DITIRBITKAN OICH :
E{ISIASIKUI.'TURKALUS PADATTJMBT]HAN
Oleh
RamaRSitinjalq
Dosen Kopertis lliloyah I dpk Universitas Prima Indonesla, Meddn
Abstract
This article is written to explain the initiation of plant callus cultures. In this article speci/icatly acplained
about the source of acplans, the composition of the medium, and the response of callus cultures induction. The
callus cultures oe able to grow into root, shoot, and normal embryoidwhich is able be the intact plant, and can
be used to initiqte the cell suspension atltures, and for producing the secondary metabolite. In the growth of
callus, there is a complex connection between the aplan that used in the callus initiation with the composition
of the medium and the condition of the ewiroment. The callus formationfrom the etcplan can be divided into three
steps of darclopment, they are: induction the cell dividing, and differentiation'
perkembangan dari bagian tumbuhan yang eksplan tertentu, selain dengan auksin. dan
dijadikan eksplan. Jaringan muda dari tipe sitokiniq penambatran jenis asam arnino tertentu
tertentu sangat cocok untuk induksi kultur kalus juga dapat meningkatkan induksi kalus. Seperti
(Bonga & Durzan, 1987). Contohnya; embrio pada akar padi Indica var. vizeuing Livan I rh
zygotik, meristemtunas, dan bunga muda. Pada vitro dengan hanya menggunakan2,4-D pada
spesies tertentu, nucellus, daun, filament anther, konsentrasi 0,2 mglL- l0 mg/I- atau kombinasi
atau akar (Merkle et al., in: Bhojwani, 1990), dengan sitokinin (BA, kinetin) dan menambah
kotiledon, hipokotil, petiole (Gallego et al., 2001). asarn amino ftasein hidrolisat dan glutamin) pada
Menurut Wilheln (2000) bahwa pada jaringan medium basal MS (Mandal et al., 2003)
muda, frekuensi induksi dapat mencap ai l00o/o, Perubahan komposisi mineral pada media
sementara frekuensi inisiasi pada jaringan d* s.nyu*u
tumbuh (seperti nitrogen, karbon,
dewasa hanya 20% dan dibutuhkan subkultur organik) dapat mempengaruhi sensitivitas
dalam beberapa bulan. Jadi selainjenis, umur eksplan pada ZPT (Adkins er a/. 2000). Oleh
eksplan juga merupakan faktor penentu karena itu dalam inokulasi eksplan pada medium,
kemampuan induksi kalus. Dalam induksi kalus, harus dipertimbangkan dengan tujuan dilakukan
hampir semuabagian dari organtumbuhan dapat inisiasi dari induksi kalus dari elsplan tersebut.
digunakan sebagai sumber eksplan.
23. Respons Induksi Kultur Kalus
2.2. Inokulasi elisplan pada medium
Eksplan yang dikulturkan ke dalam medium
Eksplan yang telah disterilisasi yang diberikan ZPT terdiri dari beberapa tipe
dikulturkan ke dalam medium agar. Kemudian sel. Setelah beberapa hari (kadang beberapa
disimpan pada suhu 25oC dalam cahaya, atau minggu) kalus mulai muncul dari sel-sel tertentu
gelap, bergantung pada keperluan dari genotip. dari bagian jaringan eksplan yang luka, yang
Medium yang tepat digunakan untuk induksi terdiri dari sel-sel yang berukuran kecil,
kalus tersebut adalah bila kalus akan terinisiasi isodiamef is, dan bersitoplasma padat (Terzi &
banyak sekali dari permukaan yang terpotong Loschiavo, 1990). Namun, tidak semua sel-sel
dalam waktu 3 - 8 minggu. Keberhasilan suatu pada potongan jaringan berespons pada
kultur sangat dipengaruhi oleh komposisi media lingkungan baru. Hanya sel-sel bagian terluar
tumbub antara lain unsur makro dan miko dalam dari jaringan yang terinduksi untuk membelah,
kadar tertentu, sumber karbon dan energi, sementara di bagian tengah tidak mengalami
vitamin dan zat pengatur tumbuh, serta agar pembelahan (Wareing & Graham, 1984). Menurut
untuk mendapatkan media padat sehingga Wiendi et al.(|992)umurfisiologi eksplan yang
terjadi kontak dengan jaringan tumbuhan muda mempunyai keberhasilan yang lebih tinggi
(Gamborg and Shyluk, 198 I ). untuk digunakan dalam indulsi kalus. Semakin
Kombinasi antara kandungan mineral muda eksplan tersebut, semakin banyak sumber
medium berhubungan erat denganjenis eksplan jaringan meristematisnya.
