Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN KOMUNITAS I “

STANDAR EVALUASI ATAU


PENILAIAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini
perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil
atau gagal. (Alfaro-LeFevre, 1994)
Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang telah
diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan
dapat diterima.Perencanaan merupakan dasar yang mendukung suatu evaluasi.
Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien untuk mengganti
atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan, atau intervensi keperawatan.
Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah keputusan bersama
antara perawat dank lien (Yura & Walsh, 1988)
Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses
evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan
keperawatan., termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan,
respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep
teladan dari keperawatan.
B. Tujuan
1) Tujuan umum :
1. Menjamin asuhan keperawatan secara optimal
2. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
2) Tujuan khusus :
1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan
2. Menyatakan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan
4. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan
5. Dapat menentukan penyebab apabila tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
6. Memenuhi tugas Mata kuliah Keperawatan Komunitas
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Evaluasi adalah tindakan intelektual untk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,rencana tindakan,dan
pelaksanaannya sudah berhasil di capai.Melalui evaluasi memungkinkan perawata
untuk memonitor ”kealpaan yang terjadi ” selama tahap
pengkajian,analisa,perencanaan dan pelaksanaan tindakan (Ignatavicius &
Bayne,1994).
Menurut Griffith & (Christensen (1986) evaluasi sebagai sesuatu yang di
rencanakan,dan perbandingan yang sistimatik pada status kesehatan Klien.Dengan
mengukur perkembangan Klien dalam mencapai suatu tujuan,maka perawat bisa
menentukan efektifitas tindakan keperawatan.Meskipun valuasi di letakkan pada
akhir proses keperawatan,evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap
proses keperawatan.
Pengumpulan data perlu direvisi untuk enentukan apakah informasi yang telah di
kumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang di observasi sudah
sesuai.Diagnosa juga perlu di evaluasi dalam hal keakuratan dan
kelengkapannya.Tujuan dan intervensi di evaluasi adalah untuk menentukan apakah
tujuan tersebut,dapat di capai secara efektif.
B. Tujuan Evaluasi.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.Hal
ini bisa di laksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang di berikan sehingga perawat dapat
mengambil keputusan :
1) Mengakhiri rencana tindakan keperawatan ( Klien telah mencapai tujuan yang di
tetapkan )
2) Memodifikasi rencana tindakan keperawatan ( Klien mengalami kesulitan untuk
mencapai tujuan)
3) Meneruska rencana tindakan keperawatan (Klien memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai tujuan )
C. Proses Evaluasi
Proses evaluasi terdiri dari dua tahap :
1. Mengukur Pencapaian tujuan Klien
Perawat menggunakan ketrampilan pengkajian untuk mendapatkan data yang akan
di gunakan dalam evaluasi.Faktor yang di evaluasi mengenai status kesehatan
klien,yang terdiri dari bebrapa komponen,meliputi: KAPP (
Kognitif,Afektif,Psikomotor,Perubahan fungsi dan gejala yang spesifik).
a. Kognitif ( pengetahuan )
Tujuan mengidentifikasi pengetahuan yang spesifik yang di perlukan setelah klien di
ajarkan tentang teknik-teknik tertentu.Lingkup evaluasi pada kognitif meliputi
pengetahuan klien terhadap penyakitnya,mengontrol gejala-
gejalanya,pengobatan,diet,aktifitas,persediaan ala-alat,resiko komplikasi,gejala yang
harus dilaporkan,pencegahan,pengukuran dll.Evaluasi kognitif di peroleh melalui
interview atau tes tertulis.
b. Affektif ( status emosional )
Affektif klien cenderung ke penilaian yang subyektif dan sangat sukar di
evaluasi.Hasil penilaian emosi di tulis dalam bentuk perilaku yang akan memberikan
suatu indikasi terhadap status emosi klien.hasil tersebut meliputi ”tukar menukar
perasaan tentang sesuatu ’,cemas yang berkurang ada kemauan berkomunikasi dan
seterusnya.
