Anda di halaman 1dari 79

MAKALAH

SITOHISTOTEKNOLOGI

NAMA : MUH. ILHAM AMILUDDIN


NIM : E.19.04.031
KELAS : DIII. ANALIS KESEHATAN TK. 2 A

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul “Jaringan Tubuh”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Sitohitoteknologi, Stikes Panrita Husada Bulukumba.

Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulisan makalah ini. Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, hal itu di karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita. Akhir kata, mohon maaf apabila dalam
penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.

Bulukumba, 24 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul

Kata Pengantar…………………………………………………………………..…..……...…i

Daftar Isi…………………………………………………………………….....……………...ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.…………………………………………………..…….………….…..1
B. Rumusan Masalah……..…………………………………………………...….…...….3
C. Tujuan Penulisan………..…………………………………………….…...….……….3

BAB II PEMBAHASAN

A. Jaringan Epitel………………..………………………………………………………..4
B. Jaringan Saraf………………………………………………………………………...21
C. Jaringan Otot…………………………………………………………………………26
D. Jaringan Ikat…………………………………………………...……………………..40
E. Jaringan Adiposa……………………………………………………………………..56

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………..……………………………….……….……………..……73
B. Saran…………………………………………………………...…...…….….............74

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahan ajar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan akan bahan-bahan kuliah
yang mempelajari struktur jaringan tubuh dalam setiap organ tubuh. Untuk
mempelajarinya diperlukan pengetahuan mendasar tentang jenis-jenis jaringan
yang ada dalam tubuh, khususnya jaringan epitel. Dalam jaringan, pada umumnya
terdapat 3 komponen dasar yang menyusunnya yaitu
1. Sel : merupakan komponen yang bersifat hidup dalam jaringan dan merupakan
Unit Struktural dan Fungsional yang terkecil dari organisme.
2. Substansi interseluler : bersifat tidak hidup dan sebagai hasil produksi sel,
terdapat diantara sel-sel dalam jaringan. Bentuk fisiknya : dapat sebagai
substansi dasar, karena tidak berbentuk dan dalam keadaan setengah padat,
juga dapat sebagai serabut.
3. Cairan : merupakan komponen yang menonjol dalam plasma darah, cairan
limfe, cairan jaringan dan sebagainya.
Jaringan saraf terdiri dari neuron dan neuroglia. Neuron adalah perantara
komunikasi antara otak dan tubuh, sedang neuroglia adalah sel pendukung bagi
neuron- sel neuroglia melindungi dan memelihara neuron. Rangsang adalah
stimulus yang mengakibatkan perubahan dalam tubuh atau bagiannya. Kecepatan
lintasan serabut mengirimkan pesan dari satu tempat ketempat lain berkisar 300
kilometer perjam. Neurohumor adalah ujung serabut saraf pelepas zat kimia, yang
bila salah satu sel mengeluarkan sinyal sel saraf yang lain sekitar 25000 akan siap
beraksi.
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja
mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel otot memiliki
struktur filamen dalam sitoplasma, bentuk selnya memanjang agar dapat
melangsungkan perubahan sel menjadi pendek. Di balik mekanisme otot yang
secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu, terjadilah beberapa proses
kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan kontraksi otot. Dalam makalah ini,
dengan tujuan akhir pada penjelasan lengkap tentang proses di balik kontraksi otot,
akan dibahas dahulu mengenai zat-zat kimia penyusun filamen-filamen tebal dan
tipis yaitu aktin dan miosin. Tubuh manusia mengandung lebih dari 400 otot
1
rangka, yang merupakan 40% -50% dari total berat badan otot rangka melakukan
tiga fungsi penting:
1. kekuatan generasi untuk bergerak dan bernapas.
2. kekuatan generasi untuk dukungan postural
3. produksi panas selama periode stres dingin

Jaringan epitel (epithelium) disusun oleh sel-sel sejenis yang menutupi atau
membalut permukaan luar dan dalam organ tubuh yang berbentuk tubulus (saluran)
maupun cavum (rongga). Sel-sel epitel juga diketahui dapat berproliferasi
menumbuhkan folikel kelenjar, seperti folikel rambut. Epitel permukaan organ
tubuh terdiri dari kumpulan atau deretan sel- sel yang sangat rapat susunannya
sehingga membentuk suatu lembaran atau lapisan yang substansi interselulernya
sangat sedikit dan tipis atau tidak punya, dan cairannya sangat sedikit.

Jaringan ikat berbeda dengan jaringan epitel dalam beberapa hal antara
lain : jaringan ikat jarang sekali terletak bebas, lazimnya terdapat di bawah
jaringan epitel atau terdapat di antara organ-organ tubuh sebagai pengikat atau
pengisi ruang antara. Selanjutnya jumlah sel jaringan ikat relatif lebih sedikit dari
jaringan epitel dari jaringan epitel dan bahan antar selnya lebih banyak.

Jaringan Adiposa merupakan suatu model terintegrasi antara sistem


endokrin dengan signaling dalam regulasi metabolisme energi. Sejak tahun 1990,
meskipun hipotesis hubungan antara jaringan jaringan adiposa dengan jaringan lain
sulit dibuktikan pada saat itu, tetapi penelitian penelitian terus dilakukan. Pada
perkembangannya, akhir akhir ini sebagian besar peneliti berpendapat bahwa
jaringan adiposa mempunyai peranan penting selain dalam metabolisme dan
cadangan energi, juga dalam pertumbuhan serta respon hubungan antara endokrin
dan neuronal.

Hubungan tersebut baru sebagian dapat dijelaskan secara molekur setelah


pada dekade terakhir pada tahun 1994 dilakukan penelitian dengan metode kloning
pada mencit obes. Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa jaringan adiposa
mempunyai peranan multifungsi pada tubuh manusia. Dari gen mencit ini ternyata
dihasilkan hormone antara lain leptin, resistin, adiponektin, Tumor necrosing
Factor- α (TNF-α), ataupun interleukin-6 (IL-6). Adiposit mengeluarkan zat yang
dinamakan adipositokin yang memiliki efek terhadap obesitas, diabetes dan

2
penyakit kardiovaskuler,sehingga jaringan lemak secara langsung berhubungan
kelainan yang diakibatkan obesitas.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan permasalahan yaitu :
1. Menjelaskan apa itu jaringan epitel
2. Menjelaskan apa itu jaringan saraf
3. Menjelaskan apa itu jaringan otot
4. Menjelaskan apa itu jaringan ikat
5. Menjelaskan apa itu jaringan adiposa
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa itu jaringan epitel
2. Untuk mengetahui apa itu jaringan saraf
3. Untuk mengetahui apa itu jaringan otot
4. Untuk mengetahui apa itu jaringan ikat
5. Untuk mengetahui apa itu jaringan adiposa

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jaringan Epitel
Jaringan epitel (epithelium) disusun oleh sel-sel sejenis yang menutupi atau
membalut permukaan luar dan dalam organ tubuh yang berbentuk tubulus (saluran)
maupun cavum (rongga). Sel-sel epitel juga diketahui dapat berproliferasi
menumbuhkan folikel kelenjar, seperti folikel rambut. Epitel permukaan organ
tubuh terdiri dari kumpulan atau deretan sel- sel yang sangat rapat susunannya
sehingga membentuk suatu lembaran atau lapisan yang substansi interselulernya
sangat sedikit dan tipis atau tidak punya, dan cairannya sangat sedikit.
Epithelium berasal dari kata epi yang berarti di atas dan thele berarti punting
(nipple). Istilah persebut untuk pertama kali digunakan terhadap suatu lapisan pada
permukaan bibir yang tembus cahaya. Dibawah lapisan tersebut terdapat punting-
punting (papilae) jaringan pengikat yang banyak mengandung kapiler darah.
Jaringan epitel tidak berdiri terlepas, tetapi melekat erat pada jaringan di bawah
deretan sel, jaringan ini dinamakan membrana basalis (Gambar 1). Membrana
basalis ini merupakan tempat sel epitel melekat.

Gambar 1. Sel Epitel Melekat pada Membran Basal

Membrana basalis ini dahulu dianggap sebagai kondensasi substitusi dasar


jaringan ikat di bawah epitel yang langsung berhubungan dengan jaringan epitel.
Sekarang membrana basalis dianggap sebagai hasil produksi langsung sel epitel.
Membrana ini bersifat amorf, mengandung kolagen tipe IV. Membrana basalis
tidak dapat dilihat dengan mikroskop optik dengan teknik pewarnaan

4
Haematoksilin-Eosin (H.E.), tetapi dapat diidentifikasi bila diwarnai dengan
reagen PAS atau pewarna perak.

Pembuluh darah dan limfe tidak dapat menembus membran basalis, dia
bersifat permeabel sehingga zat makanan dari jaringan dibawahnya dapat merespon
dan dikirim ke jaringan epitelium melalui proses difusi dari jaringan ikat di
bawahnya.

Mikroskop elektron secara skematis (Gambar 2) memperlihatkan, bahan membrana


basalis tersusun oleh:
1. Lamina basalis, yang merupakan lapisan di bawah sel epitel setebal 500-800 A
terdiri atas filamen tipis dengan diameter 30-40 A Filamen membentuk
anyaman dalam substansi dasar membrana basalis dan berhubungan langsung
dengan membran dasar sel epitel terdekat.
2. Lamina fibroretikularis, yang merupakan serabut kecil-kecil sebagai serabut
retikuler, di sebelah luar lamina basalis.
3. Substansi dasar yang mengandung protein polisakarida.

Gambar 2. Membrana Basalis (Mikroskop Elektron)


A: Lamina Basalis; B: Lamina fibro retikuler; C: Serabut kolagen;
D: Membrana Basalis

Embriologi jaringan epitel berasal dari tiga daun kecambah (embryonic


germ layers) yaitu: lapisan ektoderm misalnya epitel permukaan kulit tubuh. Dari
lapisan entoderm misalnya epitel dinding duodeum. Dari lapisan mesoderm ada 2
yaitu : Endothelium yang merupakan susunan sel-sel yang membatasi permukaan
dalam pembuluh darah, jantung dan pembuluh limfe. Mesothelium yang
merupakan susunan sel-sel yang membatasi rongga tubuh yang besar yang juga
menutupi beberapa organ tertentu seperti misalnya melapisi peritoneum, pleura,

5
dan perikardium. Dalam perkembangan, pada suatu tempat epitel dapat melekuk,
menjadi batang atau pipa sehingga menjadi epitel kelenjar.

Berdasarkan ciri khas yang dimiliki oleh masing-masing jaringan epitel,


jaringan ini mampu menjalankan fungsi tertentu, yaitu sebagai pelindung, absorpsi,
sekresi dan ekskresi, menerima reseptor rangsangan, serta sebagai barrier pada
proses permiabilitas selektif.

1. Asal-Usul Epitel
Sebagian besar epitel tumbuh dari lapisan ektoderm dan entoderm,
walaupun ada sejumlah epitel yang berasal dari mesoderm. Dari lapisan
ektoderm misalnya epitel kulit dan derivatnya seperti rambut, bulu, cakar, kuku,
tanduk, jengger, gelambir, invaginasi kulit. Dari lapisan endoderm : melapisi
bagian dalam tubuh, misalnya epitel dinding duodenum. Pada umumnya
mesoderm yang terdapat di antara ektoderm dan entoderm embrio akan menjadi
jaringan pengikat atau otot. Sedangkan epitel yang berbentuk membran dan
berasal dari mesoderm ada 2 yaitu : endotelium yang merupakan susunan sel-
sel yang membatasi permukaan dalam pembuluh darah, jantung dan pembuluh
limfe. Mesotelium yang merupakan susunan sel-sel yang membatasi rongga
tubuh yang besar yang juga menutupi beberapa organ tertentu seperti misalnya
melapisi peritonium, pleura dan perikardium. Dalam perkembangan, pada suatu
tempat epitel dapat melekuk, menjadi batang atau pipa sehingga menjadi epitel
kelenjar.
Jaringan epitel dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok
berdasarkan atas bentuk dan jumlah lapisan sel-selnya. Untuk penamaan epitel
banyak lapis umumnya berdasarkan bentuk sel permukaannya tanpa
memperhatikan bentuk sel yang ada pada lapisan di bawahnya. Dari uraian ini
maka jaringan epitel dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yakni:
I. Epitel pelapis yaitu epitelium superfisial yang bersifat membran atau
lembaran/lapisan.
II. Epitel kelenjar yaitu epitelium glandulare.
2. Epitel Pelapis
Epitel ini dapat dikelompokkan dan diberi nama berdasarkan patokan
tertentu.
1. Berdasarkan Bentuk Sel Epitel:
6
- Epitelium squamousum dengan epiteliocytus squamous: pipih/gepeng
- Epitelium kuboideum dengan epiteliocytus cuboideus.: kuboid.
- Epitelium kolumnar dengan epiteliocytus columnaris: silindris.

Epitel Pipih/ Gepeng/ Squamous

Karena berbentuk sebagai sisik ikan maka disebut sel squamuos.


Dengan demikian ukuran tinggi atau tebal kurang dari ukuran panjang dan
lebar selnya. Pada potongan tegak lurus permukaan (melintang), epitel
tampak bentuk sel yang memanjang dengan bagian tengahnya yang berisi
inti tampak lebih menonjol sehingga bagian tersebut terlihat lebih tebal bila
dibandingkan dengan bagian tepi dari sitoplasma (Gambar 3). Sedangkan
apabila dilihat dari permukaan epitel tampak sel-selnya berbentuk tidak
teratur atau polygonal (Gambar 4).

Gambar 3.
Potongan Melintang sel epitel squamous simplek pada
pembuluh darah dan glomerulus ginjal

Gambar 4. Epitel Pipih Selapis Dilihat dari Permukaan

Epitel Kuboid
Bentuk dari sel epitel ini berbentuk kubus, mempunyai ukuran tebal
dan panjang sel yang sama, nampak sebagai bujur sangkar (Gambar 5).
7
Biasanya inti berbentuk bulat terletak ditengah sel (ditunjukkan oleh tanda
panah hitam pada Gambar 5). Penampang melintang memperlihatkan sel
berbentuk kubus, sedangkan dari permukaan sel epitel inibentuk selnya
tampak berbentuk heksagonal atau poligonal. Epitel kuboid tersusun atas
membrane basalis. Epitel kuboid rendah pada penampang melintang terlihat
ukuran tinggi selnya lebih kecil dari lebarnya, sedangkan epitel kuboid
tinggi terlihat sebaliknya.

Gambar 5. Epitelium Kuboid Selapis.

Epitel Kolumner/Silindris
Jaringan epitel ini secara histologi pada penampang melitang
bentuk selnya terlihat silindris, berdiri pada membrane basal, dan
mempunyai ukuran tinggi yang melebihi ukuran lebarnya. Inti selnya
berbentuk lonjong terletak mendekati basal dan terletak pada sumbu
tegak lurus dari membrane basal (Gambar 6). Apabila dilihat dari
permukaan (penampang atas), sel epitelnya terlihat berbentuk poligonal.

Gambar 6. Epitel Silindris Selapis.

2. Berdasarkan Jumlah Lapisan Sel Epitel:


- Epitelium simpleks: selapis (seperti contoh gambar di atas)
- Epitelium stratifikatum/kompleks: berlapis-lapis. Berlapis, hanya sel-
8
sel dasar (basal) saja mencapai membrana basalis.

Gambar 7. Skematis Tipe-tipe Epitelium


Epitelium pseudostratifikatum/pseudokompleks/semu berlapis.
Epitel ini sebenarnya tersusun atas satu baris sel berbentuk silindris.
Melihat letak deretan inti sel-sel, seakan-akan epitel ini berlapis, namun
sebenarnya tidak berlapis hanya ukuran tinggi sel-sel berbeda-beda. Bentuk
dan ukuran dari epitel ini tidak teratur sehingga inti sel epitel ini terlihat
memiliki lebih dari satu lapisan. Pada jenis epitel ini semua sel bersandar
pada membrana basilis, tetapi tidak semuanya mencapai permukaan sebagai
sel silindris atau sel mangkok (goblet cells) atau sel kelenjar. Sel yang
berdiri pada membrane basal umumnya pendek, berbentuk segitiga dan
terletak diantara sel-sel yang lebih tinggi. Sel mangkok membalut
permukaan epitel dan mengeluarkan lendir berfungsi untuk menangkap
kotoran, sementara adanya silia dari sel silindris berperan menggerakkan
lendir beserta kotoran yang telah ditangkap ke arah luar saluran. Epitel ini

dapat dijumpai pada saluran sistem pernapasan.


Gambar 8. Epitel Pseudokompleks bersilia.

9
Epitelium transitional/Peralihan
Epitel peralihan (transitional) termasuk kelompok banyak lapis yang
memiliki variasi yng luas. Epitel jenis ini terutama dimiliki oleh alat
berongga yang dapat mekar jika bertambah isi. Oleh karena itu bentuk sel
berlapis yang kolumner dapat berubah menjadi kuboid rendah jika alat
penuh isi. Ciri khas epitel ini adalah bahwa lapisan permukaan yang
membatasi lumen dilengkapi dengan sel-sel khusus, berbentuk bulat yang
akan menjadi sel pipih dan memanjang jika mengembang atau meregang.
Sedangkan pada keadaan kendor sel permukaan besar dan agak bulat
(ditunjukkan oleh angka 2 pada Gambar 9), sel di bawahnya terlihat kecil
dan bentuknya tidak teratur (ditunjukkan oleh angka 1 pada Gambar 9).
Contoh dijumpai pada ureter dan Vesika urinaria Permukaan lumen epitel
ini relatif halus bila dilihat dengan mikroskop cahaya sedangkan bila dilihat
di bawa mikroskop electron terlihat membrane plasma menebal dan
menempel melalui filament sitoplasmik pada membrane plasma luar.

Gambar 9. Epitel Transisional


3. Berdasarkan Jumlah dan Bentuk Sel Epitel dikenal:
- Epitelium simpleks squamosum/epitel selapis pipih. Contoh : lapisan
luar kapsula glomeruli pada ginjal, labyrinth, endothelium (Gambar 10),
permukaan dalam menbrana tympani, rete testis, vasa darah dan limfa,
duktus alveolaris dan alveoli paru, mesotelium rongga tubuh, pars
descendens ansa henle pada ginjal. Seluruh sel yang menyusun epitel ini
berbentuk gepeng dan tersusun dalam satu lapisan

10
Gambar 10. Epitelium Pipih Selapis pada lapisan luar kapsula glomeruli
ginjal (kiri) dan endothelium (kanan)
- Epitelium simpleks kuboideum/epitel kuboid selapis susunannya terdiri
atas selapis sel yang berbentuk kuboid dengan inti yang bulat ditengah
(Gambar 11). Contoh : pada plexus choroideus di ventriculus otak,
folikel glandula thyroidea, epitel germinativum pada permukaan
ovarium, epitel pigmentosa retinae, ductus exretorius beberapa kelenjar.

Gambar 11.Epitelium Kuboid Selapis


- Epitelium simpleks columnare/epitel silindris selapis: susunannya
terdiri atas selapis sel-sel yang berbentuk silindris dengan inti yang
berbentuk oval tampak terletak pada satu deretan. Contoh : pada
permukaan selaput lendir tractus digestivus dari lambung sampai anus,
vesica fellea, ductus exretorius beberapa kelenjar. Epitel pada
permukaan usus selain berfungsi sebagai pelindung juga berfungsi
sebagai sekresi,karena diantarannya terdapat sel-sel yang mampu
menghasilkan lendir. Bahkan pada beberapa tempat terdapat hampir

11
seluruh epitelnya terdiri atas sel kelenjar yang berbentuk sebagai
piala,sekarang dinamakan sel piala (goblet sel).

