Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

KIMIA ORGANIK

“Identifikasi Karbohidrat”

Disusun Oleh :

Ervina Novitasari (31118001)

Kelas : 2A Farmasi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA

2020
PERCOBAAN X

Hari/Tanggal : Jum’at, 24 April 2020

I. Judul
Identifikasi Karbohidrat
II. Tujuan
− Mengetahui beberapa macam identifikasi karbohidrat.
− Mengenal beberapa sifat monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
III. Tinjuan Pustaka
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen,
dan oksigen . Sebagai salah satu jenis zat gizi , fungsi utama karbohidrat adalah penghasil
energi dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikomsumsi akan menghasilkan energi
sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran). Dalam ilmu gizi, secara
sederhana karbohidrat dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu karbohidrat sederhana dan
karbohidrat kompleks.
Karbohidrat merupakan senyawa yang paling banyak di alam. Hampir semua
tanaman dan hewan mensintesis dan memetabolisme karbohidrat. Karbohidrat disintetis
dalam tanaman selama fotosintetis. Melalui proses yang kompleks, sinar matahari
mengubah CO2dari udara dan H2O dari dalam tanah (dengan tekanan osmosis diangkut
ke hijau daun-klorofil) menjadi glukosa.

6CO2 + H2O → 6CO2 + C6H12O6 (selulosa, starch)

Istilah karbohidrat timbul karena rumus kebanyakan senyawa ini dapat dinyatakan
sebagai Cn(H2O)m, atau karbon. Karbohidrat yang merupakan hasil alam telah melakukan
banyak fungsi penting dalam tanaman ataupun hewan. Melalui fotosinteseis, tanaman
mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat, yaitu dalam bentuk selulosa, pati (starch)
dan lain-lain. Selulosa adalah komponen struktur pada tanaman, yang digunakan untuk
menbabgun dinding-dinding sel yang kaku, serat dan kayu. Pati adalah bentuk utama
penyimpan karbohidrat yang digunakan sebagai sumber makanan atau energi.
Senyawa karbohidrat seperti gula dan pati terdapat dalam makanan, sedangkan
selulosa terdapat dalam kayu, kertas dan katun. Semuanya merupakan karbohidrat yang
mempunyai kenmurnian yang tinggi. Glukosa merupakan karbohidrat sederhana yang
pertama kali dapat dimurnikan dan mempunyai rumus molekul C6H12O6.

Klasifikasi karbohidrat berdasarkan contoh dan fungsinya sebagai berikut:

Karbohidrat umumnya digolongkan menurut strukturnya yaitu monosakarida,


oligosakarida dan polisakarida. Istilah sakarida berasal dari bahasa latin (saccharum =
gula) dan mengacu pada rasa manis pada banyak senyawa karbohidrat sederhana.
Tabel singkat klasifikasi karbohidrat sebagai berikut :
1. Monosakarida (terdiri atas satuan Aldosa Ketosa
dasar)
Gliserosa, eritrosa, Ribulosa, xylulosa,
ribose, glukosa, dll. psikosa, fruktosa,
eritolusa, dll.
2. Oligosakarida (terdiri atas 2-10 Disakarida
satuan dasar)
Mereduksi Tak mereduksi
Maltose, laktosa, Sukrosa, threhalosa.
selobiosa.

Trisakarida
Mereduksi Tak mereduksi
Mannotriosa, Raffinosa, gentionosa,
robinosa, rhamninosa. malezitosa.
3. Polisakarida (terdiri atas lebi dari Sederhana Majemuk
10 satuan dasar)
Amilum (amilosa dan
amilopektin), selulosa,
glikogen, dekstrin,
inulin.