c. Psikomotor
Psikomotor biasanya lebih mudah di evaluasi di bandingkan yang lainnya jika
perilaku yang dapat di observasi sudah di identifikasikan pada tujuan (kriteria hasil
).Hal ini biasanya di lakukan melalui observasi secara langsung.Dengan melihat apa
yang telah di lakukan Klien sesuai dengan yang di harapkan adalah suatu cara yang
terbaik untuk mengevaluasi psikomotor Klien.
d. Perubahan fungsi tubuh dan gejala.
Evaluasi pada komponen perubahan fungsi tubuh mencakup beberapa aspek status
kesehatan klien yang bisa di observasi.Untuk mengevaluasi perubahan fungsi tubuh
maka perawat memfokuskan pada bagaimana fungsi kesehatan klien berubah
setelah di lakukan tindakan keperawatan.Evaluasi pada gejala yang spesifik di
gunakan untuk menentukan penurunan atau penigkatan gejala yang mempengaruhi
status kesehatan Klien.Evaluasi tersebut bisa di lakukan bisa di lakukan dengan cara
observasi secara langsung,interview dan pemeriksaan fisik.
2. Penentuan Keputusan Pada Tahap Evaluasi.
Setelah data terkumpul tentang status keadaan klien,maka perawat membandingkan
data dengan outcomes.tahap berikutnya adalah membuat keputusan tentang
pencapaian Klien terhadap outcomes.Ada 3 kemungkinan keputusan pada tahap ini
:
a. Klien telah mencapai hasil yang di tentukan dalam tujuan.Pada keadaan ini
perawat akan mengkaji masalah klien lebih lanjut atau mengevaluasi outcomes yang
lain.
b. klien masih dalam proses mencapai hasil yang telah di tentukan.Perawat
mengetahui keadaan klien pada tahap perubahan kearah pemecahan
masalah.Penambahan waktu,resources,dan intervensi mungkin di perlukan sebelum
tujuan tercapai.
c. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah di tentukan.Pada situasi ini,perawata
harus mencoba untuk mengidentifikasi alasan mengapa keadaan atau masalah ini
timbul.
D. Komponen Evaluasi
Ada 2 (dua ) komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan,yaitu :
1) Proses.(formatif)
Fokus tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan tindakan keperawatan.Evaluasi proses harus di lakukan segera setelah
perencanaan keperawatan di laksanakan untuk membantu keefektifitasan terhadap
tindakan.Evaluasi formatif terus menerus di laksanakan sampai tujuan yang telah di
tentukan tercapai.Metode pengumpulan data dalam evaluasi formatif terdiri dari
analisa rencana tindakan keperawatan, open-chart audit, pertemuan kelompok,
interview, dan observasi dengan klien, dan menggunakan form evaluasi. Sistem
penulisan pada tahap evaluasi ini bisa menggunakan sitem SOAP atau model
dokumentasi lainnya.
2) Hasil (sumatif)
Fokus evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada
akhir tindakan perawatan klien. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Sumatif evaluasi adalah obyektif, fleksibel, dan
efisien. Adapun metode penatalaksanaan evaluasi sumatif terdiri dari closed-chart
audit, interview akhir pelayanan, pertemuan akhir pelayanan, dan pertanyaan kepada
klien dan keluarga. Meskipun informasi pada tahap ini tidak secara langsung
berpengaruh terhadap klien yang dievaluasi, sumatif evaluasi bisa menjadi suatu
metode dalam memonitor kualitas dan evisiensi tindakan yang telah diberikan.
Komponen evaluasi dapat di bagi menjadi 5 komponen menurut (Pinnell &
Meneses,1986) :
1. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
2. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
3. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standart
4. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan
5. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
1) Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
a. Kriteria.