Gambar 12. Epitelium Silindris Selapis dengan Goblet Sel (1) dan tanpa Sel
Goblet (2)
- Epitelium squamosum compleks/epitelium stratificatum
squamosum/epitel gepeng berlapis: Epitel ini lebih tebal dari epitel
selapis. Pada potongan tegak lurus permukaan (melintang) terlihat
berbagai bentuk sel yang menyusunnya, walaupun disebut epitel
gepeng. Yang berbentuk gepeng hanyalah sel-sel yang terletak pada
lapisan permukaan,sedangkan sel-sel yang terletak lebih dalam
bentuknya berubah. Sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya
berubah. Sel-sel yang terletak paling basal berbentuk kuboid atau
silindris melekat pada membrana basalis. Diatas sel-sel silindris ini
terdapat lapisan sel yang berbentuk polihedral yang makin mendekati
permukaan makin memipih.Epitel jenis ini sangat cocok untuk
berfungsi proteksi,tetapi sebaliknya kurang cocok untuk fungsi sekresi.
Oleh karena itu, apabila pada permukaan epitel gepeng berlapis terdapat
cairan, bukanlah berasal dari epitil itu sendiri melainkan berasal dari
kelenjar yang terdapat dibawah epitil. Karena berlapis dan tebal,maka
kemungkinan timbul gangguan nutrisi.Sekarang epitil jenis ini
dibedakan 2 macam yaitu :
1. Epitelium stratificatum squamosum noncornificatum/epitel gepeng
berlapis tanpa keratin (tanpa penandukan). Epitel ini terdapat pada
permukaan basal,misalnya pada covum oris, oesofagus, cornea,
conjuntiva, vagina dan urethrae feminina.

12
Gambar 13. Epitel Pipih Berlapis tanpa Penandukan oesofagus (kiri)
dan Kornea (Kanan)
2. Epitelium stratificatum squamosum cornificatum/epitel gepeng
berlapis berkeratin penandukan). Struktur epitel ini mirip dengan
epitel gepeng berlapis tanpa keratin, kecuali sel-sel permukaannya
mengalami perubahan menjadi suatu lapisan yang mati yang tidak
jelas lagi batas-batas selnya. Lapisan permukaan tersebut
merupakan lapisan keratin. Jenis epitel ini diketemukan pada
permukaan epidermis kulit (Gambar 14)

Gambar 14.Epitel Pipih Berlapis pada Kulit Mengalami Penandukan


Mempelajari epitel gepeng berlapis dapat dilihat lapisan-lapisan sel
pada epidermis kulit sebagai berikut :
- Stratum basale : merupakan lapisan dasar,sel berbentuk silindris pendek
atau kubus. Dalam sitoplasmannya terdapat butir-butir pigmen melanin.
- Stratum spinosum : lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang
berbentuk polihedral. Pada pengamatan dengan mikroskop cahaya
terlihat seakan-akan selnya berduri (spina) yang sebenarnya disebabkan
adanya bangunan yang disebut desmosome.
13
- Stratum granulosum : lapisan ini terdiri atas 2-4 lapis sel yang berbentuk
belah ketupat dengan sunmbu panjangnya sejajar permukaan. Didalam
sel-selnya terdapat butir-butir keratolin,oleh karena mulai lapisan ini
terjadi perubahan-perubahn faali.
- Stratum lusidum : lapisan ini kadang-kadang tidak jelas karena tampak
sebagai garis jernih yang homogen. Sebenarnya lapisan ini terdiri atas
sel-sel tidak berinti yangtelah mati yang mengandung zat yang
dinamakan eleidin dalam sitoplasmanya.
- Stratum korneum : merupakan lapisan yang teratas dari epidermis. Pada
lapisan ini zat eleidin telah berubah menjadi keratin. Bagian terluar dari
lapisan ini, bagian-bagian epidermis dilepaskan sehingga merupakan
lapisan tersendiri yang dinamakan stratum disjunctum.
Epitelium silindrikum kompleks/epitel silindris berlapis/stratified
columnar epithelium.
Epitel ini terdiri atas beberapa lapisan sel dengan lapisan yang
teratas berbentuk silindris dan bagian basal selnya tidak mencapai
membrana basalis. Lapisan sel-sel dibawah sel silindris berbentuk lebih
pendek bahkan bagian yang terbawah berbentuk kuboid (Gambar 15).
Contoh : pada fornix conjunctiva, urethrae pars kavernosa, peralihan
oropharynx ke larynx. Pada permukaan sel dari lapisan teratas dilengkapi
dengan silia, misalnya pada facies nasalis falatum molle, larynx dan
esofagus dari fetus.

Gambar 15. Epitel Silindris Berlapis (terlihat melapisi dinding lumen)

14
Epitelium kuboideum kompleks/epitel kubus berlapis.
Merupakan epitel berlapis yang terdiri atas sel-sel permukaan yang
berbentuk kuboid (Gambar 16). Contoh : pada dinding antrum folikuli
ovarii, duktus exkretorius glandula parotis.

Gambar 16. Epitelium Kuboid Berlapis.

Epitelium cylindricum pseudocompleks/epitel silindris


bertingkat/epitel silindris berlapis semu.
Epitil ini sepintas lalu, mirip epitel berlapis, namun apabila
diperhatikan secara seksama ternyata tidak berlapis. Epitel jenis ini juga
mempunyai modifikasi dengan adanya silia pada permukaan sel yang
berukuran tinggi sehingga epitel ini disebut epitel silindris berlapis semu
bersilia (Gambar 17). Contoh : dijumpai pada trachea, broncus yang besar,
ductus deferens.

Gambar17. Epitel Silindris Berlapis Semu


3. Epitel Khusus
a. Epitel bersilia: ada 2 macam silia yaitu silia bergerak (kinosilia), gerak
sendiri contoh pada spermatozoa dan gerak zat lain contoh pada sel

15
respiratorius dan oviduk. Silia tidak bergerak (stereosilia), seperti mikrovili
panjang-panjang saling bergandengan melalui anastomosis yang fungsinya
memperluas permukaan skretorik. Contoh pada duktus epididimis.
b. Neuroepitelium: Sel epitel ini mengalami deferensiasi sehingga dapat
menghantarkan stimulus, mempunyai rambut seperti silia. Contoh dapat
dijumpai pada organ gustus (pengecap), epitel olfaktorius.
c. Epitel berpigmen: epitel yang berfungsi dalam penangkapan sinar matahari.
Contoh pada retina mata.
d. Myoepitelium: epitel ini mengandung myofibril (serabut otot) sehingga
dapat berkontraksi. Terbentuk dari sel mio-epitel, dimana sel ini terdapat
antara kutub dasar sel epitel kelenjar dan membrana basalis, berbentuk
bintang memeluk sel kelenjar, mengandung filamen kontraktil, sel ini
dianggap ikut membantu “memeras” sekret keluar dari kelenjar. Disebut
juga sebagai sel keranjang karena sel mioepitel diduga berfungsi membantu
mendorong sekreta kelenjar ke dalam ductus excretorius, apalagi terlihat
bahwa tonjolan-tonjolan sitoplasmanya yang panjang mengelilingi Pars
secretoria membentuk anyaman sebagai keranjang.
e. Endotelium: Epitel ini mempunyai bentuk pipih selapis, menjadi dinding
terdalam dari pembuluh darah dan limfe. Fungsi endotelium sebagai media
pertukaran zat antara pembuluh darah dengan ruang jaringan ikat.
f. Mesotelium: Bentuk epitel ini mirip dengan endotelium, yang merupakan
susunan sel- sel yang membatasi rongga tubuh yang besar yang juga
menutupi beberapa organ tertentu misalnya yang melapisi peritoneum,
pleura dan pericardium.
g. Retikuler epitelium: epitel ini membentuk jala / retikuler. Contoh dapat
dijumpai pada timus dan organ-organ pembentuk darah.
h. Synsisium: merupakan epitel dengan batas sel mengabur. Pada
pembentukan epitel, batas samping sel-sel dapat mengabur, sukar dilihat,
sehingga pada pemeriksaan preparat dengan pengecatan Haematoksilin-
Eosin (HE), epitelnya hanya dapat dikenal dengan melihat inti-inti sel yang
berderet-deret. Contoh pada vili choriales plasenta.
4. Struktur Khusus pada Permukaan Sel Epitel
Pengkhususan struktur pada permukaan sel epitel merupakan modifikasi
pada permukaan lateral, bagian basal dan bagian apeks. Terjadinya modifikasi
16
untuk berbagai fungsi seperti mengikat epitelium yang satu dengan yang
lainnya, difusi antar sel, untuk penghalang (barier) antar sel, masuknya zat-zat
dari lumen yang dibatasi oleh jaringan dibawahnya, untuk komunikasi antar sel,
untuk mengisi celah antar sel pada tempat tertentu dan merambatkan listrik.
a. Modifikasi pada permukaan lateral/ sisi sel epitel.
Merupakan hubungan antar sel-sel epitel yaitu cara perlekatan satu
sel dengan tetangga bermacam-macam disebut junctio intercellularis, ada 2
macam yaitu Junctio intercellularis simpleks dan Junctio intercellularis
kompleks. Junctio intercellularis simpleks: sederhana, berupa gambaran
serupa jari-jari kedua tangan yang saling terjalin disebut junctio
intercellularis digitiformis, yang berfungsi memperluas dan memperkuat
perlekatan antar sel. Contoh pada epitelium pipih selapis. Sedangkan
junctio-intercellularis kompleks merupakan bangunan yang cukup
kompleks disebut “Junctional Complex” yaitu: Zonula occludens (Tight
Junction), Zonula adhaerens (Intermediate junction), Desmosome (Macula
adhaerens), Nexus (Gap junction).
Istilah Macula merupakan daerah kecil berupa bercak sedangkan
Zonula dimaksud apabila daerah tersebut melingkari sel sebagai gelang.
Adhaerens dimaksudkan untuk struktur khusus pada membran sel yang
berdekatan dengan jarak antara 200 A- 250 A, di dalam celah antara sel
tersebut berisi bahan yang diduga berguna untuk melekatkan satu sama lain.
Istilah Occludens diterapkan untuk sel-sel yang berhadapan sedemikian
dekatnya sehingga masing- masing membran plasmanya berhimpitan
langsung tanpa dipisahkan oleh celah. Gap junction merupakan bentuk
hubungan antar sel yang dipisahkan oleh celah yang sempit sebesar 20 A.
Zonula occludens/ Tight junction/ Pentalaminar junction: terletak
pada permukaan epitel, dimana celah antara 2 sel sangat sempit karena
membran sel melebur. Mempunyai daya penutup, sehingga bahan ekstra sel
tidak mungkin melintas dari bagian permukaan ke bagian dasar epitel. Jadi
fungsi Zonula occludens rupanya untuk memisahkan celah ekstra selluler
dengan lumen yang dibatasi oleh epitel bersangkutan. Dengan demikian
pengangkutan bahan-bahan dari lumen haruslah melalui permukaan bebas
sel. Zonula adhaerens/Intermediate junction: letaknya di bawah zonula
occludens, dimana ada suatu ruang yang memisahkan membran tersebut
17
sebesar 150 A dan terisi oleh polisakarida yang padat. Fungsinya untuk
perlekatan mekanik antar sel yang berdekatan pada epitel atau jaringan lain
(sebagai rangka sel) dan membantu proses pengaliran zat-zat.
Desmosome/Macula adhaerens. Letaknya di bawah zonula
adhaerens, biasanya berbentuk bulat atau oval. Bentuk hubungan tersebut
memberikan kesan bahwa dua sel yang berdekatan tersebut menempel satu
sama lain. Pada daerah tersebut membrana plasma dari kedua sel berjalan
sejajar dengan jarak 200A–250A. Sitoplasma di dekat bangunan tersebut
tampak lebih padat elektron, tetapi lebih ke dalam sitoplasmanya kurang
padat dengan mengandung filamen. Diungkapkan bahwa filamen tersebut
tidak berakhir dalam bagian yang padat elektron melainkan memutar
kembali sebagai huruf “U”. Adanya bahan glikoprotein dalam celah
ekstraseluler terbukti bahwa di daerah tersebut terwarnai. Pada bagian
tengah- tengah celah tersebut terdapat lapisan padat elektron yang
memisahkannya, tetapi belum jelas bahan apa yang menyusunnya. Fungsi
desmosome rupanya sebagai tempat penempelan mekanik antar 2 sel yang
berdekatan. Sebagai contoh banyak dijumpai pada epitel berlapis yang
banyak mengalami tekanan seperti pada epitel dermis dan pada cervix, juga
epitel simpleks kolumner.
Nexus/Gap junction/Macula communicans. Termasuk hubungan
interseluler yang mempunyai katagori hubungan komunikasi antar sel.
Terdapat sebagai celah antara sel endotel pada dinding kapiler. Sel ini
banyak memiliki mikrofilamen kontraktil, sehingga diduga sel sendiri juga
kontraktil. Ini berakibat bahwa lebar celah tersebut dapat diatur sesuai
dengan keperluan pertukaran zat melalui dinding kapiler. Pada beberapa
jaringan, penggandengan sel melalui nexus menunjukkan fungsi yang
menonjol. Misalnya penggandengan secara listrik akan mensinkronkan
kontraksi otot jantung dan otot polos yang perlu untuk peristaltik.
b. Modifikasi pada permukaan basal sel epitel.
Membrana basalis:
Merupakan kondensasi bahan mukopolisakarida dan protein yang
terdapat di bawah permukaan basal semua epitel, walaupun ketebalannya
tidak selalu sama. Membrana basalis yang paling tebal terdapat di bawah
epitel yang sering mengalami gesekan seperti misalnya epidermis kulit.
18
Invaginasi basal:
Merupakan bagian basal dari membran terlihat sebagai bangunan
yang berkelok-kelok. Fungsinya untuk memperluas permukaan sekresi dan
absorbsi. Contohnya pada sel-sel tubuli ginjal.
Caveolae:
Pada bagian basal dari sel ada bangunan seperti tonjolan ke dalam.
Hemidesmosome: Bangunan yang terdapat di bagian dasar sel epitelyang
berdekatan dengan jaringan pengikat di bawahnya, dimana bentuknya
menyerupai desmosome tetapi hanya separuh.
c. Modifikasi pada permukaan apex/ permukaan bebas sel epitel.
Mikrovili, merupakan tonjolan sitoplasma berbentuk silindris yang
terdapat pada permukaan bebas sel epitel (Gambar 18). Tonjolan-tonjolan
tersebut dinamakan berbeda-beda. Misalnya yang terdapat pada tubulus
kontortus proksimalis, pleksus khoroideus dan plasenta sebagai brush
border, karena berbentuk bulu sikat. Sedangkan tonjolan yang terdapat pada
epitel usus dinamakan striated border, karena tampak bergaris-garis. Fungsi
mikrovili yaitu memperluas permukaan agar dapat meningkatkan daya
absorbsi sel-sel epitel usus. Selain mempunyai fungsi meningkatkan daya
absorpsi, pada permukaan mikrovili usus juga terdapat enzim yang berguna
untuk memecahkan bahan-bahan makanan seperti disakarida agar dapat
diabsorbsi. Mikrovili selain sangat banyak dijumpai pada sel-sel penyerap
seperti epitel usus halus dan tubuli proksimalis ginjal, juga ditemukan pada
sel-sel lain yang mempunyai daya serap, seperti pada daerah mesotel pleura
dan peritoneum meskipun jumlahnya relative sedikit.

Gambar 18. Mikrovili yang terdapat pada permukaan bebas sel epitel
19
Stereosilia, merupakan jenis mikrovili yang berukuran sangat
panjang dengan tujuan untuk memperluas permukaan penyerapan (Gambar
19). Jenis mikrovili ini terdapat pada permukaan epitel duktus epididimis
dan duktus deferens yang berfungsi mengatur keadaan lingkungan untuk
pematangan spermatozoa.

Gambar 19. Stereosilia pada Epitel Kolumner Pseudokomplek


Kinosilia, Biasanya dinamakan sebagai silia saja, merupakan
tonjolan yang berbentuk sebagai bulu halus dan bersifat motil (bergerak).
Kemampuan bergerak tersebut disebabkan karena adanya struktur khusus
yang berbeda dengan stereosilia. Sebuah silium tertanam dalam suatu
bangunan yang dinamakan korpuskulum basale. Apabila dibuat potongan
melintang melalui batang di luar sel, di dalamnya terdapat susunan
mikrotubuli yaitu sepasang di tengah dan 9 pasang di sekelilingnya. Silia
dapat diketemukan pada epitel traktus respiratorius, oviduk, uterus, dan
pada bagian macula utrikulus dari vestibulum telinga dalam.