a. Monosakarida
Monosakarida atau gula sederhana adalah karbohidrat yang tidak dapat
dihidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana. Monosakarida berasal dari
bahasa dari bahasa Yunani monos berarti “tunggal” dan sacchar berarti gula.
Umumnya memiliki rumus molekul yang merupakan kelipatan CH2O.
Reaksi-reaksi pada monosakarida :
1) Oksidasi menjadi asam-asam aldarat (sakarat)
Meskipun aldosa berada dalam bentuk siklik, yaitu bentuk hemiasetal,
namun bentuk siklik ini berada dalam kesetimbangan dengan sejumlah
kecil aldehida rantai terbuka, sehingga monosakarida mudah dioksidasi.
2) Reduksi menjadi alditol
Gugus aldehida dari aldosa dan gugus keto dati ketosa dapat direduksi oleh
macam-macam pereaksi. Hasilnya dinamakan poliol (polyol), atau secara
umum dinamakan alditol.
3) Esterifikasi
Monosakarida mengandung beberapa gugus hidroksil, sehingga
memungkinkan mengalami reaksi-reaksi alkohol.
b. Oligosakarida
Oligosakarida yang paling banyak di alam adalah disakarida. Pada disakarida,
dua monosakarida bergabung melalui ikatan glikosida yang terbentuk diantara
karbon anomerik dari salah satu monosakarida dengan gugus hidroksil dari
monosakarida lain.
Beberapa contoh disakarida adalah sebagai berikut :
1) Maltosa
Maltosa dapat diperoleh sebanyak 81% dari hidrolisis pati (starch) dengan
menggunakan enzim amilase. Maltosa dapat mereduksi pereaksi
fehling/tollens, oleh karena itu disebut gula pereduksi. Maltosa juga dapat
bereaksi dengan fenilhidrazina menghasilkan osazon. Selain itu, jika
direaksikan dengan Br/H2O akan membentuk asam monokarboksilat.
Maltosa dapat mengalami mutarotasi, jika dihidrolisis menghasilkan
molekul α- dan β-D-glukopiranosa. Tingkat kemanisan β-maltosa adalah
sepertiga dari gula pasir, sedangkan α-maltosa merupakan bahan pembuat
bir.
2) Sukrosa
Sukrosa biasa dikenal sebagai gula meja, dapat diperoleh dari tanaman
sugar cane dan sugar beet (kentang/umbi manis). Di Indonesia dapat
diperoleh dari tanaman aren (air nira). Sukrosa tidak dapat mereduksi
pereaksi tollens/fehling/benedict dan juga tidak dapat membentuk osazon.
Selain itu, sukrosa tidak melakukan mutarotasi, ini menunjukkan bahwa
sukrosa tidak mengandung C-anomer pada ujungnya (ujung sukrosa bukan
suatu hemiasetal, tidak mempunyai gugus-OH). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa sukrosa dibentuk oleh dua molekul monosakarida yang
membentuk ikatan 1-α → 2-β-glikosida pada kedua atom C-anomernya.
3) Laktosa (gula susu)
Laktosa merupakan suatu disakarida alamiah yang di jumpai hanya dalam
binatang menyusui (susu sapi) dan manusia mengandung kira-kira 5%
laktosa. Laktosa diperoleh di oerdagangan sebagai hasil samping pabrik
keju. Dalam metabolisme tubuh manusia yang normal, laktosa dihidrolisis
secara enzimatis menjadi D-galaktosa dan D-glukosa.
4) Selobiosa
Selobiosa merupakan disakarida yang kelimpahannya di alam cukup
banyak setelah sukrosa dan laktosa. Selobiosa didapatkan dari hidrolisis
selulosa. Sifat kimia dan strukturnya hampir mirip dengan sifat-sifat kimia
dan struktur dari maltosa, sedangkan perbedaanya adalah ikatan glikosida
yang terbentuk bukanlah 1-α → 4-β melainkan 1-β → 4-β. Selobiosa dapat
dihidrolisis secara enzimatik menggunakan enzim β-glukosidase,
menghasilkan 2 molekul β-D-glukopiranosa.
c. Polisakarida
Polisakarida adalah polimer yang terbentuk dari pengulangan unit
monosakarida terikat bersama oleh ikatan glikogen. Amilun dan glikogen terbentuk
dari mata rantai α molekul glukosa, dan sellulosa terbentuk dari mata rantai β
glukosa.
Beberapa polisakarida yang sering ditemukan :
1) Selulosa
Selulosa merupakan komponen utama kayu dan serat tanaman, sedangkan
katun yang berasal dari kapas merupakan selulosa murni. Selulosa tidak
larut dalam air dan bukan merupakan karbohidrat pereduksi.[13]Selusosa
tidak mempunyai karbon hemiasetal dan tidak dapat mengalami mutarotasi
atau dioksidasi oleh reagensia seperti Tollens (mungkin terdapat suatu
hemiasetal pada satu ujung dari tiap molekul selulosa, tetapi ujung ini hanya
sebagian kecil dari keseluruhan dan reaksinya dapat di amati).
2) Pati (Amilum)
Sumber utama pati adalah beras, singkong, gandum, jagung, kentang,
ketela, umbi dan lain-lain. Molekul pati umumnya terdiri dari 20% amilosa
dan 80% amilopektin. Namun demikian, ada juga jenis pati yang hanya
terdiri dari amilosa saja atau amilopektin saja. Molekul amilosa terdiri dari
ratusan monomer α -D-glukopiranosa, berbentuk spiral (heliks), serta
mempunyai massa molar 60.000-600.000 g/mol.[15]Hidrolisis lengkap
amilosa hanya menghasilkan D-glukosa sedangkan amilopektin merupakan
suatu polisakarida yang jauh lebih besar dari amilosa mengandung 1000
satuan glukosa atau lebih per molekul. Amilosa adalah polimer linier dari α-
D-glukosa yang dihubungkan secara -1,4’, sedangkan rantai utama
amilopektin mengandung 1,4’-α-D-glukosa. Amilopektin bercabang
sehigga terdapat satu glukosa ujung untuk kira-kira tiap 25 satuan glukosa.
Ikatan pada titik percabangan adalah ikatan 1,6’- α-glikosida.
3) Glikogen
Glikogen adalah cadangan karbohidrat pada hewan. Seperti halnya pati,
glikogen terdiri dari unit-unit glukosa yang berikatan 1,4 dan 1,6. Glikogen
mempunyai bobot tinggi (kira-kira 100000 unit glukosa). Strukturnya jauh
lebih bercabang dibandingkan amilopektin, percabangan terdapat pada
setiap 8-12 ikatan.

