Anda di halaman 1dari 8

No: 64/ Tahun XXXII Juni 2020

ISSN 0251-5168

PUSAT PENELITIAN LIMNOLOGI-LIPI


Warta Limnologi – No. 64/Tahun XXXII Juni 2020
1
DAFTAR ISI

WL
Warta Limnologi – No. 64/Tahun XXXII Juni 2020

Artikel Utama: Mengungkap Potensi


Sumberdaya Sidat Kaca (Glass Eel)
di Muara-Muara Sungai di Selatan
Jawa Barat (Triyanto, Ridwan
Dewan Redaksi: Affandi, Mohammad Mukhlis Kamal
dan Gadis Sri Haryani) ………….. 1
(Surat Keputusan Deputi IPK LIPI
No. 33 /E/DK/2018)
Peran Kearifan Lokal dalam
Pengelolaan dan Konservasi
Hadiid Agita Rustini
Sumberdaya Ikan Arwana Super Red
M. Suhaemi Syawal di Danau Merebung, Kalimantan
Riky Kurniawan Barat (Siti Aisyah) ……………….. 7
Yovita Lambang Isti
Mengenal Sistem Kekebalan Tubuh
Alamat Redaksi: Biota Akuatik: Studi Kasus Pada Ikan
Puslit Limnologi-LIPI Teleostei (Dwi Febrianti) ………... 11
Cibinong Science Center
Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Pengaruh Kebakaran Hutan Pada
Cibinong 16911-Bogor
Komunitas Makrozoobentos (Jojok
Jawa Barat-Indonesia
Telp. 021-8757071/ Fax. 021-8757076 Sudarso) ………………………... 19
E-mail: warta@limnologi.lipi.go.id
Monitoring Keberadaan Mikroplastik
Penerbit: di Lingkungan Akuatik (Nurul
Puslit Limnologi-LIPI Setiadewi) ……………………… 24

Pengaruh Pandemi Covid-19


WARTA LIMNOLOGI : Warta Limnologi, ISSN Terhadap Kebutuhan Air Bersih dan
0251-5168, terbit 6 (enam) bulan sekali, Kualitas Air Permukaan (Dini Daruati)
memuat makalah yang bersifat ilmiah semi
Keterangan Gambar/Cover:
populer, ulasan atau komentar, ringkasan hasil ………………………………….. 31
penelitian
Gambarmutakhir,
cover : D.informasi
Sentarum tentang
(M. S.
penelitian, buku, majalah, seminar, pelatihan,
Syawal)
yang telah/akan dilakukan baik didalam
Ujicoba Sistem Lahan Basah
Sub. Gambar
lingkungan P2L maupun Cover: Triyanto,
diluar P2L, nasionalSiti Terapung (Floating Treatment
danAisyah,
internasional.
Dwi Febrianti. Dini Daruati Wetland’s): Situ Cibuntu (Riky
Disain/: Makalah
MAKALAH Layout diketik
: M. S.dengan
SyawalMicrosoft Kurniawan dan Cynthia Henny) .. 35
Word, Times News Roman, Fonts 12, ukuran
kertas A4, tepi kiri dan atas 4 cm, kanan dan
bawah 3 cm, dengan jarak 1 spasi, dalam
Fungsi dan Posisi Strategis APCE –
bahasa Indonesia sesuai dengan EYD. Untuk UNESCO sebagai Pusat Kategori II
makalah ilmiah semi populer, minimum 1,5 UNESCO (Ignasius D.A. Sutapa) ... 39
halaman dan maksimum 3 halaman. Untuk
ringkasan maksimum 1,5 halaman.
Sekilas Warta …………..……....... 45
MENGUNGKAP POTENSI SUMBERDAYA
SIDAT KACA (GLASS EEL) DI MUARA-MUARA SUNGAI
DI SELATAN JAWA BARAT