dan kebutuhan untuk mencapai pertumbuhan Proses induksi kalus ini didahului dengan
dan perkembangan optimal. Misalnya medium pembengkakan pada bagian luka dari eksplan,
yang sering digunakan untuk menginduksi kalus yang diikuti oleh serangkaian perubahan
embriogenik adalah medium dasar yang metabolik dan sintesis protein yang memuncak
mengandrmg auksin (Finer, I 994). Kalus tersebut pada pembelahan menuju ke dediferensiasi (Ziv,
akan gagal berkembangmenjadi embrio somatik 1999). Selama induksi sel terjadi perubahan
bila diinduksi pada medium tanpa auksin ekspresi gen yang menghasilkan sintesis protein
(Nomura and Komamine,1999), debab selain dan mRNA yang baru. Informasi genetik ini
mampu menstimulasi pembelahan dan menimbulkan berbagai respon fisiologi dan
menginduksi pembentukan embrio, auksin juga selluler yang melibatkan perubahan progam
mampu mempengaruhi sifat morfogenesis kalus perkembangan terhadap sel-sel dari jaringan
(George and Shenington, 1984; Jimenez and eksplan (Chugh and Khurana (2002). Menurut
Bangerth,200l). Yeoman and Aitchison (1973) inisiasi
Selain au}sin, sitokininjuga berfungsi untuk pembelahan pada lapisan terluar dari jaringan
menstimulasi pembelahan pada massa sel eksplan berhubungan dengan sejumlah faktor,
(Raghavan, I 986). Keduanya dibutuhkan untuk diantaranya respon luka pada potongan
insiasi kalus (Jain and Ishii, I 998). Seperti pada permukaan, tersedianya oksigen dengan lebih
kultur akar tanaman.Iris sp., diperoleh kombinasi banyak, lebih cepat melepaskan CO,
konsentrasi terbaik 4.5 pM 2,4-D dan 0.5.pM meningkatrya ketersediaan nutrien, lebih cepat
kinetin (Laublim et al., I 99 I ). Namun pada j enis melepaskan inhibitor yang mudah menguap.
Keberhasilan dalam inisiasi kultur kalus Graham, C.F. andWareing, P.F. 1984. Devetopmental
tumbuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor control in anhnals and plants. Blackwell
Scientifio Publications Oxford. p. 7 4-7 6.
diantaranya: sumbei eksplan (jenis, ukuran, urnur),
komposisi medium, zat pengafi)r tumbuh, kondisi Gorst, J.R. 2002. Plant tissue culture-its importance
lingkungan. Kondisi kultur yang tepat akan inbiolory. p. 4l-53. /n A. Ti{i and& Williams
berpotensi untuk menginduksi kultur kalus untuk (ed.) The importance ofplant tissue culture
tujuan tertentu. Pertumbuhan kalus melibatkan and biotechnologlt in plant sciences.
hubungan kompleks antara bahan tumbuhan yang Austalia: University of new England Unit
digunakan untuk inisiasi kalus dengan komposisi
medium dan kondisi lingkungan. Proses pembentukan Heinstein, P.F. and El-Shagi, H. 1981. Formation of
kalus dari eksplan dapat dibagi tiga tahap gossypol by Gossypium hirsutum L. cell
perkembangan yaitu: induksi, pembelahan sel, dan suspension cultures. J. Natr:ral Production.
diferensiasi. M:14.
Hsia, Chi-ni & Korban, Schuyler S. 1995. Ramachandran, K. and P.N.C. Nair. 1992. In vitro
Organogenesis and somatic embryogenesis formation ofroots and rhiz,omes from anther
in callus cultues of Rosa hybridaandRosa explants of ginger (Zingiber officinate
chinensis minima. Plant Cell, Tissue and Rosc.). J. of Spices & Aromatic Crops. l:
Organ Culture. (44): l-6. n-74:.
Jain, S.M. and K. Ishii. 1998, R.ecent advances in Rao, I.V.R., M.Y. Aziah, A.N. Rao, and B.S. Cherla.
somatic embryogenesis in forest trees. p, 1998. Propagation ofbamboo and rattan
20-34. In S.H, Mantell et al, (ed.) Reeent through tlssue culture. Agric. Food &
advances in biotechnology for tress Nurit. sci. Div. 32: t-25.
conserv ation and m anagemelzt Stockholm
Sweden: International Foundation for Rout, G.R., P. Das, S. Goel, and S.N. Raina. 199g.
Science, Genetic stabtlity of micropropagated
plotits of ginger. Bot. Bull. Acad. Sin. 39:
Jimnez, V.M. and F. Bangerth. 2001. Endogenous 2327.
hormone concentrations and embryogenic
callus development in wheat. Plant Cell, Sitinj ak, R.R., Siregar; A.H., dan Esyanti, R.R. 2000.
Tissue and Organ Cult. 67: 37 46. Pengaruh pemberian Ekstrak
Saccharomyces c erevis iae tethadap
Kutz, W.GW. dan Constabel, F. 1991. Prodului dan Kandungan Gosipol pada Kultur Kalus
isolasi metabolit sekunder Dalam: Metode G osrypium hirsutum L,, .Berita Biologi
kultur jaringan. Wetter, L.R. dan
Constabel, F. Penerjemah. Widianto, M.B. Slimmon, T., Qureshi, J.A., and Saxenan p.K. 1991.
ITB. Bandung. p. 168. Phenylacetic acid-induced somatic
embryogenesis in cultared hypocotyl
Laubli$ G, H.S. Saini, and M. Cappadocia. 1991. In explants of geranium (Pelargonium x
vitro plant regeneration via somatic hortorumBuley). Pant Cell Reports l0; 5 g7-
embryogenesis from root culture of some 589.
rhizomatous irises. Plant Cell, Tissue and
Organ Cult.27:15-21. Tang, W., Z. Guo, and F. Ouyang. 2001. ptant
regenerationfrom embryogenic cultures
Mandal, A.B., A. Maiti, andA. Biswas. 2003. Somatic
initiatedfron mature loblolly pine zygotic
embryogenesis in root derived callus of
embryos.In vitro Cell. Dev. Biol.-plant.37:
Indicarice. Plant Tissue Cult 13 Q): IZS- 55&563.
133.
Terzi,M. and F. Loschiavo. 1990. Somatic
Merkle, S.A., W.A. Parrott, andE.G. Williams. 1990.
embryogenesis. p. 55-66..Ir S.S. Bhojwani
Application of somatic embryogenesis and
(ed.) Plant tissue culture: Applications and
embryo cloning. In: Plant Ttssue Culture:
limitations. Elsevier, Amsterdam, Oxford,
Applications and Limitations. S.S. NewYork, Tolcyo.
Bhojwani. Elsevier. Amsterdam, Oxford,
New York, Tokyo. P. 67 -93. Wiendi., N.M.A. Wattimen4 G.A. dan Gunawan, L.W.
1992 Produksi senyawa metabolit sekunder
MoharU M.L and K.V. Krishnamurthy. 2002. Somdic
dengan kultur jaringan. Dqlam:
embryagenesis and plant regeneration in
pigeonpea. Biol. Plant. 45 (l):9a5.
Bioteknologi tanaman Depdikbud
Direktorat Pendidikan Tinggi pusat Antar
Nalawade, S.M.,A.P. Sagare, C. Lee, C. Kao, andH. Universitas. IPB. Bogor. p . rc9?19.
Tsay.2003. Studies on tissue culture of
Wilheln, E. 2000. Somatic embryogenesis in oak
chinese medicinal plant resources in
(Quercas spp). Invitro CellDev. Biol. plant
taiwan and their sustainabel utilization.
36:349457.
Revierpaper. Bot. Bull.Acad. Sin.44: 29-98.
Yeoman, M.M. and Aitchison. 197 3. Growth p dtters
Nomura, K. andA. Komamine (1999). Physiological
in tisssue (callug cultures. p. 243-245. In
and morphological aspects of somatic
H.E. Steet (ed.) Plant tissue and cell culture.
embryogenesls. p. 115-131. In W Soh and
Blackwell scintifi c, London.
S.S. Bhojwani (ed.) Morphogenesis in plant
tissue cultures. Kluwer Academic, Ziv,M. I 999. Developmental and sfructural patterns
Dordrecht. Boston. London. of in vrrro plants. p. 235-253. InW. Soh and
Raghavan, V. 1986. Embryogenesis in angiosperms: S.S. Bhojwani (ed.) Morphogenes is in plant
tissue calture. KluwerAcademic, Dordrecht,
A developmental and experimental study.
Cambridge: Cambridge Univ. press. Bostorq London