Gambar 20. Kinosilia pada sel rambut macula utrikulus vestibulum


telinga terletak berdekatan dengan stereosilia
Krusta, merupakan pemadatan sitoplasma di dekat permukaan bebas
sel epitel misalnya pada epitel transisional dengan maksud melindungi sel
terhadap pengaruh kimiawi di luarnya.
20
Kuticula, merupakan bahan yang disekresikan oleh sel epitel yang
kemudian diletakkan sebagai kerak di luar sel epitel. Ini dapat ditemukan
sebagai kapsula lentis.
B. Jaringan Saraf
Jaringan saraf terdiri dari neuron dan neuroglia. Neuron adalah perantara
komunikasi antara otak dan tubuh, sedang neuroglia adalah sel pendukung bagi
neuron- sel neuroglia melindungi dan memelihara neuron. Rangsang adalah
stimulus yang mengakibatkan perubahan dalam tubuh atau bagiannya. Kecepatan
lintasan serabut mengirimkan pesan dari satu tempat ketempat lain berkisar 300
kilometer perjam. Neurohumor adalah ujung serabut saraf pelepas zat kimia, yang
bila salah satu sel mengeluarkan sinyal sel saraf yang lain sekitar 25000 akan siap
beraksi. Jaringan saraf memiliki fungsi, yaitu: Mengetahui kejadian dan perubahan
di sekitar, yang dilakukan oleh sistem indera, mengendalikan tanggapan atau reaksi
terhadap keadaan sekitar, dan mengendalikan kerja organ – organ tubuh supaya
dapat bekerja secara teratur sesuai dengan fungsinya
1. Struktur Sel Saraf (Neuron)
Merupakan kesatuan struktural dan fungsional sistem saraf. Dalam
neuron terdapat sitoplasma yang mengandung ribosom, badan golgi, retikulum
endoplasma, dan mithokondria. Neuron terdiri dari :
a. Badan Sel, Mengandung inti sel yang besar didalamnya terdapat RNA (
Asam Ribo Nukleat) dan sitoplasma, ini sering disebut dengan
neuroplasma. Dalam badan sel terdapat juga terdapat inti sel, mitokondria,
aparat golgi, lisosom, dan badan niesel.
b. Dendrit, Merupakan kumpulan dari serabut sitoplasma. Serabut sarafnya
tidak panjang dan bercabang seperti pohon, berfungsi menerima rangsang
yang datang dari ujung akson dari neuron lain lalu meneruskannya ke badan
sel.
c. Akson (neurit), Merupakan serabut sitoplasma tunggal. Serabut sitoplasma
tunggal memiliki serabut yang panjang dan tidak bercabang, yang berfungsi
membawa rangsangan yang berasal dari badan sel saraf ke kelenjar dan
serabut-serabut saraf. Akson di bungkus oleh selubung lemak yang disebut
selubung mielin. Selubung meielin terdiri atas membran sel yang meluas
dari sel schwan. Daerah akson yang tidak diselubungi oleh mielin
dinamakan Nodus Ranvier. Nodus Ranvier berfungsi untuk mempercepat
21
jalannya impuls dan berperan penting pada perbanyakan impuls saraf. Titik
temu antara terminal akson yang satu dengan akson yang lain dinamakan
Sinapsis, yang berfungsi untuk meneruskan rangsangan ke sel saraf lainnya.
Pada sinapsis mengeluarkan bahan kimia yang disebut neurotransmiter,
yang berguna untuk meneruskan rangsang.
2. Penggolongan Neuron
Berdasarkan pada cara neuron memindahkan rangsangan dan posisi
yang ditempatinya, neuron dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Neuron Aferen (Neuron Sensori), Bertugas menghantarkan rangsang dari
organ penerima rangsang ( reseptor ) kepada sistem saraf pusat ( otak dan
sumsum tulang belakang ). Kumpulan badan sel saraf neuron membetuk
ganglion yang berlanjut ke sumsum tulang belakang atau tali spinal.
Struktur neuron sensorik yakni memiliki dendrit panjang dan neurit atau
akson pendek.
b. Neuron Intermedier, Merupakan penghubung antara neuron aferen dan
neuron eferen. Neuron Intermedier terdapat di saraf pusat. Berfungsi untuk
meneruskan rangsang dari aferen ke eferen atau ke neuron intermedier yang
lainnya. Memiliki struktur dendrit yang panjang dan neurit atau akson
pendek atau panjang.
c. Neuron Eferen ( Neuron Motorik ), Berfungsi untuk mengirimkan impuls
atau tanggapan dari saraf pusat ke otot atau kelenjar yang akan melakukan
respons tubuh. Umumnya neuron ini menerima ragsang dari neuron
intermedier, akan tetapi ada kalanya impuls ditransmisikan langsung dari
neuron aferen ke neuron eferen. Strukturnya berupa dendrit pendek dan
neurit atau akson panjang.
3. Cara Kerja Penghantaran Rangsangan
Cara penghantaran rangsangan ada dua, yaitu:
a. Lewat Sel Saraf, Impuls berjalan sepanjang akson,setelah itu membran
neuron memulihkan keaadaanya seperti semula. Selama masa pemulin ini,
impuls tidak bisa melewati neuron tersebut , waktu ini disebutkan dengan
periode refaktori..
b. Lewat Sinapsis, Impuls yang tiba pada tombol sinapsis akan menyebabkan
meningkatnya permeabilitas pada membran pra sinapsis terhadap ion Ca,
kemudian ion Ca masuk dan gelombang sinapsis smbil mengeluarkan
22
neutransmiter kecelah sinapsis. Setelah menyampaikan impuls,
neutransmiter dihidrolisir oleh enzim yang dikeluarkan oleh membran post
sinapsis.
Secara skematis jalanya rangsang adalah Rangsang ---> reseptor ---> konduktor
---> efektor ---> respon (baik berupa gerakan pada otot maupun pengeluaran
pada kelenjar).
Jalannya rangsang untuk gerak biasa dengan gerak refleks berbeda, jika
pada gerak biasa rangsang dibawa ke otak sebagai pusat kesadaran, maka pada
gerak refleks rangsang dibawa ke sumsum tulang belakang, ini disebabkan
karena gerak refleks terjadi diluar kesadaran manusia untuk itu otak tidak
sempat merespon rangsangan, dan hanya sampai pada sumsum tulang belakang.
Jika dibuat skema alurnya sebagai berikut:
Gerak biasa: Rangsang ---> Urat saraf sensorik ---> otak ---> saraf motorik
Gerak Refleks : Rangsang ---> Saraf sensorik ---> sumsum tulang belakang --
- > saraf motorik
4. Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf dibedakan menjadi dua yakni sistem saraf sadar dan sistem
saraf tidak sadar. Sistem saraf sadar sendiri terbagi atas Saraf pusat ( otak dan
sumsum tulang belakang) dan saraf tepi atau saraf parifer. Sistem saraf tak sadar
terdiri atas saraf simpatik dan parasimpatik.
a. Sistem Saraf Pusat
- Otak, Otak manusia ada dua yaitu otak kanan dan kiri yang merupakan
pusat koordinasi tubuh utama , terletak dalam rongga kepla dan
dilindungi tulang tempurung kepala, dan dilapisi oleh tiga membran
yang disebut meinges (Durameter/ lapisan luar, Arachnoid/lapisan
tengah, plameter/lapisan dalam). Otak kiri sendiri berfungsi untuluk
berfikir analitik, logika, bahasa dan science serta matematika. Sedang
otak kanan berkaitan dengan tugas untuk berpikir holistic, intuisi,
kreativitas dan seni serta musik.
Otak dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Otak belakang (hindbrain), Bertugas untuk mengontrol pernafasan
dan denyut jantung serta merupakan bagian utama pangkal otak (the
brain stam). Otak belakang terdiri dari

23
o Medula Oblongata (Sumsum Lanjutan) merupakan otak
belakang yang langsung berhubungan dengan spinal cord (syaraf
tulang belakang) . Yang bertugas untuk mengontrol pernafasan
dan kerja jantung, tekanan darah, suhu tubuh, dan kegiatan yang
bersifat otonom.
o Cerebelum, berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan
koordinasi kerja otot ketika bergerak.
o Pons, menghubungkan otak belakang dengan bagian – bagian
otak yang lain, atau dengan kata lain merupakan relay station,
yakni merelay pesan sensoris dari spinal cord ke bagian lain dari
otak maupun dari otak ke spinal cord. Dan juga berperan dalam
aktivitas tidur dan jaga ( Carlson,1986 dalam Peterson,1991
dalam Walgito,2010)
b. Otak Tengah (Midbrain), Berperan sebagai koordinator antara otak
depan dengan otak belakang ( Reticular Formation), dan antara otak
depan dengan mata juga merupakan inti (core) dari pangkal otak
yang mempunyai struktur yang luas. Sebagai reticular formation,
mempunyai formasi atau network yang kompleks dari syaraf –
syaraf yang mencapai dalam semua bagian dari otak dari bawah ke
atas. Letak reticular formation sendiri berada di pusat otak.
c. Otak Depan (Forebrain), Merupakan bagian yang paling menyusun
atau mengembangkan (to evolve) dan berfungsi untuk
mempertahankan critical activities seperti gerak, memori, dan
bicara. Didalamnya terdapat:
o Otak besar yang berfungsi sebagai pusat pengaturan semua
kegiatan alat tubuh, tempat kesadaran, tempat emosi, dan tempat
menerjemahkan semua rangsang yang diterima. Otak besar
dibngkus oleh lapisan luar (korteks serebral) dan lapisan dalam
(serebrum). Hampir semua kegiatan berpusat pada korteks yakni
percakapan, gerak, pendengaran, penciuman, kecerdasan, dan
kesadaran.
o Hipothalamus yang terdapat pada puncak pada pangkal otak,
bertugas untuk mengontrol syaraf otonom, mengkoordinasikan

24
aktivitas yang kritis untuk survival seperti makan, seks, tidur,
dan lapar.
o Thalamus, yang merupakan pusat relay pesan ke dan dari bagian
otak lainnya. Selain merelay pesan, thalamus juga
mengintegrasikan dan mengkoordinasi pesan tersebut.
o Sistem limbik, mengelilingi hipothalamus dan berfungsi
mengatur emosi dan memori. Didalamnya terdapat
hippokampus, yang jika bagian ini rusak akan menyebabkan
seseorang tidak bisa mengingat dalam beberapa detik karena
tidak adanya permanent record dari pengalamannya.
- Medula Spinalis, Sumsum tulang belakang merupakan kelanjutan dari
medula oblongata yang memiliki sejumlah saraf yang saling
berpasangan. Terdiri dari material berwarna abu – abu dibagian tengah
serta mengandung serabut motorik dan sensorik. Berbagai gerakan
ditubuh seperti gerakan tangan, kaki, lengan, dan badan diatur oleh
sistem motorik. Sedangkan girus prasental berfungsi untuk mengatur
pada bagian kepala dan mata. Tonus otot adalah kondisi ketegangan otot
karena melakukan kegiatan. Fungsi medula spinalis adalah mengadakan
komunikasi anatara semua bagian tubuh dengan otak, rangsangan
koordinasi dari otot dan sendi pada otak, dan sebagai pusat gerak
refleks.
b. Sistem Saraf Perifer
Merupakan penghubung antara indra (penerima rangsang) dengan
saraf pusat dan penghubung antara saraf pusat dengan organ tubuh (otot dan
kelenjar). Terdiri dari 12 pasang saraf otak dan 31 pasang saraf sumsum
tulang belakang.
5. Sistem Saraf Otonom
Merupakan penghubung antara pusatsaraf dengan otot jantung, pembuluh
darah, usus dan kelenjar. Dibedakan menjadi dua, yaitu: Sistem Simpatik dan
Parasimpatik dengan fungsi sebagai berikut:
No Saraf Parasimpatik Saraf Simpatik
1 Menghambat denyut jantung Memacu denyut jantung
2 Melebarkan arteri Menyempitkan arteri

25
3 Menyempitkan bronkiolus Melebarkan bronkiolus
4 Menyempitkan iris/pupil Melebarkan iris / pupil
5 Mempercepat gerakan otot perut Memperlambat gerakan otot perut
6 Mengurangi sekresi keringat Meningkatkan sekresi keringat
7 Relaksasi kantong kencing atau Kontraksi kantong kencing / otot anus
otot anus
8 Merangsang Kelenjar air mata Menghambat kelenjar air mata
9 Merangsang aliran saliva Menghambat aliran saliva

6. Gangguan Sistem Saraf


Ada beberapa penyakit apada siste saraf, yaitu:
a. Polio, disebabkan karena infeksi virus pada sumsum tulang belakang. Biasa
menyerang pada anak balita, penderita setelah dewasa akan mempunyai
ukuran kaki yang berbeda disebabkan mengecilnya otot (atropi).
Pencegahan dengan imunisasi polio.
b. Epilepsi, serangan mendadak berupa sentakan otot yang hebat sehingga
menimbulkan kejang - kejang dan mulut berbusa. Dapat menyerang orang
yang menderita tumor otak, cedera otak, infeksi otak, dan cacat otak
bawaan.
c. Meningitis, Radang pada bagian selaput otak yang disebabkan bakteri /
virus.
d. Neuritis, Gangguan pada saraf tepi yang disebabkan adanya peradangan,
kerancunan, dan tekanan.
e. Gegar Otak, Disebabkan benturan pada kepala
f. Hydrocephalus, Kelainan atau penyakit akibt pembesaran kepala karena
peninbunan secara aktif cairan otak didla bilik otak.. Penyebabnya bisa
karena kelainan struktur otak bawaan, infeksi selaput otak, tumor, dan
trauma.
C. Jaringan Otot
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja
mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel otot memiliki
struktur filamen dalam sitoplasma, bentuk selnya memanjang agar dapat
melangsungkan perubahan sel menjadi pendek. Di balik mekanisme otot yang

26
secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu, terjadilah beberapa proses
kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan kontraksi otot. Dalam makalah ini,
dengan tujuan akhir pada penjelasan lengkap tentang proses di balik kontraksi otot,
akan dibahas dahulu mengenai zat-zat kimia penyusun filamen-filamen tebal dan
tipis yaitu aktin dan miosin.
Tubuh manusia mengandung lebih dari 400 otot rangka, yang merupakan
40% -50% dari total berat badan otot rangka melakukan tiga fungsi penting: 1.
kekuatan generasi untuk bergerak dan bernapas. 2. kekuatan generasi untuk
dukungan postural dan 3. produksi panas selama periode stres dingin, fungsi yang
paling jelas dari otot rangka adalah memungkinkan indvidual bergerak bebas dan
bernapas. Otot rangka melekat pada tulang oleh jaringan ikat yang sulit disebut
tendon, salah satu ujung otot melekat pada tulang yang tidak bergerak (asal),
sementara ujung yang berlawanan adalah tetap ke tulang (penyisipan) yang
bergerak selama kontraksi otot. Berbagai gerakan
berbeda dimungkinkan, tergantung pada jenis sendi dan otot yang
terlibat. Otot-otot yang menurunkan sudut sendi disebut ekstensor. Mengingat
peran otot rangka dalam menentukan kinerja olahraga, pemahaman melalui struktur
otot dan fungsi penting bagi ilmuwan latihan, pendidik fisik, terapis fisik dan
pelatih, itu adalah tujuan bab ini untuk memutuskan struktur dan fungsi otot
rangka.
1. Struktur Otot Skeletal
Pada dasarnya otot manusia dapat dibedakan menjadi 3 tiga macam, yaitu
otot polos, otot jantung dan otot rangka. Massa otot manusia kira-kira 40%-50%
dari masa tubuh, terdiri dari 40% otot rangka dan 10% otot polos dan otot
jantung. Sebuah serabut otot dasarnya adalah satu sel otot, sel yang terbentul
silinder panjang, mempunyai ukuran garis tengah yang bervariasi antara 10-100
mikron, dengan panjang bisa lebih dari 30 cm. Miofibril yang terdiri dari
filamen aktin dan miosin adalah bagian terkecil dari serabut otot. Setiap serabut
otot dikelilingi oleh pembungkus yang dinamakan endomisyum yang
memisahkan tiap sel dengan sel lainnya. Kumpulan serabut otot dibungkus
dalam satu ikatan yang disebut fasikuli. Kumpulan fasikuli- fasikuli tadi di
bungkus secara bersama oleh jaringan pengikat yang disebut perimysium, yaitu
lapisan serabut- serabut kolagen yang elastis. Seluruh jaringan yang diikat

27
dalam perimysium yang pada ujungnya diikat oleh tendon kemudian disebut
sebagai otot.
Serabut otot bergaris mempunyai ciri-ciri yang menonjol antara lain:
a. Inti (nucleus) banyak, di tepi
b. Sel berbentuk selinder dengan penampang 0,1 mm
c. Sel besar-besar dan sangat panjang
- Sarcolema. Selaput yang membungkus serabut otot bergaris. Walaupun
tipis sarcolema dapat dilihat dengan baik pada penampang melintang.
Fungsinya sebagai konduktor dalam menyalurkan impuls pada waktu
berkontraksi.
- Nucleus (inti). Nucleus berbentuk bulat panjang, terletak dan tersebar di
tepi dan sejajar dengan sarcolema. Pada beberapa vetebra yang lain
kadang-kadang nucleus terletak lebih ke dalam. Nucleus fibroblast-
fibroblast di dalam endomysium terletak di luar permukaan serabut otot,
kadang-kadang pada potongan memanjang sulit dibedakan dari inti sel
otot.
- Garis-garis melintang. Pada penampang memanjang dari serabut otot
bergaris dapat dilihat pita-pita yang gelap dan terang yang saling
melintang. Di bawah sinar polarisasi tampak pita gelap yang di sebut pita
A (Anisotropik), dan pita yang terang di sebut pita I (Isotropik). Di
tengah-tengah pita I terlihat garis gelap dan tipis yang disebut garis Z. Di
tengah-tengah pita A terlihat garis yang terang dan agak lebar disebut pita
H.
- Myofibril. Dengan Elektro Myograph (EM) dapat dilihat, bahwa serabut
otot bergaris terdiri dari serabut-serabut otot yang di sebut myofibril.
Myofibril berjalan longitudinal dan mempunyai garis-garis melintang,
tampak sebagai bintik-bintik yang dipisahkan oleh sitoplasma yang
berwarna pucat. Sitoplasma ini di sebut sarcoplasma.
- Sarcomere. Sarcomere adalah bagian myofibril yang terletak diantara
garis Z sampai garis Z berikutnya, panjangnya 2-3 mm. Sarcomere
adalah satu unit kontraktil otot bergaris. Pada waktu otot berkontraksi,
panjang satu sarcomere menjadi kira-kira setengah dari pada waktu otot
dalam keadaan relaksasi. Pada sarcomere terdapat pula sepasang filamen

28
yang mengandung protein, yang tebal disebut myosin dan yang tipis
disebut actin.
Pada sarcomere yang sedang berkontraksi, keadaannya sebagai berikut:
Filamen-filamen tipis masuk lebih ke dalam di antara filamen- filamen
tebal. Pita H sama gelapnya dengan pita A di kanan kirinya, karena
sekarang pita H mengandung filamen-filamen halus dan kasar. Tenaga
yang diperiwi^an untuk menggerakan filamen- filamen tersebut berasal
dari ATP ADP + tenaga. Tenaga ini diperlukan oleh actin dan myosin
untuk mengikat diri satu sama lainnya, sehingga terjadilah kontraksi.
Kemudian terbentuk lagi ATP Kembali untuk membubarkan kontraksi.
- Sarcoplasma. Oleh karena serabut otot bergaris di dalam keinerjanya
membutuhkan banyak energi, maka disekitarnya terdapat banyak kapiler,
zat asam, dan bahan makanan. Di dalam sarcoplasma terdapat
mitokondria dalam jumlah besar. Mitokondria mengandung enzim-
enzim respirasi yang penting untuk metabolisme aktif serabut otot.
Mitokondria ini kadang sering disebut sarcolemma juga mengandung
pigmen protein yang disebut myoglobin. Secara kimiawi dapat berfungsi
seperti hemoglobin dalam hal mengambil, menyimpan, atau memberikan
zat asam ketika diperlukan. Myoglobin berwarna kecoklatan, dan bila
serabut-serabut otot mengandung myoglobin dalam jumlah besar, maka
disebut red fibers (serabut otot merah). Myofibril tertanam di dalam
bahan yang disebut sarcoplasma. Sarcoplasma merupakan tempat
metabolisme serabut otot.
- Sarcolemma. Adalah suatu selaput sel ( cell memberane). Sarcolemma
mempunyai peran penting di dalam perjalanan impuls kontraksi, sebab
sarcolemma mempunyai permialibilitas yang khas seperti halnya
axolemma pada saraf, iialah dalam hal polaritas elektrik. Sarcolemma
dapat mempertahankan konsentrasi ion-ion Na dan Cl yang lebih tinggi
di luar dari pada di diam sel. Sebaliknya juga sarcolemma dapat
mempertahankan konsentrasi ion-ion K yang lebih tinggi di dalam dari
pada di luar serabut otot. Sarcolemma juga sanggup mempertahankan
perbedan potensi kurang lebih 10 miliviolt antara luar dan dalam serabut
otot. Garis- garis Z berhubungan dengan sarcolemma melalui perantara
atau sistem cytomembran intern di dalam sitoplasma yang disebut
29
“sarcoplasmic reticulum”. Sistem ini terdiri dari pipa-pipa berselaput
(memberan tubulus) yang di beberapa tempat melebar menjadi
gelembung-gelembung (vasikel).
- Motor Unit. Adalah saraf gerakik besrta serabut otot (muscle fibers) yang
dilayaninya.
- Motor and Plate Neuromuscular Junction. Adalah bagian akhir ujung
serabut saraf yang menempel atau berhubungan erat dengan sarcolemma
dari serabut otot.
2. Kontraksi Otot
Kontraksi otot adalah proses kompleks yang melibatkan sejumlah protein
seluler dan sistem produk energi. Hasil akhirnya adalah luncuran aktin di atas
myosin, yang menyebabkan otot memendek dan karena itu mengembangkan
ketegangan. Meskipun rincian lengkap kontraksi otot pada tingkat molekuler
terus diperdebatkan, proses dasar kontraksi otot didefinisikan dengan baik.
Proses kontraksi otot paling baik dijelaskan oleh model kontraksi sliding
filament. Otot mulai berkontraksi apabila terkena rangsang. Kontraksi otot
dikenal dengan nama “model pergeseran filamen” (sliding filament mode),
seperti terlihat pada gambar berikut.
Kontraksi otot diawali oleh datangnya impuls saraf. Pada saat datang
impuls, sinapsis atau daerah hubungan antara saraf dan serabut otot dipenuhi
oleh asetil kolin. Asetil-kolin ini akan merembeskan ion-ion kalsium (Ca2+) ke
serabut otot. Ion kalsium akan bersenyawa dengan molekul, troponin, dan
tropomiosin yang menyebabkan adanya sisi aktif pada filamen tipis (aktin).
Kepala miosin (filamen tebal), segera bergabung dengan filamen tipis tepat
pada sisi aktif. Gabungan sisi aktif dengan kepala miosin disebut jembatan
penyeberangan (cross bridges).
Segera setelah terbentuk, jembatan penyeberangan tersebut
membebaskan sejumlah energi dan menyampaikan energi tersebut ke arah
filamen tipis. Proses ini menyebabkan filamen tipis mengerut. Secara
keseluruhan sarkomer ikut mengerut yang mengakibatkan otot pun berkerut.
Kepala miosin akan lepas dari filamen tipis. Proses ini memerlukan ATP yang
diambil dari sekitarnya. Dengan peristiwa ini, maka filamen tipis akan lepas
dari filamen tebal. Secara keseluruhan otot akan relaksasi kembali. Proses ini
berulang sampai 5 kali dalam jangka waktu satu detik. Jadi, kontraksi otot akan
30
berlangsung selama ada rangsangan. Apabila tidak ada rangsangan maka ion
kalsium akan direabsorpsi. Pada saat itu pun troponin dan tropomiosin tidak
memiliki sisi aktif lagi dan sarkomer dalam keadaan istirahat memanjang.
Energi untuk Kontraksi Otot, ATP (adenosin trifosfat) merupakan
sumber energi bagi otot. Akan tetapi, jumlah yang tersedia hanya dapat
digunakan untuk kontraksi dalam waktu beberapa detik saja. Otot vertebrata
mengandung lebih banyak cadangan energi fosfat yang tinggi berupa kreatin
fosfat sehingga akan dibebaskan sejumlah energi yang segera dipakai untuk
membentuk ATP dari ADP.
ATP diperoleh dari makanan yang kita makan melalui proses system
pencernaan. Jadi sumbernya adalah karbohidrat, protein, dan lemak yang sudah
dicerna menjadi nutrisi.
Proses penguraian ATP sebagai berikut:
ATP—> ADP + Pi + Energi
Keterangan :
ATP = Adenosine Triphosphate
ADP = Adenosine Diphosphate
Pi = Phosphat inorganic Energi= Energi untuk kontraksi otot
Kontraksi otot memerlukan energi. Energi yang digunakan disuplai
dalam bentuk energi kimia. Energi ini diambil dari molekul ATP (adenosin
trifosfat) dan kreatin fosfat (CP) yang berenergi tinggi. Energi ini
menggerakkan filamen penghubung antara aktin dan miosin. Kreatin fosfat
menyumbangkan fosfor pada ADP selama otot berkontraksi. ATP yang
dihidrolisis akan terurai menjadi ADP , ADP ini pun juga akan terurai menjadi
AM P (adenosin monofosfaf).
ATP ADP + P + E ADP AMP + P + E
Jika perbandingan energi habis, maka otot tidak akan berkontraksi lagi.
Untuk gerak berikutnya, perlu segera di bentuk energi yang bersal dari
pemecahan molekul glukosa. Fase ini disebut fase aerob.
a. Secara aerob
Glukosa (C6H1206) + 02 6H20 + 6C02 + 38 ATP.
Di dalam otottersimpan gulaotot, yaitu glikogen. Glikogen
merupakan bentuk glukosa cadangan di dalam otot. Seperti halnya glukosa,
glikogen siap dibongkar menjadi energi atau ATP. Glikogen akan dilarutkan
31
menjadi laktasinogen,kemudian diuraikan menjadi glukosa dan asam susu.
Glukosa akan diubah menjadi energi melalui peristiwa respirasi aerob dan
anaerob. Pengubahan glukosa menjadi aerob terjadi jika persediaan oksigen
di otot telah menipis.
b. Secara anaerob
Glukosa (C6H1206) asam laktat + 2 ATP.
Timbunan asam laktat yang berlebihan di dalam otot dapat
menyebabkan rasa letih. Rasa letih akan hilang jika asam laktat telah
dioksidasi oleh oksigen menjadi H20 dan C02, serta menghasilkan energi.
Energi ini dapat di gunakan untuk mengubah asam laktat menjadi glukosa.
Persediaan kreatin fosfat di otot sangat sedikit. Persediaan ini harus segera
dipenuhi lagi dengan cara oksidasi karbohidrat. Cadangan karbohidrat di
dalam otot adalah glikogen. Glikogen dapat diubah dengan segera menjadi
glukosa-6-fospat. Perubahan tersebut merupakan tahapan pertama dari
proses respirasi sel yang berlangsung dalam mitokondria yang
menghasilkan ATP.
Apabila kontraksi otot tidak terlalu intensif atau tidak terusmenerus,
glukosa dapat dioksidasi sempurna menghasilkan C02 dan H20 dengan
respirasi aerob. Apabila kontraksi otot cukup intensif dan terus-menerus
maka suplai oksigen oleh darah ke dalam otot tersebut tidak cepat dan
banyak untuk mengoksidasikan glukosa. Oleh karena itu, penyediaan energi
bagi kontraksi otot didapatkan dari proses respirasi anaerob, suatu proses
yang tidak memerlukan oksigen. Keuntungan proses ini dapat menyediakan
energi bagi kontraksi otot dengan segera, walaupun jumlah energi yang
diberikan relatif sedikit dibandingkan proses aerob.
Pada respirasi anaerob, glukosa diubah menjadi asam laktat dengan
sejumlah energi. Energi ini digunakan untuk membentuk kembali kreatin
fosfat, yang nantinya dapat menghasilkan energi untuk membentuk ATP
dari ADP. Asam laktat yang tertimbun di dalam otot akan segera berdifusi
pada sistem peredaran darah. Apabila penggunaan otot terus- menerus,
pembentukan asam laktat yang banyak akan menghambat kerja enzim dan
menyebabkan kelelahan (fatigue).