Triyanto1, Ridwan Affandi2, Mohammad Mukhlis Kamal2 dan


Gadis Sri Haryani1
1Pusat Penelitian Limnologi-LIPI; 2Departemen MSP, FPIK-IPB

triyanto@limnologi.lipi.go.id

S
idat kaca (glass eel) merupakan sebutan dari benih sidat (Anguilla spp).
Sesuai dengan namanya, sidat kaca memiliki warna tubuh yang transparan
seperti kaca. Bentuk tubuhnya memanjang dengan panjang total tubuhnya
50-70 mm. Sidat kaca merupakan stadium akhir dari larva sidat. Menurut
Tesch (1977) dan Mochioka (2003) larva sidat hidup di laut. Bentuknya
seperti daun lebar, tembus cahaya, dan dikenal dengan sebutan
leptocephalus. Larva ini hidup terapung di perairan laut. Leptocephalus hidup sebagai
plankton terbawa arus laut mendekati daerah pantai (Bru et al. 2009). Leptocephalus
mengalami metamorfosis berubah menjadi sidat kaca. Sidat kaca banyak ditemukan di
pantai atau muara sungai. Sidat kaca akan bermigrasi ke perairan tawar melalui aliran-
aliran sungai untuk tumbuh dan berkembang menjadi sidat dewasa. Sidat dewasa
selanjutnya akan kembali bermigrasi ke perairan laut untuk melakukan proses reproduksi.
Menurut Tesch (1977) migrasi pada sidat ini merupakan sifat dari ikan katadromous, yaitu
ikan yang bermigrasi ke perairan laut untuk memijah. Secara keseluruhan siklus hidup
sidat terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase di perairan lautan, fase di estuari, dan fase di
perairan tawar (Gambar 1).

Gambar 1. Sidat kaca: glass eel (Gambar a.) dan siklus hidup sidat sebagai ikan
katadromous (Gambar b.)

Warta Limnologi – No. 64/Tahun XXXII Juni 2020


1
Wilayah distribusi sidat di Indonesia meliputi pantai selatan Pulau Jawa, pantai timur
Pulau Kalimantan, pantai barat Pulau Sumatera, seluruh pantai Pulau Sulawesi, Kepulauan
Maluku, Bali, NTT, NTB sampai pantai utara Papua. Lokasi penangkapan sidat kaca yang
sudah diketahui dalam jumlah besar adalah di muara Sungai Cimandiri (Jawa Barat) dan
muara Sungai Poso (Sulawesi Tengah). Sidat kaca di muara Sungai Cimandiri didominasi
jenis Anguilla bicolor bicolor, sedangkan dari muara Sungai Poso didominasi jenis Anguilla
marmorata. Potensi sidat kaca di muara Sungai Cimandiri mencapai 4,6 ton (Triyanto et al.
2020). Potensi sidat kaca di muara Sungai Poso mencapai 50.000.000 glass eel atau
sekitar 8,3 ton (Watupongoh dan Krismono, 2015). Harga sidat kaca di lokasi
penangkapan muara Sungai Cimandiri berkisar antara Rp. 1.000.000-Rp.2.000.000/kg
(Triyanto, 2020) sedangkan di lokasi penangkapan muara Sungai Poso harganya sekitar
Rp. 200.000-Rp.300.000/kg (Muryanto dan Sumarno, 2016; Mahi, 2019).

Gambar 2. Penangkapan sidat kaca dengan alat tangkap “sirib” di muara Sungai
Cimandiri (Gambar a.). Penangkapan sidat kaca dengan alat tangkap “gorong-gorong”
di muara Sungai Poso, (Gambar b.)

Muara-muara sungai di pesisir selatan Jawa Barat merupakan lokasi distribusi sidat
termasuk sidat kaca. Informasi tentang sumberdaya sidat kaca di wilayah selatan Jawa
Barat belum banyak dikaji. Beberapa penelitian sidat kaca telah dilakukan di selatan
Jawa Barat, namun masih terbatas pada kajian aspek biologi dan ekologinya, seperti
penelitian komposisi jenis, ukuran pajang dan berat, dan kondisi habitat. Haryono et al.
(2010) serta Haryono dan Wahyudewantoro (2016) melaporkan adanya sidat kaca di
beberapa sungai yang ditelitinya, yaitu tujuh sungai di Provinsi Jawa Barat dan lima
sungai di Provinsi Banten (Tabel 1). Kelimpahan sidat kaca yang terdapat di sungai-sungai
tersebut bervariasi. Variasi kelimpahan sidat kaca dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti populasi sidat dewasa yang bermigrasi ke perairan laut, keberhasilan
migrasi sidat kaca ke perairan tawar, dan faktor lingkungan seperti arus laut, pasang
surut, debit sungai, morfologi muara (lebar muara), kedalaman dan tipe substrat
perairannya.
Menurut data Balai Pusat Data dan Informasi Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
(BPDISDA, 2017) terdapat kurang lebih 152 sungai di wilayah selatan Jawa Barat yang
terbagi dalam tiga daerah aliran sungai (DAS) yaitu: DAS Citanduy (2715,48 km2), DAS
Ciwulan-Cilaki (5387,66 km2), dan DAS Cisadea-Cibareno (6697,13 km2). Peta sebaran
beberapa sungai yang sudah diketahui sebagai daerah migrasi sidat kaca dapat dilihat
pada Gambar 3. Hasil pendataan tangkapan sidat kaca dari beberapa sungai di
wilayah selatan Jawa Barat pada Tahun 2018 sebanyak 12,75-593,53 kg, dengan total
Warta Limnologi – No. 64/Tahun XXXII Juni 2020
2
hasil tangkapan mencapai 1287 kg (Gambar 4). Menurut laporan Dinas Perikanan
Kabupaten Sukabumi hasil tangkapan benih sidat pada Tahun 2014 mencapai 1,952 ton
(Honda et al. 2016). Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa muara-muara
sungai di selatan Jawa Barat dan Banten merupakan lokasi masuknya sidat kaca. Daerah
aliran sungai yang luas merupakan perairan tawar yang potensial sebagai habitat sidat
untuk tumbuh dan berkembang.

Tabel 1. Data hasil tangkapan glass eel dari beberapa muara sungai di wilayah selatan
Jawa Barat.
Lokasi Penangkapan Kelimpahan Panjang Sungai Luas DAS
Glass eel (ekor/malam/trip) (km)* (km2)*
Cibuniangeun (Banten) b 118-601 308 325,32
Ciliman (Banten) b 0 25 550
Bungur (Banten) b 24 10 536
Bayah (Banten) b 24-244 30 505
Cibareno (Banten) ada 73,89 87,41
Cimandiri (Sukabumi) a 97-467 195,90 1821
Cimaja (Sukabumi) 2 6,91 8,41
Cikaso (Sukabumi) b 527 59,40 865,60
Cibuni (Sukabumi) b 191-295 188,80 1415
Cipalebeuh (Garut) b 0 54,82 126,90
Cipasarangan (Garut) b 3 55,38 52,90
Gunung Sula (Garut) b 2 10,48 41,77
Data tangkapan glas eel: aHaryono et al. (2010); bHaryono dan Wahyudewantoro (2016)
*BPDISDA (2017); www.psda.jabarprov.go.id; www.dsdap.bantenprov.go.id; www.garutkab.bps.go.id

Gambar 3. Beberapa sungai di Selatan Jawa Barat sebagai daerah distribusi sidat kaca
(Peta: Google Earth, 2020).

Sidat kaca dimanfaatkan sebagai sumber benih dalam budidaya sidat. Saat ini
budidaya sidat masih mengandalkan sumber benih dari hasil tangkapan alam. Hal ini
dikarenakan belum berhasilnya reproduksi sidat untuk menghasilkan benih sidat dalam
skala besar. Kebutuhan sidat kaca meningkat seiring dengan penguasaan teknologi
budidaya ikan sidat yang berkembang di masyarakat serta permintaan terhadap
Warta Limnologi – No. 64/Tahun XXXII Juni 2020
3
komoditas ikan sidat di dunia yang tinggi. Indonesia memiliki potensi dalam
pengembangan budidaya sidat. Hal ini didukung dengan ketersediaan sidat kaca sebagai
benih dalam budidaya, ketersediaan lahan budidaya yang luas dan memenuhi syarat,
dan bahan baku pakan yang tersedia dalam jumlah besar, serta didukung oleh kondisi
iklim yang sesuai. Kebutuhan sidat kaca untuk kebutuhan budidaya di Indonesia belum
diketahui pasti. Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan Abah Ce Engkan, salah satu
pengumpul utama sidat kaca di Cimandiri, kebutuhan sidat kaca untuk keperluan budidaya
di Pulau Jawa mencapai 2500-3000 kg/tahun. Abah Ce Engkan memasok kebutuhan sidat
kaca untuk perusahaan budidaya sidat di daerah Sukabumi, Karawang, Bogor, Bandung,
Yogyakarta, Cirebon, dan Banyuwangi.

