Makalah Kelainan Labioskhiziz Dan Labiopalatoskhiziz KEL1
Makalah Kelainan Labioskhiziz Dan Labiopalatoskhiziz KEL1
PADA NEONATUS
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan segala rahmat dan
karunianya kepada kita semua. Karena hanya dengan berkat rahmat dan hidayah-Nya jugalah
kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus
yang berjudul “Kelainan Labioskhaziz dan Labiopalatoskhaziz Pada Neonatus”, sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Endah Wijayanti, SST., M.Keb selaku dosen Mata Kuliah Asuhan Kebidanan
Neonatus. Kepada kerabat dan teman-teman kami yang terus memberikan dorongan motivasi
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Akhir kata kami meminta maaf bila terdapat banyak kekurangan. Penulis pun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menjadi acuan untuk dapat membuat
makalah selanjutnya yang jauh lebih baik dari sekarang.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................................................10
Daftar Pustaka...............................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi asuhan kebidanan
pada neonatus, bayi, dan balita adalah perawatan yang diberikan oleh bidan pada bayi baru
lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi, dan balita dengan kelainan bawaan adalah suatu
penyimpangan yang dapat menyebabkan gangguan pada neonatus, bayi, dan balita apabila
tidak diberikan asuhan yang tepat dan benar. Ada beberapa kelainan bawaan diantaranya
adalah labioskizis, labiopalatoskizis, atresia esofagus, atersia rekti dan ani, obstruksi biliaris,
omfalokel, hernia diafragmatika, atresia duodeni, meningokel, ensefalokel, hidrosefalus,
fimosis, dan hipospadia. Salah satu kelainan bawaan yang akan di jelaskan lebih jauh disini
adalah labioskizis dan labiopalatoskizis.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Teori Asuhan BBL Pada Labioskhiziz dan Labiopalatoskhiziz
A. Definisi
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan fusi atau
penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang dilikuti disrupsi kedua
bibir, rahang dan palatum anterior. Sedangkan Palatoskizis adalah kelainan congenital
sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan septum
nasi.
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau
sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa perkembangan embrional di mana
bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.
A. Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis atau labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa
mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus
dan palatum durum, serta palatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur-struktur
yang terkena menjadi beberapa bagian berikut.
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di belahan
foramen insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap
foramen.
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum
sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh
dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
B. Etiologi
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. faktor tersebut
antara lain , yaitu :
1. Faktor Genetik atau keturunan : Syndrome atau malformasi yang disertai adanya
sumbing bibir, sumbing palatum atau keduanya disebut kelompok syndrome cleft
dan kelompok sumbing yang berdiri sendiri non syndromik clefts.
2. Kurang Nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil,
kekuranganasam folat.
3. Radiasi
4. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.
5. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi Rubella
dan Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.
6. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat
toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin.
7. Multifaktoral dan mutasi genetic.
8. Diplasia ectodermal
C. Faktor Resiko
Angka kejadian kelalaian kongenital sekitar 1/700 kelahiran dan merupakan salah satu
kelainan kongenital yang sering ditemukan, kelainan ini berwujud sebagai labioskizis
disertai palatoskizis 50%, labioskizis saja 25% dan palatoskizis saja 25%. Pada 20% dari
kelompok ini ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam keturunan. Kejadian ini
mungkin disebabkan adanya faktor toksik dan lingkungan yang mempengaruhi gen pada
periode fesi ke-2 belahan tersebut; pengaruh toksik terhadap fusi yang telah terjadi tidak
akan memisahkan lagi belahan tersebut.
D. Patofisiologi
1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau foramen
incisive.
2. Adanya rongga pada hidung.
3. Distorsi hidung.
4. Teraba celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari.
5. Kesukaran dalam menghisap atau makan
F. Diagnosis
Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah karena pada
celah sumbing mempunyai ciri fisik yang spesifik. Sebetulnya ada pemeriksaan yang
dapat digunakan untuk mengetahui keadaan janin apakah terjadi kelainan atau tidak.
Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhya spesifik. Ibu hamil dapat memeriksakan
kandungannya dengan menggunakaan USG.
G. Penatalaksanaan
Pemberian ASI secara langsung dapat pula diupayakan jika ibu mempunyai
refleks mengeluarkan air susu dengan baik yang mungkin dapat dicoba dengan sedikit
menekan payudara.Bila anak sukar mengisap sebaiknya gunakan botol peras (squeeze
bottles).
Untuk mengatasi gangguan mengisap, pakailah dot yang panjang dengan memeras
botol maka susu dapat didorong jatuh di belakang mulut hingga dapat diisap. Jika anak
tidak mau, berikan dengan cangkir dan sendok.
Dengan bantuan ortodontis dapat pula dibuat okulator untuk menutup sementara celah
palatum agar memudahkan pemberian minum, dan sekaligus mengurangi deformitas
palatum sebelum dapat dilakukan tindakan bedah.
Tindakan bedah, dengan kerja sama yang baik antara ahli bedah, ortodontis, dokter
anak, dokter THT, serta ahli wicara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penanganan yang dilakukan adalah dengan tindakan bedah efektif yang melibatkan
beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Penutupan labioskizis biasanya
dilakukan pada usia 3 bulan, sedangkan palatoskizis biasanya ditutup pada usia 9-12 bulan
menjelang anak belajar bicara.
3.2 Saran
Sudarti, M.Kes, Khoirunnisa Endang, SST.Keb, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak
Balita.
Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta; EEC.