32
3. Perubahan dalam Rangka Otot karena Olahraga, Tidak katif, dan
Penuaan
Susunan otot rangka serat dapat dimodifikasi oleh beberapa faktor.
Misalnya, komposisi otot dan fungsi dapat diubah dalam respon terhadap
peningkatan aktivitas fisik, aktivitas, dan karena proses penuaan. Di bagian ini,
kami memberikan ringkasan singkat dari perubahan besar yang terjadi di otot
rangka dalam menanggapi latihan, muscular tidak aktif, dan selama penuaan.
- Latihan - Induced perubahan Otot rangka
Otot terhadap peningkatan aktivitas fisik khusus untuk jenis latihan
olahraga. Misalnya, hal ini juga diketahui bahwa primer adaptasi latihan
kekuatan (angkat berat) adalah untuk meningkatkan baik ukuran otot dan
kekuatan produksi , meningkatkan ukuran otot terutama disebabkan
pembesaran serat otot (hipertrofi), berbeda dengan kekuatan pelatihan,
latihan daya tahan (lari jarak jauh) tidak meningkatkan ukuran otot atau
kekuatan tapi hasil dalam peningkatan otot oksidatif kapasitas
(mitokondria jumlah meningkat).
- Atrofi otot Karena tidak Aktif
Hal ini juga diketahui bahwa otot tidak digunakan mengakibatkan
atrofi. Jenis atrofi otot dapat hasil dari periode istirahat di tempat tidur
berkepanjangan, karena patah tulang, atau mengurangi loading otot yang
terjadi, atrofi otot menghasilkan hilangnya kekuatan otot yang sebanding
dengan derajat atrofi. Penelitian telah menunjukkan bahwa selama dua hari
pertama otot tidak digunakan, yang paling awal atrofi terjadi karena
penurunan sintesis protein otot. Setelah ini awal periode atrofi, atrofi
berikutnya terjadi terutama karena peningkatan protein otot breakdown.
Oleh Karena itu, atrofi otot dihasilkan dari otot yang berkepanjangan tidak
digunakan terjadi karena kedua penurunan sintesis protein dan
peningkatan tingkat pemecahan protein otot. Meskipun atrofi
otot mengakibatkan penurunan masa otot dan kekuatan, kerugian ini
tidak permanen dan dapat dibalik dengan kembali otot untuk penggunaan
normal. cepat dan efektif cara memulihkan otot yang ukuran normal dan
setelah fungsi periode tidak dignakan atrofi adalah untuk memulai
program dari latihan resistensi pelatihan, angkat berat Latihan resistensi
menyediakan otot dengan kelebihan beban stimulus dan mempromosikan
33
peningkatan protein sintesis yang menghasilkan hipertrofi otot dan
peningkatan kekuatan otot.
- Perubahan yang berkaitan dengan usia di Otot Rangka
Penuaan berhubungan dengan hilangnya massa otot (disebut
sarkopenia) Yang berkaitan dengan usia penurunan massa otot muncul
untuk memiliki dua fase. Yang pertama adalah fase lambat kehilangan
otot, di mana 10% dari massa otot yang hilang dari usia 25 sampai 50
tahun. Setelah itu, ada yang cepat hilangnya massa otot. Faktanya, dari usia
50 ke 80 tahun, tambahan 40% dari massa otot yang hilang. Dengan
demikian, berdasarkan umur 80, satu-setengah dari total massa otot hilang.
Penuaan mengakibatkan kehilangan serat cepat (khususnya jenis llx)
dan peningkatan serat lambat. . Apakah penuaan merusak otot rangka
adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan latihan fisik? Meskipun
kehilangan massa otot terjadi dalam penuaan manusia, penurunan ukuran
otot karena tidak hanya untuk proses penuaan, tetapi lebih sering karena
atrofi terkait dengan aktivitas fisik yang terbatas pada individu anak.
Meskipun olahraga teratur benar-benar tidak dapat menghilangkan
berkaitan dengan usia kehilangan otot, latihan biasa dapat meningkatkan
daya tahan otot dan kekuatan dalam orang tua dengan cara yang mirip
dengan yang diamati dalam orang-orang muda Para ilmuwan terus mencari
aman dan prakktis cara untuk meningkatkan massa otot skeletal pada
lansia orang-orang ini. Baru dan menarik teknik yang dapat
mengembalikan kekuatan otot pada orang tua melibatkan gen terapi
penggantian.
4. Kecepatan dari Aksi Otot dan Relaksasi
Jika otot diberikan satu stimulus, seperti yang singkat terkena sengatan
listrik diterapkan untuk saraf innervating itu, otot merespon dengan kedutan
sederhana. Gerakan otot dapat direkam pada sebuah rekaman khusus perangkat
ini. dan periode waktu untuk kontraksi dan relaxasi dapat dipelajari. Perhatikan
bahwa kedutan dapat dibagi menjadi tiga tahap. Pertama, segera setelah
stimulus itu ada lebih singkat periode terpendam (yang berlangsung beberapa
milidetik) sebelum awal otot memendek, tahap kedua kedutan adalah contraksi
fase, yang berlangsung sekitar 40 milli- detik. Akhirnya otot kembali ke aslinya
suhu udara selama periode relaksasi, yang berlangsung sekitar 50 milidetik dan
34
dengan demikian adalah terpanjang dari tiga fase-fase. Waktu fase dalam
kedutan sederhana bervariasi di antara serat-serat otot tipe. Variabilitas dalam
kecepatan kontraksi yang muncul dari perbedaan dalam tanggapan individu
jenis serat yang membentuk otot.
Serat otot berperilaku seperti individu neuron dalam bahwa mereka
menunjukkan semua-atau-tidak ada tanggapan stimulasi. Untuk kontrak,
individu serat otot harus menerima jumlah yang tepat dari stimulasi. Namun,
cepat serat kontrak dalam periode waktu yang lebih singkat ketika dirangsang
dari serat lambat. Penjelasan untuk pengamatan ini adalah sebagai berikut:
kecepatan memendekan lebih besar dalam serat cepat dari pada serat lambat
karena reticulum sarkoplasma dalam serat cepat rilis Ca++ pada tingkat yang
lebih cepat dan memiliki serat lebih tinggi ATPase kegiatan dibandingkan
dengan jenis serat lambat yang lebih tinggi Atpase hasil kegiatan lebih cepat
membelah dari ATP dan pelepasan cepat untuk energi yang diperlukan untuk
kontraksi.
5. Kekuatan Regulasi Otot
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, jumlah gaya yang dihasilkan dalam
satu serat otot ini terkait dengan jumlah myosin cross - bridges membuat kontak
dengan aktin. Namun jumlah gaya yang diberikan selama kontraksi otot dalam
kelompok otot adalah kompleks dan tergantung pada tiga faktor utama: (I)
jumlah dan jenis gerak unit direkrut, (2) panjang awal: otot, dan (3) sifat
stimulasi saraf dari gerak unit.
Pertama, variasi dalam kekuatan kontraksi dalam seluruh otot tergantung
pada jenis dan jumlah serat otot yang dirangsang untuk kontraksi di rekrut Jika
hanya beberapa unit gerak yang direkrut, kekuatan lebih kecil Jika lebih unit
gerak yang mendorong peningkatan kekuatan, serat mengerahkan lebih spesifik
kekuatan dari serat lambat.
Faktor kedua yang menentukan gaya yang diberikan oleh otot adalah
panjang awal otot di waktu kontraksi, terdapat panjang ideal serat otot.
Penjelasan untuk adanya pilihan yang panjang terkait dengan tumpang tindih
antara aktin dan myosin. Misalnya, ketika istirahat panjang lebih dari optimal,
tumpang tindih antara aktin dan myosin terbatas dan beberapa cross - bridges
dapat melampirkan. Ketika otot meregang ke titik di mana ada tumpang tindih
dari aktin dan myosin, cross - bridges dapat- tidak melampirkan dan dengan
35
demikian ketegangan tidak dapat dikembangkan Di ekstrem yang lain, ketika
otot disingkat sekitar 60% dari istirahat panjang, Z- garis yang sangat dekat
dengan tebal filamen myosin, dan dengan demikian hanya sedikit tambahan
memperpendek dapat terjadi.
Faktor terakhir yang dapat mempengaruhi jumlah memaksa otot
diberikannya pada kontraksi adalah sifat stimulasi saraf, berkedut belajar di
bawah kondisi eksperimental mengungkapkan Some menarik sifat-sifat dasar
tentang bagaimana fungsi otot-otot, apa yang terjadi ketika berturut- turut
rangsangan yang diterapkan untuk otot. Beberapa kontraksi mewakili sederhana
berkedut. Perhatikan bahwa frekuensi rangsangan ini meningkat, otot tidak
memiliki waktu untuk bersantai antara rangsangan dan kekuatan yang muncul
untuk menjadi aditif. Respon ini disebut penjumlahan (penambahan berturut-
turut berkedut) Jika frekuensi rangsangan meningkat lebih lanjut, individu
kontraksi yang dicampur bersama-sama dalam satu, mengalami kontraksi yang
disebut tetanus. Sebuah kontraksi tetanik akan berlanjut sampai rangsangan
dihentikan atau otot fatigues.
6. Kekuatan-Kecepatan/Power-Hubungan Kecepatan
Dalam kebanyakan aktivitas fisik, otot kekuatan diterapkan melalui
berbagai gerakan. Misalnya, seorang atlet melakukan tembakan menempatkan
berlaku terhadap kekuatan tembakan lebih dari kisaran tertentu dari gerakan
sebelum rilis. Seberapa jauh tembakan perjalanan adalah sebuah fungsi dari
kecepatan tembakan pada rilis dan sudut rilis. Sejak keberhasilan dalam
berbagai acara atletik tergantung pada kecepatan, hal ini penting untuk
menghargai beberapa dasar konsep- konsep yang mendasari hubungan antara
muscular kekuatan dan kecepatan gerakan. Hubungan antara kecepatan gerakan
dan kekuatan otot, Dua poin penting yang muncul:
Muscle force-velocity relationships
a. Setiap kekuatan mutlak yang diberikan oleh otot, velocity atau kecepatan
dari gerakan yang lebih besar di otot-otot yang mengandung persentase
yang tinggi dari cepat serat bila dibandingkan dengan otot-otot yang
maksimal terutama serat lambat.
b. Maksimum kecepatan pemendekan otot adalah terbesar di terendah force
(Perlawanan terhadap otot) Dalam jangka pendek, kecepatan gerakan

36
terbesar yang dihasilkan pada level terendah beban kerja prinsip Ini
berlaku untuk kedua serat lambat dan cepat.
Serat cepat yang mampu menghasilkan lebih besar kekuatan otot pada
kecepatan yang lebih cepat dari serat lambat. Biomekanisme kimia untuk
menjelaskan pengamatan ini adalah terkait dengan fakta bahwa serat cepat
memiliki yang lebih tinggi ATPase aktivitas dari pada serat lambat, oleh
Karena itu, ATP dipecah lebih cepat dalam serat cepat ketika dibandingkan
dengan serat lambat. Pesan hanya bahwa atlet yang memiliki persentase yang
tinggi dari cepat serat tampaknya memiliki keunggulan dalam daya-jenis
atletik. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa sukses pelari dan atlet angkat
besi biasanya memiliki relative persentase yang tinggi dari serat cepat.
Seperti yang mungkin diharapkan, jenis serat distribusi otot pengaruh
kekuatan - kecepatan kurva puncak kekuatan yang dapat dihasilkan oleh otot
yang lebih besar pada otot yang mengandung persentase tinggi dalam
persentase serat cepat dari otot yang sebagian besar terdiri dari serat lambat.
Karena dengan kekuatan - kecepatan curve, dua poin penting yang harus
dipertahankan dari pemeriksaan kekuatan - kecepatan Kurva:
a. Pada suatu kecepatan gerakan, puncak daya yang dihasilkan lebih besar
pada otot yang mengandung persentase yang tinggi dari serat cepat dari
pada otot dengan persentase yang tinggi dari serat lambat. Perbedaan ini
disebabkan biokimia perbedaan antara cepat dan lambat serat-serat, atlet
yang memiliki tinggi persentase serat cepat dapat menghasilkan lebih
banyak kekuatan dari atlet dengan didominasi lambat serat-serat.
b. Puncak Kekuatan yang dihasilkan oleh otot meningkat dengan
meningkatnya kecepatan gerakan hingga kecepatan gerakan 20 sampai 30
derajat kedua alasan untuk dataran tinggi daya output dengan meningkatkan
kecepatan gerak adalah bahwa otot kekuatan menurun dengan
meningkatnya kecepatan untuk gerakan oleh Karena itu, dengan mengingat
kelompok otot ada kecepatan optimal gerakan yang akan menimbulkan
kekuatan terbesar Output.
7. Reseptor di Otot
Otot rangka mengandung beberapa jenis sensorik receptors. Ini termasuk
kemoreseptor, otot spindles, dan Golgi tendon organ. Kemoreseptor adalah
berupa gratis ujung saraf yang mengirim information ke Tengah sistem saraf
37
dalam menanggapi perubahan dalam otot ph, konsentrasi ekstraseluler kalium,
dan perubahan 02, dan C02 , ketegangan. Dalam rangka untuk sistem saraf
dengan benar mengontrol otot rangka gerakan, ia harus menerima terus menerus
umpan balik sensoris dari pihak pada otot, umpan balik sensoris meliputi (I)
informasi tentang ketegangan dikembangkan oleh otot dan (2) akun panjang
otot. Golgi tendon organ (GTO menyediakan sistem saraf pusat dengan
memberi umpan balik mengenai ketegangan yang dikembangkan oleh otot,
sedangkan otot spindle menyediakan sensorik information mengenai otot relatif
panjang.
Muscle Spindle
Seperti yang dinyatakan sebelumnya, spindle otot berfungsi
sebagaipanjang detektor Otot spindle yang ditemukan dalam jumlah besar
angka-angka dalam kebanyakan manusia lokogerak otot. Otot- otot yang
memerlukan terbaik di tingkat kontrol, seperti seperti otot- otot tangan,
memiliki kepadatan spindel tertinggi. Sebaliknya, otot-otot yang bertanggung
jawab untuk gerakan kotor (quadriceps) mengandung relatif sedikit spindle.
Otot spindle terdiri dari beberapa tipis sel-sel otot (disebut intrafusal serat) yang
terkepung oleh selubung jaringan ikat. Seperti biasa serat otot skeletal (disebut
extrafusal serat) otot spindle menyisipkan ke dalam jaringan ikat di dalam
muscle oleh Karena itu, otot spindle berjalan paralel dengan muscle serat.
Spindle otot memberitahu kita tentang keadaan kontraksi otot. Mereka
memberkan informasi saat ke saat mengenai panjang otot dan tingkat perubahan
(yaitu kecepatan) panjang mereka pada saat kontrak dan rilex. Mereka peka
terhadap keadaan kontraksi otot dan memberikan informasi ke seluruh
spektrum kontraksi dari sepenuhnya santai untuk maksimal kontraksi.spindle
otot berada dalam semua otot rangka. Sebagai reseptor mereka unit dalam
bahwa mereka terdiri dari kedua struktur seluler (situs reseptor) dan otot serat-
serat. Spindel otot mendasari tiga fungsi utama dari reseptor timggi. Pertama,
seperti telah kita lihat, spindle otot mengirim sinyal mereka tentang ketegangan
dan gerak otot rangka ke otak, sehingga penyediaan sumber informasi yang
penting kinestetik. Kedua, untuk memulai peregangan reflex, ketiga, untuk
memungkinkan untuk penyesuaian respon otot untuk beban eksternal dan
gangguan.

