dimensi. Contohnya usia 5-6 tahun : konservasi angka. Usia 6-7 tahun
konservsai massa dan panjang. Usia 9-10 tahun : konservasi berat. Usia 9-12
tahun konservasi volume.
 Reciprocity.

Ketrampilan klasifikasi :

 Kemampuan mengelompokkan sesuatu sesuai dengan sifat.

35
 Dapat mengatur obyek sesuatu sesuai skala dimensi ukuran berat dan warna.
 Mulai dapat membagi. Ketampilan kombinasi :
 Memiliki keampuan memanipulasi angka.
 Mempelajari penjumlahan pengurangan dan pembagian.
 Belajar tentang waktu, hubungan waktu tampat dan orang.
 Belajar huruf dan memiliki keampuan membaca. Mental operation :
 Toddler dan preschool hanya dapat mengartikan dan melaksanakan perintah
tetapi tidak bias menceritakan kembali proses ecara verbal. Sedangkan anak
usia seklah sudah dapat mengartikulasi proses tersebut dan mengulang
kembali.
 Setelah melewati masa preschool anak memilki kemampuan konseptual yang
lebih luas.
 Pemikiran egosentri sudah menghilang dan mulai bisa mlihat dan menerima
suatu hal dari sudut pandang orang lain. Mereka mau menunda sessuatu
sampai sampai mengevaluasi respon lingkungan.

g) Perkembangan Bahasa
Anak usia sekolah mulai menguasi berbagai ketrampilan linguistic. Anak usia
SD mulai belajar tentang tata bahasa yang benar dan lebih kompleks sehingga mereka
bisa membenarkan jika ada-ada hal-hal yang salah. Kemmampuan kata-kata juga
dimiliki pada anak usia sekolah termasuk kata sifat, kata keterangan, kata
penghhubung, kata depan dan kata abstrak.
 Mempunyai kemampuan memakai kalimat majemuk dan gabungan.
 Metlinguistik awareness :memiliki kemmapuan untuk berpikir tentang
bahasa.dan berpendapat.
 Mulai mengerti tentang perubahan makna dan bahasa/peribahasa.

h) Perkembangan Psikoseksual (Tahap laten)

Karakteristik perkembangan berdasarkan usia : Pada usia 7 tahun :

 Minat seks menrun da kurang eksplorasi, perhatian kepada lawan jenis


meningkat dimulai dari perasaan cinta terhadapa anaklaki-laki atau sebaliknya.

Pada usia 8 tahun :

36
 Perhatian skesual meningakt, suka mengintip, menceritakan lelucon cabul,
ingnmenambah informasi seksual tentang kelahiran dan hubungan seksual da
anak perempuan mengalami peningkata perhatian tentang menstruasi Pada
usia 9 tahun
 Lebi suka berdiskusi degna teman sebaya tentang topic seksual, memisahkan
jenis kelamin dalam permainan aktifitas.

Pada usia 10 tahun :

 Minat terhaadp tubuh dan penampilan meningkat, banyak anak mulai


berkencan dan berhubunga denga lawa jenis dalam aktifitas kelompok. Pada
usia 11-13 tahun :
 Khawatir tentenag penampilannya, tekaann social agar tetap langsinga dan
menarik merupakan sumber stress.
1. Krisis perkembangan membuktikan makin banyaknya laporan tentang
masalah seksual pra emaja yang dimulai usia 10 tahun.
2. Mekanisme koping yang umum dimiliki anak : mengigit kuku,
ketergantungan ketrampilan, pemecahan permasalahan bertambah, humor,
fantasi, dan identifikasi.
3. Adanya rasa bersalah dengan konsekuensi emosi berkaitan dengan seks
play tergantung pada bagaimana pendangan orang tua tehadap perilaku
tersebut (Lavine 1992).

Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam pendidikan anak tentang aturan dan
orma dalam mempengaruhi perilkau spesifik kelamin pendidikan seksual :
 Pertanyaan anak harus segara dijawa denga jujur sesuai tingkat pemahaman
anak.
 Saat yang tepat untuk pnedidk kesehatan dan sebaikknya diberikan sesai
dengan pengalaman hidup.p masaih lebih nyaman bila antar laki-laki dan
perempuan dipisah saat bermain.
 Informasi tentang kematangan jenis kelamin sebaiknya diberikan lebih konkrit
karena sangat bermanfaat jika menstruasi tiba di dalam kelas.

37
 Keingintahuan anak tentang perbedaan laki-laki dan perempuan terjadi pada
usia ini walaupun anak teta Peran perawat dalam pendidikan seskual :
 Mengkaji pengetahuan orang tua tentang seksualitas.
 Memberikan informasi kepada keluarga dan anak sebagai orang yang salah
mengerti tentang seksualitas, termasuk kebiasaan dan konsep yang salah
mengenai seks dan proses reproduksi.
 Menginformasikan perilaku seks normal dan keingintahuan anak tentang seks
sebagai bagian dari informasi perkembangan.
 Mengirim informasi tentang perilaku seks yang abnormal dan cara
mengatasinya.

i) Perkembangan Sosial
Anak merasa nyaman bila bersama orang tua dan keluarga, meras lebih
percaya diri, emosi berkurang dan lebih dapat melihat segala sesuatu secara realistik.
Energinya banyak digunakan untuk mengeksplorais lingkungan dan keluarganya
untuk meningkatkan hubungan interpersonal, untuk meningkatkan pemahamannya
dan memuaskan keingintahuan tentang dunia. Pengaruh teman sebaya dapat
mendorong mereka untuk lebih mandiri. Dorongan dari peer group memberikan rasa
man pada mereka untuk mendukung perkembangan mandirinya. Perbedaan jenis
kelamin, kemaskulinan dan kefemininan mulai berperan dalam hubungan sosial. Anak
laki-laki bermain dngan anak laki-laki . Anak perembpuan bermain dengan anak
perempuan. Pada akhir usia sekolah perbedaan itu semakin nyata.Hubungan sosial
dan bekerja sama.

j) Perkembangan Psikososial (Industri vs Inisiatif )

Middle childhood merupakan periode laten dimana merupakan masa tenang


antara fase oedipal dengan fae erotism pada ermaja. Sense of insutry dapat berkemang
bila didukaung motivasi dari dalam dan luar. Instrinsik :

 Berhubungan dnegna peningkatan kemampuan anak dalam menguassai


ketrampilan-ketrampilan baru dan dapat menerima tanggung jawab baru. Anak
akan merasa puas bila mengeksplorasi dan memanipulasi lingkungan dan
teman-temnnya. Ekstrinsik :

38
 reinforcement positif, nilai bagus, hadiah\-hadiah dan stimulus-stimulus. Peran
orang tua seharusnya :
 Tidak terlalu emnuntut terlalu banyak kepada anak .
 Memahami kegagalan anak.
 Jangan membanding-bandingkan anak satu dengna nak yang lain. Anak mulai
dapat bekerja sanma dengan orang lain. Anak mulai menyukai pencpaian yang
nyata. Jika anak dapat mengetahui tugas-tuganya dan mampu menyelesaikan
dengna baik sesuai kemampuan berarti anak tersebut sudah memiliki sense of
industry dan accomplishment.
k) Perkembangan Moral (Tahap Konvensional)
 Anak mengalami perubahan dari egosentris ke pola berpikir logis.
 Mulai mengalami perkembangan nurani dan standar moral.
 Pengertian moralitas anak ditentukan oleh aturan-aturan dn tat tertib dari luar.
 Anak usia ini bernggapan bahwa standar perilaku dari peraturan.Peraturan
dianggap sebagai suatu yang pasti, yang membatasi keadaan dan tidak
memerlukan alasa penjelasan.
 Hubungan dan kontak sosial anak dengan figure otoritas mempengaruhi
pengertian benar salah.