IV. Metode Percobaan


− Alat dan Bahan
Alat yang digunakan diantaranya : tabung reaksi, pipet tetes, gelas kimia, kawat
kasa, kaki tiga, dan spiritus.
Adapun bahan yang digunakan diantaranya : glukosa, laktosa, sukrosa,
pati/amilum, aquadest, reagen Molisch, H2SO4 pekat, larutan fehling A, larutan
fehling B, reagen tollen, reagen benedict, dan larutan iodin.
− Prosedur Kerja
1. Uji Kelarutan

Masukkan serbuk glukosa ke dalam tabung A, laktosa ke dalam tabung


reaksi B, sukrosa ke dalam tabung reaksi C, dan pati ke dalam tabung
reaksi D.

Kemudian, tambahkan aquadest ke dalam masing-masing tabun reaksi A,


B, C, dan D. Kocok dan amati hasil yang diperoleh.

2. Uji Molisch

Masukkan larutan glukosa ke dalam tabung A, laktosa ke dalam tabung


reaksi B, sukrosa ke dalam tabung reaksi C, dan pati ke dalam tabung
reaksi D.

Tambahkan reagen Molisch kedalam masing-masing tabung reaksi A, B,


C, dan D.

Tambahkan asam sulfat pekat kedalam tabung reaksi A, B, C, dan D


melaui samping tabung secara perlahan. Amati perubahan yang terjadi.

3. Uji Fehling

Masukkan larutan glukosa ke dalam tabung A, laktosa ke dalam tabung


reaksi B, sukrosa ke dalam tabung reaksi C, dan pati ke dalam tabung
reaksi D.
Tambahkan larutan fehling A kedalam masing-masing tabung reaksi A,
B, C, dan D.

Tambahkan larutan fehling B kedalam masing-masing tabung reaksi A,


B, C, dan D.

Panaskan masing-masing tabung reaksi A, B, C, dan D selama beberapa


menit dan amati perubahan yang terjadi.

4. Uji Benedict

Masukkan larutan glukosa ke dalam tabung A, laktosa ke dalam tabung


reaksi B, sukrosa ke dalam tabung reaksi C, dan pati ke dalam tabung
reaksi D.

Tambahkan larutan reagen benedict kedalam masing-masing tabung


reaksi A, B, C, dan D.

