Anda di halaman 1dari 5

MANAJEMEN KEPERAWATAN

“RESUME TEORI-TEORI MANAJEMEN”

DOSEN PENGAMPU: NS. RINA DELFINA, S.KEP, M.KEP


OLEH:
OCTHARA DWIKA PERTIWI
( F0H019047 )
TK 3A

D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2021
1. TEORI BIROKRASI MAX WEBER
Max Weber mungkin menjadi salah seorang yang paling berpengaruh di dunia karena
pengaruh ajarannya pada ilmu pengetahuan sosial. Ia terkenal oleh karena studinya mengenai
pembirokrasian masyarakat; banyak aspek dari administrasi publik moderen berpaling
kepadanya; pendekatan klasik, pegawai pemerintah yang secara organisasi hirarkhis selanjutnya
disebut “Weberian civil service.” akan tetapi, bertolak belakang dengan pendapat masyarakat
umum, “bureaucracy” merupakan kata yang berasal dari inggris jauh sebelum Weber; Kamus
Bahasa Inggris terbitan Oxford menyebutkan kata ini beberapa kali dalam edisi tahunan yang
berbeda antara tahun 1818 dan 1860, sebelum tahun kelahiran Weber pada 1864. Weber Theory
Of Bureaucracy dilabeli sebagai “teori yang ideal” karena mencoba merumuskan sesuatu yang
abstrak mengenai bagaimana seharusnya organisasi yang ideal dibentuk. Weber menggambarkan
tipe birokrasi ideal dalam nada positif, membuatnya lebih berbentuk organisasi rasional dan
efisien daripada alternatif yang terdapat sebelumnya, yang dikarakterisasikan sebagai dominasi
karismatik dan tradisional. Menurut terminologinya, birokrasi merupakan bagian dari dominasi
legal. Akan tetapi, ia juga menekankan bahwa birokrasi menjadi inefisien ketika keputusan harus
diadopsi kepada kasus individual. Menurut Weber, atribut birokrasi moderen termasuk
kepribadiannya, konsentrasi dari arti administrasi, efek daya peningkatan terhadap perbedaan
sosial dan ekonomi dan implementasi sistem kewenangan yang praktis tidak bisa dihancurkan.
Birokrasi ala Weber dikenal juga dengan sebutan “Birokrasi Weberian”.
Berikut beberapa pemikiran-pemikirannya:

 Weber percaya bahwa birokrasi seharusnya dioperasikan dalam sistem hierarki. Menurut
prinsip ini, organisasi harus diatur dalam sistem hierarki vertikal yang ketat dan
komunikasi antar pekerja dibatasi sesuai jabatannya
 Weber merancang sistem birokrasi agar memiliki pembagian kerja. Karena menganut
aliran klasik dimana manusia dianggap seperti mesin, maka terjadi pembagian kerja
sebagaimana spare part dalam tubuh mesin, dimana masing-masing bagian memiliki
spesifikasi kerja yang berbeda.
 Birokrasi memiliki karakteristik bahwa alur kekuasannya terpusat. Dalam pandangan ini,
organisasi dianggap akan menjadi paling efektif apabila manajemen pusat memiliki
kontrol terhadap proses pengambilan keputusan dan kegiatan pekerja.
 Weber menekankan bahwa sistem birokrasi adalah sistem tertutup. Menurut Weber,
organisasi seharusnya menutup diri dari lingkungannya karena dapat mengganggu kinerja
organisasi. • Weber juga menekankan bahwa peraturan sangat penting dalam sistem
birokrasi. Menurutnya, semua hal dalam organisasi harus memiliki peraturan tertulis agar
pekerjaan berjalan dengan teratur dan formal.
 Adanya functioning of authority (fungsi kekuasaan) yang dibagi menjadi tiga bagian:
a. Traditionally authority, yaitu kekuasaan yang berasal dari kepercayaan secara
tradisional, misalnya mengenai penetapan Ratu Elizabeth sebagai ratu Inggris karena
kepercayaan lama.
b. Charismatic authority, yakni kekuasaan yang berdasarkan kemampuan seseorang
untuk berinteraksi atau menarik hati orang lain. Kekuasaan tipe ini sangat tidak stabil.
c. Rational-legal authority, adalah kekuasaan yang didapatkan dari kemampuan
individu. Weber sangat menekankan pada kekuasaan tipe ini karena menurutnya ini
adalah dasar dari functioning of authority.

