Sidat Kaca Jawabarat
Sidat Kaca Jawabarat
ISSN 0251-5168
WL
Warta Limnologi – No. 64/Tahun XXXII Juni 2020
triyanto@limnologi.lipi.go.id
S
idat kaca (glass eel) merupakan sebutan dari benih sidat (Anguilla spp).
Sesuai dengan namanya, sidat kaca memiliki warna tubuh yang transparan
seperti kaca. Bentuk tubuhnya memanjang dengan panjang total tubuhnya
50-70 mm. Sidat kaca merupakan stadium akhir dari larva sidat. Menurut
Tesch (1977) dan Mochioka (2003) larva sidat hidup di laut. Bentuknya
seperti daun lebar, tembus cahaya, dan dikenal dengan sebutan
leptocephalus. Larva ini hidup terapung di perairan laut. Leptocephalus hidup sebagai
plankton terbawa arus laut mendekati daerah pantai (Bru et al. 2009). Leptocephalus
mengalami metamorfosis berubah menjadi sidat kaca. Sidat kaca banyak ditemukan di
pantai atau muara sungai. Sidat kaca akan bermigrasi ke perairan tawar melalui aliran-
aliran sungai untuk tumbuh dan berkembang menjadi sidat dewasa. Sidat dewasa
selanjutnya akan kembali bermigrasi ke perairan laut untuk melakukan proses reproduksi.
Menurut Tesch (1977) migrasi pada sidat ini merupakan sifat dari ikan katadromous, yaitu
ikan yang bermigrasi ke perairan laut untuk memijah. Secara keseluruhan siklus hidup
sidat terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase di perairan lautan, fase di estuari, dan fase di
perairan tawar (Gambar 1).
Gambar 1. Sidat kaca: glass eel (Gambar a.) dan siklus hidup sidat sebagai ikan
katadromous (Gambar b.)
Gambar 2. Penangkapan sidat kaca dengan alat tangkap “sirib” di muara Sungai
Cimandiri (Gambar a.). Penangkapan sidat kaca dengan alat tangkap “gorong-gorong”
di muara Sungai Poso, (Gambar b.)
Muara-muara sungai di pesisir selatan Jawa Barat merupakan lokasi distribusi sidat
termasuk sidat kaca. Informasi tentang sumberdaya sidat kaca di wilayah selatan Jawa
Barat belum banyak dikaji. Beberapa penelitian sidat kaca telah dilakukan di selatan
Jawa Barat, namun masih terbatas pada kajian aspek biologi dan ekologinya, seperti
penelitian komposisi jenis, ukuran pajang dan berat, dan kondisi habitat. Haryono et al.
(2010) serta Haryono dan Wahyudewantoro (2016) melaporkan adanya sidat kaca di
beberapa sungai yang ditelitinya, yaitu tujuh sungai di Provinsi Jawa Barat dan lima
sungai di Provinsi Banten (Tabel 1). Kelimpahan sidat kaca yang terdapat di sungai-sungai
tersebut bervariasi. Variasi kelimpahan sidat kaca dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti populasi sidat dewasa yang bermigrasi ke perairan laut, keberhasilan
migrasi sidat kaca ke perairan tawar, dan faktor lingkungan seperti arus laut, pasang
surut, debit sungai, morfologi muara (lebar muara), kedalaman dan tipe substrat
perairannya.
Menurut data Balai Pusat Data dan Informasi Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat
(BPDISDA, 2017) terdapat kurang lebih 152 sungai di wilayah selatan Jawa Barat yang
terbagi dalam tiga daerah aliran sungai (DAS) yaitu: DAS Citanduy (2715,48 km2), DAS
Ciwulan-Cilaki (5387,66 km2), dan DAS Cisadea-Cibareno (6697,13 km2). Peta sebaran
beberapa sungai yang sudah diketahui sebagai daerah migrasi sidat kaca dapat dilihat
pada Gambar 3. Hasil pendataan tangkapan sidat kaca dari beberapa sungai di
wilayah selatan Jawa Barat pada Tahun 2018 sebanyak 12,75-593,53 kg, dengan total
Warta Limnologi – No. 64/Tahun XXXII Juni 2020
2
hasil tangkapan mencapai 1287 kg (Gambar 4). Menurut laporan Dinas Perikanan
Kabupaten Sukabumi hasil tangkapan benih sidat pada Tahun 2014 mencapai 1,952 ton
(Honda et al. 2016). Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa muara-muara
sungai di selatan Jawa Barat dan Banten merupakan lokasi masuknya sidat kaca. Daerah
aliran sungai yang luas merupakan perairan tawar yang potensial sebagai habitat sidat
untuk tumbuh dan berkembang.
Tabel 1. Data hasil tangkapan glass eel dari beberapa muara sungai di wilayah selatan
Jawa Barat.
Lokasi Penangkapan Kelimpahan Panjang Sungai Luas DAS
Glass eel (ekor/malam/trip) (km)* (km2)*
Cibuniangeun (Banten) b 118-601 308 325,32
Ciliman (Banten) b 0 25 550
Bungur (Banten) b 24 10 536
Bayah (Banten) b 24-244 30 505
Cibareno (Banten) ada 73,89 87,41
Cimandiri (Sukabumi) a 97-467 195,90 1821
Cimaja (Sukabumi) 2 6,91 8,41
Cikaso (Sukabumi) b 527 59,40 865,60
Cibuni (Sukabumi) b 191-295 188,80 1415
Cipalebeuh (Garut) b 0 54,82 126,90
Cipasarangan (Garut) b 3 55,38 52,90
Gunung Sula (Garut) b 2 10,48 41,77
Data tangkapan glas eel: aHaryono et al. (2010); bHaryono dan Wahyudewantoro (2016)
*BPDISDA (2017); www.psda.jabarprov.go.id; www.dsdap.bantenprov.go.id; www.garutkab.bps.go.id
Gambar 3. Beberapa sungai di Selatan Jawa Barat sebagai daerah distribusi sidat kaca
(Peta: Google Earth, 2020).