Jadi kesimpulannya pada An.Pn dengan usia 11 tahun ( usia sekolah ) dengan
berat badan 33 kg dan tinggi 130 Cm di nyatakan dia masih dalam batas normal
karena Pertumbuhan tinggi badan +5 cm pertahun, tinggi badan rata-rata 116 Cm-150
cm.Penambahan berat badan + 2-4 kg pertahun denga berat rata-rata 21-40 kg.

14. Jelaskan hasil pemeriksaan lab An. Pn !


JAWAB:
 Hb (Hemoglobin) adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan
bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada
darah ditentukan oleh  kadar Hemoglobin.
Nilai normal Hb:
- Perempuan: 12-16 gr/dl.
- Laki-laki: 14-18 gr/dl.
- Anak: 10-16 gr/dl.
- Bayi baru lahir: 12-24 gr/dl.

39
 Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik
yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi
sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Nilai normal leukosit:
- Dewasa: 4000-10.000/mm3.
- Bayi/anak: 9000-12.000/mm3.
- Bayi baru lahir: 9000-30.000/mm3.

 Salmonella tergolong ke dalam genus basil Gram-negatif. Mikroba ini bersifat


parasit dan patogenik bagi banyak hewan dan manusia. Sebagian spesies
misalnya, S. Typhi dan S. Paratyphi, bersifat spesifik pejamu sehingga hanya
menginfeksi manusia, dan menyebabkan demam enterik (mencakup tifoid dan
paratifoid). Yang lain misalnya, S. Typhimurium dapat menginfeksi beragam
spesies pejamu, biasanya melalui makanan yang tercemar. S. Enteritidis
adalah bakteri motil yang tersebar luas pada hewan peliharaan terutama ayam,
dan hewan liar (misalnya: pengerat) serta sporadik pada manusia sebagai
penyebab keracunan makanan. Masalah makanan (keracunan makanan),
saluran cerna (gastroenteritis). (ensiklopedia keperawatan).
Kuman ini mempunyai 4 macam antigen:
- Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh
kuman. Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini
tahan terhadap pemanasan 100°C selama 2–5 jam, alkohol dan asam
yang encer.
- Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau
fili S. typhi dan berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen
H phase-1 tunggal yang juga dimiliki beberapa Salmonella lain.
Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu 60°C dan pada
pemberian alkohol atau asam.
- Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. typhi (kapsul) yang melindungi
kuman dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak
bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60°C, dengan pemberian asam
dan fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.

40
- Antigen Outer Membrane Protein (OMP) S typhi merupakan bagian
dinding sel yang terletak di luar membran sitoplasma dan lapisan
peptidoglikan yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya.
OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan protein nonporin.
Porin merupakan komponen utama OMP, terdiri atas protein OMP C,
OMP D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang berfungsi
untuk difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap
proteolisis dan denaturasi pada suhu 85–100°C. Protein nonporin
terdiri atas protein OMP A, protein a dan lipoprotein, bersifat sensitif
terhadap protease, tetapi fungsinya masih belum diketahui dengan
jelas. Beberapa peneliti menemukan antigen OMP S typhi yang sangat
spesifik yaitu antigen protein 50 kDa/52 kDa.

 Paratifoid disebabkan oleh bakteri S. Paratyphi A dan B, yang biasanya


berasal dari hewan. Penularan penyakit ini adalah melalui rute feses-oral dan
manusia yang dapat terinfeksi oleh kontak langsung dengan hewan misalnya
unggas, atau secara tidak langsung melalui makanan, air, atau susu yang
tercemar. Paratifoid cenderung berlangsung lebih ringan dan lebih singkat
daripada demam tifoid. (ensiklopedia keperawatan).

Penilaian
- Titer widal biasanya angka kelipatan: 1/32, 1/64, 1/160, 1/320, 1/640.
- Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu): dinyatakan (+).
- Titer 1/160: masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada
kenaikan titer. Jika ada, maka dinyatakan (+).
- Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan
(+) pada pasien dengan gejala klinis khas.