38
Otot spindle mengandung dua jenis Sensorik ujung-ujung saraf. Utama
ujung menanggapi dinamis perubahan panjang otot. Kedua jenis sensorik
berakhir disebut sekunder berakhir, dan itu tidak merespon dengan cepat
perubahan panjang otot, tetapi menyediakan sistem saraf pusat dengan kontinue
informasi mengenai otot statis panjang. Selain neuron sensorik, otot spindles
dipersarafi oleh gamma gerak neuron, yang merangsang serat intrafusal untuk
kontrak bersamaan dengan serentak bersama dengan extrafusal serat. Gamma
gerak neuron stimulasi menyebabkan wilayah tengah serat intrafusal untuk
mempersingkat, yang berfungsi untuk mengencangkan spindle. Kebutuhan
untuk kontraksi intrafusal serat dapat dijelaskan sebagai berikut: Ketika tulang
otot-otot yang disingkat dengan neuron gerakik stimulasi, muscle spindle pasif
disingkat bersama dengan dalam serat otot skeletal. Jika serat intrafusal tidak
Mengimbangi dengan demikian, ini akan memperpendek mengakibatkan
kekenduran pada spindle dan membuat mereka kurang sensitif. Oleh karena itu,
mereka berfungsi sebagai detektor suhu udara akan dikompromikan.
Otot spindle yang bertanggung jawab untuk pengamatan yang cepat
peregangan otot skeletal hasil di refleks kontraksi. Ini disebut refleks
peregangan dan hadir dalam semua otot-otot, tapi yang paling dramatis di otot-
otot ekstensor tungkai. Yang disebut knee-jerk refleks ini sering dievaluasi oleh
dokter dengan menekan tendon patella dengan palu karet. Pukulan dengan palu
membentang seluruh otot dan dengan demikian menggairahkan utama ujung
saraf yang terletak di otot Spindle.
Fungsi dari otot spindle adalah untuk membantu dalam pengaturan
gerakan dan untuk menjaga postur tubuh. Hal ini dilakukan oleh otot spindle'
kemampuan untuk mendeteksi dan menyebabkan sistem saraf pusat (CNS) ke
menanggapi perubahan panjang otot rangka serat-serat. Berikut contoh praktis
menunjukkan bagaimana spindle otot membantu dalam mengontrol gerakan.
Misalkan seorang siswa memegang satu buku di depan dia dengan lengan
diperpanjang. Ini jenis beban pose tonik peregangan pada otot spindle, yang
mengirimkan informasi ke CNS mengenai akhir panjang serat otot extrafusal.
Jika buku kedua tiba-tiba ditempatkan pada buku pertama, otot-otot Golgi
Tendon Organ (GTO), sepeti spindle otot adalah mechanoreceptor
berkonstribusi terhadap rasa kinestetik. GTO memonitor ketegangan pada
tendon yang di sebabkan oleh kontraksi otot. GTO terletak di tendon yang
39
melekat otot ke tulang.GTO memiliki fungsi pelindung. GTO untuk menerima
beban yang lebih tinggi dan lebih tinggi tanpa runtuh otot berolahraga.
D. Jaringan Ikat
Jaringan ikat berbeda dengan jaringan epitel dalam beberapa hal antara lain :
jaringan ikat jarang sekali terletak bebas, lazimnya terdapat di bawah jaringan epitel
atau terdapat di antara organ-organ tubuh sebagai pengikat atau pengisi ruang
antara. Selanjutnya jumlah sel jaringan ikat relatif lebih sedikit dari jaringan epitel
dari jaringan epitel dan bahan antar selnya lebih banyak. Perimbangan antara sel
dan matriks atau bahan antar sel menunjukkan variasi cukup jelas, tergantung dari
macam jaringan ikat tersebut. Dalam tubuh hewan terdapat berbagai bentuk
jaringan ikat, bahkan ada yang mengalami modifikasi sesuai fungsinya. Fungsi
jaringan ikat adalah :
a. Sebagai penunjang tubuh dalam arti luas, misalnya kerangka tubuh
b. Sebagai penunjang serta pengantar pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf
masuk organ tubuh vital, misalnya otak, ginjal, hati, paru-paru dan sebagainya.
c. Merupakan media antara pembuluh darah kapiler dengan sel-sel tubuh dalam
mengantarkan zat makanan, zat asam, dan mengambil sisa metabolisme.
d. Dapat berfungsi sebagai penimbun lemak (sel lemak), pigmen (sel pigmen),
penghasil benda darah (sel hemopoetik).
1. Klasifikasi Jaringan Ikat
Jaringan ikat embryonal
- Mesenkim
- Jaringan ikat mukosa
Jaringan ikat dewasa
- Jaringan ikat sejati
- Jaringan ikat longgar
- Jaringan lemak
- Jaringan pigmen
Jaringan ikat padat :
- Teratur (tendo, ligamen, dan aponeurosis)
- Tidak teratur (dermis, fasia, periosteum, perikondrium)
- Jaringan ikat elastic
- jaringan ikat retikular
2. Kartilago
40
- kartilago hialin
- kartilago fibrosa
- kartilago elastik
3. Tulang
4. Jaringan vascular
- Darah
- limfa (getah bening)

1. Jaringan Ikat Embrional


Mesenkim
Mesenkim adalah jaringan ikat embrio yang kelak akan menumbuhkan
jaringan ikat dewasa, pembuluh darah dan limfe, dan otot polos. Secara
histologis terdiri atas sel-sel mesenkim dan bahan dasar (matriks). Sel
mesenkim bentuknya tidak teratur dan memiliki banyak penjulran dan saling
berhubungan. Inti lonjong, besar, pucat karena sedikit mengandung kromatin.
Secara umum sifat selnya uniform dan monoton. Matriks bersifat homogen
seperti lendir. Dengan meningkatnya umur embrio pada matriks mulai terbentuk
filamen-filamen yang bergabung menjadi fibril yang bersifat submikroskopik.
Kumpulan fibril ini kelak membentuk serabut. Pembuluh dara belum tampak
pada mesenkim. Apabila jaringan ini diambil dan dibiakan dalam biakan
jaringan (tissue culture), sel-sel mesenkim akan lepas dan menunjukkan gerakan
amuboid.

41
Jaringan ikat mukosa
Jaringan ikat mukosa/berlendir dapat dianggap sebagai tahap
perkembangan lanjut dari mesenkim. Fibril sudah mulai terbentuk pada matriks
yang berkonsistensi jel. Bagaimana terjadinya fibril ini masih dipermasalahkan,
yang jelas sangat halus, tidak bercabang dan sulit diwarnai. Pembuluh darah
dan syaraf belum banyak. Zat makanan dan oksigen menuju sel-sel melalui
difusi. Jaringan ikat mukosa ditemukan pada tali pusar (umbilicus) di sekitar
pembuluh darah, dikenal sebagai „jaringan Wharton‟. Pada mammalia tidak
terdapat lagi, hanya pada pupil omasum terdapat jaringan yang mirip, begitu
pula pada balung dan pial ayam yang berperan sebagai penunjang.

2. Jaringan Ikat Dewasa


Bentuk umum jaringan ikat dewasa jelas berbeda dari jaringan ikat
embrio karena fibril-fibril sudah membentuk serabut yang mudah diwarnai dan
bahkan dapat dibedakan adanya tiga macam serabut. Selanjutnya sel-selnya
mulai berdiferensiasi menjadi sel-sel jaringan ikat dewasa yang cukup banyak
macamnya. Matriks jaringan ikat dewasa sudah berbeda dan mengandung cairan
jaringan (tissue fluid). Ketentuan bagi jaringan ikat mensyaratkan adanya tiga
unsur utama, yaitu : (1) adanya sel-sel (fibroblast, adiposit, makrofag, plasma
sel, sel mast, osteosit, kondrosit); (2) serabut (kolagen, eslatik, retikular); dan
(3) matriks.

42
(1) Sel-Sel Jaringan Ikat
Kalau pada jaringan ikat embrio sel-sel mesenkim masih bersifat
uniform, maka pada jaringan ikat dewasa telah berkembang menjadi
berbagai macam, antara lain : fibroblas, histiosit atau makrofag, sel mast, sel
pigment. Empat sel jaringan ikat tersebut di atas selalu ada dalam jaringan
ikat longgar di berbagai tempat tubuh hewan. Di samping itu masih ada
beberapa macam sel di tempat- tempat khusus, misalnya limfosit dan
leukosit, berasal dari darah, keluar dari pembuluh darah kapiler melalui
proses diapedesis dengan tujuan tertentu. Sel lemak, terdapat pada jaringan
lemak, sel pigmen terdapat pada jaringan pigmen.
Fibroblast
Sering disebut fibrosit atau desmosit. Fibroblast merupakan sel-sel
jaringan ikat tetap, jumlahnya paling banyak dan mudah dikenali pada tiap
bentuk jaringan ikat. Inti lonjong mengandung sedikit khromatin. Pada
sediaan rutin inti mengecil dan runcing, sitoplasma cerah dan homogen dan
membran plasma tidak jelas. Fungsi fibroblast yaitu membentuk serabut dan
bahan dasar (matriks). Fibroblast dikenal mampu membentuk serabut
kolagen.

Histiosit
Sering disebut klasmatosit atau makrofag tetap, bersama fibroblast
selalu terdapat pada jaringan ikat longgar. Bentuk selnya tidak teratur,
penjuluran sel pendek dan tumpul, sedangkan intinya lebih kecil dan bulat
dari fibroblast. Histiosit dalam keadaan istirahat sulit dibedakan dengan
fibroblast. Histiosit tergolong sistem makrofag, sering pula disebut keluarga
RES (Resticulo Endothelial System) yang berfungsi memfagositosis benda

43
asing (kuman, pecahan sel) dalam tubuh. Fungsi histiosit membersihkan
benda asing dari luar atau dalamtubuh sendiri, misalnya sisa sel yang sudah
mati.
Sel Plasma
Sel plasma jarang terdapat pada jaringan ikat biasa, sering terdapat
pada jaringan ikat selaput lendir saluran pencernaan. Pada jaringan retikular
pembentuk benda darah, pada tempat perdangan mudah ditemukan. Bentuk
selnya lonjong tidak teratur, lebih kecil dari histiosit, inti terletak eksentrik
dengan kromatin jelas membentuk jalinan seperti roda. Sitoplasma bersifat
basofil kuat, mirip limfosit, tetapi di daerah di mana banyak sitoplasma dekat
inti, lemah mengambil warna sehingga tampak cerah. Daerah ini merupakan
lokasi dari aparatus Golgi yang memang besar dan aktif seperti pada kelenjar
eksokrin. Sepintas lalu sel plasma agak mirip dengan limfosit, karena ada
anggapan bahwa proplasmasit (prekursor sel plasma) berkembang dari
limfosit medium tipe-B. Fungsi sel plasma adalah penghasil utama zat kebal
(antibodi) yang bersirkulasi berkat penelitian dengan teknik flouresent
antibodi.
Sel Mast
Sel mast lazimnya terlihat pada jaringan ikat longgar, khususnya di
sekitar pembuluh darah. Bentuk selnya besar, lonjong dengan inti agak
pucat. Dalam sitoplasma terdapat banyak butir yang lazimnya bersifat
basofil. Butir ini mudah larut dalam air seperti butir pada leukosit basofil,
karenanya sulit dilihat pada sediaan rutin. Fungsi sel mast menghasilkan
heparin (antikoagulan), histamin, dan serotonin. Histamin menyebabkan
terjadinya vasodilatasi dan meningkatkan permeabelitas pembuluh darah
kapiler dan vena kecil pada kasus alergi.
Sel lemak
Sel lemak terdapat pada jaringan lemak, bisa bersifat soliter atau
mengelompok. Pada sediaan rutin sel lemak larut dalam silol, sehinga
tampak kosong, tinggal sitoplasma tipis di tepi dan intinya.
Sel Pigmen
Sel pigmen lazim disebut „melanosit‟ dan pigmen yang berwarna
coklat hitam disebut „melanin‟. Melanosit banyak terdapat jaringan ikat
berpigmen pada lapis khoroidea mata, rambut, kulit, dan sebagainya.
44
(2) Serabut Jaringan Ikat
Pada jaringan ikat dewasa telah berkembang tiga macam serabut,
yaitu serabut kolagen, serabut elastik dan serabut retikular. Masing-masing
serabut memiliki bangun, jumlah serta sifat berbeda.
Serabut Kolagen
Serabut kolagen pada jaringan segar (fasia, tendon) beraspek putih,
karenanya disebut „serabut putih‟ (white fiber), dan jumlahnya paling
banyak. Sifat-sifat umum : lentur (flexible), tapi susah diregang. Dapat
dicerna oleh pepsin (kolagen adalah protein) lambung, tetapi sulit dicerna
oleh tripsin yang alkalik. Bila direbus menjadi gelatin. Bila direndam dalam
asam lemah akan menggembung, tapi dalam basa lemah bahan antar fibril
akan larut, sehingga akan terurai.

Bangun histologik serabut kolagen berbentuk berkas, panjangnya


tidak menentu, berdiameter antara 10 sampai 100 µm. Diameter serabut
tunggal pada sediaan rutin bervariasi antara 1 sampai 12 µm. Serabut
merupakan gabungan sejumlah fibril, berdiameter 0,2 sampi 0,5 µm.
Pewarnaan rutin serabut kolagen dengan H&E memberikan warna merah
jambu; dengan metoda khusus Mallory‟s triple stain yang mengandung
anilin biru, memberikan warna biru, dan dengan metoda Van Dieson akan
berwarna merah dengan metoda pewarnaan khusus dapat diketahui selain
jumlah, susunan serta persebaran serabut kolagen dalam suatu organ.
Serabut Elastin
Dalam keadaan segar serabut elastin beraspek kuning, karenanya
disebut “serabut kuning‟ (yellow fibers). Ligamentum nukhe, tunika flava
yang banyak mengandung serabut elastin memang beraspek kuning. Sifat
umum : serabut elastin bersifat elastik. Tahan terhadap pengaruh pans, dingin
dan enzim pencernaan, kecualioleh enzim pakreatin atau elastase dari
pankrea. Sulit diwarnai dengan pewarnaan H&E, jadi hasrus dengan metoda
khusus. Bangun histologi serabut elastin halus, membentuk jalinan kerangka
atau retikulum. Pada ligamentum nukhe sapi diameternya antara 10 sampai
12 µm. Pada arteria tipe elastik serabut elastin membentuk selaput bercelah
dikenal sebagai “lamina elastika interna dan eksterna”. Secara elektron
mikroskopik serabut elastin tidak menunjukkan adanya silang periodik seperti

45
serabut kolagen, dan memberikan kesan seperti terdiri dari bahan amorf
dengan kekuatan elektron yang berbeda. Pembesaran yang lebih kuat dengan
sayatan yang lebih tipis diwarnai urasil asetat dan sitrat tembaga, tampak
adanya dua komponen yaitu bahan homogen disebut elastin dan filamen
mikro elastin berdiameter 120 Angstrom.
Serabut Retikular
Serabutnya kecil, bercabang-cabang membentuk retikulum.
Bentuknya cukup halus sehingga mudah terselubung oleh matriks dan bahan
lain pada proses pewarnaan, sehingga sulit tampak. Dengan pewarnaan
khusus metoda Bielchowsky yang mengandung perak nitrat, akan berwarna
coklat hitam, sedangkan seabut kolagen akan tampak kuning atau coklat.
Serabut retikular sering disebut „serabut argirifil‟. Secara elektron
mikroskopik serabut retikular memiliki silang perioduk seperti serabut
kolagen pada kulit, hanya berbeda diameternya.

Serabut retikular sering merupakan kelanjutan dari serabut kolagen,


jadi sulit memperoleh bahan murninya yang disebut „retikulin‟. Serabut
retikular relatif jarang terdapat pada jaringan ikat dewasa, kecuali disekitar
serabut otot, pembuluh darah, syaraf, dan membran basal. Pada jaringan
retikular serabut retikular menempel pada sel-sel retikular.
(3) Bahan Dasar (Matriks)
Pada jaringan ikat sel-sel dan serabut terendam dalam bahan dasar
yang bersifat amorf dan nonfibrilar. Konsistensinya mirip gel yang mampu
mengikat air. Air tersebut merupakan media untuk difusi gas dan metabolik
dari pembuluh darah ke sel atau sebaliknya. Jadi matriks dan cairan jaringan
sangat erat kaitannya.

Bahan dasar mengandung mukopolisakarida (glikosaminoglikans)


yang dibagi dalam dua kelompok yaitu (1) asam hialuron dan khondroitin;
(2) khondroitin sulfat A, B, C dan keratosulfat. Asam hialuron yang terdapat
pada tali pusar, cairan sinovial, jaringan-jaringan ikat longgar dan humor
aquosus mata, memiliki kemampuan mengikat air yang menyebabkan
terjadinya perubahan viskositas serta permiabilitas dari bahan dasar,
sehingga mampu menahan serta melokalisasi penyebaran bahan beracun,
misalnya pada kasus infeksi lokal. Enzim hialurom (di ambil dari air mani

46
atau bisa ular) mampu menguraikan asam hialuron melalui proses hidrolisis,
sehingga viskositas menurun dan memudahkan penyebaran dalam jaringan.
Oleh karenanya dikenal sebagai ‘spreading factor’ dan sifat ini dapat
dimanfaatkan untuk tujuan pengobatan.
3. Jaringan Ikat Sejati
Jaringan Ikat Longgar
Jaringan ikat longgar luas dalam tubuh hewan, strukturnya dapat sedikit
berbeda sesuai dengan lokasi serta namanya. Antara subkutan, endomisium, dan
jaringan interstitial, tidak hanya nama serta lokasinya yang berbeda, strukturnya
pun ada bedanya. Bangun histologi selnya banyak dan bermacam-macam.
Serabutnya sedikit dan bermacam-macam. Matrik atau bahan dasarnya cukup
banyak.

Pemberian nama jaringan ikat longgar tergantung pada tempatnya serta


fungsinya, misalnya subkutan : terdapat di bawah kulit dan menghubungkan
kulit dengan organ tubuh dibawahnya. Merupakan tempat penimbunan sel-sel
lemak. Endomisium : jaringan ikat longgar yang menghubungkan serabut otot
satu dengan lain sambil membawa pembuluh darah dan syaraf. Jaringan
interstitial : jaringan ikat longgar yang terdapat diantara ujung kelenjar,
merupakan media antara pembuluh darah dan sel-sel kelenjar yang aktif
membuat sekreta, misalnya kelenjar ambing.

47
Jaringan Ikat Padat Teratur
Jaringan ikat padat teratur dikarenakan susunan serabutnya. Bila
serabutnya padat, maka sel-selnya relatif sedikit serta macamnya terbatas.
Matriks pun relatif sedikit. Dengan melihat macam serabutnya, dibagi sebagai
berikut :

- Mayoritas serabut kolagen : tendon, ligamentum, fasia, aponeurosis.


- Mayoritas serabut elastin : ligamentum nukhe, tunika flava
Tendon atau Urat
Tendon hampir seluruhnya dari serabut kolagen, tersusun paralel dan
membentuk berkas yang cukup pekat. Di antara serabut kolagen yang
membentuk berkas terdapat fibroblast yang sering disebut “sel tendon” Di antara
berkas satu dengan yang lain terdapat jaringan ikat longgar yang membawa
pembuluh darah dan syaraf. Jaringan tendon yang bersifat makroskopis
sebenarnya merupakan gabungan sejumlah berkas serabut kolagen. Fungsi
tendon merupakan alat untuk menghubungkan antara otot pada bungkul tulang,
misalnya pada otot kaki yang mempunyai tendon yang cukup panjang.