KELEBIHAN SISTEM BIROKRASI MAX WEBER:


a. Ada Aturan, Norma, dan Prosedur untuk Mengatur Organisasi Dalam model teori
birokrasi Max Weber, ditekankan mengenai pentingnya peraturan. Weber percaya bahwa
peraturan seharusnya diterapkan secara rasional dan harusnya ada peraturan untuk segala
hal dalam organisasi. Tentunya, peraturan-peraturan itu tertulis. Dengan demikian,
organisasi akan mempunyai pedoman dalam menjalankan tugas-tugasnya
b. Ada Spesialisasi Pekerjaan dan Job Description yang Jelas Dalam sistem ini, terdapat
pembagian tugas yang spesifik, seperti halnya mesin, dimana setiap orang hanya
mengerjakan pekerjaan tertentu yang telah didelegasikan kepadanya. Dengan demikian,
pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik dan cepat serta tidak ada benturan kepentingan
karena masalah overlapping pekerjaan.
c. Ada Hierarki Otoritas yang Formal, Sehingga Memudahkan Pengkoordinasian Dengan
adanya hierarki otoritas, masing-masing pekerja tahu dimana posisinya dan otomatis akan
mengikuti perintah supervisor/atasannya, sehingga proses pengkoordinasian pekerja
menjadi mudah.

KEKURANGAN SISTEM BIROKRASI MAX WEBER:


a. Hierarki Otoritas Yang Formal Malahan Cenderung Kaku Karena sistem hierarki
perusahaan, maka bawahan akan segan menyapa atasannya kalau tidak benar-benar perlu.
Hal ini menciptakan suasana formal yang malah cenderung kaku dalam organisasi.
b. Aturan dan Kontrol yang Terlalu Rinci Menyebabkan Impersonality atau Melupakan
Unsur-Unsur Kemanusiaan Tidak ada antusiasme maupun keceriaan dalam organisasi
karena segala sesuatunya sudah diatur sedemikian rupa. Manusia disamakan dengan
mesin yang tidak punya hati dan hanya bekerja demi perusahaan.

2. TEORI McGregor
Teori ini diungkapkan oleh Douglas McGregor yang mengemukakan strategi
kepemimpinan efektif dengan menggunakan konsep manajemen partisipasi. Konsep terkenal
dengan menggunakan asumsi-asumsi sifat dasar manusia. Pemimpin yang menyukai teori X
cenderung menyukai gaya kepemimpinan otoriter dan sebaliknya, seorang pemimpin yang
menyukai teori Y lebih menyukai gaya kepemimpinan demokratik. Untuk kriteria karyawan
yang memiliki tipe teori X adalah karyawan dengan sifat yang tidak akan bekerja tanpa
perintah, sebaliknya karyawan yang memiliki tipe teori Y akan bekerja dengan sendirinya
tanpa perintah atau pengawasan dari atasannya. Tipe Y ini adalah tipe yang sudah menyadari
tugas dan tanggung jawab pekerjaannya.
Teori motivasi milik Douglas McGregor mengemukakan dua pandangan yang nyata
mengenai manusia, yakni: pandangan pertama pada dasarnya negatif disebut Teori X, dan
yang lain pada dasarnya positif disebut Teori Y. McGregor menyimpulkan bahwa pandangan
seorang pemimpin mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi
tertentu, dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap pegawai
berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.

MENURUT TEORI X, EMPAT ASUMSI NEGATIF YANG DIMILIKI YAKNI:


a. Pegawai pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan, dan sebisa mungkin untuk
menghindarinya.
b. Karena pegawai tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipaksa, dikendalikan,
atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuantujuan.
c. Pegawai akan menghindari tanggung jawab dan mencari perintah formal bilamana
mungkin.
d. Sebagian pegawai menempatkan keamanan di atas semua faktor lain yang terkait
pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.

KONTRAS DENGAN PANDANGAN NEGATIF TERSEBUT DI ATAS,


MCGREGOR MEMBUAT EMPAT ASUMSI POSITIF YANG DISEBUTNYA TEORI
Y YAITU:
a. Pegawai menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya
istirahat atau bermain.
b. Pegawai akan berlatih mengendalikan diri, dan emosi untuk mencapai berbagai
tujuan.
c. Pegawai akan bersedia belajar untuk menerima, bahkan belajar lebih bertanggung
jawab.
d. Pegawai mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan keseluruh
populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi manajemen.

Kesimpulan dari teori ini yaitu Teori X berasumsi bahwa kebutuhankebutuhan tingkat yang
lebih rendah mendominasi individu, sedang Teori Y berasumsi bahwa kebutuhan-kebutuhan
tingkat yang lebih tinggi mendominasi individu. McGregor sendiri meyakini bahwa asumsi
Teori Y lebih valid daripada Teori X.

3. TEORI SCIENTIFIC MANAJEMENT Frederick W. Taylor

Frederick W. Taylor ( 1856-1915 ) Manajemen ilmiah mula-mula dikembangkan oleh


Federick Winslow Taylor sekitar tahun 1900an. Taylor terkenal sebagai Bapak Manajemen
Ilmiah karena hasil penelitiannya yang telah dibukukan dalam karyanya “principles scientific
management” tentang usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas kerja berdasarkan
waktu dan gerak pada tahun 1886, dijadikan sebagai pegangan penting bagi para buruh dan
manajer. Dalam penelitiannya itu, ia berpendapat bahwa efesiensi perusahaan rendah karena
banyak waktu dan gerak-gerak buruh yang tidak produktif. Arti pertama, manajemen ilmiah
merupakan penerapan ilmiah metode studi,analisa dan pemecahan masalah-masalah
organisasi. Arti kedua, manajemen ilmiah adalah seperangkat mekanisme–mekanisme atau
teknik–teknik “a bag of trick” untuk meningkatkan efisiensi kerja organisasi dan untuk
mencapai efisiensi dan keefektifan organisasi. Ia berasumsi bahwa manusia harus
diperlakukan seperti mesin. Dalam bekerja, setiap manusia harus diawasi oleh supervisor
secara efektif dan efisien. Gerakan Taylor terkenal dengan gerakan efisiensi kerja. Untuk
menjawab berbagai pertanyaan seperti apakah ada satu cara kerja terbaik “the one best way
of doing job” dia mengajukan sekelompok prinsip- prinsip yang menjadi intinya manajemen
ilmiah. Taylor terkenal dengan rencana peng-upahan yang merangsang “differential rate
system”, yang menghasilkan turunnya biaya dan meningkatnya produktivitas, mutu,
pendapatan pekerja dan semangat kerja karyawan. Taylor menuangkan gagasan-gagasannya
dalam tiga judul makalah, yaitu : Shop Management, The Principle of Scientific
Management, dan Testimony Before the Special House Committee, yang dirangkum dalam
sebuah buku yang berjudul Scientific Management.

Filsafat dibelakang konsep Taylor terletak diatas 4 prinsip yang dikenal dengan
“Empat prinsip dasar Taylor” yaitu :
a. Pengembangan Manajemen Ilmiah yang benar dapat di gunakan untuk menentukan
metode terbaik untuk menjalankan setiap tugas.
b. Seleksi ilmiah untuk karyawan,agar setiap karyawan dapat diberikan taggung jawab
atas sesuatu tugas sesuai dengan kemampuannya.
c. Pendidikan dan pengembangan ilmiah para karyawan.
d. Kerjasama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.

Untuk menerapkan keempat prinsip ini, Taylor mensyaratkan perlunya satu revolusi mental
dikalangan manajer dan karyawan.
Prinsip-prinsip dasar yang menurut dia mendasari pendekatan manajemen ilmiah
adalah :
a. Menggantikan cara yang asal-asalan dengan ilmu (pengetahuan yang sistematis).
b. Mengusahakan keharmonisan dalam gerakan kelompok dan bukannya perpecahan.
c. Mencapai kerjasama manusia dan bukanlah individualisme yang kacau.
d. Bekerja untuk keluaran yang maksimum dan bukan keluaran yang terbatas.
e. Mengembangkan semua karyawan sampai taraf yang setinggi-tingginya, untuk
kesejahteraan maksimum mereka sendiri dan perusahaan mereka

Anda mungkin juga menyukai