Sidat kaca dimanfaatkan sebagai sumber benih dalam budidaya sidat. Saat ini
budidaya sidat masih mengandalkan sumber benih dari hasil tangkapan alam. Hal ini
dikarenakan belum berhasilnya reproduksi sidat untuk menghasilkan benih sidat dalam
skala besar. Kebutuhan sidat kaca meningkat seiring dengan penguasaan teknologi
budidaya ikan sidat yang berkembang di masyarakat serta permintaan terhadap
Warta Limnologi – No. 64/Tahun XXXII Juni 2020
3
komoditas ikan sidat di dunia yang tinggi. Indonesia memiliki potensi dalam
pengembangan budidaya sidat. Hal ini didukung dengan ketersediaan sidat kaca sebagai
benih dalam budidaya, ketersediaan lahan budidaya yang luas dan memenuhi syarat,
dan bahan baku pakan yang tersedia dalam jumlah besar, serta didukung oleh kondisi
iklim yang sesuai. Kebutuhan sidat kaca untuk kebutuhan budidaya di Indonesia belum
diketahui pasti. Berdasarkan hasil wawancara pribadi dengan Abah Ce Engkan, salah satu
pengumpul utama sidat kaca di Cimandiri, kebutuhan sidat kaca untuk keperluan budidaya
di Pulau Jawa mencapai 2500-3000 kg/tahun. Abah Ce Engkan memasok kebutuhan sidat
kaca untuk perusahaan budidaya sidat di daerah Sukabumi, Karawang, Bogor, Bandung,
Yogyakarta, Cirebon, dan Banyuwangi.
Gambar 4. Hasil tangkapan sidat kaca (kg) di beberapa sungai di selatan Jawa Barat
pada tahun 2018 (Triyanto, 2020).
Gambar 5. Restocking (pelepasan liaran) sidat di Sungai Cimandiri Jawa Barat sebagai
upaya menjaga kelestarian sumberdaya sidat.
Aprahamian M, A. Walker. 2008. Status of Eel Fisheries, Stoks and Their Management in
England and Wales. Knowl. Managt. Aquatic Ecosyst., 07:390-391.
[BPDISDA] Balai Pusat Data dan Informasi Sumber Daya Air. 2017. Buku sumber daya air
Provinsi Jawa Barat. http://psda.jabarprov.go.id., diunduh 3 April 2020.
Bru N, P. Prouzet, M. Lejeune. 2009. Daily and Seasonal Estimates of the Recruitment and
Biomass of Glass Eels Runs (Anguilla anguilla) and Exploitation Rates in the Adour
Open Estuary (Southwestern France). Aquatic Living Resource, 22:509-523.
Feunteun E. 2002. Management and Restoration of European Eel Population (Anguilla
anguilla): An Impossible Bargain. Ecological Engineering, 18:575-591.
Haryono, J. Subagja, G. Wahyudewantoro. 2010. Kelimpahan dan Habitat Benih Ikan
Sidat di Muara Sungai Cimandiri Pelabuhan Ratu-Sukabumi. Prosiding Seminar
Nasional Ikan VI. Hal: 251-259.
Haryono, G. Wahyudewantoro. 2016. Pemetaan Habitat Ruaya Benih Ikan Sidat
(Anguilla bicolor) dan Potensinya di Pantai Selatan Jawa. Omni-Akuatika, 12 (3): 47-
58.
Honda S, D. Muthmainnah, N. Suryati, D. Oktaviani, S. Siriraksophon, T. Amornpiyakrit, B. I.
Prisantoso. 2016. Current Status and Problems of the Catch Statistics on Anguillid Eel
Fishery in Indonesia. Mar. Res. Indonesia, 41(1): 1−13.
Mahi I.I. 2019. Pengembangan Usaha Perikanan Benih Ikan Sidat (Glass Eel) di Muara
Sungai Poso Provinsi Sulawesi Tengah. [Disertasi] Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. 81
p.
Mochioka, N. 2003. Leptocephali in Aida K., Tsukamoto K, and Yamauchi K. (Eds.) Eel
Biology. (JP): Springer-verlag Tokyo. p.51-60
Muryanto T, D. Sumarno. 2016. Penangkapan glass eel (Anguilla sp.) dengan menggunakan
alat tangkap bubu di muara Sungai Poso Sulawesi Tengah. Buletin Teknik Litkayasa, 14
(2):123-126.
Tesch FW. 1977. The Eel Biology and Management of Anguilids Eels. Greenwood (Ed).
London (En): Chapman and Hall.
Triyanto, R. Affandi, M. M. Kamal, G. S. Haryani. 2020. Stock Assessment and Potency of
Sustainable Yield of Glass Eel (Anguilla spp.) in Cimandiri River Estuary, West Java.
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science for the proceedings of the
International Conference on Tropical Limnology 2019, August 28th-29th, in Bogor,
West Java, Indonesia.
Triyanto, 2020. Pengelolaan Berkelanjutan Glass Eel Ikan Sidat (Anguilla spp.) di Muara
Sungai Cimandiri Palabuhanratu Jawa Barat. [Disertasi]. Bogor (ID): Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Watupongoh N. N. J., Krismono. 2015. Kebijakan Tentang Integrasi Aktivitas Penangkapan
dengan Pembudidayaan untuk Keberlanjutan Sumberdaya Ikan Sidat (Anguilla spp.)
di DAS Poso. J. Kebijak.Perikan.Ind., 7(1): 37-44.