Kriteria digunakan sebagai pedoman observasi untuk mengumpulkan data dan
sebagai penentuan kesahihan data yang terkumpul. Semua kriteria yang di gunakan
pada tahap evaluasi di tulis sebagai kriteria hasil. Outcomes menandakan hasil akhir
tindakan keperawatan. Sedangkan standar keperawatan digunakan lebih luas
sebagai dasar untuk evaluasi praktek keperawatan secara luas.
Outcome criteria. Kriteria hasil didefenisikan sebagai standar untuk menjelaskan
respon atau hasil dari rencana tindakan keperawatan. Hasil tersebut akan
menjelaskan bagaimana keadaan klien ,setelah tindakan dilaksanakan. Kriteria akan
dinyatakan dalam istilah behaviour (perilaku) sebagaimana disebutkan dalam bab
terdahulu, supaya dapat diobservasi atau diukur dan kemudian dijelaskan dalam
istilah yang mudah dipahami. Idealnya, setiap hasil dapat dimengerti oleh setiap
orang yang terlibat dalam evaluasi.
b. Standar Praktek
Standar pelayanan keperawatan dapat digunakan untuk mengevaluasi praktek
keperawatan secara luas. Suatu standar menyatakan apa yang harus dilaksanakan
sebagai suatu model untuk kualitas pelayanan. Standar harus berdasarkan hasil
penelitian, konsep teori, dan dapat di terima oleh praktek klinik keperawatan saat
sekarang. Standar harus secara cermat disusun dan di uji untuk menetukan
kesesuain dalam penggunaannya. Contoh pemakain standar dapat dilihat pada
standar praktek keperawatan yang disusun oleh ANA.
c. Evaluative question
Untuk menentukan suatu kriteria dan standart, perlu digunakan pertanyaan
evaluative sebagai dasar mengevaluasi kualitas pelayanan dan respon klien
terhadap tindakan.
• Pengkajian : apakah pengkajian dapat dilaksanakan kepada klien?
• Diagnosa : apakah diagnosa disusun bersama dengan klien?
• Perencanaan : apakah tujuan diidentifikasi dalam perencanaan?
• Pelaksanaan : apakah klien diberitahu terhadap tindakan yang diberikan?
• Evaluasi : apakah modivikasi tindakan keperawatan diperlukan?
2) Evaluasi dan Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan Komunitas
Mutu layanan kesehata dapa diukur melalui 3 cara:
a Pengukuran mutu prospektif
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan sebelum
layanan kesehatan diselenggarakan. Oleh karena itu pengukurannya akan ditujukan
terhadap struktur atau input layanan kesehatan dengan asumsi bahwa layanan
kesehatan harus memiliki sumber daya tertentu agar dapa menghasilakan suatu
layanan kesehatan yang bermutu. Bagian – bagiannya sebagai berikut:
1. Pendidikan Profesi Kesehatan
Ditujukan agar menghasilkan profesi layanan kesehatan yang mempunyai
pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang dapat mendukung layanan kesehatan
yang bermutu.
2. Perizinan
Merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu layanan kesehatan. Surat
ijin kerja (SIK) dan surat iji praktek(SIP) yang diberikan kepada perawat merupakan
suatu pengakuan bahwa seorang perawat telah memenuhi syarat untuk melakukan
praktek profesi keperawatan (NERS). Demikian pula dengan profesi kesehatan lain,
harus mempnyai ijin kerja sesuai dengan profesimya.
3. Standardisasi
Dengan menetapkan standardisasi, seperti standardisasi peralatan, tenaga, gedung,
sistem, organisasi, anggaran dll. Setiap fasilitas layanan kesehatan yang memiliki
standar yang sama dapat menyelenggarakan layanan kesehatan yang sama
mutunya. Contohnya: standardisasi layanan rumah sakit akan mengelompokan atau
mengklasifikasikan rumah sakit kedalam berbagai kelas tertentu misalnya RSU kelas
A, B, C dan D, Rumah sakit jiwa kelas A dan B.
