Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN KDP

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN CAIRAN PADA PASIEN DENGAN
DIABETES MELLITUS TIPE II DI RUANG
TERATAI RUMAH SAKIT TINGKAT III
BALADHIKA HUSADA JEMBER

OLEH:

Yunizar Firda Alfianti, S.Kep


NIM 182311101050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus berikut dibuat oleh:


Nama : Yunizar Firda Alfianti
NIM : 182311101050
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN CAIRAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES
MELLITUS TIPE II DI RUANG/UNIT TERATAI RUMAH SAKIT
TINGKAT III BALADHIKA HUSADA JEMBER

Telah diperiksa oleh pembimbing pada:


Hari :
Tanggal :

Jember, September 2018

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

Ns Ahmad Rifai.S.Kep.M.S
NIP . 19850207 201504 1 001 NIP .

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

LAPORAN PENDAHULUAN........................................................................... 1

1. Anatomi dan Fisiologi............................................................................. 1


2. Definisi...................................................................................................... 2
3. Epidemiologi............................................................................................ 3
4. Etiologi...................................................................................................... 3
5. Tanda dan Gejala.................................................................................... 4
6. Patofisiologi.............................................................................................. 4
7. Penatalaksanaan Medis........................................................................... 7
8. Penatalaksanaan Keperawatan.............................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 17

LAPORAN KASUS............................................................................................. 18

iii
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Anatomi Fisiologi Ginjal
A. Anatomi

Ginjal adalah suatu organ yang terletak pada dinding abdomen di


sebelah kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebrata T12 sampai L3.
Ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 10 cm, lebarnya 5 cm dengan tebal 2,5
cmGinjal sebelah kanan terletak lebih rendah karena berdekatan dengan organ
hepar. Ginjal terbungkus oleh tiga lapisan jaringan yang berfungsi untuk
melindungi ginjal dari trauma dan sekaligus memfiksasi ginjal. Tiga lapisan
dari yang terdalam yakni kapsula renalis, lapisan kedua yaitu adiposa dan
lapisan terluar yaitu fascia renal. Selain itu, ginjal juga memiliki korteks di
bagian luar yang berwarna coklat terang dan warna coklat gelap di bagian
dalam. Korteks ini didalamnya terdapat jutaan nefron sebagai alat penyaring.
Setiap bagian nefron terdiri dari tubulus dan glomerulus. Ginjal juga memiliki
medulla yang tersusun dari massa triangular yang disebut dengan pramida
ginjal yang berguna untuk mengumpulkan hasil ekskresi ginjal untuk
kemudian disalurkan ke tubuhlus kolektivus menuju pelvis ginjal (Tortora,
2011).

1
2
B. Fisiologi
Ginjal adalah organ dalam tubuh manusia yang memiliki peran sangat
penting yakni untuk mengekskresikan zat terlarut dan air secara selektif. Cara
kerja ginjal adalah memfiltrasi plasma darah melalui glomerulus dengan
reabsorbsi beberapa zat terlarut dan juga air dengan jumlah yang sesuai.
Kelebihan dari air dan zat terlarut tersebut kemudian diekskresikan keluar
tubuh dalam bentuk urin.
Fungsi ginjal secara umum menurut Sherwood (2011) adalah
1. Ekskresi produk sisa metabolisme
2. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Mengatur tekanan osmolaritas cairan tubuh dan konsentrasi elektrolit
4. Mengatur tekanan arteri
5. Mengatur keseimbangan asam basa
6. Glukoneogenesis

2. Definisi Gangguan Keseimbangan Cairan


Cairan dalam tubuh manusia secara garis besar dibagi menjadi dua
komponen yaitu cairan intraselular dan ekstraselular. Dua per tiga total cairan
tubuh berada pada ruang intraselular dan sepertiga cairan lainnya berada dalam
ruang ekstraseluler. Cairan ekstravaskular terdiri dari plasma dan cairan
interstisial. Perbandingan jumlahnya, cairan interstisial 4/5 dari total cairan
ekstravaskular, dan 1/5 lainnya adalah cairan plasma. Cairan di dalam tubuh
sangat diperlukan untuk menjaga agar kondisi tubuh tetap dalam keadaan sehat.
Keseimbangan cairan dalam tubuh merupakan salah satu bagian fisiologis
homeostasis yang melibatkan komposisi dan perpindahan cairan tubuh (William,
2017).
Keseimbangan volume cairan dalam tubuh merupakan suatu kondisi
terhadap adanya peningkatan, penurunan atau pergeseran secara cepat cairan
intravascular, interstisial, dan atau cairan intraseluler lainnya. Kondisi ini
mengacu pada kesamaan antara cairan masuk (intake) dan cairan yang keluar
(output). Gangguan pada keseimbangan cairan yaitu kekurangan volume cairan,

