Mini Project Skabies
Mini Project Skabies
Kegiatan
Intervensi
Masyarakat
di Kecamatan
Poncokusumo
ERADIKASI SKABIES
Tanggal Pelaksanaan:
17 Desember 2014
Tempat:
Pondok Pesantren Al-Ittihad, Desa
Belung, Kec.Poncokusumo
Tanggal Evaluasi:
15 Januari 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Data Demografik
Menurut data kependudukan tahun 2013, kecamatan Poncokusumo memiliki:
o Jumlah Penduduk : 94.287 jiwa
o Jumlah KK : 32.742 KK
o Laki-laki : 46.753 jiwa
o Perempuan : 47.534 jiwa
o Bayi : 1.558 jiwa
o Balita : 14.022 jiwa
Ada 17 desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Poncokusumo:
1. Argosuko 3. Dawuhan
2. Belung 4. Gubugklakah
5. Jambesari 12. Pandansari
6. Karanganyar 13. Poncokusumo
7. Karangnongko 14. Sumberejo
8. Ngadas 15. Wonomulyo
9. Ngadireso 16. Wonorejo
10. Ngebruk 17. Wringinanom
11. Pajaran
2.2. METODE
Data kasus scabies yang dikumpulkan penulis adalah hasil pencatatan dari temuan
kasus Skabies didapatkan secara primer/langsung di Poli Umum (accidental) dan
digabung dengan hasil wawancara penderita. Wawancara dilakukan sehubungan
dengan cara penularan penyakit, yakni orang-orang serumah, sehingga penulis
mendorong penderita untuk mengajak seluruh anggota keluarganya yang serumah
berobat ke Puskesmas (active case finding) dan menjalankan gerakan bersih
scabies/gudik (visitasi).
BAB III
LANDASAN dan KERANGKA TEORI
Kecelakaan
Penelitian telah menunjukkan bahwa insomnia memainkan peran utama dalam
kecelakaan mobil. Setiap tahun, lebih dari 100.000 kecelakaan mobil di jalan raya
disebabkan oleh kantuk atau insomnia.
Antibodi menjadi lemah
Berdasarkan studi JAMA, mereka yang tidur kurang dari 7 jam per malam bisa 3
kali lebih rentan mengalami rasa dingin. Penelitian lain menemukan, pada pria
yang kurang tidur akan mengalami kegagalan untuk menjaga respon imun atau
kekebalan tubuh secara normal setelah menerima suntikan flu. Mereka yang kurang
tidur, antibodi yang bekerja setelah dilakukan vaksinasi hanya bisa bertahan paling
lama 10 hari. Kondisi tersebut sangat berbahaya, karena itu, perbaiki kualitas tidur,
untuk meningkatkan kekebalan tubuh Anda. Jika terlalu sedikit waktu tidur Anda
sistem kekebalan tubuh bisa terganggu.
SEBELUM SESUDAH
SEBELUM
SESUDAH
SEBELUM
SESUDAH
SEBELUM SESUDAH
SEBELUM SESUDAH
SEBELUM SESUDAH
SEBELUM SESUDAH
SEBELUM SESUDAH
Kesimpulan
Terdapat perubahan perilaku yang cukup signifikan, yakni dari penambahan jumlah tempat
menjemur dan tidak lagi menjemur pakaian di tanah ataupun rumput. Meski belum
sepenuhya terjadi perubahan, namun dapat dinilai bahwa intervensi penyuluhan yang
diberikan telah menambah pengertian dan merubah sikap serta perilaku bagi santri-santri di
Pondok Pesantren.
Daftar Pustaka
1. Ratnasari AF, Sungkar S. Prevalensi Skabies dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di
Pesantren X, Jakarta Timur. Vol 2, No. 1. Jakarta: Departemen Parasitologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Skabies. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
3. Mayoclinician. Insomnia Definitions and Basics. Diunduh dari
www.mayoclinic.org/diseases-conditions/insomnia/basics/definition/con-20024293
+ved=0CE4QFjAH+usg=AFQjCNFy-IhpHoW7df0lIbUUEZvI98T _LQ+sig2eUpohFc
7NeD6YwulIToL4w. Diunduh tanggal 1 Januari 2015.
4. National Health Service. Insomnia. Diunduh dari
www.nhs.uk/conditions/Insomnia/pages/Introduction.aspx+ved=0CEkQFjAG+usg=AF
QjCNFy72hHiPtyGfiNwA0RzEa9MyMng+sig2=MO0Y-O5TGXJgetURiI6EDQ.
Diunduh tanggal 1 Januari 2015.
5. Steer AC, Jenney AWJ, Kado J, Batzloff MR, Vincent SL, Waqatakirewa L, et al. High
burden of impetigo and scabies in a tropical country. PLoS Negl Trop Dis.
2009;3:e467.
6. Baker F. Scabies management. Paediatric Child Health. 2010;6:775-7.
7. Shelley FW, Currie BJ. Problems in diagnosing scabies, a global disease in human and
animal populations. CMR. 2007;268-79.
8. Hengge UR, Currie BJ, Jäger G, Lupi O, Schwartz RA. Scabies: a ubiquitous neglected
skin disease. Lancet Infect Dis. 2006;6:769-79.
9. Zayyid M, Saadah S, Adil AR, Rohela, Jamaiah M. Prevalence of scabies and head lice
among children in a welfare home in Pulau Pinang, Malaysia. Tropical Biomedicine.
2010; 27:442–6.
10. WHO. Epidemiology and management of common skin disease in children in
developing countries. [serial di internet]. 2005. [diakses 8 April 2012]. Diunduh dari:
http://whqlibdoc.who.int/hq/2005/WHO_FCH_CAH_05.12_eng.
11. Golant AK, Levitt JO. Scabies: a review of diagnosis and management based on mite
biology. Pediatr Rev. 2012;33:e1-e12.
12. Gilmore SJ. Control strategies for endemic childhood scabies. PloS One.
2011;6:e15990.
13. Johnstone P, Strong M. Scabies. BMJ. 2008;8:1707.
14. Haningsih S. Peran strategis pesantren, madrasah, dan sekokah Islam di Indonesia. El
Tarbawi Jurnal Pendidikan Islam. 2008;1:1.
15. Departemen Kesehatan RI. Pedoman penyelenggaraan dan pembinaan pos kesehatan
pesantren. 2007. Diunduh dari: http://perpustakaan.depkes.go.id.
16. Ma’rufi I, Keman S, Notobroto HB. Faktor sanitasi lingkungan yang berperan terhadap
prevalensi penyakit skabies. Jurnal Unair. 2005;2:1.
17. Saad. Pengaruh faktor higiene perorangan terhadap kejadian skabies di Pesantran An-
Najach Magelang. Semarang: Universitas Diponegoro; 2008.
18. Muzakir. Faktor yang berhubungan dengan skabies di pesantren Kabupaten Aceh Besar
tahun 2007 [skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2008.
19. Sudarsono. Tanjung C. Lakswinar S. Yusuf EA. Pengaruh skabies terhadap prestasi
belajar santri di Medan. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2011.
20. Hilmi F. Prevalensi skabies dan hubungannya dengan karakteristik santri Pesantren X
Jakarta Timur [skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 2011.
21. Wahjoedi I. Faktor risiko kejadian penyakit scabies di pesantren Kabupaten Kulon
Progo [skripsi].Yogyakarta: Universitas Gajah Mada; 2008.