Ligamentum
Secara struktural mirip dengan tendon, mayoritas terdiri atas serabut-
serabut kolagen yang tersusun padat teratur sejajar. Fungsi sebagai pengikat
persendian, menyebrang dari bungkul satu dengan bungkul tulang yang lain.
Aponeurosis
Aponeurosis mirip dengan tendon dan ligamentum, hanya saja bentuknya
lebar dan agak tipis. Susunan serabut kolagen yang sejajar dan padat, dapat
48
berlapis-lapis dengan arah berbeda. Aponeurosis kadang-kadang tampak
membalut otot, terletak di antara otot, bisa tidak berhubungan dengan otot.

Fasia
Secara struktural fasia dan aponeurosis mirip, sehingga kedua istilah
tersebut sering dikacaukan pengertiannya. Sebenarnya istilah fasia lebih bersifat
umum, bisa tebal dan bisa tipis tergantung pada tempat serta fungsinya. Ada fasia
yang hanya terdiri dari dua lapis sehingga mudah dipelajari secara miksroskopik,
tetapi ada pula yang tebal dan kuat. Semakin banyak lapis yang membentuk
anyaman makin kuat fasia tersebut. Fasia superfisialis terletak di bawah subkutan,
langsung membalut otot, dimana sel-selnya akan menyusup ke dalam fasia
tersebut. Fasia profunda, letaknya lebih dalam, terdiri atas jaringan ikat padat
teratur membentuk anyaman dengan arah serabut berbeda. Di bagian dalam dapat
bertaut pada tulang, ligamen, dan tendon. Fasia sering mebentuk daun menyusup
di antara otot membentuk septa intermuskularis.
Jaringan Ikat Padat Tidak Teratur
Struktur serabut kolagen padat dan susunannya tidak teratur. Di samping
mayoritas adalah serabu kolagen, terdapat pula serabut elastik sedikit dan bahkan
otot polos, misalnya tunika albugenea testis kuda, kapsula dan trabukula limpa,
jelas memiliki otot polos. Misalnya jaringan ikat padat tidak teratur antara lain
korium (kulit), tunika albugenia, kapsula, trabukula, septa dan sebagainya.

49
Jaringan Retikular
Jaringan retikular terdiri atas sel-sel retikular yang membuat jalinan, dan
serabut retikular yang menempel pada tubuh serta penjuluran sel yang saling
berhubungan. Inti sel retikular besar dan pucat, sitoplasma cerah tanpa adanya
vakuola didalamnya. Dilihat sari segi lokasi serta fungsinya, sel-sel retikular
dibagi sebagai berikut:

• Di tempat tertentu masih memiliki potensi embrionik, dengan pengertian


dapat menumbuhkan beberapa macam benda darah, misalnya pada folikel
getah bening, pulpa putih limpa, sumsum tulang merah.

• Sel retikular pada kelenjar getah bening dan lain tempat memiliki sifat
fagositosis terhadap benda asing.

• Memiliki sifat fibroblastik, karena mampu menghasilkan serabut retikular

• Jaringan retikular terdapat pada organ hemopoietik (pembentuk benda


darah), pada sumsum tulang disebut jaringan mieloid, sedangkan pada
kelenjar getah bening disebut jaringan limfoid.

Jaringan Elastin
Serabut elastin berbeda dengan serabut kolagen, karena tidak membentuk
berkas, tetapi dapat bercang-cabang yang saling beranastomose, misalnya pada
arteria pulmonaris kuda. Jaringan elastin dapat tampil sebagai lamina elastik
interna dan eksterna pada arteria tipe elastin, misalnya aorta dan cabang-cabang
utamanya, arteria tipe otot. Pada paru-paru jaringan elastin mempunyai peran
cukup penting, bahkan pada epiglotis sapi membentuk nodulus.

50
Jaringan Lemak
Suatu bentuk jaringan ikat di mana mayoritas sel-selnya mampu menimbun
lemak dalam sitoplasma. Serabut yang terdapat di antaranya adalah serabut
kolagen, serabut elatin, dan serabut retikular, di samping pembuluh darah yang
cukup banyak. Sel lemak berkembang dari mensenkim yang berdiferensiasi
menjadi „steatoblast‟ yang nantinya menjadi sel lemak. Butir lemak mula-mula
tersebar merata dalam sitoplasma. Lama-lama butir tersebut bergabung menjadi
butir besar dan mengisi sebagian besar sitoplasma (80-90%).

Secara kimiawi lemak tubuh adalah ester dari gliserol dan asam lemak (asam
palmitin, stearin, dan olein). Lemak tidak larut dalam air atau alkohol dingin,
tetapi larut dalam silol, khloroform, eter, bensol. Pada pewarnaan sehari- hari
(H&E) lemak larut dalam silol, sehingga tampak sel-sel kosong, tinggal inti
dengan sitoplasma yang tipis di tepi.

51
Jaringan Pigmen
Jaringan pigmen atau lengkapnya jaringan ikat berpigmen, memiliki sel-sel
khusus yang mampu mensintesa serta menimbun pigmen. Selnya disebut
“melanosit‟, sedangkan pigmennya „melanin‟ dan warnanya coklat hitam. Bangun
hisologis sel-selnya memiliki penjuluran dan dalam sitoplasma terdapat butir-butir
melanin, berbentuk pipih aau bulat dengan diameter 0,2-0,5 µm.

Pada sedian rutin tanpa pewarnaan melanosit dapat dipelajari dengan jelas,
butir melanin jelas hanya inti tampak kosong. Melanosit terdapat pada lapisan
khoroida dan iris mata, stratum germinativum dan korium kulit hitam (Melanesia,
Afrika), rambut serta bulu yang berwarna hitam.
4. Kartilago

Tulang rawan (kartilago) sebagai alat penunjang tubuh, harus kuat dan
lentur, tahan terhadap tekanan maupun tarikan. Pada vertebrata tingkat rendah
misalnya elasmobranchii, seluruh kerangka tubuh terdiri atas tulang rawan. Pada
mamalia (fetus) hampir seluruh kerangka terdiri atas tulang rawan hialin. Sekitar
kelahiran (partus) menjelang dewasa tulang rawan tersebut di rombak secara
bertahap dan diganti dengan tulang sejati, meskipun tidak seluruhnya, yang tetap
tinggal sebagai tulang rawan adalah permukaan persendian, trakea, laring, bronki,
tulang rusuk, dan sebagainya.

Ciri khas tulang rawan memiliki se-sel (kondrosit), serabutnya dapat


kolagen atau elastin, dan matriks atau bahan dasar yang mengeras kecuali pada
tulang rawan fibrosa. Khas bahwa pada tulang rawan tidak terdapat pembuluh darah
atau limfe, jadi zat makanan serta oksigen akan menyebar secara difusi. Matriks
meskipun mengeras tapi tetap lentur dan permeabel.
Kartilago Hialin
Dalam keadaan segar bersifat lentur, semitranparan, dan berwarna putih
kebiruan. Di permukaan terdapat perikondrium, suatu jaringan ikat yang pada
waktu muda mampu membentuk tulang rawan secara aposisi. Pada tulang rawan
tidak terdapat pembuluh darah, tetapi bila ada, suatu pertanda adanya
pengkapuran. Secara fisiologik kalsifikasi sering terjadi pada tulang rawan rusuk.
Bangun histologik
Perikondrium : membungkus permukaan tulang rawan, kecuali pada tulang rawan
persendian. Perikondrium terdiri dari dua lapis, yaitu (1) lapis luar terdiri dari jaringan
52
ikat longgar atau pada tidak teratur. (2) Lapis dalam pada fetus dan hewan muda jelas
terdapat kondroblast. Setelah dewasa (tua) tidak jelas lagi.
Kondrosit : Sel-sel tulang rawan ini menempati rongga yang disebut “lakuna”.
Kondrosit bebentuk bulat atau lonjong, dengan inti besar terletak di tengah. Nukleolus
jelas sedangkan inti sendiri tampak pucat. Dalam sitoplasma terkandung lemak serta
glikogen, itulah sebabnya pada sediaan rutian tampak adanya rongga-rongga, karena
kedua bahan tersebut larut pada proses pengerjaan sediaan. Di daerah dalam kondrosit
sering mengelompok disebut kelompok isogen (isogenous group), jumlah kondrosit
dapat mencapai 12. Kelompok isogen ini terjadi karena kondroblast masih mampu
membelah beberapa kali, sedang matriks mulai mengeras tidak mampu memisahkan
diri dan tetap terkurung dalam lakuna. Serabut : sebenarnya pada tulang rawan hialin
terdapat serabut kolagen, hanya pada sediaan rutin (H&E) tidak tampak. Serabut
kolagen tersebut diselubungi oleh matriks yang mempunyai indeks refraksi sama,
sehingga tidak tampak. Untuk membuktikan adanya serabut kolagen, tulang rawan
perlu terlebih dahulu dimaserasikan dalam larutan NaCl 10%, atau larutan tripsin, baru
dilakukan pewarnaan seperti biasa.
Matriks : Matriks tampak homogen, didalamnya mengandung kondromukoid, terdiri
dari dari glikosaminoglikan yang mengandung kondroitin.
Tulang rawan hialin terdapat pada permukaan persendia, tulang rawan rusuk, trakhea,
laring, bronkus dan sebagainya.

Kartilago Elastik
Tulang rawan segar beraspek kuning karena banyak mengandung serabut
53
elastin. Secara garis besar memiliki bangun histologik mirip tulang rawan hialin,
hanya berbeda dalam macam serabutna. Serabut ealstin membuat anyaman pada
interteritorial mastriks secara merata. Makin menuju permukaan jalinan serabut
makan tipis, sebaliknya makin ke dalam makn pekat jalinannya. Penapuran tulang
rawan elastin agak jarang mungkin terjadi pada umur tua. Tulang rawan elatin terdapat
pada pada daun telinga, tuba auditiva eustachii, epiglotis, membran nictitans, dan
sebagainya.

Kartilago Fibrosa
Jenis kartilago (tulang rawan) ini mempunyai serabut kolagen padat dengan
hondrosit tersusun dalam deretan lakuna. Matriks relatif sedikit, umumnya tidak
dikelilingi oleh perikondrium. Tulang rawan fibrosa terdapat pada miniskus, simfisis
pubis, diskus intervetebralis, tempat pertautan ligamen atau tendon pada tulang, pada
hidung sebagian dari laring, trakea, bronki, bronkioli, dan rangka embrionik. Diskus
intervetebralis sebagian besar terdiri dari tulang rawan fibrosa, pada bagian atas dan
bawah berkelanjutan dengan tulang rawan persendian spinalis. Mempunyai fungsi
untuk melancarkan gerakan pada sendi, kelenturan dan sebagai penyokong.

54
Proses Pembentukan Tulang Rawan
Proses pembentukan tulang rawan dapat dilihat dari dua aspek yaitu : (1)
pertumbuhan pada stadium embrio dari blastema tulang rawan, berupa sel-sel
mesenkim yang berproliferasi dan membesar; (2) pertumbuhan pasca natal yang
berasal dari perikondrium.
Sel-sel blastema pra tulang rawan bersifat basofil, karena berkembangnya
retikulum endoplasmik kasar, disebut kondroblast. Kondroblast menghasilkan fibril
kolagen dan matriks. Pembentukan matriks terus berlangsung di bagian tengah,
sehingga sel-sel tersebut terpisah satu dengan yang lain dan menjadi kondrosit. Di
bagian tepi kndroblast terus mengadakan aktivitas membentuk tulang rawan. Jadi
tulang rawan yang mula-mula terjadi berbentuk pulau dengan sel-sel tersebar dalam
matriks. Di bagian tepi di balut oleh bakal perikondrium yang mengandung
kondroblast, sedangkan di tengah kondrosit belum membentuk membentuk zimogen.
Di luar pulau tulang rawan masih berupa mesenkim.
Pola pertumbuhan tulang rawab menganut dua cara yaitu : (1) Pertumbuhan
interstitial, melalui ekspansi dari dalam dengan cara pembelahan kondrosit berulang-
ulang. Tiap kondrosit yang terbentuk berpisah dan membentuk kapsula sendiri. Cara
ini terjadi pada kehidupan embrio saja dan nantinya terhenti dan dilanjutkan dengan
pertumbuhan aposisi. (2) Pertumbuhan aposisi, penambahan luas areal tualng rawan
berlangsung di bagian tepi, kondroblast berkembang dari perikondrium, membelah
beberapa kali menjadi kondrosit.
Pola pertumbuhan aposisi ini dapat berlangsung pada satdium embrio maupun
dewasa. Pada stadium embrio mesenkim berkembang menjadi kondroblast, dan
55
seterusnya membentuk kondrosit. Pada stadium pasca nata fibroblast pada
perikondrium berkembang menjadi kondroblast dan seterusnya menjadi kondrosit.
Pertumbuan aposisi sering disebut pertumbuhan subperikondrium. Dengan
meningkatnya umur tulang rawan, matriks mulai mengeras, sedangkan kondrosit terus
membelah dan terbentuklah kelompok isogen. Kondromukoid yang dihasilkan oleh
sel-sel baru serta sisa kapsula diduga membentuk teritorial matriks yang bersifat
basofil, sedangkan interteritorial matriks dengan adanya fibril kolagen meningkat
maka basofilitas menurun.
Kelainan pada tulang rawan dapat terjadi karena gizi buruk (malnutrisi) dan
faktor-faktor lain, maka matriks yang homogen menjadi kasar karena serabut. Tulang
rawan yang terjadi menunjukkan rongga-rongga sehingga rapuh. Kasus ini disebut
degenerasi amiantin. Pada umur, sifat transparan berkurang dan warna biru menjadi
kuning serta keruh, disebabkan kondromukoid banyak diganti oleh albuminoid.
Kalsifikasi bisa terjadi bila terjadi degenerasi sel-sel tulang rawan. Tetapi pada proses
pembentukan tulang kasus ini normal. Regenerasi tulang rawan berlangsung amat
lambat. Bila terjadi patah atau luka, maka perikondrium mengadakan aktivitas mengisi
bagian yang rusak untuk membentuk tulang rawan baru. Setelah sembuh pada
sambungan tampak jaringan ikat padat atau bahkan mengalami pertulangan.
E. Jaringan Adiposa
Jaringan Adiposa merupakan suatu model terintegrasi antara sistem endokrin
dengan signaling dalam regulasi metabolisme energi. Sejak tahun 1990, meskipun
hipotesis hubungan antara jaringan jaringan adiposa dengan jaringan lain sulit
dibuktikan pada saat itu, tetapi penelitian penelitian terus dilakukan. Pada
perkembangannya, akhir akhir ini sebagian besar peneliti berpendapat bahwa jaringan
adiposa mempunyai peranan penting selain dalam metabolisme dan cadangan energi,
juga dalam pertumbuhan serta respon hubungan antara endokrin dan neuronal.
Hubungan tersebut baru sebagian dapat dijelaskan secara molekur setelah pada
dekade terakhir pada tahun 1994 dilakukan penelitian dengan metode kloning pada
mencit obes. Pada penelitian tersebut disimpulkan bahwa jaringan adiposa mempunyai
peranan multifungsi pada tubuh manusia. Dari gen mencit ini ternyata dihasilkan
hormon antara lain leptin, resistin, adiponektin, Tumor necrosing Factor- α (TNF-α),
ataupun interleukin-6 (IL-6). Adiposit mengeluarkan zat yang dinamakan adipositokin
yang memiliki efek terhadap obesitas, diabetes dan penyakit kardiovaskuler,sehingga
jaringan lemak secara langsung berhubungan kelainan yang diakibatkan obesitas. Pada
56
makalah ini akan dibahas beberapa hormon dan sitokin yang telah dikenal dan berperan
dalam bidang endokrinologi dan metabolisme.
1. Anatomi, Struktur dan fungsi Jaringan adipose
Sel Adiposa merupakan istilah anatomi jaringan ikat yang terdiri dari sel
adiposa. Jaringan adiposa ini berbeda dengan lani nya dan yang mempunyai
karakteristik dalam pembentukan energi dan penyimpanan sel lemak. Sel adiposa
sangat kaya dengan pembuluh darah dan persyarafan (Sistem neurovaskuler)
menjadi penting bagi tubuh dalam memelihara kebutuhan keseimbangan energi,
penyimpanan energi dalam bentuk lipid ( lemak), mobilisasi cadangan energi dalam
merespon rangsangan hormonal serta perubahan signal sekresi. Cadangan energi
utama tersebut disimpan dalam bentuk trigliserida.
Jaringan adiposa ini selain berperan dalam cadangan energi juga sebagai
bantalan tubuh ataupun sebagai penyekat jaringan. Walaupun demikian, ternyata
sel adiposa tersebut mempunyai fungsi sebagai kelenjar endokrin yang
memproduksi hormon seperti leptin, resistin dan TNF-α. Sel adiposa itu juga
mensekresi berbagai messenger kimia, termasuk angiotensinogen dan adiponektin.
Selain jaringan adiposa tersebut terletak dibawah kulit, tetapi juga dapat
ditemukan di sekeliling organ. Pada kulit, terakumulasi lebih dalam dari lapisan
subkutan. Sel adiposa disini berperan sebagai alat untuk menjaga suhu udara panas
atau dingin. Sedangkan yang berada disekitar organ berfungsi sebagai jaringan
pelindung bagi organ disekitarnya.
Sel adiposa terdiri dua tipe yaitu sel adiposa Coklat (Brown adipose tissue
= BAT) dan White adipose tissue (WAT) .
WAT : sel ini mengandung vakola lipid yang besar dikelilingi oleh ring sitoplasma,
inti tampak datar dan berada di perifer. Kumpulan lemak ini tampak agak cair dan
terdiri dari trigliserid sebagai kandungan utama. WAT ini mensekresikan resistin
dan leptin.
BAT : Sel ini berbentuk polygonal, terdiri dari sitoplasma dengan bintik bintik lipid
yang kasar. Nukleus berbentuk bulat dan eksentrik.
Sel adiposa yang multilokuler pada sel WAT mengandung beberapa
mitokondria yang besar, tempat terjadinya metabolisme. Dengan demikian sel sel
pada WAT ini menunjukkan adanya aktifitas metabolik yang tinggi pada
mitokondria. BAT sebenarnya ditemukan pada bayi yang secara relatif lebih luas

57
area permukaan tubuhnya dibanding dengan volume. BAT ini akan berkurang pada
usia dewasa muda.
Jaringan BAT lebih dominan sebagai unsur jaringan sel adiposa dibanding
dengan yang menempati jaringan sel multilokular yang dikenal sel adiposa atau sel
lemak. Tidak seperti WAT, BAT penuh dengan trigliserida yang merupakan
cadangan makanan dan cadangan energi. BAT menggunakan trigliserida cadangan
makanan ini untuk memenuhi kebutuhan panas badan. BAT akan
meningkatkan/menyebabkan panas badan dengan melepaskan gradient proton dari
sintesa ATP di dalam membran mitokondria bagian dalam. Thermogenin, adalah
protein transmembran didalam mitokondria sebagai penyebab lepasnya proton dari
sintesa ATP, kemudian menghasilkan panas.
Penelitian akhir akhir ini merubah pandangan kita tentang sel adiposa.
Anggapan awal bahwa sel adiposa merupakan sel yang pasif dan hanya berfungsi
sebagai tempat menyimpan kelebihan energi ( dalam bentuk trigliserida ) telah
berubah secara drastis. Asam Lemak bebas adalah bentuk bebas lipoprotein akibat
adanya enzim lipoprotein lipase (LPL) dan masuk ke dalam sel adiposa, dan
mengumpul kembali dalam bentuk trigliserida melalui proses esterifikasi menjadi
glycerol. Sel lemak mempunyai peran fisiologi yang penting dalam memelihara
trigliserid dan kadar asam lemak bebas, juga mempengaruhi resistensi insulin.
Dengan demikian Sel adiposa saat ini merupakan sel yang aktif berperan dalam
mengatur secara jalur homeostatis energi. Aktivitas tersebut dikendalikan oleh
jalinan kerja sinyal hormonal dan neuronal yang kompleks.
Dari berbagai penelitian adiposa abdomen (obesitas sentral) berbeda dalam
profil metabolik dan cenderung sebagai penyebab timbulnya resistensi insulin
dibandingkan adiposa subkutan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa obesitas sentral
merupakan pertanda adanya kegagalan toleransi gukosa. Dan hubungan tidak
langsung dengan faktor resiko kardiovaskuler lainnya seperti diabetes dan
hipertensi.
2. Sel Adiposa sebagai Organ Endokrin
Sel adiposa memproduksi beberapa faktor yang berfungsi sebagai feed back
signal dalam pengaturan metabolisme jaringan adipose. Tidak diragukan bahwa
dengan perkembangan biologi molekuler faktor faktor yang disekresi tersebut dapat
diidentifikasi, yaitu Leptin, Resistin, adipsin, Asylation Stimulating Protein (ASP),
Adipose Fatty Acid- binding Protein, Agouti protein, Angiotensinogen, PAI 1,
58
TGF- β, Growth Hormone, dan steroid. Selain itu juga sel adiposa juga berperan
sebagai tempat dihasilkan beberapa sitokin yang dominan dalam regulasi
keseimbangan energi. Sitokine, IL-6 dan TNF-α selain sebagai reaksi inflamasi
dalam mekanisme pertahanan tubuh juga mempunyai peran penting sebagai
hormonal dalam metabolisme glukosa dan lemak.
Adipositokin yang meningkatkan sensitivitas insulin diantaranya
adiponektin dan leptin, sedangkan yang meningkatkan resistensi insulin
diantaranya resistin, IL-6 dan TNFα. Jenis lain diantaranya adipsin, Acylation
Stimulating Protein (ASP) Aquaporin Adipose (AQPap) Plasminogen Activator
Inhibitor-1 (PAI-1) Aromatase11-hydroxysteroid dehydrogenase (11 HSD-1) dan
lain-lain.
3. Leptin
Pada tahun 1994 Leptin (LPT) baru ditemukan sebagai suatu protein pada
Gen obes ob/ob dapat mengkoda leptin, yaitu suatu peptida 16 KD yang
disekresikan oleh sel adiposa. Leptin yang berperan sebagai regulator utama dalam
pengaturan keseimbangan energi. Leptin bekerja di reseptor neural pada susunan
syaraf pusat, yaitu di hipotalamus untuk meghambat asupan makanan dan
meningkatkan penggunaan energi. Berbeda dengan tikus ob/ob, pada tikus db/db
ditemukan resistensi leptin karena mutasi pada reseptor leptin. Hal serupa juga
ditemukan pada manusia.
Leptin merupakan hormon yang dihasilkan oleh jaringan lemak yang
berfungsi mengatur metabolisme untuk keseimbangan energi dan berat badan.
Secara umum leptin berperan dalam menghambat rasa lapar dan meningkatkan
metabolisme energi. Pada individu dengan jaringan lemak yang berukuran besar
mengandung lebih banyak leptin dibandingkan dengan jaringan lemak yang lebih
kecil, sedangkan pada obesitas sering dijumpai adanya resistensi leptin. Keadaan
ini terjadi akibat gangguan transportasi leptin pada otak sehingga Hipothalamus
pada individu dengan obesitas menjadi kekurangan leptin.
Leptin akan meningkatkan signal pencadangan lemak dengan didahului
penurunan asupan makanan. Fungsi lain leptin adalah menurunkan signaling
pencadangan lemak akibat peningkatan asupan makanan dan penurunan
penggunaan energi ( metabolic rate yang menurun). Leptin yang dikat oleh reseptor
neural di Hipothalamus akan menurunkan kadar neuropeptide Y, yang
menimbulkan turunnya appetite dan signal sel adiposa untuk penghancuran
59
trigleserida sebagai upaya melepaskan asam lemak bebas kemudian digunakan
untuk proses oksidasi, yang dipengaruhi insulin dan beberapa sitokin
Insulin dalam wakut singkat akan mempromosikan uptake glukosa oleh sel
adiposa, hal ini terjadi dengan terjadi peningkatan cadangan triacylglyceride dan
peningkatan deposit lemak. Peningkatan leptin akan menyebabkan penurunan
asupan makanan. Selain diikat oleh neuro reseptor leptin di hypothalamus juga oleh
reseptor di sel T. Diduga hal ini dihubungkan dengan kaitan antara sel adipose
dengan sistem imunitas. Penelitian pada tikus yang telah kehilangan gen pengkode
leptin (ob/ob knock-out mice ) menunjukkan adanya gangguan pada respon
autoimun sel T helper-1/Th1.
Konsentrasi leptin mempengaruhi otak dengan indikator adanya massa
adiposa untuk regulasi appetite dan metabolisme. Leptin bekerja dengan
menghambat aksi neuropeptide Y (NPY) dan agouti-related peptide (AgRP) serta
meningkatkan aksi α- melanocortin stimulating hormone (α-MSH). Sampai saat ini,
hanya leptin dan insulin yang dimengerti sepenuhnya sebagai signal adipose.
Berada dalam sirkulasi dengan kadar proporsional dihubungkan dengan lemak
tubuh memasuki system syaraf pusat secara proposional untuk mengatur
konsentrasi secara proporsional juga.
Dengan adanya interaksi dengan SSP, leptin harus melewati sawar darah
otak. Hal ini terjadi melalui reseptor leptin pada sel endotel yang berfungsi sebagai
transporter. Pada saat terjadi ikatan dengan Ob-Rb reseptor, maka menimbulkan
dua efek : Represi anabolik, menyebabkan penurunan asupan makanan dan
ekspenditure energi. Aksi leptin pada hypothalamus menyebabkan down-regulation
NPY dan AgRP. Keduanya dangat poten sebagai molekul orixigenic ( appetite –
Stimulating), yang meningkatkan asupan energi. NPY lebih poten 2 kali setelah
beberapa jam, sedangkan AgRP lebih banyak berpengaruh pada saat akhir proses
metabolik tersebut.
Aktifasi katabolik, juga disebabkan penurunan asupan makanan dan energi
ekspenditur. Leptin pada umumnya diperlukan pemecahan pro-opiomelanocortin
(POMC) sebagai molekul prekusor. Hal ini diperbolehkan oleh α- melanocortin
stimulating hormone (α-MSH) untuk diproduksi. Rendahnya MSH mengaktifasi
aktifitas jalur melanocortin anoreksia, peningkatan rangsangan anoreksi
melanokortin, menstimulasi asupan energi dan peningkatan MSH, dan apabila
terjadi peningkatan MSH maka terjadi inhibisi asupan energi. Leptin juga ternyata
60
mempunyai efek biologi lain yaitu, berperan pada proses reproduksi,
hematopopoiesis, angiogenesis, kontrol tekanan darah, dan formasi tulang.
Walaupun sampai saat ini mekanisme yang terjadi belumlah jelas sepenuhnya.
4. Resistin

Resistin, seperti juga TNF- α, adiponektin, asam lemak bebas dan mungkin
beberapa factor lain yang di sekresikan oleh sel adiposa yang mempunyai target
aktifitas di jaringan perifer. Aktifitas ini mempengaruhi sensitifitas insulin dan
proses seluler serta metabolik.

Resistin sebagai hormone adipose ditemukan tahun 2001, dikatakan resistin


karena penelitian meggunakan tikus dengan resistensi insulin. Resistin
diidentifikasikan untuk pertama kali ketika Steppan dkk melakukan screening gen-
gen yang terpapar oleh rosiglitazone. Pada saat adipogenesis gen-gen tersebut
terstimulasi dan mengalami down-regulation pada sel adiposa yang telah mature.
Diduga resistin merupakan penghubung antara peningkatan masa lemak dan
resistensi insulin. Resistin diekspresikan dalam WAT dan terdeteksi dalam serum,
dan diduga mempunyai aksi di jaringan diluar sel adiposa. Penemuan tersebut
menumbuhkan kegairahan dan harapan dalam penggunaan resistin untuk terapi
resistensi insulin.

Penelitian akhir-akhir ini menunjukan berbagai kontroversi tentang fungsi


fisiologis resistin serta perannya dalam patofisiologi obesitas, resistensi insulin dan
DMT2. Pada mencit obes ternyata resistin serum meningkatkan dan resistin sebagai
mediator resistensi insulin menurun akibat rosiglitazone atau thiazolidinedione
yang meningkatkan sensitifitas insulin. Selain itu, netralisasi aktifitas resistin akibat
injeksi antibodi resistin menurunkan kadar gula darah yang signofokan dan
memperbaiki sensitifitas insulin pada obes, resistensi insulin pada mencit dan
injeksi resitin pada mencit ternyata memperburuk toleransi glukosa dan
menimbulkan resistensi insulin.

Resistin pada awalnya diidentifikasi pada tikus, dikenal juga sebagai "serine
/ cysteine-rich adipocyte-Specific Secretory Factor" (ADSF atau FIZZ3)
mempunyai efek pada beberapa organ pada tubuh manusia. Resistin termasuk
dalam kelompok gen protein kecil kaya sistein yang disekresikan ( small cystein-
rich secreted protein) oleh sel adiposa. Resistin mencit dalam sirkulasi berbentuk
61
homodimer dua peptide yang dihubungkan oleh jembatan disulfida. Pengaturan
cystein tersebut unik untuk resistin. Dua anggota keluarga protein tersebut adalah
Resistin Like Molecule ( RELM)-α dan ß. RELM- α yang juga dikenal sebagai
FIZZ1 ( found in inflamantory zone) diekspresikan di jaringan paru yang sedang
mengalami peradangan. RELM-ß yang dikenal sebagai FIZZ2 diekspresikan di
epitel intestinum dan tidak didapatkan pada human genom RELM-ß.

RELM mempunyai 60% kemiripan asam amino dengan resistin. Kelompok


protein tersebut tampaknya memegang peran dalam jaringan komunikasi antar
organ yang kompleks, yaitu memodulasi keseimbangan energi dan metabolisme
intermediet.

Dalam kenyataannya pada penelitian pada tikus awal diduga adanya


hubungan antara kadar glukosa dengan konsentrasi resistin ini. Molekul ini diduga
berhubungan dengan patofisiologi dari resistensi insulin dan diabetes tipe 2 yang
menyebabkan obesitas. Resistin menyebabkan jaringan, terutama hati, menjadi
kurang sensitive terhadap insulin. Pemberian antibodi terhadap resistin yang
menetralkan efek hormon resistin menyebabkan meningkatan sensitifitas insulin
pada tikus yang mengalami obesitas dan tikus dengan resistensi insulin. Hal ini
memberikan gambaran bahwa adanya hubungan antara obesitas dan diabetes tipe 2.
Walaupun demikian kadar resistin yang beredar dalam sirkulasi ternyata tidak ada
hubungannya dengan obesitas dan resistensi insulin serta tidak diatur oleh keadaan
puasa atau pemberian leptin.

Pada mencit, resistin terutama diekspresikan di jaringan WAT dan temuan


resistin yang terdeteksi di serum menunjukan bahwa resistin di sekresikan oleh sel
adiposa dan bekerja di tempat jauh. Ketika pertama kali ditemukan, kadar resistin
di dalam serum mencit yang obes meningkat, sebaliknya thiazolinedione (agonis
PPAR γ) menurunkan kadar resistin serum. Hal tersebut menunjukan bahwa resistin
merupakan mediator untuk resistensi insulin. Lebih lanjut, netralisasi aktifitas
resistin dengan cara menyuntikan antibodi resistin menurunkan kadar glukosa
darah, memperbaiki sensitifitas insulin, pada mencit obes yang insulin resisten.
Sebaliknya, penyuntikan resistin memperburuk toleransi glukosa dan menginduksi
resistesi insulin.

62
Di cell line sel adiposa, resistin menghambat insulin-stimulated glucose
uptake dan pemberian antibodi terhadap resistin meningkatkan transportasi gukosa.
Hal tersebut menunjukan bahwa resistin endogen mempunyai efek otokrin. Resistin
menghambat maturasi pre-sel adiposa menjadi sel adiposa.

Pada keadaan resistensi insulin, ekspresi resistin di jaringan lemak ( tempat


resistensi insulin tersebut berlangsung) seharusnya meningkat. Resistin juga lebih
diekspresikan di jaringan lemak abdominal dibandingkan dengan lemak subkutan,
akan tetapi penelitian penelitian selanjutnya menunjukan bahwa ekspresi mRNA
resistin dan proteinnya di berbagai model binatang percobaan yang obes ternyata
tertekan. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan mengapa ekspresi protein yang
memediasi resistensi insulin justru lemah pada kondisi resistensi insulin.
Sebaliknya ekspresi resistin di jaringan lemak berbagai binatang percobaan yang
obes (ob/ob, db/db, zucker diabetes mice) meningkat sesudah pemberian terapi
agonis PPAR-α dan metformin. Ekspresi resistin juga dipengaruhi oleh PPAR α.
Hal tersebut menimbulkan dugaan bahwa ekspresi resistin tertekan pada keadaan
resistensi insulin dan mekanisme kerja anti hipoglikemi agonis PPAR-α dan
metformin tidak memerlukan penurunan ekspresi resistin. Peneliti lain menunjukan
bahwa terapi pada mencit db/db dengan rosiglitazone menurunkan ekspresi resistin.
Sebaliknya di kultur sel adiposa, TNF α yang menimbulkan resistensi insulin justru
menghambat ekspresi dan sekresi resistin.

Resitin tidak diekspresikan miosit dan sel adiposa yang isolated maupun sel
adiposa intake yang diperoleh dari biopsi. Tidak ada perbedaan ekspresi resistin di
sel lemak individu normal, resistensi insulin, maupun Diabetes Mellitus tipe 2.
Peneliti menyimpulkan, bahwa pada manusia resistin bukan merupakan
penghubung antara resistensi insulin dengan DM yang penting.

Resistin diduga merupakan penghubung antara sel adiposa dan resistensi


insulin, dengan cara menghambat ambilan glukosa yang distimulasi insulin (insulin
mediated glucose uptake) serta menghambat diferensiasi sel adiposa. Berbagai
penelitian tentang kaitan antara gen resistin dengan obesitas, resistensi insulin dan
DMT2 masih menunjukan hasil yang saling bertentangan.

63
5. Adiponektin
Adiponektin, yang juga dikenal sebagai adipoQ dan Acrp30, merupakan
salah satu adipositokin yang secara spesifik dihasilkan oleh jaringan adiposa.
Adiponektin pertama kali ditemukan saat meneliti ekspresi gen pada jaringan lemak
viseral dan subkutan manusia yang bertujuan untuk mengetahui mekanisme
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan obesitas. Secara tidak terduga, gen
yang terekspresi di jaringan lemak subkutan dan viseral, sebanyak 20% dan 30%,
merupakan gen yang menghasilkan berbagai macam protein sekretorik yang
bersifat bioaktif (bioactive secretory protein), yang kemuadian dinamakan
adipositokin. Salah satu dari adipositokin ini adalah adiponektin.
Adiponectin (Adipocyte complement-related protein of 30 kDa - Acrp30):
Adalah protein spesifik yang berikatan dengan sel otot dan mempromosikan
penggunaan dan oksidasi karbohidrat dan lipid. Kadar adiponectin menurun pada
penderita diabetes dan obes. Adiponektin terdapat pada jaringan lemak pada system
sirkulasi. Penurunan kadar adiponektin berhubungan dengan obesitas dan resistensi
insulin. Regulasi adiponektin dipengaruhi oleh sekresi sitokin antara lain TNF α.
Penurunan kadar adiponektin berhubungan dengan obesitas dibuktikan
dengan percobaan yang menggunakan mencit ( knock out- mice) dimana gen
adiponektin telah di nonaktifkan sehingga kemampuan untuk menghilangkan asam
lemak bebas di dalam plasma menjadi turun. Tingginya kadar asam lemak bebas di
dalam plasma merupakan faktor utama penyebab aterosklerosis. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan antara obesitas, aterosklerosis dengan kadar
adiponektin. Percobaan di atas juga menemukan peningkatan kadar TNF-α pada
jaringan lemak dan plasma, dengan demikian menunjukkan hubungan terbalik
antara obesitas dengan kadar TNF α.
Gen dari adiponektin terletak pada kromosom 3q27, sebuah lokus yang juga
diketahui berhubungan dengan penyakit diabetes. Secara struktural, adiponektin
menyerupai serabut kolagen, faktor komplemen dan TNF-α.. Struktur dasar dari
adiponektin terdiri dari 244 asam amino dengan 4 domain: amino-terminal signal
sequence, variable region, collagenous domain dan carboxy-terminal globular
domain (gambar 1).

64
Gambar 1. Struktur Adiponektin

Adiponektin mengalami modifikasi post-translational di dalam adiposit


menjadi bentuk multimer: trimer, hexamer dan high-molecular-weight (HMW)
oligomer (gambar 1). Bentuk multimer ini berbeda-beda ukurannya dari 75-90 kDa
untuk trimer sampai 500 kDa untuk HMW oligomer. Adiponektin bentuk globular
merupakan pecahan dari adiponektin bentuk utuh melalui proses proteolisis.

Dari beberapa bukti yang didapatkan, diperkirakan bahwa berbagai bentuk


multimer ini memiliki efek yang berbeda-beda pada jaringan. Distribusi relatif dari
bentuk multimer ini mungkin berhubungan dengan sensitifitas insulin. HMW
adiponektin memperlihatkan korelasi yang lebih kuat dengan toleransi glukosa
dibanding kadar total adiponektin.

Terdapat 2 macam reseptor adiponektin, AdipoR1 dan AdipoR2. AdipoR1


banyak didapatkan di sel otot, mempunyai afinitas yang kuat dengan adiponektin
bentuk globular dan afinitas yang lemah dengan adiponektin bentuk utuh (full-
length), sedangkan AdipoR2 banyak ditemukan di sel hepar dan memiliki ikatan
yang sedang (moderate) dengan kedua bentuk adiponektin. Jumlah AdipoR1 dan
AdipoR2 meningkat pada keadaan puasa, dan kembali normal pada keadan
postprandial. Keadaan ini menunjukkan kemungkinan peranan insulin sebagai
regulator reseptor adiponektin.

Mekanisme Kerja Adiponektin

1. Meningkatkan Sensitifitas Insulin, Adiponektin menurunkan jumlah trigliserida


di jaringan dan meningkatkan sinyal insulin. Pada otot skeletal, adiponektin
meningkatkan ekspresi molekul-molekul yang terlibat dalam transport asam
65
lemak seperti CD36, yang terlibat dalam pembakaran asam lemak seperti
acylcoenzyme A oxidase, dan dalam penggunaan energi seperti uncoupling
protein 2. Perubahan ini menyebabkan berkurangnya jumlah trigliserida di
dalam otot skeletal. Peningkatan jumlah trigliserida di dalam otot skeletal akan
menghambat aktivasi phosphatidylinositol (PI) 3-kinase, translokasi glucose
transporter 4 dan ambilan glukosa, sehingga menyebabkan terjadinya resistensi
insulin. Oleh karenanya, berkurangnya jumlah trigliserida di jaringan otot akan
memperbaiki transduksi sinyal insulin.
2. Adiponectin mengaktifasi PPAR α, Berdasarkan data bahwa pengobatan tikus
percobaan yang menderita lipoatrofi atau tikus dengan diabetes disertai obesitas
dengan adiponektin atau ekspresi berlebihan dari adiponektin pada tikus
percobaaan akan meningkatkan ekspresi target gen PPAR α seperti CD36,
acylcoenzyme A oxidase dan uncoupling protein 2, dibuat hipotesis bahwa
adiponectin dapat mengaktifkan PPAR α. Dari data ini diperkirakan bahwa
adiponektin akan meningkatkan pembakaran asam lemak dan konsumsi energi
melalui aktivasi PPAR α, yang mana akan mengurangi jumlah trigliserida di
hati dan otot skeletal, yang pada gilirannya akan meningkatkan sensitivitas
insulin.
3. Adiponektin mengaktivasi AMP kinase (AMPK), Dari hasil percobaan dengan
menggunakan adiponektin selama 1 jam, ternyata didapatkan peningkatan
oksidasi asam lemak dan peningkatan ambilan glukosa di miosit. Berdasarkan
data ini dibuat hipotesis bahwa adiponektin akan merangsang ß-oxidation dan
ambilan glukosa melalui aktivasi AMP kinase. Adiponektin globular dan bentuk
utuh merangsang fosforilasi dan aktivasi AMPK pada otot skeletal, sedangkan
pada hati hanya dirangsang oleh adiponektin bentuk utuh. Bersamaan dengan
aktivasi AMPK, adiponektin juga merangsang fosforilasi dari acetyl coenzyme-
A carboxylase (ACC), pembakaran asam lemak, ambilan glukosa dan produksi
asam laktat di miosit, dan juga merangsang fosforilasi ACC dan menyebabkan
berkurangnya molekul-molekul yang terlibat dalam proses glukoneogenesis di
hati, yang memperlihatkan efek akut penurunan glukosa dari adiponektin
(gambar 2).

66
Gb. 2. Adiponektin mengaktivasi AMPK dan PPARα pada hati dan otot

4. Adiponektin dan Anti-aterosklerosis, Adiponektin mempunyai efek kuat


menghambat ekspresi molekul-molekul adhesi seperti intracellular adhesion
molecule-1, vascular cellular adhesion molecule-1, dan E-selectin (Gambar 3).
Adiponektin juga akan menghambat aktivasi nuclear factor-kB, sehingga adhesi
monosit pada sel endotel terhambat. Adiponektin juga menghambat ekspresi
dari scavenger receptor dari makrofag, menyebabkan berkurangnya ambilan
LDL teroksidasi dan berkurangnya produksi foam cells. Di dalam sel otot,
adiponektin akan mengurangi proliferasi sel melalui mekanisme penekanan
terhadap platelet-derived growth factor, heparin-binding epidermal growth
factor (EGF)-like growth factor, basic fibroblast growth factor, dan EGF.24-26

Gb. Supresi aterosklerosis oleh adiponektin.

67
6. Regulasi Adiponektin
Kadar adiponektin diatur secara ketat dan tetap konstan oleh berbagai
macam hormon dan faktor-faktor yang terlibat dalam regulasi fungsi metabolisme
dan atau sistem imun. Insulin akan menurunkan kadar adiponektin.
Thiazolidindiones suatu agonis PPARγ akan meningkatkan ekspresi adiponektin,
keadaan yang juga mencerminkan adanya rangsangan terhadap diferensiasi
adiposit. Faktor-faktor lain sebagian besar bersifat inhibisi terhadap adiponektin,
faktor tersebut adalah katekolamin, glukokortikoid, sitokin (IL-6 dan TNF-α),
prolactin growth hormon dan androgen.
7. Sitokin

Dalam sistem imunitas, sitokin akan dilepaskan selama proses inflamasi


berlangsung, seperti interleukin IB (IL-6 1B) dan TNF-α. TNF-α merupakan
sitokin inflamasi utama yang disekresikan oleh makrofag dan juga disekresikan
oleh sel adiposa. Salah satu target organ utama adalah sel adiposa sendiri yaitu
terjadi inhibisi transkripsi gen dan aktivasi ekspresi gen lainnya. PPAR-γ, pada
beberapa gene dapat diinhibisi oleh TNF-α. PPAR-γ ( peroxisome proliferatif
actived receptor ) yang merupakan akspresi normal PPAR-γ ini muncul dan
berperan penting pada proses deferensiasi sel dalam lemak, dalam control
metabolisme lemak dan akibatnya akan mempengaruhi resistensi insulin. PPAR-γ
terikat pada sel adipose, metabolit, beberapa obat akan berubah bentuk dan terjadi
binding/unbinding PPAR terhadap respon. Respon PPAR-γ yang mengontrol
ekspresi beberapa gen yang berhubungan dengan metabolisme lemak. Kondisi ini
dikatakan sebagai faktor transkripsi sensor. Obat yang diikat dan diaktivasi PPAR
akan meningkatkan sensitifitas insulin yang akan membantu mengontrol kadar gula
darah.

Tumor necrosis factor α (TNF α ) merupakan komponen sitokin utama yang


berperan dalam proses imunomodulator dan respon inflamasi, yang disekresikan
oleh makrofag dan sel adipose. Salah satu target utama TNF- sel adiposa sendiri,
yaitu terjadi inhibisi terhadap proses traskripsi beberapa gen dan aktivasi ekspresi
gen lainnya. Peningkatan kadar TNF-α dijumpai pada hewan percobaan dan
manusia yang menunjukan gejala obesitas, dan juga pada individu yang memiliki
resistensi insulin. Pada kasus resistensi insulin, TNF-α menghambat terjadinya
signaling reseptor insulin pada jaringan adiposa melalui reseptor TNF-α.
68
Produksi TNF-α dapat dihambat dengan beberapa senyawa anti TNF-α
seperti thiazolindinedione (TZD). Senyawa ini mempu menekan aktivasi TNF-α,
meskipun secara parsial, dengan cara menghambat signaling reseptor insulin yang
menyebabkan resistensi insulin. Penurunan (inhibisi) ekspresi gen terjadi pada
pemberian pengobatan dengan TNF terjadi pada: GLUT 4 (glucose transport
protein), PPAR, dan Adiponektin.

Terapi yang lama menimbulkan penurunan protein: Insulin receptor, insulin


receptor substrate 1 (IRS-1), GLUT4 glucose transport protein, AKT ( a kinase ).
Semua efek ini akan menyebabkan resistensi insulin. Mediator inflamasi yang
disekresikan oleh makrofag dan sel adipose berpengaruh terhadap kadar glukosa
darah, diduga pada obesitas terjadi keadaan inflamasi kronik sistemik. NF-kB:
adalah faktor transkripsi protein spesifik muncul pada beberapa gen yang
transkripsi yang diinhibisi oleh adanya aktifasi TNF. Terdapat beberapa obat yang
mampu menginhibisi NF-kB. Jika diberikan pada adipose setelah stimulasi TNF,
efek TNF tidak dilakukan observasi. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa efek TNF
adalah memediasi secara langsung NF-kB. Protein ini biasanya terikat pada protein
inhibitor, NF-kB. Yang berupaya mencegah terjadinya ikatan DNA dan terjadinya
aksi faktor transkripsi. Dalam timbulnya TNF, IF-kB akan bebas dari NF-kB dan
sekarang dalam bentuk aktif dapat berperan sebagai faktor transkripsi. Dengan
Lepasnya inhibisi NF-kB , IF-kB dan akibatnya terjadi ikatan dengan DNA.

PPAR ( peroxisome proliferators activated receptor )-γ : beberapa gen


diinhibisi oleh TNF membutuhkan faktor transkripsi lain dalam ekspresi normal.
PPAR-γ tampak berperan pada deferensiasi sel didalam sel adipose, sebagai kontrol
metabolisme lemak dan berperan dalam terjadinya resistensi insulin. PPAR-α
ditemukan pada sel liver sedangkan PPAR-γ ditemukan pada sel lemak, terikat pada
asam lemak, metabolit, dan beberapa obat. Ikatan terjadi didahului oleh perubahan
bentuk dan ikatan/ dan pelepasan PPAR dari respon elemen, respon elemen PPAR
adalah kontrol ekspresi beberapa gen dalam metabolisme lipid. Semua ini adalah
faktor sensor transkripsi lipid. Obat yang terikat dan mengaktifkan PPAR- γ
menyebabkan sel lebih sensitive terhadap insulin, sedangkan obat yang terikat dan
mengaktifkan PPAR- γ membantu menurunkan kadar lipid. PPAR-γ yang
terekspresi di sel adiposa merupakan kunci penting dalam mengontrok
deferensiasi precursor sel adiposa menjadi sel adiposa.
69
Jika PPAR- γ terekspresi dalam sel non adiposa, makan akan berubah
menjadi sel adiposa. Jika aktifitas biologi PPAR- γ dalam sel adiposa misalnya
akibat obat, kemudian sel adiposa menjadi tempat yang lebih baik untuk
pencadangan lemak. Hal ini mempunyai peranan penting untuk pergerakan
abnormal deposit lipid dari otot dan hepar ke sel lemak dan mengurangi
triacylglycerid dalam darah, kondisi ini menguntungkan bagi penderita diabetes.
PPAR- γ akan merubah kebutuhan gen untuk pencadangan lemak, termasuk
glycerol kinase, lipoprotein lipase, dan transporter asam lemak. Juga jika TNF,
terus mengaktifasi NF-kB, inhibisi mediasi ekspresi gen oleh PPAR- γ akhirnya
menyebabkan diabetes. TAG akan berkurang dan kadar asam lemak dalam darah
akan meningkat.

Efek lain aktivasi PPAR- γ akibat obat adalah perubahan pada ekspresi
dan sekresi adipokinasi yang akan berpengaruh langsung di seluruh tubuh.
Perubahan ini menurunkan resistensi insulin. Kadar TNF menurun akan
meningkatkan sensitifitas insulin serta juga sekresi adinopektin meningkat. Dengan
demikian terjadi peningkatan penggunaan glukosa oleh otot dan penurunan sintesa
hepar. Akhirnya menurunkan penurunan kadar glukosa. PPAR- α terekspresi di
hepar. Dalam keadaan puasa, hepar akan memasukan asam lemak dari sel lemak.
Perubahan ini terjadi akibat aktivitas PPAR- α menyebabkan oksidasi sel lemak.
Akhirnya terjadi penurunan triacylglycerida (akibat penurunan sintesa di hati)

8. Interleukin (IL)-6

Sepertiganya IL-6 yang beredar dalam tubuh diperkirakan berasal dari sel
adiposa, yang berperan sebagai autokrin dan parakrine. Dalam kondisi basal, IL-6
disekresikan dan akibat stimulasi TNF-α, sekresi IL-6 meningkat sampai 60 kali
dalam bentuk 3T3-L1 adiposite. TNF-α dengan mudah meningkatkan ekspresi pada
obesitas, melalui ekspresi IL-6 sel adiposa dan non adiposa. Modulator lain yang
berperan dalam ekspresi IL-6 pada sel adiposa adalah Glukokortikoid dan
Katekolamine. Efek biologi lain IL-6 adalah penurunan aktifitas LPL jaringan
adiposa yang mempunyai implikasi dalam pengurangan deposit lemak, stimulasi
sintesa protein pada fase akut, peningkatan aktifitas aksis Hipofisis hypothalamus
dan thermogenesis. Interleukin 6 merupakan salah satu anggota dari
proinflamantory sitokin yang disekresi oleh monosit, makrofag, dan jaringan lemak.

70
Pada manusia, IL-6 dapat memacu reaksi inflamasi. Peningkatan kadar IL-6
berhubungan dengan resistensi insulin pada penderita obesitas dan diabetes tipe 2.
Pada hewan, IL-6 memiliki efek yang berbeda dengan pada manusia dimana
peningkatan kadar IL-6 menyebabkan proteksi terhadap obesitas.

IL-6 dapat menginduksi produksi TNF-α sehingga memperantarai reaksi


inflamasi in vitro seperti yang ditunjukkan dengan pemebrian IL-6 pada sel sel
adiposa. Reaksi ini diperantarai oleh protein TIARP/TNF-α pada individu yang
menderita obesitas. Secara umum, IL-6 dapat menyebabkan kelainan hemostatis,
diabetes mellitus tipe 2 dan menyebabkan obesitas sehingga molekul ini merupakan
target yang baik untuk pengobatan.

9. Mekanisme timbulnya diabetes pada individu obes.


Mekanisme ini lebih banyak melibatkan antara jalur signal sampai
menyebabkan diabetes. Data terakhir mengatakan bahwa pada organel termasuk
reticulum endoplasma. Pada Retikulum Endoplasma (RE) ini tempat sintesa
protein, duplikasi dan sekresi dari sel. Selama berada dalam RE, residu glukosa
terikat sebagai kovalen dengan protein, sebelum protein mencapai membrane atau
diluar sel.
Pada DMT2 terjadi penurunan aktifitas insulin. Insulin mulai aktifitasnya
setelah berikatan dengan reseptor insulin, yang menyebabkan aktivasi reseptor
insulin tyrosine protein kinase, yang akan mengalami fosforilase dan protein lain
seperti insulin receptor substrate 1 (IRS-1). Mekanisme lain penurunan efek insulin
adalah aktivasi protein kinase lainnya, Jun amino terminal Kinase 1 (JNK1). JNK1
ini yang mengalami fosforilase dari asam amino lain, seperti serine. Aktivitas JNK1
adalah pada perubahan asam lemak ( yang biasanya terjadi peningkatan pada obes)
dan system imunitas sebagai signal molekul TNF. TNF akan dilepaskan dari
makrofag dan merupakan mediator utama pada reaksi inflamasi. Aktifitas JNK1
akan meningkat di hati, otot dan sel adipose pada individu obese. Jaringan tersebut
sama dengan jaringan yang dipengaruhi insulin.
Hal ini diduga mekanisme penurunan respon insulin pada individu obes,
yang akibat aktifasi serine protein kinase JNK1 akibat asam lemak dan sitokin.
Peran RE dalan resistensi insulin diduga akibat adanya stress pada RE. Stress ini
disebabkan pengaruh berbagai stimuli oleh aktifasi JNK1. Stress ini berhubungan
dengan sisten imunitas (TNF) dan disregulasi metabolic (Meningkatnya asam
71
lemak). Hal ini menyebabkan keadaan imunitas kronik dan stress metabolik,
keduanya meningkat pada obesitas, menurunkan signaling insulin sebagai
penyebab resistensi insulin.

72
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Jaringan epitel (epithelium) disusun oleh sel-sel sejenis yang menutupi atau
membalut permukaan luar dan dalam organ tubuh yang berbentuk tubulus (saluran)
maupun cavum (rongga). Sel-sel epitel juga diketahui dapat berproliferasi
menumbuhkan folikel kelenjar, seperti folikel rambut. Epitel permukaan organ
tubuh terdiri dari kumpulan atau deretan sel- sel yang sangat rapat susunannya
sehingga membentuk suatu lembaran atau lapisan yang substansi interselulernya
sangat sedikit dan tipis atau tidak punya, dan cairannya sangat sedikit.
2. Jaringan saraf terdiri dari neuron dan neuroglia. Neuron adalah perantara
komunikasi antara otak dan tubuh, sedang neuroglia adalah sel pendukung bagi
neuron- sel neuroglia melindungi dan memelihara neuron. Rangsang adalah
stimulus yang mengakibatkan perubahan dalam tubuh atau bagiannya. Kecepatan
lintasan serabut mengirimkan pesan dari satu tempat ketempat lain berkisar 300
kilometer perjam. Neurohumor adalah ujung serabut saraf pelepas zat kimia, yang
bila salah satu sel mengeluarkan sinyal sel saraf yang lain sekitar 25000 akan siap
beraksi.
3. Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik
dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel otot memiliki struktur
filamen dalam sitoplasma, bentuk selnya memanjang agar dapat melangsungkan
perubahan sel menjadi pendek. Di balik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya
merupakan gerak mekanik itu, terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang
berseri demi kelangsungan kontraksi otot. Dalam makalah ini, dengan tujuan akhir
pada penjelasan lengkap tentang proses di balik kontraksi otot, akan dibahas
dahulu mengenai zat-zat kimia penyusun filamen-filamen tebal dan tipis
yaitu aktin dan miosin.
4. Jaringan ikat berbeda dengan jaringan epitel dalam beberapa hal antara
lain : jaringan ikat jarang sekali terletak bebas, lazimnya terdapat di bawah
jaringan epitel atau terdapat di antara organ-organ tubuh sebagai pengikat atau
pengisi ruang antara. Selanjutnya jumlah sel jaringan ikat relatif lebih sedikit dari
jaringan epitel dari jaringan epitel dan bahan antar selnya lebih banyak.

73
5. Jaringan Adiposa merupakan suatu model terintegrasi antara sistem endokrin
dengan signaling dalam regulasi metabolisme energi. Sejak tahun 1990, meskipun
hipotesis hubungan antara jaringan jaringan adiposa dengan jaringan lain sulit
dibuktikan pada saat itu, tetapi penelitian penelitian terus dilakukan. Pada
perkembangannya, akhir akhir ini sebagian besar peneliti berpendapat bahwa
jaringan adiposa mempunyai peranan penting selain dalam metabolisme dan
cadangan energi, juga dalam pertumbuhan serta respon hubungan antara endokrin
dan neuronal.
B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah saya, meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih
banyak kesalahan dari penulisan makalah ini, kami harap bisa bermanfaat untuk kita
semua dan kami juga butuh saran/kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan
yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Semoga dengan makalah yang dibuat ini
dapat bermafaat bagi kita semua, serta dapat memberikan informasi Sitohistoteknologi.

74
DAFTAR PUSTAKA

http://amalgazali.blogspot.co.id/2012/07/makalah-sistem-otot- ranqka.html

Fox, P.F. (1991). Food Enzymology Vol 2. Elsevier Applied Science.


London.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005.

James, Tangkudung. "Metodologi Penelitian Kajian dalam Olahraga."

James Tangkudung’s Lab , 2018.

James, Tangkudung. METODOLOGI PENELITIAN Kajian Dalam Olahraga.


https://www.researchgate.net/publication/328601573_METODOLOGI_
PENELITIAN_Kajian_Dalam_Olahraga (diakses 29 Oktober 2018).
James, Tangkudung. SPORT PSYCHOMETRICS: Basics and
Instruments of Sports Psychometric.
https://www.researchgate.net/publication/328599852_SPORT_PSYCH
OMETRICS_Basics_and_Instruments_of_Sports_Psychometric (diakses 29
Oktober 2018).

Kunandar. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Madya Suwarsih. Teori dan Praktek Penelitian Kelas (Action


Research). Bandung; Alfabeta, 2011.

Matthew B.R Hergenanhahn, H.Olson. Theories Of Learning. Jakarta: Kencana, 2009.

Mills.E, Geoffre. Action Research A Guide For The Teacher


Researcher. USA: Merril Prentice, 2003.

Muhajir,Drs, M.Ed, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

Bandung: Ghalia Indonesia Printing, 2007.


Mulyatiningsih Endang.Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung:
Alfabeta, 2011.

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2004.
Power SK, Howley ET. Exercise Physiology: theory and application to fitness and
performance, fourth edition. New York: McGraw-Hill: 2007 Samsudin.
Pengaruh Gaya Mengajar dan Motor Educability Terhadap Hasil Belajar Bola
Voli. Jakarta: PPS UNJ, 2013.
Slameto. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
2003.

Sugiyanto dkk. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta:

Universitas Terbuka, 1998.


Suharsini Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta; Bumi Aksara,
2003.

Sukmadinata Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum: Terori dan Praktek. PT


Remaja Kosdakarya, 1997.

Tangkudung, J. Ilmu Faal (Fisiologi). Jakarta: Penerbit Cerdas Jaya, 2006

Tangkudung, James, and Puspitorini Wahyuningtyas. "Kepelatihan Olahraga Edisi


II." Jakarta: Penerbit Cerdas Jaya , 2012.

Tangkudung, James, and Wahyuningtyas Puspitorini. "Kepelatihan olahraga,


pembinaan prestasi olahraga." Jakarta: Cerdas Jaya , 2006
Tangkudung, James, and Wahyuningtyas Puspitorini. "Paragames Paralympic."
Jakarta: Intermedia Publishing , 2012.

Undang-undang Republik Indonesia No.23 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Jakarta: BP Cipta Jaya, 2003.
Wulandari Fifft Yeti. Pengembangan Model Pembelajaran Lari Cepat Melalui
Permainan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Lari Cepat Pada Anak
Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: PPS UNJ, 2011.

Walgito.(2010).Psikologi Umum Suatu Pengantar.Yogyakarta:ANDI


Zaipudin & Wilarso.(2006).LKS Aksi Sains Biologi kelas 8.Klaten:Sinar Abadi

Anda mungkin juga menyukai