4. Sertifikasi
Merupakan selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai ners yang tergistrasi
adalah contoh setifikasi. Di indonesia, perizinan seperti itu dilakukan oleh
departemen kesehatan atau dinas kesehatan dengan rekomendasi dari persatuan
perawat nasional indonesia (PPNI).
5. Akreditasi
Merupakan pengakuan bahwa suatu institusi layanan kesehatan seperti RS telah
memenuhi beberapa standar layanan kesehatan tertentu. Pengukuran mutu
prospektif berfokus pada penilaian, sumber daya, bukan pada kinerja
penyelenggaraan layanan kesehatan.
b Pengukuran Mutu Retrospektif
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan setelah
penyelenggaraan layanan kesehatan selesai dilaksanakan. Pengukuran ini biasanya
merupakan gabungan dari beberapa kegiatan seperti penilaian catatan keperawatan
(nursing record), wawancara, pembuatan kuesioner, dan penyelenggaraan
pertemuan.
c Pengukuran Mutu Konkuren
Merupakan pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan selama
layanan kesehatan dilangsungkan atau diselenggarakan. Pengukuran ini dilakukan
melalui pengamatan langsung dan kadang- kadang perlu dilengkapi dengan
peninjauan pada catatan keperawatan serta melakukan wawancara dan
mengadakan pertemuan dengan klien, keluarga, atau petugas kesehatan.

E. Standar Evaluasi Praktik Keperawatan Menurut ANA (2004)


Perawat kesehatan komunitas melakukan evaluasi status kesehatan komunitas.
Adapun kriteria pengukuran bagi perawat kesehatan komunitas adalah sebagai
berikut
1. Mengkordinasikan secara sistematis, berkelanjutan, dan evaluasi berdasarkan
kriteria hasil pelayanan dalam komunitas dan pemangku kepentingan lain.
2. Mengumpulkan data secara sistematis, menerapkan epidemiologi dan metode
ilmiah untuk menentukan efektivitas intervensi keperawatan kesehatan komunitas
dalam kebijakan, program, dan pelayanan.
3. Berpartisipasi dalam proses dan evaluasi hasil dengan aktivitas pemantauan
(monitoring) program dan pelayanan.
4. Mengaplikasikan pengkajian data yang berkelanjutan untuk merevisi rencana,
intervensi, dan aktivitas yang sesuai.
5. Mendokumentasikan hasil dari evaluasi termasuk perubahan atau rekomendasi
untuk meningkatkan efektivitas intervensi.
6. Menyampaikan evaluasi proses dan hasil yang dihasilkan kepada komunitas dan
pemangku kepentingan lain berdasarkan hukum dan peraturan negara.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaluasi adalah langkah akhir dari proses keperawatan. Tugas selama tahap ini
termasuk pencatatan pernyataan evaluasi dan revisi rencana tindakan keperawatan
dan intervensi jika perlu.
Pernyataan evaluasi memberikan informasi yang penting tentang pengaruh
intervensi yang direncanakan pada keadaan kesehatan klien. Suatu pernyataan
evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu :
1. Pencatatan data mengenai status klien saat itu.
2. Pernyataan kesimpulan mengindikasikan penilaian perawat sehubungan dengan
pengaruh intervensi terhadap status kesehatan klien.
B. Saran
1. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat bekerja sama dengan komunitas dan
populasi untuk memperbaiki kembali kesehatan.
2. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat memperhatikan standar evaluasi atau
penilaian dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas.
3. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat terlibat dalam koordinasi dan
organisasi dalam merespons isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan.
4. semoga makalah ini menjadi salah satu bahan untuk menambah wawasan
mengenai standar evaluasi keperawatan kesehatan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nursalam, 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep & Praktek. Edisi 1.
Jakarta : Salemba Medika.
2. Ferri Efendi, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai