Anda di halaman 1dari 5

fiIIRIDEIYIilI

rssN No. L4LO-L3L5 VOL. 15 NO.3 JUNI 2ALL

DITIRBITKAN OICH :

KOPERTIS WILAYAH - I { pn0vrNsr Ac€r{ * SUMATERA UTARA )


Akademla Yol. 15 No, 3, Junt 20ll Rama R, Sitinjak : Inisiasi Kultur Kalus Pada Tumbuhan

E{ISIASIKUI.'TURKALUS PADATTJMBT]HAN

Oleh

RamaRSitinjalq
Dosen Kopertis lliloyah I dpk Universitas Prima Indonesla, Meddn

Abstract

This article is written to explain the initiation of plant callus cultures. In this article speci/icatly acplained
about the source of acplans, the composition of the medium, and the response of callus cultures induction. The
callus cultures oe able to grow into root, shoot, and normal embryoidwhich is able be the intact plant, and can
be used to initiqte the cell suspension atltures, and for producing the secondary metabolite. In the growth of
callus, there is a complex connection between the aplan that used in the callus initiation with the composition
of the medium and the condition of the ewiroment. The callus formationfrom the etcplan can be divided into three
steps of darclopment, they are: induction the cell dividing, and differentiation'

Kewords : callus, initiation, Plant.

l.PEI{DAIII]LUAN melalui inisiasi kultur kalus. Hal ini telah banyak


Kultur jaringan berdasarkan pada prinsip berhasil dilalrukan pada berbagai tumbuhan dan dari
totipotensi, yaitu bahwa setiap sel yang hidup berbagai sumber eksplan, diantaranya kalus yang
mempunyai potensi genetik untuk menghasilkan diinisiasi dari daun muda dan segment batang Rosa
kembali organisme keseluruhan. Kultur jaringan trybrida cv. Landora(Hsia & Korban, I 996), dari akar
tumbuhan meliputi beberapa teknik yang /ns sp., (Iaublin et al.,l99l), darihipokotil tumbuhaq
rremungkinkan bersama-sama untuk memelihara geranium (Slimon et al., l99l), dari anther jahe
secara aseptik organ, jaringa& sel-sel, bahkan sel- (Rarrachandran & Nair, 1992),dari kulttr meristem
sel tanpa dinding (protoplas) tumbuhan dalam jahe @out er al., 1998), dan dari ujung twns Zingiber
medium yang nurisinya terkontol. Unsur medium zerumbet Smith (Nalawad e et al., 2003';
dapat dimanipulasi untuk menjaga jaringan yang Namun yang menjadi masalah adalah
dianam tetap hidup, aktifdan berdiferensiasi serta bagaimanakah inisiasi kultur kalus pada tumbuhan?
membelalr monghasilkan kalus (Rao et al., 1998).
Dalam hal ini, kita akan mempelajari inisiasi kultur
Diferensiasi tersebut dapat dipengaruhi oleh ratio
kalus pada tumbuhan terutama dalam penentuan
zat pengatur turnbuh eksogen, auksin dan sitokinin.
sumber eksplan, inokulasi eksplan pada medium
Kedua zat pengatur tumbuh ini berperan penting
kultur, danrespous infuksi kultur kalus.
dalam membuka kunci dan melepaskan ekspresi
totipotensi dengan mempenganrhi dediferensiasi dan
rediferensiasi (GorsL 2002). 2.PEMBAIIASAN
Ditinjau dari segi fungsinya, kalus sangat 2.1. Penentuan sumber eksplan
berpotensi untuk mengembangkan akar, tunas, dan Eksplan adalah bahan tumbuhan yang
embrioid normal yang dapat membentuk tumbuhan, dipakai unflrk memperbanyak tumbuhan dengan
dan juga dapat digunakan untuk inisiasi kultur sistem kultur jaringan. Kesesuaian bagian
suspensi, serta dapat memproduksi metabolit tumbuhan untuk dijadikan eksplan, dipengaruhi
sekunder. Teknik ini telatr banyak dilakukan terhadap oleh banyak faktor. Tirmbuhan yang memiliki
berbagai tumbuhan dengan menggunakan berbagai hubungan kekerabatan dekat.pu& belum tentu
sumber eksplan, dan dengan tujuan yang berbeda. menunjukkan respons in vitr o yangsanra. Oleh
Inisiasi kultur kalus ini sangat dipengaruhi oleh karena itu perlu diketahui, bahwaada tiga hal
kondisi elstemal dan internal. Kurz dan Constabel penting yang berpengaruh terhadap respon in
( I 99 I ) menyatakan batrwa apabila pela}sanaan teknik 1ilro tersebut, yaitu: kemampuan rogenerasi,
kultur jaringan dilakukan pada kondisi yang tepat, tingkat fisiologi dan kesehatan dari tumbuhan
maka kultur sel tumbuhan invitro dapat digunakan donor (Wetherell, I 982).
untuk tujuan yang tepat, misalnya untuk Pada inisiasi dan perkembangan dari sel
memproduksi metabolit sekunder, terutama senyawa tunggal atau dari sekelompok sel sering
yang dianggap mempunyai potensi sebagai obat, bergantung pada sifat eksplan, yang
dan demikian juga untuk multiplikasi tumbuhan berhubungan dengan kondisi tumbuh dan tahap

Dtterbltkan Kopeilis Wilayah I 44


Akademia Vol. 15 No. 3, Juni 20II Rama R. Sitinjak : Inisiasi Kultur Kalus pada Tambuhan

perkembangan dari bagian tumbuhan yang eksplan tertentu, selain dengan auksin. dan
dijadikan eksplan. Jaringan muda dari tipe sitokiniq penambatran jenis asam arnino tertentu
tertentu sangat cocok untuk induksi kultur kalus juga dapat meningkatkan induksi kalus. Seperti
(Bonga & Durzan, 1987). Contohnya; embrio pada akar padi Indica var. vizeuing Livan I rh
zygotik, meristemtunas, dan bunga muda. Pada vitro dengan hanya menggunakan2,4-D pada
spesies tertentu, nucellus, daun, filament anther, konsentrasi 0,2 mglL- l0 mg/I- atau kombinasi
atau akar (Merkle et al., in: Bhojwani, 1990), dengan sitokinin (BA, kinetin) dan menambah
kotiledon, hipokotil, petiole (Gallego et al., 2001). asarn amino ftasein hidrolisat dan glutamin) pada
Menurut Wilheln (2000) bahwa pada jaringan medium basal MS (Mandal et al., 2003)
muda, frekuensi induksi dapat mencap ai l00o/o, Perubahan komposisi mineral pada media
sementara frekuensi inisiasi pada jaringan d* s.nyu*u
tumbuh (seperti nitrogen, karbon,
dewasa hanya 20% dan dibutuhkan subkultur organik) dapat mempengaruhi sensitivitas
dalam beberapa bulan. Jadi selainjenis, umur eksplan pada ZPT (Adkins er a/. 2000). Oleh
eksplan juga merupakan faktor penentu karena itu dalam inokulasi eksplan pada medium,
kemampuan induksi kalus. Dalam induksi kalus, harus dipertimbangkan dengan tujuan dilakukan
hampir semuabagian dari organtumbuhan dapat inisiasi dari induksi kalus dari elsplan tersebut.
digunakan sebagai sumber eksplan.
23. Respons Induksi Kultur Kalus
2.2. Inokulasi elisplan pada medium
Eksplan yang dikulturkan ke dalam medium
Eksplan yang telah disterilisasi yang diberikan ZPT terdiri dari beberapa tipe
dikulturkan ke dalam medium agar. Kemudian sel. Setelah beberapa hari (kadang beberapa
disimpan pada suhu 25oC dalam cahaya, atau minggu) kalus mulai muncul dari sel-sel tertentu
gelap, bergantung pada keperluan dari genotip. dari bagian jaringan eksplan yang luka, yang
Medium yang tepat digunakan untuk induksi terdiri dari sel-sel yang berukuran kecil,
kalus tersebut adalah bila kalus akan terinisiasi isodiamef is, dan bersitoplasma padat (Terzi &
banyak sekali dari permukaan yang terpotong Loschiavo, 1990). Namun, tidak semua sel-sel
dalam waktu 3 - 8 minggu. Keberhasilan suatu pada potongan jaringan berespons pada
kultur sangat dipengaruhi oleh komposisi media lingkungan baru. Hanya sel-sel bagian terluar
tumbub antara lain unsur makro dan miko dalam dari jaringan yang terinduksi untuk membelah,
kadar tertentu, sumber karbon dan energi, sementara di bagian tengah tidak mengalami
vitamin dan zat pengatur tumbuh, serta agar pembelahan (Wareing & Graham, 1984). Menurut
untuk mendapatkan media padat sehingga Wiendi et al.(|992)umurfisiologi eksplan yang
terjadi kontak dengan jaringan tumbuhan muda mempunyai keberhasilan yang lebih tinggi
(Gamborg and Shyluk, 198 I ). untuk digunakan dalam indulsi kalus. Semakin
Kombinasi antara kandungan mineral muda eksplan tersebut, semakin banyak sumber
medium berhubungan erat denganjenis eksplan jaringan meristematisnya.
dan kebutuhan untuk mencapai pertumbuhan Proses induksi kalus ini didahului dengan
dan perkembangan optimal. Misalnya medium pembengkakan pada bagian luka dari eksplan,
yang sering digunakan untuk menginduksi kalus yang diikuti oleh serangkaian perubahan
embriogenik adalah medium dasar yang metabolik dan sintesis protein yang memuncak
mengandrmg auksin (Finer, I 994). Kalus tersebut pada pembelahan menuju ke dediferensiasi (Ziv,
akan gagal berkembangmenjadi embrio somatik 1999). Selama induksi sel terjadi perubahan
bila diinduksi pada medium tanpa auksin ekspresi gen yang menghasilkan sintesis protein
(Nomura and Komamine,1999), debab selain dan mRNA yang baru. Informasi genetik ini
mampu menstimulasi pembelahan dan menimbulkan berbagai respon fisiologi dan
menginduksi pembentukan embrio, auksin juga selluler yang melibatkan perubahan progam
mampu mempengaruhi sifat morfogenesis kalus perkembangan terhadap sel-sel dari jaringan
(George and Shenington, 1984; Jimenez and eksplan (Chugh and Khurana (2002). Menurut
Bangerth,200l). Yeoman and Aitchison (1973) inisiasi
Selain au}sin, sitokininjuga berfungsi untuk pembelahan pada lapisan terluar dari jaringan
menstimulasi pembelahan pada massa sel eksplan berhubungan dengan sejumlah faktor,
(Raghavan, I 986). Keduanya dibutuhkan untuk diantaranya respon luka pada potongan
insiasi kalus (Jain and Ishii, I 998). Seperti pada permukaan, tersedianya oksigen dengan lebih
kultur akar tanaman.Iris sp., diperoleh kombinasi banyak, lebih cepat melepaskan CO,
konsentrasi terbaik 4.5 pM 2,4-D dan 0.5.pM meningkatrya ketersediaan nutrien, lebih cepat
kinetin (Laublim et al., I 99 I ). Namun pada j enis melepaskan inhibitor yang mudah menguap.

Diterbitkan Kopertis Wilayah I 45


Akademia Yol 15 No. 3, Juni 20ll Rama R, Sitiajak : Inisiasi Kultur Kalus Pada Tumbuhan

Struktur dan kuantitas kalus yang diinduksi DAFTARPUSTAKA


bergantung pada jenis dan konsenhasi Z?T yang
ditambahkan ke dalarn medium induksi.
Adkins, S.W., A.L. Adkins, C.M. Ramage, and R.R.
Umunnya sfiuktur kalus yang diinduksi terdiri
dari 2 tipe, yaitukalus remah dankalus kompak.
Williams. 2002. In vitro ecology:
Kalus tersebut ada yang berwarna kekuning- Modilication of headspace and medium
conditlons can optimise tissue and p,lant
kuningan, putih, hijau, atau diwarnai dengan
antosianin.
danelopment. p. 55-77.I2 A. Taji and R.
Kelompok sel-sel yang membelah Williams (ed.) The importance of plant
tissue culture and biotechnolory in plant
membentuk nodul vaskuler (meristemoids) yang
' bisa menjadi pusat-pusat untuk pembentukan
sciences. University ofNew England Unit,
apikal tunas, primordia akar, atau embrio yang
Austalia.
. baru mulai. Lokasi uodul dalam kalus dapat Chugh, A. and P. Khurana. 2002. Gene acpression
dirobah oleh pcrubahan komposisi medium. during somatic embryogenesis recent
Kalus yang tumbuh dapat disubkultur ke dalam advances. Curr. Sci 83 (6):715-730.
mediurn segar, sebab metabolisme yang disekresi
oleh kalus yang tumbuh, bisa bertumpuk ke Dodds. J.H., and L.W. Roberts. 1995. Exp*iments in
tingkat toksik dalam medium. Fragmen kalus . plant tissue culture. USA: Carnbridge Univ.
yang ditransfer harus berukuran cukup untuk Press
menjamin pertumbuhan pada medium segar.
Subkultur yang berturut-turut biasanya Finer, J.J. 1994. Plant regeneration via embryogenic
dilakukan setiap 4 - 6 minggu, dan dipelihara suspension cultures. p. 100-110. /z R.A.
pada medium agar dengan suhu 250C atau lebih Dixon and R.A. Gonzales (ed.) Plant cell
(Dodds and Roberts, 1995). culture: a practical approach.,Second
Menurut Heinstein & El'Shagi ( I 98 I ) battwa Edition. Oxfor4 New York, Tokyo: Oxford
jaringan kalus dibentuk 6-1 0 hari setelah eksplan Univ. Press,
ditanam. Seperti pada eksplan kotiledon
Ganrborgl.O. and J.P. Shyluk. I 98 I . Nutition, media
Gossypium hirsutum yang ditanam dalam
and characteristics ofplant cell and tissue
medium LS dengan penarnbahan zat pengatur
cultures. p.2143. /nT.A. Thorpe (ed.) Plant
turrbuh konsentasi 10{M 2,4-D dan I 0{ M NAA
tissue culturet Methods and applications
mulai memperlihatkan pembentukan kalus pada
in agrlculture. Montreal, sydney, Tokyo:
hari ke 10. Setiap awal subkultur, kalus mula-
Academic Press. lnc,.
mula mengalami perubahan warna meqjadi hitarn
kecoklatan dan pertumbuhannya terhambat. Gallegq P., O. Hih, N. VilalobusiA. Dorado, L. tdartfu!,
Tetapi setelah kalus berumur 14 hari, and H. Guerra. 2001. Somatic
pertumbuhannya mer{adi lebih cepat dan kalus embryogenesis and plant regeneration in
ymg benrama hitam kecoklatanberubah menjadi Medicago arboreaL. In vitro Cell Dev. Biol.
coklat, kemudian menjadi kuning kecoklatan Plant 3T: 199-203.
(Sitinjak e, ar., 2000).
George, E.F. and P.D. Shenington. 1984. Plant
. propdgation by tissue culture. England:
3.PENUTT]P ExegeticsLtd,

Keberhasilan dalam inisiasi kultur kalus Graham, C.F. andWareing, P.F. 1984. Devetopmental
tumbuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor control in anhnals and plants. Blackwell
Scientifio Publications Oxford. p. 7 4-7 6.
diantaranya: sumbei eksplan (jenis, ukuran, urnur),
komposisi medium, zat pengafi)r tumbuh, kondisi Gorst, J.R. 2002. Plant tissue culture-its importance
lingkungan. Kondisi kultur yang tepat akan inbiolory. p. 4l-53. /n A. Ti{i and& Williams
berpotensi untuk menginduksi kultur kalus untuk (ed.) The importance ofplant tissue culture
tujuan tertentu. Pertumbuhan kalus melibatkan and biotechnologlt in plant sciences.
hubungan kompleks antara bahan tumbuhan yang Austalia: University of new England Unit
digunakan untuk inisiasi kalus dengan komposisi
medium dan kondisi lingkungan. Proses pembentukan Heinstein, P.F. and El-Shagi, H. 1981. Formation of
kalus dari eksplan dapat dibagi tiga tahap gossypol by Gossypium hirsutum L. cell
perkembangan yaitu: induksi, pembelahan sel, dan suspension cultures. J. Natr:ral Production.
diferensiasi. M:14.

Diteftitkan Kopertis Wilayah I 46


Akademia Vol. 15 No. 3, Juni 2011 Rama R, Sitinjak : Inisiasl Kuhur Kalus pada Tambulan

Hsia, Chi-ni & Korban, Schuyler S. 1995. Ramachandran, K. and P.N.C. Nair. 1992. In vitro
Organogenesis and somatic embryogenesis formation ofroots and rhiz,omes from anther
in callus cultues of Rosa hybridaandRosa explants of ginger (Zingiber officinate
chinensis minima. Plant Cell, Tissue and Rosc.). J. of Spices & Aromatic Crops. l:
Organ Culture. (44): l-6. n-74:.
Jain, S.M. and K. Ishii. 1998, R.ecent advances in Rao, I.V.R., M.Y. Aziah, A.N. Rao, and B.S. Cherla.
somatic embryogenesis in forest trees. p, 1998. Propagation ofbamboo and rattan
20-34. In S.H, Mantell et al, (ed.) Reeent through tlssue culture. Agric. Food &
advances in biotechnology for tress Nurit. sci. Div. 32: t-25.
conserv ation and m anagemelzt Stockholm
Sweden: International Foundation for Rout, G.R., P. Das, S. Goel, and S.N. Raina. 199g.
Science, Genetic stabtlity of micropropagated
plotits of ginger. Bot. Bull. Acad. Sin. 39:
Jimnez, V.M. and F. Bangerth. 2001. Endogenous 2327.
hormone concentrations and embryogenic
callus development in wheat. Plant Cell, Sitinj ak, R.R., Siregar; A.H., dan Esyanti, R.R. 2000.
Tissue and Organ Cult. 67: 37 46. Pengaruh pemberian Ekstrak
Saccharomyces c erevis iae tethadap
Kutz, W.GW. dan Constabel, F. 1991. Prodului dan Kandungan Gosipol pada Kultur Kalus
isolasi metabolit sekunder Dalam: Metode G osrypium hirsutum L,, .Berita Biologi
kultur jaringan. Wetter, L.R. dan
Constabel, F. Penerjemah. Widianto, M.B. Slimmon, T., Qureshi, J.A., and Saxenan p.K. 1991.
ITB. Bandung. p. 168. Phenylacetic acid-induced somatic
embryogenesis in cultared hypocotyl
Laubli$ G, H.S. Saini, and M. Cappadocia. 1991. In explants of geranium (Pelargonium x
vitro plant regeneration via somatic hortorumBuley). Pant Cell Reports l0; 5 g7-
embryogenesis from root culture of some 589.
rhizomatous irises. Plant Cell, Tissue and
Organ Cult.27:15-21. Tang, W., Z. Guo, and F. Ouyang. 2001. ptant
regenerationfrom embryogenic cultures
Mandal, A.B., A. Maiti, andA. Biswas. 2003. Somatic
initiatedfron mature loblolly pine zygotic
embryogenesis in root derived callus of
embryos.In vitro Cell. Dev. Biol.-plant.37:
Indicarice. Plant Tissue Cult 13 Q): IZS- 55&563.
133.
Terzi,M. and F. Loschiavo. 1990. Somatic
Merkle, S.A., W.A. Parrott, andE.G. Williams. 1990.
embryogenesis. p. 55-66..Ir S.S. Bhojwani
Application of somatic embryogenesis and
(ed.) Plant tissue culture: Applications and
embryo cloning. In: Plant Ttssue Culture:
limitations. Elsevier, Amsterdam, Oxford,
Applications and Limitations. S.S. NewYork, Tolcyo.
Bhojwani. Elsevier. Amsterdam, Oxford,
New York, Tokyo. P. 67 -93. Wiendi., N.M.A. Wattimen4 G.A. dan Gunawan, L.W.
1992 Produksi senyawa metabolit sekunder
MoharU M.L and K.V. Krishnamurthy. 2002. Somdic
dengan kultur jaringan. Dqlam:
embryagenesis and plant regeneration in
pigeonpea. Biol. Plant. 45 (l):9a5.
Bioteknologi tanaman Depdikbud
Direktorat Pendidikan Tinggi pusat Antar
Nalawade, S.M.,A.P. Sagare, C. Lee, C. Kao, andH. Universitas. IPB. Bogor. p . rc9?19.
Tsay.2003. Studies on tissue culture of
Wilheln, E. 2000. Somatic embryogenesis in oak
chinese medicinal plant resources in
(Quercas spp). Invitro CellDev. Biol. plant
taiwan and their sustainabel utilization.
36:349457.
Revierpaper. Bot. Bull.Acad. Sin.44: 29-98.
Yeoman, M.M. and Aitchison. 197 3. Growth p dtters
Nomura, K. andA. Komamine (1999). Physiological
in tisssue (callug cultures. p. 243-245. In
and morphological aspects of somatic
H.E. Steet (ed.) Plant tissue and cell culture.
embryogenesls. p. 115-131. In W Soh and
Blackwell scintifi c, London.
S.S. Bhojwani (ed.) Morphogenesis in plant
tissue cultures. Kluwer Academic, Ziv,M. I 999. Developmental and sfructural patterns
Dordrecht. Boston. London. of in vrrro plants. p. 235-253. InW. Soh and
Raghavan, V. 1986. Embryogenesis in angiosperms: S.S. Bhojwani (ed.) Morphogenes is in plant
tissue calture. KluwerAcademic, Dordrecht,
A developmental and experimental study.
Cambridge: Cambridge Univ. press. Bostorq London

Diterbitkan Kopefiis llilayah I 47

Anda mungkin juga menyukai