Panaskan masing-masing tabung reaksi A, B, C, dan D selama beberapa


menit dan amati perubahan yang terjadi.

5. Uji Tollen

Masukkan larutan glukosa ke dalam tabung A, laktosa ke dalam tabung


reaksi B, sukrosa ke dalam tabung reaksi C, dan pati ke dalam tabung
reaksi D.
Tambahkan larutan reagen tollen kedalam masing-masing tabung reaksi
A, B, C, dan D.

Panaskan masing-masing tabung reaksi A, B, C, dan D selama beberapa


menit dan amati perubahan yang terjadi.

6. Uji Iodin

Masukkan larutan glukosa ke dalam tabung A, laktosa ke dalam tabung


reaksi B, sukrosa ke dalam tabung reaksi C, dan pati ke dalam tabung
reaksi D.

Tambahkan larutan iodin kedalam masing-masing tabung reaksi A, B, C,


dan D. amati perubahan yang terjadi.

V. Hasil dan Pembahasan


− Hasil Pengamatan
1. Uji Kelarutan

No. Perlakuan Hasil Keterangan


1. Serbuk glukosa + aquadest. Larut

2. Serbuk laktosa + aquadest. Larut


3. Serbuk sukrosa + aquadet. Larut
4. Serbuk pati/amilum + Tidak larut
aquadest.
2. Uji Molisch
No. Perlakuan Hasil Keterangan
1. Larutan glukosa + larutan reagen Terdapat cincin ungu
Molisch + asam sulfat pekat.

2. Larutan laktosa + larutan reagen Terdapat cincin ungu


Molisch + asam sulfat pekat.

3. Larutan sukrosa + larutan reagen Terdapat cincin ungu


Molisch + asam sulfat pekat.

4. Larutan pati + larutan reagen Terdapat cincin ungu


Molisch + asam sulfat pekat.
3. Uji Fehling

No. Perlakuan Hasil Keterangan


1. Larutan glukosa + larutan Berwarna merah
fehling A + larutan fehling B, kecoklatan
kemudian dipanaskan.
2. Larutan laktosa + larutan Berwarna merah
fehling A + larutan fehling B, kecoklatan
kemudian dipanaskan.
3. Larutan sukrosa + larutan Berwarna biru tua
fehling A + larutan fehling B,
kemudian dipanaskan.
4. Larutan pati + larutan fehling Berwarna biru tua
A + larutan fehling B,
kemudian dipanaskan.

4. Uji Benedict
No. Perlakuan Hasil Keterangan
1. Larutan glukosa + larutan Berwarna merah
reagen benedict, kemudian bata
dipanaskan.
2. Larutan laktosa + larutan Berwarna merah
reagen benedict, kemudian bata
dipanaskan.
3. Larutan sukrosa + larutan Berwarna biru
reagen benedict, kemudian
dipanaskan.
4. Larutan pati + larutan reagen Berwarna biru
benedict, kemudian kehijauan
dipanaskan.
5. Uji Tollens
No. Perlakuan Hasil Keterangan
1. Larutan glukosa + larutan Terdapat cermin
reagen tollen, kemudian perak pada dinding
dipanaskan. tabung
2. Larutan laktosa + larutan Terdapat cermin
reagen tollen, kemudian perak pada dinding
dipanaskan. tabung
3. Larutan sukrosa + larutan Tidak terdapat
reagen tollen, kemudian erdapat cermin
dipanaskan. perak pada dinding
tabung/kehitaman
4. Larutan pati + larutan reagen Terdapat cermin
tollen, kemudian dipanaskan. perak pada dinding
tabung/kehitaman

6. Uji Iodin
No. Perlakuan Hasil Keterangan
1. Larutan glukosa + larutan Berwarna kuning
iodin. keemasan
2. Larutan laktosa + larutan Berwarna kuning
iodin. keemasan
3. Larutan sukrosa + larutan Berwarna kuning
iodin. keemasan
4. Larutan pati + larutan iodin. Berwarna ungu tua