3
kelebihan volume cairan atau keduanya (NANDA, 2018). Kekurangan volume
cairan adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan cairan intravascular,
interstisial, dan atau cairan intraseluler lainnya. Kondisi ini mengacu pada
dehindrasi, yaitu tanpa disertai perubahan kadar natrium. Sedangkan kondisi
kelebihan volume cairan adalah kondisi terjadinya peningkatan asupan cairan dan
atau retensi cairan di dalam tubuh (NANDA, 2018).\

3. Epidemiologi
Gangguan keseimbangan cairan yang dapat terjadi pada tubuh antara lain
adalah dehidrasi dan kelebihan volume cairan. Salah satu penyebab dehidrasi
adalah karena diare. Penelitian yang dilakukan di sebelumnya yang dilakukan di
Australia menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja dalam keadaan dehidrasi.
Sebanyak 60% pekerja yang memulai pekerjaannya dengan keadaan dehidrasi.
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa 79% pekerja di luar ruangan mengalami
dehidrasi (Andayani, 2013). Di Indonesia sendiri, angka kejadian dehidrasi akibat
diare adalah 7,19/1000 penduduk dan 23,3 diantaranya terjadi pada balita. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdirektorat Diare Departemen Kesehatan tahun
2000-2010 terlihat kecenderungan peningkatan insiden yaitu 301/1000 penduduk
pada tahun 2000, 374/1000 penduduk pada tahun 2003, naik menjadi 423/1000
penduduk pada tahun 2006, dan mencapai 411/1000 penduduk pada tahun 2010
(Kementerian Kesehatan, 2011)

4. Etiologi
a. Kekurangan volume cairan
1. Intake yang kurang
Intake cairan kurang dapat disebabkan karena kekurangan cairan per
oral atau sedang menjalankan diet tertentu.
2. Output berlebih
Output atau haluaran berlebihan dalam tubuh dapat disebabkan karena
beberapa keadaan diantaranya kehilangan cairan melalui diare,

4
perdarahan, muntah, luka bakar, penyakit tertentu, dan suhu yang
terlalu panas.
b. Kelebihan volume cairan
1. Intake berlebihan
Intake yang berlebih dalam tubuh dapat disebabkan karena kelebihan
cairan per oral maupun secara parenteral.
2. Output yang kurang
Kondisi yang dapat menyebabkan adanya tahanan output yakni
terjadinya retensi urin, sehingga menyebabkan kelebihan volume
cairan di dalam tubuh.

5. Tanda dan Gejala


Tanda gejala yang dapat muncul pada kondisi ketidakseimbangan cairan menurut
Potter & Perrry (2009) adalah:
a. Kekurangan volume cairan
Tanda gejala klinik yang muncul pada pasien hipovolemia antara lain, nadi
cepat tapi lemah, pusing, kelemahan, keletihan, frekuensi nafas cepat,
oliguria, anoreksia, mual muntah, rasa haus berlebih, kulit dan membran
mukosa kering, turgor kulit tidak elastis, mata cekung.
b. Kelebihan volume cairan
Tanda gejala klinik yang ditemukan pada pasien dengan hypervolemia
antara lain, denyut nadi kuat, pernafasan cepat, peningkatan tekanan darah,
sesak nafas, edema anasarka, edema perifer, berat badan meningkat dalam
waktu singkat.

6. Patofisiologi dan Clinical Pathway


A. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi
seperti ini disebut juga hipovolemik. Umumnya, gangguan ini diawali dengan

5
kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan
interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan
ekstraseluler. Untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit,
penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan. Cairan dapat
berpindah dari lokasi intravaskuler menuju pleura, peritonium, perikardium,
atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti masuknya cairan dalam
saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
Kelebihan volume cairan dapat terjadi bila natrium dan air berada pada
jumlah proporsi atau volume yang sama. Terjadinya kelebihan volume cairan
(hypervolemia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan
interstisial sehingga menyebabkan edema. Edema adalah suatu kondisi dimana
ada penumpukan cairan interstisial yang berlebih. Kelebihan cairan tubuh
hampir seluhnya terjadi akibat adanya gangguan pada keseimbangan cairan
tubuh.