Laboratorium:
1. Leukopenia, anesonofilia.
2. Kultur empedu (+): darah pada minggu I (pada minggu II mungkin
sudah negatif), feses minggu II, air kemih minggu III.
3. Reaksi widal (+): titer >1/200. Biasanya baru positif pada minggu II,
pada stadium rekonvalescen titer makin tinggi.

41
4. Identifikasi antigen: Elisa, PCR. IgM S typhi dengan Tubex TF cukup
akurat.
5. Identifikasi antibodi: elisa, typhi dot dan typhi dot M.

 Tubex TF Salmonella Thypi IgM 6: untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen


lipopolisakarida O9 yang sangat spesifik terhadap bakteri salmonella typhi. Metode
pemeriksaan yang digunakan adalah Inhibition Magnetic Binding Immunoassay
(IMBI). Antibodi IgM terhadap
antigen 09 dideteksi melaluikemampuannyauntukmenghambatinteraksi antara kedu
a tipe partikelreagenyaituindikatormikrosferlateksyangdisensitisasi dengan antibodi
monoklonal anti 09 (reagen berwarna biru)danmikrosfer magnetik yang
disensitisasidenganSalmonella typhi (reagenberwarnacoklat).Setelah
sedimentasi partikeldengan kekuatan magnetik,konsentrasi partikel
indikatoryang tersisa dalam cairan menunjukkan daya inhibisi.Tingkat
inhibisiyangdihasilkanadalah setara dengan konsentrasi antibodi IgM
Salmonellatyphi dalamsampel.Hasil dibaca secara visual dengan membandingkan
warna akhir reaksi terhadap skala warna.
- IgG adalah antibodi yang didapat dari infeksi yang terjadi lampau sedangkan
IgM adalah antibodi yang muncul saat adanya infeksi baru.

Interpretasi Hasil:
- Skala: < 2-3, interpretasi: Negatif, keterangan:
Tidak menunjukkan infeksi Demam Tifoid Pengukuran tidak dapat
disimpulkan. Lakukanpengambilan darah ulang 3-5 hari kemudian.
- Skala: 4- 5, interpretasi: Positif, keterangan: Indikasi infeksi Demam Tifoid.
- Skala: > 6, interpretasi: Positif, keterangan: Indikasi kuat infeksiDemamTifoid.

15. Jelaskan tentang bakteri Salmonella Thypi !


JAWAB:Salmonella typhi sama dengan Salmonella yang lain adalah bakteri Gram-
negatif, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, bergerak
dengan rambut getar bersifat anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri
dari oligosakarida, flagelar antigen (H) yan terdiri dari protein dan envelope antigen
(K) yang terdiri dari polisakarida. Mempunyai makromolekular lipopolisakarida
kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin.

42
Salmonella Typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan
resistensi terhadap multiple antibiotik.
Salmonella Typhi dapat hidup didalam tubuh manusia (manusia sebagai natural
reservoir). Manusia yang terinfeksi Salmonella Typhi dapat mengekskresikannya
melalui sekret saluran nafas, urin dan feses dalam jangka waktu yang sangat
bervariasi. Salmonella Typhi yang berada diluar tubuh manusia dapat hidup untuk
beberapa minggu apabila berada didalam air, es, debu atau kotorayang kering maupun
pada pakaian. Akan tetapi Salmonella Typhi hanya dapat hidup kurang dari 1 minggu
dan mudah dimatikan dengan klorinasi dan pasteurisasi (temp. 63oC).
Terjadinya penularan Salmonella Typhi sebagian besar melalui minuman/makanan
yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau pembawa kuman,
biasanya keluar bersama-sama dengan feses (melalui jalur oro fekal).Dapat juga
terjadi transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada dalam bakteremia
kepada bayinya. Pernah dilaporkan pula transmisi oro fekal dari seorang ibu pembawa
kuman pada saat proses kelahirannya kepada bayinya dan sumber kuman berasal dari
laboratorium penelitian.

 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh ditandai
oleh:
o Suhu 39oC
o Mukosa mulut agak kering
o Konjungtiva Anemis
o Terpasang infus RL 20x/menit
o BAB 1x dengan konsistensi cair
o Demam naik turun terutama sore hari menjelang malam

Tujuan: Mempertahankan volume cairan adekuat dengan membran mukosa.

Intervensi :

No. Intervensi Rasional


1. Monitor status hidrasi Perubahan status hidrasi, membran
(kelembaban membran mukosa, mukosa, turgor kulit menggambarkan

43
turgor kulit, nadi adekuat, berat ringannya kekurangan cairan.
tekanan darah ortostatik) jika
diperlukan.
2. Monitor tanda-tanda vital Perubahan tanda vital dapat
menggambarkan keadaan umum klien.
3. Monitor masukan makanan/ Memberikan pedoman untuk
cairan dan hitung intake kalori menggantikan cairan.
harian.
4. Monitor suhu tubuh minimal Mengetahui perubahan suhu, suhu 38,9 -
tiap 2 jam. 41,1C menunjukkan proses inflamasi.
5. Jelaskan upaya untuk mengatasi Membantu mengurangi demam.
hipertermi dan bantu klien/
keluarga dalam melaksanakan
upaya tersebut, seperti:
- Memberikan kompres
dingin pada daerah
frontal, lipat paha dan
aksila.
- Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh.
- Tingkatkan intake cairan
dengan perbanyak
minum.
6. Monitor penurunan tingkat Menentukan intervensi selanjutnya untuk
kesadaran. mencegah komplikasi lebih lanjut.
7. Anjurkan keluarga untuk Untuk mempercepat proses
membatasi aktivitas klien. penyembuhan.
8. Kolaborasi dengan tim medis
lain: - Obat antiperitik untuk
- Pemberian obat menurunkan panas dan antibiotik
antipiretik dan mengobati infeksi basil
antibiotik. Salmonella typhi.
- Pemberian cairan IV.

44
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganintake
yang tidak adekuatdi tandai oleh:
o BB 33 Kg
o TB 130 Cm
o Hb 11,8 mg/dL
o Leukosit 3900 u/L
o Konjungtiva Anemis
o Mual
o Tidak nafsu makan
Tujuan: Pemenuhan kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
o Hb normal (12-13 mg/dL)
o Leukosit normal (5000-10.000) u/L
o Konjungtiva tidak Anemis
o Tidak terasa mual
o Nafsu makan meningkat

Intervensi :

No Intervensi Rasional
.
1. Monitor jumlah nutrisi dan Mengetahui penyebab pemasukan
kandungan kalori. yang kurang sehingga dapat
menentukan intervensi yang sesuai
dan efektif.
2. Monitor adanya penurunan berat Kebersihan nutrisi dapat diketahui
badan. melalui peningkatan berat badan 500
gr/minggu.
3. Monitor lingkungan selama Lingkungan yang nyaman dapat
makan. menurunkan stress dan lebih kondusif
untuk makan.
4. Monitor mual Mual mempengaruhi pemenuhan
nutrisi.
5. Anjurkan kepada orang tua Dapat meningkatkan asam lambung
klien/keluarga untuk menghindari yang dapat memicu mual dan muntah

45
makanan yang mengandung dan menurunkan asupan nutrisi
gas/asam, pedas
6. Anjurkan pasien untuk Protein dan vitamin C dapat
meningkatkan protein dan vitamin memenuhi kebutuhan nutrisi.
C.
7. Anjurkan kepada orang tua Menambah selera makan dan dapat
klien/keluarga untuk memberikan menambah asupan nutrisi yang
makanan yang disukai dibutuhkan klien

8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Membantu dalam proses


menentukan jumlah kalori dan penyembuhan.
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
9. Kolaborasi. Berikan antiemetik, Mengatasi mual/muntah, menurunkan
antasida sesuai indikasi asam lambung yang dapat memicu
mual/muntah
10. Anjurkan pasien tirah baring Menurunkan kebutuhan metabolic
untuk meningkatkan penurunan kalori
dan simpanan energy
11. Anjurkan istirahat sebelum makan Menenangkan peristaltic dan
meningkatkan energi makan

3. Intoleransi aktifitas berhubungan denganpenurunan suplai oksigen ke jaringan di


tandai oleh:
o Hb : 11,8 g/Cl
o Leukosit 3900/u
o Konjungtiva anemis
o Pasien mengeluh kepala pusing
Tujuan: Kebutuhan aktifitas terpenuhi selama perawatan.
Kriteria:
o Hb normal (12-13 mg/dL)
o Leukosit normal (5000-10.000 u/L)
o Konjungtiva tidak anemis
o Pasien tidak mengeluh kepala pusing

Intervensi:

46
No Intervensi Rasional
.
1. Tingkatkan tirah baring dan Menyediakan energi yang digunakan
berikan lingkungan tenang dan untuk penyembuhan
batasi pengunjung
2. Ubah posisi dengan sering, Meningkatkan fungsi pernafasan dan
berikan perawatan kulit yang baik meminimalkan tekanan pada area
tertentu untuk menurunkan resiko
kerusakan jaringan.
3. Tingkatkan aktifitas sesuai Tirah baring lama dapat menurunkan
toleransi kemampuan karena keterbatasan
aktifitas yang menganggu periode
istirahat
4. Berikan aktifitas hiburan yang Meningkatkan relaksasi dan hambatan
tepat (nonton TV, radio) energi

5. - Bantu pasien mandi dan gosok Menghemat energy pasien


gigi.
- Bantu pasien dalam BAB dan
BAK
- Bantu pasien untuk makan dan
minum

47
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan
oleh Salmonella thypi. Penyebab demam tifoid ini sendiri adalah kuman salmonella thypi.
Kuman ini dapat hidup dalam suhu tubuh manusia bahkan dalam suhu rendah sekalipun
karena kuman ini hanya bisa mati dalam suhu 70 °C. Infeksi pada demam tifoid ini terjadi di
dalam saluran pencernaan. Kuman yang diserap oleh usus halus masuk ke pembuluh darah
dan berkembangbiak dan terjadi bakterimia.

Penularan penyakit ini dapat melalui face-oral atau montak langsung dengan
penderita. Kebanyakan juga dapat melalui hygene nya yang kurang baik sehingga tidak
memperhatikan kebersihan makanan yang dikonsumsi. Bakteri ini masuk ke saluran
pencernaan bersama makanan yang kita makan, kemudian bakteri berhasil melewati lambung
menuju ke usus halus serta masuk ke peredaran darah melalui pembuluh limfe.

48
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. (2009). Patofisiologi. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil kesehatan indonesia tahun 2008. Jakarta: Depkes

RI

Mansjoer, Arif. (2009). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Nainggolan, R. (2011). Karakteristik penderita demam tifoid. Medan: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Nanda. (2011). Diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC

Pearce, E.C. (2009). Anatomi dan fisiologi untuk paramedic. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Umum

Ramali, A. (2005). Kamus kedokteran. Jakarta: Djambatan

Simanjuntak, C. H. (2009). Demam tifoid, epidemiologi dan perkembangan penelitian.

Cermin Dunia Kedokteran No. 83

Smeltzer & Bare. (2002). Keperawatan medikal bedah II. Jakarta: EGC

Soegijianto, S. (2002). Ilmu penyakit anak. Jakarta: Salemba Medika

Soeparman. (2007). Ilmu penyakit dalam edisi I, jilid II. Jakarta: Balai Pustaka FKUI

Sudoyo, A.W., & B. Setiyohadi. (2006). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid III edisi IV.

49
Jakarta: Penerbit FK-UI

Widodo, D. (2007). Buku ajar keperawatan dalam. Jakarta: FKUI

50

Anda mungkin juga menyukai