Gambar 4. Hasil tangkapan sidat kaca (kg) di beberapa sungai di selatan Jawa Barat
pada tahun 2018 (Triyanto, 2020).

Beberapa hasil penelitian telah menyebutkan terjadinya penurunan hasil tangkapan


sidat kaca, baik yang terjadi di muara Sungai Cimandiri (Triyanto et al. 2020) maupun di
muara Sungai Poso (Watupongoh dan Krismono, 2015; Muryanto dan Sumarno, 2016).
Penurunan hasil tangkapan sidat kaca juga terjadi dengan sidat Eropa (Anguilla anguilla),
sidat Amerika (Anguilla rostrata) dan sidat Jepang (Anguilla japonica). Penurunan hasil
tangkapan sidat kaca dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu: penangkapan yang
berlebihan, pencemaran, kerusakan habitat dan penurunan kualitas dan kuantitas habitat
air tawar, estuari/pesisir, serta terganggunya jalur ruaya sidat.
Pemanfaatan benih sidat untuk keperluan ekspor sudah dilarang sejak
dikeluarkannya SK Mentan No. 179/Kpts/Um/3/1982. Pelarangan ekspor benih sidat
selanjutnya diatur dengan Permen KP. No. 19/Men/2012. Ekspor sidat dilarang pada
ukuran berat kurang dari atau sama dengan 150 gram. Hal ini dimaksudkan agar sidat
kaca sebagai sumber benih budidaya sidat harus dipelihara dulu sampai ukuran tertentu
untuk memberi nilai tambah kepada nelayan sebelum diekspor. Hal ini dapat mendorong
pemanfaatan benih sidat yang lebih besar untuk keperluan budidaya di tingkat lokal dan
nasional, mengingat permintaan yang besar terhadap komoditas sidat di pasaran dunia.
Kelestarian sidat kaca sangat penting dilakukan untuk menjamin keberlangsungan
produksi budidaya sidat. Ketersediaan sidat kaca sebagai sumber benih harus dijaga
kelestariannya. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guna menjaga kelestarian

Warta Limnologi – No. 64/Tahun XXXII Juni 2020


4
sumberdaya sidat kaca adalah dengan pembatasan penangkapan, menjaga kondisi
habitat sidat kaca dan jalur migrasi sidat, meningkatkan rekrutmen alami dan perbaikan
atau restorasi habitat, penetapan adanya suaka perikanan khusus bagi sidat, melakukan
restocking (penebaran kembali) benih sidat atau sidat dewasa untuk menjaga populasi
sidat di alam. Upaya-upaya tersebut cukup efektif untuk menjaga populasi sidat di alam,
seperti yang dilaporkan oleh Aprahamian dan Walker (2008) penebaran glass eel di
sistem Sungai England dan Wales dapat meningkatkan produksi ikan sidat. Menurut
Feunteun (2002), restocking merupakan salah satu upaya program pengelolaan dan
restorasi populasi ikan sidat di Eropa, upaya lainnya yang dapat dilakukan adalah
meningkatkan rekrutmen alami dan perbaikan atau restorasi habitat.
Upaya pengelolaan sumberdaya sidat di muara Sungai Cimandiri sudah mulai
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sukabumi dengan terbitnya peraturan Bupati
Kabupaten Sukabumi No. 25 tahun 2018 tentang pengelolaan sumberdaya sidat. Upaya
pemulihan populasi sidat juga telah dilakukan dengan melakukan program pelepasan
liaran sidat (restocking) yang dilakukan oleh perusahan budidaya sidat dan pemerintah
daerah (Gambar 5). Sejak tahun 2014-2016 telah dilepasliarkan benih sidat ukuran berat
5-10 g sebanyak 85.600 ekor ke Sungai Cimandiri dan anak-anak sungai di sekitar lokasi
oleh PT.IROHA-Banyuwangi. Pada tahun 2017, PT. Labas-Bogor melepasliarkan sidat
dewasa sebanyak 200 kg dengan ukuran berat 1-2 kg/ekor. Kedua perusahaan tersebut
mendapatkan sebagian besar benih sidatnya dari muara Sungai Cimandiri. Program
restocking ini perlu dimasukan dalam aturan pengelolaan yang diterapkan dalam proses
perijinan kegiatan budidaya. Perusahaan budidaya memiliki kewajiban untuk menyisihkan
sebagian hasil budidayanya untuk dikembalikan ke perairan tempat benih ikan sidat
diperoleh. Dengan upaya ini diharapkan sumberdaya sidat di selatan Jawa Barat dapat
dijaga kelestariannya.

Gambar 5. Restocking (pelepasan liaran) sidat di Sungai Cimandiri Jawa Barat sebagai
upaya menjaga kelestarian sumberdaya sidat.

Warta Limnologi – No. 64/Tahun XXXII Juni 2020


5
Daftar Pustaka

Aprahamian M, A. Walker. 2008. Status of Eel Fisheries, Stoks and Their Management in
England and Wales. Knowl. Managt. Aquatic Ecosyst., 07:390-391.
[BPDISDA] Balai Pusat Data dan Informasi Sumber Daya Air. 2017. Buku sumber daya air
Provinsi Jawa Barat. http://psda.jabarprov.go.id., diunduh 3 April 2020.
Bru N, P. Prouzet, M. Lejeune. 2009. Daily and Seasonal Estimates of the Recruitment and
Biomass of Glass Eels Runs (Anguilla anguilla) and Exploitation Rates in the Adour
Open Estuary (Southwestern France). Aquatic Living Resource, 22:509-523.
Feunteun E. 2002. Management and Restoration of European Eel Population (Anguilla
anguilla): An Impossible Bargain. Ecological Engineering, 18:575-591.
Haryono, J. Subagja, G. Wahyudewantoro. 2010. Kelimpahan dan Habitat Benih Ikan
Sidat di Muara Sungai Cimandiri Pelabuhan Ratu-Sukabumi. Prosiding Seminar
Nasional Ikan VI. Hal: 251-259.
Haryono, G. Wahyudewantoro. 2016. Pemetaan Habitat Ruaya Benih Ikan Sidat
(Anguilla bicolor) dan Potensinya di Pantai Selatan Jawa. Omni-Akuatika, 12 (3): 47-
58.
Honda S, D. Muthmainnah, N. Suryati, D. Oktaviani, S. Siriraksophon, T. Amornpiyakrit, B. I.
Prisantoso. 2016. Current Status and Problems of the Catch Statistics on Anguillid Eel
Fishery in Indonesia. Mar. Res. Indonesia, 41(1): 1−13.
Mahi I.I. 2019. Pengembangan Usaha Perikanan Benih Ikan Sidat (Glass Eel) di Muara
Sungai Poso Provinsi Sulawesi Tengah. [Disertasi] Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. 81
p.
Mochioka, N. 2003. Leptocephali in Aida K., Tsukamoto K, and Yamauchi K. (Eds.) Eel
Biology. (JP): Springer-verlag Tokyo. p.51-60
Muryanto T, D. Sumarno. 2016. Penangkapan glass eel (Anguilla sp.) dengan menggunakan
alat tangkap bubu di muara Sungai Poso Sulawesi Tengah. Buletin Teknik Litkayasa, 14
(2):123-126.
Tesch FW. 1977. The Eel Biology and Management of Anguilids Eels. Greenwood (Ed).
London (En): Chapman and Hall.
Triyanto, R. Affandi, M. M. Kamal, G. S. Haryani. 2020. Stock Assessment and Potency of
Sustainable Yield of Glass Eel (Anguilla spp.) in Cimandiri River Estuary, West Java.
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science for the proceedings of the
International Conference on Tropical Limnology 2019, August 28th-29th, in Bogor,
West Java, Indonesia.
Triyanto, 2020. Pengelolaan Berkelanjutan Glass Eel Ikan Sidat (Anguilla spp.) di Muara
Sungai Cimandiri Palabuhanratu Jawa Barat. [Disertasi]. Bogor (ID): Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Watupongoh N. N. J., Krismono. 2015. Kebijakan Tentang Integrasi Aktivitas Penangkapan
dengan Pembudidayaan untuk Keberlanjutan Sumberdaya Ikan Sidat (Anguilla spp.)
di DAS Poso. J. Kebijak.Perikan.Ind., 7(1): 37-44.

Warta Limnologi – No. 64/Tahun XXXII Juni 2020


6

Anda mungkin juga menyukai