6
B. Clinical Pathway
Cairan oral /
Pola hidup Perdarahan Mual / Muntah Suhu lingkungan Kondisi medis
parenteral

Banyak kehilangan Penguapan cairan


Deiare Diet ketat Anoreksia Banyak masukan Retensi urin
darah dalam tubuh

banyak cairan Kurang asupan


Asupan cairan Keringat berlebih Sedikit pengeluaran Cairan menumpuk
dikeluarkan cairan

Tidak ada Banyak yang


rehidrasi dikeluarkan

Ketidakseimbagan Cairan

Output cairan
Metabolism tubuh Kulit kering Input cairan berlebih
berlebih

Dehidrasi Hipertermi Turgor kulit jelek Penumpukan cairan

Kekurangan Regulasi cairan 7 Kerusakan Kelebihan Volume


Edema
volume cairan tidak seimbang integritas kulit cairan
7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis pada kekurangan volume cairan adalah


1. Rehidrasi parenteral
Cairan fisiologis (salin normal) atau ringer laktat (10-20 cc/kg) harus
diberikan dalam waktu 1 jam. Jumlah ini harus diluar jumlah kebutuhan
cairan perharinya. Keuntungan normal salin dan ringer laktat adalah untuk
mengisi ruangan intravaskuler secara cepat.
2. Rehidrasi oral
Rehidrasi oral diberikan pada dehidrasi ringan/sedang. Pemberian rehidrasi
oral diberikan sedikit demi sedikit sampai mencapai dosis 75cc/kg selama 4-6
jam untuk dehidrasi ringan/sedang. Jika sudah membaik dilanjutkan dengan
100cc/kg perhari
Penatalaksanaan medis pada kelebihan volume cairan disesuaikan dengan faktor-
faktor penyebab, diantaranya,
1. Diet pembatasan cairan
Diet pembatasan cairan ini dilakukan untuk membatasi intake yang masuk
ke adalam tubuh sehingga tidak semakin memperparah kondisi
hipervolemik yang dialami.
2. Pemberian diuretik
Diuretik diberikan apabila pembatasan diet natrium tidak cukup untuk
mengurangi edema. Pemberian jenis diuretic juga berdasarkan kondisi dan
keparahan hipervolemik yang dialami pasien.
Obat diuretik yang biasa diberikan antara lain:
a. Furosemid ( dengan nama dagang Lasix, Farsix, Edemin, Diuvar)
b. Aldactone
c. Indapamide
d. Acetazolamide.
e. Mannitol

8
3. Modalitas pengobatan lainnya
Pengobatan lainnya yang bisa dilakukan apabila fungsi ginjal terganggu
dan obat farmakologis tidak dapat bekerja secara efisien, maka akan
dilakukan hemodialisis.

8. Penatalaksanaan keperawatan
A. Pengkajian
A. Anamnesa
1) Identitas : Nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, agama, suku,
pendidikan, status perkawinan
2) Keluhan utama : pasien mengatakan bengkak di kaki dan tangan.
3) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan sesak (ngosngosan) sejak 3 hari yang lalu bila
dibuat aktivitas kemudian dibawa ke RS karena waktunya kontrol.
Kaki dan tangan bengkak.
4) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan pernah didiagnosa DM sejak 4 tahun lalu dan
hipertensi. Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
keluarga
B. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath) : pernafasan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
B2 (Blood) : takikardi, perubahan TD postural, hipertensi, CRT < 2
detik.
B3 (Brain) : pusing, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan
memori, reflek tendon menurun, penurunan sensasi
B4 (Bladder) : Poliuria, nocturia, ISK, urine encer, dapat menjadi
oliguria/anuria bila terjadi hipovolemia berat, glukosuria.
B5 (Bowel) : mual, muntah, anoreksia, penurunan berat badan, diare,
bising usus meningkat, polifagi dan polidipsi.
B6 (Bone) : kelemahan, sulit bergerak, kulit/membran mukosa kering.

9
Keadaan umum : pasien tampak lemah, ekspresi wajah, postur tubuh,
kebersihan diri, GCS normal 456, warna kulit sawo matang
Tanda vital :
- TD : 150/100 mm Hg
- Nadi : 88 x / menit
- RR : 28 x / menit
- Suhu : 38,70 C

Pengkajian Head to toe (IAPP)


- Kepala : simetris atau tidak, ada benjolan atau perdarahan, kebersihan
kulit kepala dan rambut
- Mata : mata terlihat cekung, edema pada bawah mata, konjungtiva
anemis, tidak ada perdarahan
- Telinga : simetris atau tidak, kebersihan telinga, kepatenan teliga
- Hidung : simetris atau tidak, kebersihan hidung, tidak ada sinusitis
- Mulut : mukosa bibir kering atau tidak, warna bibir sianosis atau tidak,
kebersihan mulut dan gigi, lesi mukosa (candidiasis)
- Leher : simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak, ada benjolan atau
tidak
- Dada :
Jantung:
I: simetris, tidak ada terlihat ictus kordis, tidak ada jejas
A: suara S1 dan S2 tunggal reguler
P: tidak ada krepitasi atau nyeri tekan
P: dulnes / pekak
Paru
I: pergerakan dada simetris atau tidak, tidak ada terlihat jejas
A: suara navas vesikuler
P: tidak ada nyeri tekan dan krepitasi
P: sonor

10
- Abdomen : tidak ada distensi, lembek (tidak keras) tidak ada nyeri
tekan
- Genetalia dan anus :pertumbuhan rambut pubis, kebersihan, elastisitas,
nyeri tekan. Ada lesi atau benjolan, pelebaran vena, kebersihan
- Ekstremitas : ekstremitas atas dan bawah bengkak tp kering, hasil lab
kemungkin bagus.
- Kulit dan kuku : kulit kering, resiko cedera, Warna kulit, tektur kulit,
elastisitas/turgor, akral, kebersihan, kelembaban, tekstur, kelainan
kulit, lesi, derajat edema, nyeri tekan, termasuk inspeksi distribusi
pertumbuhan rambut.
Warna kuku, bentuk, elastisitas, lesi, tanda radang, kebersihan,
panjang/pendeknya, CRT

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan
Definisi : peningkatan asupan dan atau retensi cairan.
Batasan karakteristik

· Bunyi nafas tambahan · Edema


· Gangguan tekanan · Keseimbangan
darah eletrolit
· Perubahan status · Hepatomegali
mental · Peningkatan tekanan
· Perubahan arteri vena sentral
pulmonal · Oliguria
· Gangguan pola nafas · Ortopnea
· Perubahan berat jens · Efusi pleura
urin · Bunyi jantung S3
· Anasarka · Kongesti pulmonal
· Ansietas · Gelisah
· Dyspnea

11
· Peningkatan BB
dalam waktu singkat

Faktor yang berhubungan


· Kelebihan asupan cairan
· Kelebihan asupan natrium

2. Defisit volume cairan


Definisi : penurunan cairan intravascular interstisial, dan atau intraselular.
Mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa ada perubahan
kadar natrium.
Batasan karakteristik:

· Perubahan status · Penurunan turgor


mental lidah
· Penurunan turgor · Membran mukosa
kulit kering
· Penurunan tekanna · Penurunan haluaran
darah urin
· Penurrunan tekanan · Kulit kering
nadi · Peningkatan suhu
· Penurunan volume · Haus
nadi · Kelemahan

Faktor yang berhubungan


· Hambatan mengakses cairan
· Asupan cairan kurang
· Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan

3. Kerusakan integritas kulit

Definisi : Perubahan / gangguan epidermis dan / atau dermis


Batasan Karakteristik :

12
·         Kerusakan lapisan kulit (dermis)
·         Gangguan permukaan kulit (epidermis)
·         Invasi struktur tubuh
Faktor Yang Berhubungan :
Eksternal :
·         Zat kimia, Radiasi
·         Usia yang ekstrim
·         Kelembapan

·         Hipertermia, Hipotermia
·         Faktor mekanik (mis..gaya gunting [shearing forces])
·         Medikasi

·         Lembab

·         Imobilitasi fisik
Internal:
·         Perubahan status cairan
·         Perubahan pigmentasi
·         Perubahan turgor
·         Faktor perkembangan
·         Kondisi ketidakseimbangan nutrisi (mis.obesitas, emasiasi)
·         Penurunan imunologis
·         Penurunan sirkulasi
·         Kondisi gangguan metabolik
·         Gangguan sensasi
·         Tonjolan tulang

4. Hipertermi

Definisi : suhu inti diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan


termoregulasi

Batasan karakteristik

13
· Postur abnormal · Letargi
· Apnea · Kejang
· Koma · Kulit terasa hangat
· Kulit kelemahan · Stupor
· Hipotensi · Takikardi
· Gelisah · Takipnea
· Bayi tidak · Vasodilatasi
mempertahankan
menyusu

Faktor yang berhubungan


· Dehidrasi
· Pakaian tidak sesuai
· Aktivitas berlebih

C. Intervensi

No. Masalah NOC NIC


Keperawatan
1. Kelebihan volume Keseimbangan cairan Manajemen
cairan (0601) hypervolemia (4170)
1. Tekanan darah 1. Timbang BB
normal systole sebelum dan
100-120 mmHg sesudah BAB /
diastole 60-90 BAK
mmHg 2. Monitor suara
2. Berat badan stabil paru dan jantung
3. Turgor kulit baik abnormal
4. Kelembaban 3. Monitor edema
membrane perifer
mukosa baik 4. Monitor intake
5. Keseimbangan dan output

14
intake dan output 5. Monitor data lab
dalam 24 jam 6. Monitor integritas
tidak terganggu kulit
7. Kolaborasi
antidiuretic
2. Deficit Volume Keseimbangan cairan Manajemen cairan
cairan (0601) (4120)
Hidrasi (0502) 1. Timbang BB
1. Turgor kulit setiap hari
membaik 2. Monitor TTV
2. Perfusi jaringan pasien
membaik CRT < 3. Monitor status
2 detik gizi
3. Membrane 4. Dukung pasien
mukosa lembab dan keluarga
4. Input dan ouput untuk intake
cairan membaik makan dengan
baik
5. Berikan asupan
oral yang adekuat
6. Distribusikan
asupan cairan
selama 24 jam
3. Kerusakan 1. Integritas jaringan Pressure Management
integritas kulit (1101) 1. Anjurkan pasien
(00046) 2.Penyembuhan luka untuk
(1102) menggunakan
pakaian yang
Setelah dilakukan longgar
perawatan selama 3x24 2. Hindari kerutan
jam kerusakan intergritas pada tempat tidur

15
kulit pasien membaik 3. Jaga kebersihan
dengan kriteria hasil: kulit agar tetap
1. Integritas kulit bersih dan kering
yang baik bisa 4. Mobilisasi pasien
dioertahankan (ubah posisi
(sensasi pasien) setiap dua
elastisitas, jam sekali
temperatur, 5. Monitor kulit
hidrasi, dan akan adanya
pigmentasi) kemerahan
2. Tidak ada 6. Oleskan lotion
luka/lesi pada atau minyak/baby
kulit oil pada daerah
3. Perfusi jaringan yang tertekan
baik 7. Monitor aktivitas
4. Menunjukkan dan mobilisasi
pemahaman pasien
dalam proses 8. Monitor status
perbaikan kulit nutrisi pasien
untuk mencegah 9. Memandikan
cidera berulang pasien dengan
5. Mampu sabun dan air
melindungi kulit hangat
dan
mempertahankan
kelembapan kulit
dan perawatan
alami
4. Hipertermia (00007) Termoregulasi (0800): Pengaturan suhu (3900)
1. Suhu berada dalam 1. Montor suhu setiap 2
batas normal 36,5 – jam

16
37,5o C 2. Monitor warna kulit
2. Merasa merinding 3. Tingkatkan intake
saat dingin cairan yang adekuat
3. Pernafasan meningkat 4. Sesuaikan suhu
4. Melaporkan lingkungan dengan
kenyanamanan suhu suhu pasien
5. Berkeringat saat 5. Instruksikan pasien
panas bagaimana mencegah
keluarnya panas
6. Kolaborasi
pengobatan antipiretik
sesuai kebutuhan

17
DAFTAR PUSTAKA

Andayani, K. 2013. Hubungan Konsumsi Cairan Dengan Status Hidrasi Pada


Pekerja Industri Laki-Laki.Semarang: Universitas Diponegoro

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Penerbit Salemba

Bulechek et. al. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Oxford:


Elsevier

Bulechek, G. M., H. K. Butcher, J. M. Dochteman, C. M. Wagner. (2015).


Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Jakarta: EGC.

Bulechek, G. M., H. K. Butcher, J. M. Dochteman, C. M. Wagner. (2018). Nursing


Outcomes Classification (NOC). Edisi 6. Jakarta: EGC.

Carpenito, L. J. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Horne, M.M. 2000. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa. Jakarta:
EGC

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Buletin Jendela
dan Info Kesehatan

Moorhead et. al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Oxford: Elsevier

Mupidah, P dkk. (tanpa tahun). EVALUASI SKOR DEHIDRASI WHO


MODIFIKASI “UNIVERSITAS HASANUDDIN’ PADA PENDERITA DIARE
AKUT. Makassar: Universitas Hassanudin

Tambayong, J. 1999. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta:EGC

William. 2017. Fisiologi Keseimbangan Cairan dan Hormon yang Berperan. J.Kedokt
Meditek (23): 1

World Health Organization. 2005. The Treatment Of Diarrhea: A Manual For Physicians
And Other Senior Health Worker. Swiss: Jenewa

World Health Organization. 2014. Global Report On Diabetes. Geneva: World


Health Organization.

18

Anda mungkin juga menyukai