− Pembahasan
Pada percobaan ini yaitu melakukan identifikasi karbohidrat dengan
menggunakan empat sampel karbohidrat yang berbeda, yaitu glukosa, laktosa,
sukrosa, dan pati. Pada percobaan identifikasi karbohidrat ini dilakukan berbagai
macam uji diantaranya :
1. Uji Kelarutan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan di dapatkan hasil bahwa
larutan glukosa, laktosa, dan sukrosa larut dalam air. Larutan karbohidrat
yang di ujikan seperti glukosa, laktosa, dan sukrosa larut dalam air, karena
memiliki gugus -OH yang bebas sehingga karbohidrat mudah larut dalam
air. Pada saat sampel dicampur dengan air atau aquades, hampir semuanya
larut dalam air kecuali pati. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa karbohidrat mengandung C, H, dan O yang dianalisis mempunyai
rumus (CH2O)n yaitu senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi
oleh molekul air. Pati pun dapat larut dalam air tetapi harus dalam keadaan
air yang panas atau dibuat dengan cara di didihkan.
2. Uji Molisch
Uji molisch dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya karbohidrat
secara kualitatif. Reagen molisch yang ditambahkan akan bereaksi dengan
furfural dan mengadakan kondensasi menghasilkan cincin yang keunguan
di antara lapisan karbohidrat dan asam sulfat. Larutan yang di vortex dengan
tujuan agar homogen. Penambahan H2SO4 pekat dituangkan secara
perlahan karena sifatnya eksotermis. Reaksi yang terjadi yaitu dimana asam
sulfat pekat mengdehidrasi karbohidrat untuk membentuk furfuraldehyde
atau turunannya yang selanjutnya bereaksi dengan α-napthol yang ada
dalam pereaksi Molisch untuk membentuk produk berwarna yang tampak
seperti cincin ungu pada antarmuka antara lapisan asam dan lapisan uji.
Sehingga reaksi positifnya adalah terbentuk cincin furfural berwarna ungu.
Berdasarkan hasil percobaan kelima sampel semuanya terdapat cincin
furfural, tetapi masih terdapat endapan warna di bagian bawahnya. Hal ini
bisa saja terjadi karena kesalahan praktikan pada saat menuangkan
H2SO4 kurang perlahan atau konsentrasi larutan sampel yang kurang tepat.
Adapun persamaan reaksi yang terjadi pada uji Molisch :

3. Uji Fehling
Berdasarkan hasil percobaan sampel apabila ditambah dengan fehling A
dan fehling B akan terjadi perubahan warna saat dipanaskan. Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa semua monosakarida dan
disakarida merupakan gula pereduksi terhadap Fehling. Sedangkan
percobaan untuk perubahan warna yang terjadi adalah pada glukosa dan
laktosa menjadi merah kecoklatan. Pada sukrosa, berwarna biru tua
dikarenakan pada uji ini belum terlarut sempurna. Berdasarkan literatur
yang menyatakan bahwa pereaksi Fehling ditambah karbohidrat pereduksi,
kemudian dipanaskan akan terjadi perubahan warna dari biru → hijau →
kuning → kemerah-merahan dan akhirnya terbentuk endapan merah bata
kupro oksida bila jumlah karbohidrat pereduksi banyak. Berdasarkan
literatur uji positif adanya gula pereduksi ditunjukkan dengan terbentuknya
endapan merah bata atau orange. Semua sampel pada uji ini positif kecuali
sukrosa dan pati, karena sukrosa dan pati tidak dapat mereduksi pereaksi
Fehling. Berdasarkan literatur yang menyatakan bahwa sukrosa tidak
mempunyai sifat mereduksi sama sekali, karena gugus pereduksi kedua
satuan itu saling ikat mengikat. Adapun persamaan reaksi yang terjadi pada
uji fehling :

4. Uji Benedict
Berdasarkan hasil percobaan pada uji Benedict terhadap berbagai sampel
karbohidrat, terjadi reaksi positif terhadap pereaksi Benedict pada sampel
glukosa dan laktosa. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna
merah bata atau endapan merah bata. Hasil pengamatan ini sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa pada suasana basa, reduksi ion Cu2+ dari
CuSO4 oleh gula pereduksi akan berlangsung dengan cepat dan membentuk
Cu2O yang merupakan suatu endapan. Ataupun pemanasan karbohidrat
dengan pereaksi Benedict akan terjadi perubahan warna dari biru→
hijau→kuning→kemerah-merahan dan terbentuknya endapan merah bata.
Adapun persamaan reaksi yang terjadi pada uji benedict :
5. Uji Tollens
Uji tollens merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan
senyawa aldehid dan senyawa keton. Pada percobaan ini larutan glukosa,
laktosa, sukrosa dan pati pada saat ditambahkan dengan pereaksi tollens
terjadi perubahan warna larutan menjadi coklat keruh dan tebentuk endapan
berwarna hitam. Kemudian dipanaskan terjadi lagi perubahan warna. Pada
glukosa dan laktosa membentuk larutan abu-abu keruh agak kehitaman dan
terbentuknya cermin perak pada dinding tabung reaksi sedangkan pada
sukrosa dan pati membentuk larutan yang berwarna hitam. Dari hasil
pengamatan ini dapat dinyatakan bahwa glukosa dan laktosa merupakan
senyawa aldehid, karena pada dinding tabung reaksi mengkilat yang
menunjukkan adanya endapan cermin perak. Terbentuknya cermin perak ini
berasal dari gugus aktif pada pereksi tollens yaitu Ag2O yang bila tereduksi
akan menghasilkan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada
dinding tabung reaksi yang akan menjadi cermin perak. Aldehid dioksidasi
menjadi anion karboksilat. Ion Ag+ dalam reagensia tollens
direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai dengan terbentuknya
cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi. Reaksi dengan pereaksi
tollens mampu mengubah ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O.
Pada percobaan terhadap sukrosa dan pati pada saat ditambahkan pereaksi
tollens lalu dipanaskan terjadi perubahan warna larutan berwarna hitam.
Pada kedua larutan ini tidak tebentuk endapan cermin perak yang terbentuk
hanya larutan berwarna hitam. Dari pengamatan ini dapat dinyatakan bahwa
kedua larutan ini termasuk kedalam senyawa keton karena tidak
menghasilkan endapan cermin perak. Sukrosa dan amilum tidak dapat
membentuk cermin perak karena tidak mempunyai atom hidrogen yang
terikat pada gugus karbonnya. Kedua tangan gugus karbonnya sudah
mengikat dua gugus alkil sehingga aseton tidak mengalami oksidasi ketika
ditambah pereaksi tollens dan dipanaskan. Adapun persamaan reaksi yang
terjadi pada uji tollens :
6. Uji Iodin
Uji iod dilakukan dengan tujuan untuk melihat adanya polisakarida
(amilum, glikogen ,dan dekstrin). Penamabahan iod bertujuan untuk
memberi warna khas pada sampel. Reaksi positif yang terjadi pada sampel
adalah perubahan warna menjadi biru/ungu. Warna biru/ungu menunjukkan
adanya amilum (pati) dalam sampel. Reaksi yang terjadi sebagai berikut
3 I2 + 6 NaOH → 5 NaI + NaIO3 + 3 H2O
Pada percobaan ini hanya amilum yang mengalami perubahan warna
menjadi ungu, yang berarti mengandung polisakarida. Sedangkan sampel
glukosa, laktosa, dan sukrosa berubah warna menjadi kuning keemas an
yang menunjukkan negative polisakarida. Amilum mengandung molekul
pati berbentuk spiral dan mengikat larutan iod membentuk kompleks
berwarna biru/ungu.

VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dalam uji identifikasi karbohidrat dapat disimpulkan bahwa :
a) Glukosa, laktosa, sukrosa dan pati mengandung karbohidrat yang ditunjukkan oleh
reaksi positif pada uji Molisch.
b) Glukosa dan laktosa merupakan gula pereduksi yang ditunjukkan oleh reaksi positif
pada uji fehling dan uji benedict.
c) Glukosa dan laktosa merupakan senyawa aldehid sedangkan sukrosa dan pati
merupakan senyawa keton yang ditunjukkan oleh reaksi positif pada uji tollens.
d) Pati/amilum merupakan polisakarida yang ditunjukkan oleh reaksi positif pada uji
iodin.

VII. Daftar Pustaka


Hart, H., L.E. Craine dan D.J. Hart. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta:
Erlangga.
Hawab. H.M. 2003. Pengantar Biokimia. Jawa Timur: Bayu Media.
Raymond Chang. 2005. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
Sumardjo, D. 2006. Pengantar Kimia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai