Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH

Ilmu tanah dan Remediasi

Dosen Pembimbing :
Demes Nurmayanti, ST., M.Kes

Disusun oleh :
Lidya Nurdiyati Sri Winarie (P27833119022)
Kelas D3 - 4A

PRODI DIII JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiat Allah SWT. Yang senantiasa melimahkan
rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Penyehatan
Tanah dan Pengelolaan Sampah dengan materi “Ilmu tanah dan remediasi ". Adapun penulisan
ini adalah sebagai pemenuhan beberapa tugas mata kuliah PTPSP.

Kami sampaikan rasa terimakasih kepada setiap pihak yang telah mendukung kami
selama berlangsungnya pembuatan makalah ini dan kami sangat berharap semoga berguna dalam
rangka menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Dengan rasa rendah hati, kritik dan saran yang membangun amat kami nantikan dari
kalangan pembaca, agar nantinya meningkatkan kembali pembuatan makalah di tugas lainnya
dan waktu berikutnya.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Pengertian Tanah .................................................................................................... 3
B. Fungsi Tanah ........................................................................................................... 3
C. Komponen Tanah .................................................................................................... 4
D. Sifat Fisik Tanah ..................................................................................................... 6
E. Sifat Biologis Tanah ............................................................................................... 11
F. Sifat Kimia Tanah ................................................................................................... 13
G. Pengertian Remediasi.............................................................................................. 14
H. Jenis-Jenis Remediasi ............................................................................................. 15
I. Manfaat dari Remediasi .......................................................................................... 18
J. Pengertian Penyuburan Tanah ................................................................................ 18
K. Manfaat Penyuburan Tanah ................................................................................... 19
L. Metode Penyuburan Tanah .................................................................................... 19
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 22
Kesimpulan ......................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah merupakan salah satu bagian terbesar dalam permukaan bumi. Tanah menyediakan
air, udara dan nutrisi yang dibutuhkan mahluk hidup seperti organisme tanah dan tumbuhan.
Melalui penggunaan tanah seperti pertanian dan produksi biomassa, sumber daya tanah dapat
menghasilkan pangan, pakan, sandang, papan dan bioenergi yang dapat mendukung
kehidupan manusia.
Menurut Glinka seperti dikutip oleh Rahmat Sutanto, 2005 bahwa tanah adalah tubuh
alam yang bebas memiliki ciri morfologi tertentu sebagai hasil interaksi antara iklim,
organisme, bahan induk, relief dan waktu. Tanah adalah campuran dari beberapa komponen
seperti mineral, senyawa organik, senyawa anorganik dan air (Sitomorang, 2017). Dari
beberapa pengertian diatas, dapatlah diartikan bahwa tanah adalah bagian permukaan bumi
yang merupakan media bagi mahluk hidup beraktivitas diatasnya.
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam non hayati yang penting untuk
menompang pertumbuhan penduduk dan sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis
organisme. Mengingat peranan tanah yang sangat penting dalam mendukung kehidupan
makhluk hidup di bumi ini. Sebagai dasar keberadaan makhluk hidup termasuk manusia,
tanah memiliki peran yang sangat penting untuk siklus materi atau ekologi.
Oleh karena itu, menjaga kelestarian tanah agar selalu dapat menjalankan fungsinya
dengan baik adalah kewajiban penting bagi setiap makhluk hidup. Akan tetapi sebagaimana
halnya pencemaran air dan udara, pencemaran tanah yang disebabkan oleh faktor manusia
maupun alam sangat sulit untuk dihindari. Berbagai bahan pencemar yang menjadi indikator
untuk mendeteksi terjadinya pencemaran tanah adalah cemaran logam berat, minyak dan
bahan organik dalam tanah.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pengertian Tanah?
2. Apa fungsi dari tanah?
3. Apa saja komponen dari tanah?
4. Apa saja macam-macam sifat fisik tanah?
5. Apa saja macam-macam sifat biologis tanah ?
6. Apa saja macam-macam sifat kimia tanah ?
7. Apa yang dimaksud dengan pengertian remediasi ?
8. Apa saja jenis-jenis remediasi?
9. Apa manfaat dari remediasi?
10. Apa yang dimaksud dengan peyuburan tanah?
11. Apa manfaat dari peyuburan tanah?
12. Apa saja metode penyuburan tanah?

C. Tujuan
1. Mampu Mengetahui pengertian tanah
2. Mampu Mengetahui fungsi dari tanah
3. Mampu mengetahui komponen tanah
4. Mampu mengetahui macam-macam sifat fisik tanah
5. Mampu engetahui macam-macam sifat biologis tanah
6. Mampu mengetahui macam-macam sifat kimia tanah
7. Mampu mengetahui yang dimaksud dengan pengertian remediasi
8. Mampu mengetahui jenis-jenis remediasi
9. Mampu mengetahui manfaat dari remediasi
10. Mampu mengetahui yang dimaksud dengan peyuburan tanah
11. Mampu mengetahui manfaat dari peyuburan tanah
12. Mampu mengetahui metode penyuburan tanah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian tanah
Tanah merupakan lapisan yang menyelimuti bumi dengan ketebalan yang bervariasi dari
beberapa sentimeter hingga lebih dari 3 meter. Dibandingkan dengan massa bumi, lapisan ini
sebenarnya tidak berarti, namun, dari tanah inilah segala makhluk hidup yang berada di muka
bumi, baik tumbuhan maupun hewan memperoleh segala kebutuhan mineralnya. Selain itu,
antara tanah dan makhluk hidup ini membentuk suatu hubungan yang dinamis. Dari tanah
diperoleh kebutuhan mineral makhluk hidup dan ke dalam tanah akan dikembalikan residu
dari makhluk tersebut. Kehidupan sangat vital bagi tanah dan tanah sangat vital bagi
kehidupan.
Istilah tanah berasal dari bahasa Yunani solum yang artinya lantai. Beberapa ahli kimia,
seperti Liebig, menganggap tanah sebagai gudang cadangan makanan bagi tumbuhan.
Sedangkan para ahli geologi terdahulu menganggap tanah sebagai hasil lapukan batuan.
Kedua konsep ini tidak salah namun, keduanya belumlah lengkap.
Beberapa ahli telah mencoba mendefinisikan tanah ini sesuai bidangnya setiap. Para
edafolog, yang memandang tanah dalam kaitannya dengan penggunaannya sebagai media
tumbuh tanaman, mendefinisikan tanah sebagai suatu campuran bahan-bahan organik dan
mineral yang mampu mendukung kehidupan tumbuhan. Sedangkan para pedolog, yang
memandang tanah sebagai suatu bentuk utuh yang tersendiri, mendefinisikan tanah sebagai
suatu hasil alami yang terbentuk dari pelapukan batuan sebagai akibat kegiatan iklim dan
jasad renik.
B. Fungsi Tanah
Tanah mempunyai fungsi yang vital, yaitu sebagait tempat tumbuh dan berkembangnya
perakaran, penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara), penyedia
kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan asam-asam
organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara),
dan sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau tak
langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang
berdampak negatif karena merupakan hama & penyakit tanaman.

3
C. Komponen Tanah
Sebagai bagian dari ekosisitem bumi, tanah berinteraksi dengan atmosfer, hidrosfer,
litosfer dan biosfer, oleh karnanya tanah mengandung udara (dari atmosfer), air (dari
hidrosfer), mineral (dari litosfer) dan bahan organik (dari biosfer). Keempat komponen itu
merupakan komponen utama penyusunan tanah. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut
jumlahnya masing-masing berbeda untuk setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah.
Proporsi relatif keempat komponen tanah tersebut sangat mempengaruhi sifat-sifat dan
produktivitas tanah. Di dalam tanah keempat komponen tersebut bercampur, walupun
sepertinya tanah itu seluruhnya padat, tetapi sebenarnya sekitar separuh dari tanah adalah
padatan (mineral dan bahan organik) dan separuhnya lagi ruang pori yang berisi air dan
udara.
1. Komponen Mineral
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan, oleh karenanya
susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral batuan yang
dilapuknya. Pelapukan memecah batuan dan mineral, memodifikasi atau menghancurkan
sifat fisik dan kimianya dan hancuran yang halus dan terlarut dibawa ke hilir atau tetap.
Pelapukan juga mensintesis mineral baru yang kelak akan menjadi tanah. Sifat dan
jenis batuan dan mineral yang melapuk menentukan laju dan hasil dari penghancuran dan
sintesis tersebut. Mineral tanah dapat dibedakan menjadi mineral primer dan mineral
sekunder. Mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang dilapuk,
sementara mineral sekunder adalah mineral bentukan baru yang terbentuk selama proses
pembentukan tanah berlangsung.
2. Komponen Organik
Komponen organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Pengaruh bahan
organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman
adalah: sebagai glanulator (memperbaiki struktur tanah), sumber unsur hara, menambah
kemampuan tanah untuk menahan air, menambah kemampuan tanah untuk menahan
unsur-unsur hara dan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme.
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus
atau humus. Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan
organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik

4
tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Kerangka penyusun tanah
tidak hanya terdiri atas bahan mineral saja (tubuh tanah mineral).
Bahan organik juga mempunyai kontribusi (tubuh tanah organik). Kontibusi bahan
organik terhadap tanah sebagai tubuh alam adalah sumber N tanah dan unsur hara
lainnya, terutama S dan P; berperan penting dalam pembentukan struktur tanah;
mempengaruhi keadaan air, udara, dan temperatur tanah; serta mempengaruhi tingkat
kesuburan tanah.
Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan
fauna, perakaran tanaman yang hidup dan mati yang sebagian terdekomposisi dan
mengalami modifikasi, serta hasil sintesis baru yang berasal dari tanaman dan hewan.
Berdasarkan definisi konvensional bahan organik, bahan tanaman yang kasar (diameter
>2 cm) atau verterbrata tidak termasuk di dalamnya.
Humus merupakan istilah yang sangat populer dan terbentuk dari bermacam-macam
senyawa organik, sedangkan bahan organik merupakan istilah yang lebih netral. Istilah C-
organik digunakan untuk menghindarkan kesalahan dan untuk tujuan klasifikasi karena
data C-organik diperlukan sebagai kriteria pembeda horizon dan jenis tanah. Humus
merupakan bahan organik tanah yang sudah mengalami perubahan bentuk dan bercampur
dengan bahan mineral tanah. Ada bermacam-macam definisi humus, tetapi tidak ada satu
pun yang tepat benar.
3. Komponen Air
Air terdapat di tanah karna ditahan atau diserap masa tanah, tertahan oleh lapisan
kedap air atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Bagi tanaman air sangat
berguna, diantaranya sebagai unsur hara tanaman dimana tanaman memerlukan air dari
tanah dan CO2 dari udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses
fotosintesis. Air juga berguna sebagai pelarut unsur hara, sehingga unsur-unsur hara yang
terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman dari larutan tersebut. Air mempunyai
arti yang sangat penting berdasarkan 2 gatra utama, yakni sebagai berikut.
a. Gatra ekologi: air diperlukan dalam pertumbuhan tanaman dan pengangkutan unsur
hara dalam bentuk larutan.

5
b. Gatra pedologi: air merupakan faktor penting dalam semua proses pedogenesis:
pelapukan, penggayan humus, mobilitas-unsur, pelindian, translokasi, perpindahan,
dan lain lain.
Neraca air di dalam tanah ditentukan berdasarkan curah hujan efektif (jumlah curah
hujan-semua bentuk kehilangan), termasuk intersepsi oleh tajuk tanaman; kehilangan
melalui kondensasi sangat kecil sehingga diabaikan; kehilangan bentuk aliran (limpasan
permukaan tanah dipengaruhi kondisi topografi); infiltrasi; kapasitas retensi air; serta
kehilangan transpirasi melalui tanaman disana evaporasi dari permukaan tanah.
Limpasan permukaan dan pengatusan terjadi melalui saluran dan sungai. Proses
masuknya air dari permukaan tanah ke dalam tanah disebut insiltrasi; sedangkan gerakan
air di dalam tanah karena gaya gravitasi disebut perkolasi. Sebagian air perkolasi
diadsorbsi oleh partikel tanah dan berada dalam pori tanah karena gaya kapiler.
Air yang diikat partikel tanah dan air kapiler disebut sebagai lengas tanah yang
sebagian dapat dimanfaatkan tanaman, sebagaian lagi terus mengalir sebagai air perkolasi
dan selanjutnya bergabung dengan air tanah. Air tanah dapat naik melalui gaya kapilaritas
untuk mengisi pori tanah yang kehilamngan lengas.
4. Komponen Udara
Udara tanah seperti halnya air tanah mempunyai peranan penting ditinjau dari aspek
ekologi (respirasi perkaran tanaman dan mikroorganisme) dan pedogenesis (proses
oksidasi dan reduksi). Kandungan air dan udara dalam pori tanah saling tergantung.
Apabila tanah dijenuhi air maka kandungan udara 0 kecuali udara yang larut dalam
larutan tanah; pada kondisi tanah kering seluruh ruang pori terisi udara.
Kandungan udara pada kapasitas lapangan disebut kapasitas udara, dan ini sesuai
dengan bagian pori tanah yang tidak terisi air (pori > 10µm). Kapaitas udara bervariasi
tergantung pada volume pori dan kandungan air pada kapasitas lapangan dengan nilai
rerata kurang lebih 40% untuk pasir, 20% persen untuk geluh dan debu, dan 10% untuk
lempung.
D. Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah adalah sifat tanah yang dapat diukur secara visual ataupun dengan
perasaan. Sifat ini dapat dinyatakan dalam skala seperti ukuran besar, ketegangan, atau

6
intensitas. Setiap tanah memiliki sifat fisik yang tertentu, tergantung kepada sifat setiap
komponennya, jumlah komponen penyusunnya, serta cara komponen tersebut tersusun.
Tanah pada hakekatnya terbentuk oleh bahan padatan, cairan, dan bahan gas yang satu
dengan yang lain membentuk gabungan yang sangat beragam. Perbandingan antara air serta
udara tanah sangat ditentukan oleh seberapa jauh partikel tanah membentuk susunan yang
kompak.
Cara penyusunan partikel yang berukuran kecil sangat berbeda dengan partikel yang
berukuran lebih besar. Dengan demikian, baik tekstur tanah (perbandingan fraksi padatan
tanah) maupun strukturnya (cara partikel tersebut bergabung) akan sangat menentukan
jumlah rongga yang terbentuk serta perbandingan antara air dan udara yang dapat ditahan
oleh tanah.
Sifat fisik tanah dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
pertumbuhan tanaman. Secara langsung, sifat fisik tanah mempengaruhi kedalaman
perakaran serta kemudahan akar untuk memperoleh air serta udara di dalam tanah.
Sedangkan secara tidak langsung, sifat fisik tanah berpengaruh terhadap sifat kimia serta
biologi tanah.
1. Tekstur Tanah
Tekstur tanah menggambarkan persentase (berdasarkan berat) dari ketiga
komponen penyusun fraksi mineral tanah, yaitu pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay).
Ketiga fraksi tanah ini dibedakan satu sama lain oleh diameter partikel yang
bersangkutan. Bagi partikel yang berbentuk tidak bulat dianggap memiliki diameter
yang sama dengan rerata antara ukuran maksimum dan minimumnya.
Partikel tanah yang berdiameter lebih besar dari 2 mm tidak termasuk dalam
kelompok tekstur tanah. Partikel tanah seperti kerikil dan batu dapat mempengaruhi
kemudahan pengelolaan tanah. Namun, partikel ini tidak berpengaruh secara langsung
terhadap sifat dasar tanah seperti kemampuan menahan air tanah, penyediaan hara
tanah, dan sebagainya.
2. Struktur Tanah
Dua jenis tanah yang memiliki tekstur yang sama bisa jadi akan memiliki sifat fisik
yang berbeda karena perbedaan susunan partikel penyusun tanah tersebut. Penyusunan
partikel tunggal menjadi satuan yang lebih besar ini disebut dengan pembentukan

7
struktur tanah. Jadi struktur tanah pada hakekatnya adalah gabungan antara partikel
tunggal tanah dalam bentuk gumpalan (agregat) yang dibatasi oleh bidang belah alami.
Beberapa jenis struktur tanah yang penting adalah sebagai berikut:
a. Tanpa struktur
1) Butiran lepas; tanah dengan struktur ini memiliki sifat setiap partikel tanahnya
terlepas satu sama lain. Keadaan ini khususnya dijumpai pada tanah sangat
berpasir.
2) Masif; seluruh massa tanah memadat tanpa menunjukkan adanya celah atau
retakan. Keadaan ini dijumpai terutama pada bahan induk tanah yang kaya
akan liat.
b. Berstruktur
1) Butir (granular); partikel primer tanah bergabung dan membentuk struktur
bulat/berbutir. Di antara butiran ini masih terdapat rongga. Struktur ini
merupakan struktur yang sangat diinginkan oleh tanaman, sebab banyak
terdapat ruang di antara satuan strukturnya.
2) Lempeng (platy); dicirikan oleh ukuran horizontalnya yang lebih besar
dibandingkan dengan ukuran vertikalnya. Struktur ini seringkali ditemukan di
horizon A2. Adanya struktur ini mengakibatkan pergerakan air yang
horizontal.
3) Gumpal (blocky); dicirikan oleh ukuran vertikal dan horizontal yang hampir
sama. Struktur ini dibedakan dengan struktur butir. Pada struktur gumpal ini
setiap satuan strukturnya bergabung dan tidak membentuk rongga di antara
satuan tersebut. Struktur ini dibedakan menjadi dua kelompok yaitu gumpal
bersudut (angular blocky) yang memiliki sudut gumpal yang tajam, dan
gumpal tidak bersudut (subangular blocky) yang sudutnya tidak tajam.
Angular blocky seringkali ditemukan di horizon B, sedangkan subangular
blocky bisa ditemukan di horizon A maupun B.
4) Prisma (blocky); struktur ini memiliki ukuran vertikal yang lebih besar
dibandingkan dengan ukuran horizontalnya. Sekalipun kadangkala dijumpai di
horizon A, struktur ini lebih sering ditemukan di horizon B pada tanah yang
telah berkembang dengan baik. Struktur prisma pada horizon B pada tanah

8
yang telah berkembang lanjut biasanya tidak lagi memiliki sudut yang tajam
sebagai akibat tingginya proses eluviasi. Struktur yang demikian ini disebut
dengan struktur tiang (columnar) yang biasanya ditemukan pada tanah tua
atau tanah yang kaya akan natrium di dalam larutan tanahnya.
c. Struktur yang hancur
Lumpur; apabila tanah, terutama yang kaya akan liat, diolah pada saat jenuh air,
maka akan terbentuk lumpur. Di sini struktur tanahnya telah hancur, pori-pori
yang lebih besar akan hilang dan tanah tetap berada dalam keadaan yang kurang
baik bagi kebanyakan tanaman (kecuali bagi tanaman padi sawah).
3. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah adalah kohesivitas (daya gabung) partikel penyusun tanah.
Berdasarkan kandungan airnya, konsistensi tanah dapat dinyatakan dalam tingkat
kekerasan (hardness), kepadatan (firmness), kelenturan (plasticity), dan kelekatan
(stickiness).
Dengan demikian, untuk mengukur konsistensi tanah perlu dilakukan pada setiap
kondisi kandungan air tanah. Pada kondisi kering, konsistensi tanah diukur
berdasarkan tingkat kekerasannya, yaitu tanah yang lepas, lunak, agak keras, keras,
sangat keras, atau keras sekali.
Kekerasan ini berkaitan erat dengan kandungan liat tanah. Pada tanah lembab,
konsistensi tanah diukur berdasarkan tingkat kepadatannya yaitu tanah yang lepas,
sangat remah, remah, padat, sangat padat, atau padat sekali. Pada kondisi hampir jenuh
air, konsistensi tanah ditentukan berdasarkan tingkat plastisitas (kelenturan) dan
kelekatannya.
Plastisitas merupakan kemampuan tanah untuk mempertahankan bentuknya sebagai
akibat penekanan. Tanah yang kurang plastis biasanya akan retak jika diberi tekanan.
Berdasarkan plastisitasnya tanah dibedakan menjadi agak plastis, plastis, atau sangat
plastis. Semakin tinggi kandungan liatnya, maka tanah biasanya semakin plastis.
Kelekatan merupakan kemampuan tanah untuk bergabung dengan benda-benda
lain. Tanah yang berkadar liat tinggi akan semakin mudah lekat dibandingkan dengan
tanah yang kandungan liatnya rendah.

9
Kelekatan ini sangat besar perannya dalam pengolahan tanah pada kondisi basah.
Tanah yang mudah lekat akan mempersulit pengolahan tanah sehingga dikategorikan
sebagai tanah berat. Sedangkan tanah yang kaya pasir dikategorikan sebagai tanah
ringan.
4. Warna Tanah
Warna merupakan satu dari sifat tanah yang mudah diamati. Warna tanah
merupakan sifat yang penting, sifat ini erat kaitannya dengan kandungan bahan
organik, iklim, drainase, serta mineral yang dikandung oleh tanah.
Di dalam tanah, terdapat dua bahan yang sangat mempengaruhi warna tanah yaitu
bahan organik (humus) dan komponen besi. Kedua bahan ini mampu menyelimuti
partikel mineral tanah sehingga menghilangkan warna aslinya. Warna hitam biasanya
dikaitkan oleh penyelimutan mineral tanah oleh bahan organik sedangkan warna
merah disebabkan oleh oksida besi.
Selain bahan penyusun tanah, kondisi drainase tanah juga sangat menentukan warna
tanah yang bersangkutan. Kondisi drainase yang jelek akan mengakibatkan terjadinya
reduksi yang memberikan warna tanah yang sangat berbeda dengan kondisi normal
(drainase baik). Warna hijau pucat (glei) pada lapisan tanah sawah merupakan salah
satu contoh warna reduksi yang dijumpai pada tanah yang memiliki drainase jelek.
Warna tanah dapat ditentukan berdasarkan standar warna tanah yang dibuat oleh
sistem "Munsel" (USDA). Pada sistem ini, warna tanah dibedakan berdasarkan tiga
variabel yaitu Hue, Value, dan Chroma.
a. Hue: menunjukkan panjang gelombang cahaya dominan yang dipantulkan
oleh benda. Hue ini ditentukan oleh campuran lima warna utama yaitu biru,
hijau, kuning, merah, dan ungu. Nilai Hue berkisar antara 0 hingga 10.
b. Value: merupakan ukuran terang atau gelapnya warna tanah yang
bersangkutan. Pada dasarnya warna tanah merupakan hasil pencampuran
antara warna hitam dan putih yang menghasilkan warna kelabu. Jumlah warna
putih yang diperlukan untuk memberikan warna tanah merupakan value tanah
yang bersangkutan. Value ini berkisar antara 0 hingga 10. Nilai 0
menunjukkan warna hitam, dan 10 menunjukkan warna putih.

10
c. Chroma: Chroma adalah tingkat kemurnian warna tanah (Hue). Warna yang
murni, yang hanya memiliki satu panjang gelombang cahaya, akan memiliki
nilai chroma 20. Namun, warna tanah yang terdapat di alam biasanya
merupakan campuran antara hue murni dengan warna kelabu netral. Warna
kelabu memiliki nilai chroma nol atau disimbolkan dengan N atau netral
sebab tidak memiliki hue.
5. Suhu Tanah
Suhu tanah adalah suhu pada lapisan tanah (biasanya pada kedalaman 25 - 30 cm).
Peran suhu tanah ini sangat besar bagi tanaman maupun aktivitas jasad renik tanah. Di
samping itu, suhu tanah juga mempengaruhi sifat tanah secara umum, seperti reaksi
kimia yang terjadi, tingkat ketersediaan hara, serta sifat lainnya.
Suhu tanah sangat ditentukan oleh beberapa faktor antara lain sudut jatuhnya sinar
matahari, adanya penutup tanah, warna tanah, kandungan air tanah, serta kedalaman
profil. Di daerah tropis, biasanya pengaruh sudut jatuhnya sinar matahari terhadap
suhu tanah tidak begitu nyata. Pengaruh ini lebih nyata pada daerah yang memiliki
empat musim.
E. Sifat Biologis Tanah

Tanah mengandung jasad hidup, baik dari jenis tumbuhan (flora), maupun dari jenis
hewan (fauna), dari yang berukuran mikro, meso hingga makro. Jasad hidup ini tumbuh,
berkembang dan mati di dalam tanah. Aktivitas jasad ini sangat mempengaruhi sifat tanah,
baik sifat fisik maupun sifat kimianya. Selanjutnya, jasad hidup tanah juga menyumbangkan
bahan organik ke dalam tanah.

Jasad mikro merupakan jasad hidup yang paling berperan dalam perombakan bahan
organik di dalam tanah. Di antara jasad mikro tanah ini, bakteri menempati urutan yang
paling tinggi dalam hal jumlahnya di dalam tanah dibandingkan dengan jasad mikro yang
lain.

1. Bakteri
Bakteri merupakan jasad hidup bersel tunggal. Di dalam tanah jumlah bakteri ini
sangat besar. Pada tanah yang subur, setiap gramnya bisa mengandung lebih dari satu

11
milyar bakteri. Bakteri dibedakan berdasarkan kebutuhannya akan oksigen menjadi
bakteri aerob dan bakteri anaerob.
Bakteri aerob adalah bakteri yang memerlukan oksigen sebagai sumber energinya,
sedangkan bakteri anaerob adalah bakteri yang tidak memerlukan oksigen sebagai
sumber energinya. Kegiatan bakteri aerob pada tanah pertanian adalah lebih tinggi
dibandingkan dengan bakteri anaerob. Kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan bakteri adalah reaksi (pH) tanah yang mendekati netral dengan
kelembaban dan suhu yang sesuai.
2. Aktinomisetes
Aktinomisetes adalah jasad mikro yang berbentuk seperti benang yang bersel
tunggal. Sebagaimana halnya dengan bakteri, pada lingkungan yang sesuai, jumlah
aktinomisetes ini juga sangat besar. Kondisi yang ideal bagi jasad ini adalah reaksi
tanah yang agak basa. Biasanya jumlah aktinomisetes di dalam tanah sedikit lebih
rendah daripada bakteri.
3. Fungi (jamur)
Fungi berukuran sangat beragam dari yang seukuran bakteri (satu sel) hingga
yang berukuran makroskopis. Jamur merupakan jasad hidup yang sangat berperan
dalam perombakan bahan organik tanah, terutama pada tanah yang bereaksi masam.
Biasanya tanah hutan didominasi oleh jamur karena jasad hidup inilah yang lebih
tahan pada kondisi tanah hutan yang relatif masam.
4. Alga
Alga adalah kumpulan antara jasad hidup makro dan mikro yang mengandung
klorofil. Alga ini berukuran antara jasad yang bersel tunggal hingga jasad yang
berukuran makro. Salah satu alga yang terkenal adalah alga biru-hijau yang mampu
memfiksasi N atmosfir.
5. Protozoa
Protozoa adalah binatang bersel tunggal. Kebanyakan tanah mengandung mikro
fauna lebih sedikit daripada mikroflora. Protozoa ini memakan bakteri serta mikro
flora yang lain.
6. Nematoda

12
Nematoda adalah cacing yang berukuran sangat halus yang merupakan mikro
fauna yang lebih berkembang daripada protozoa. Kebanyakan nematoda hidup pada
bahan organik yang telah mati, namun, sebagian juga dapat hidup di akar tanaman
sebagai parasit.

Tingginya aktivitas jasad renik di dalam tanah menunjukkan bahwa tanah tersebut
subur. Aktivitas jasad mikro di dalam tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Jumlah energi yang tersedia


2. Aerasi tanah
3. Ketersediaan air
4. Suhu tanah
5. pH tanah
6. Ketersediaan hara di dalam tanah

F. Sifat Kimia Tanah

1. Larutan Tanah
Larutan yang terdapat di antara partikel tanah merupakan media yang paling
penting dalam proses kimia tanah. Dengan perantara larutan ini, ion yang semula terjerap
oleh kompleks jerapan tanah akan mengalami pertukaran dengan ion lain yang terlarut di
dalamnya. Demikian pula serapan ion oleh akar tanaman hanya akan terjadi apabila di
dalam tanah terdapat larutan tanah.Ion di dalam larutan tanah berada dalam kondisi yang
seimbang dengan ion yang terikat oleh kompleks jerapan. Seiring dengan waktu,
perubahan terus-menerus terjadi pada komposisi serta kadar ion di dalam larutan tanah.
Proses yang terjadi di lingkungan tanah seperti penyerapan ion oleh akar atau
penambahan ion oleh pupuk atau oleh air hujan merupakan contoh faktor-faktor yang
mengakibatkan perubahan komposisi larutan tanah. Perubahan ini akan diimbangi oleh
perubahan kandungan ion yang berada dalam kompleks jerapan, seperti pelepasan ion ke
dalam larutan atau pengikatan ion dari larutan oleh kompleks jerapan.
2. Koloid Tanah
Fraksi tanah yang paling penting dalam menentukan sifat kimia tanah adalah
koloid tanah, yaitu bahan mineral (liat) maupun organik (humus) yang berukuran sangat

13
halus. Ukuran koloid ini kurang dari 1 mikron. Dengan demikian, tidak semua mineral
liat termasuk dalam koloid ini karena mineral liat adalah fraksi tanah yang berukuran
kurang dari dua mikron. Halusnya ukuran koloid tanah ini mengakibatkan koloid
memiliki luas permukaan per satuan berat yang sangat besar. Kondisi ini mengakibatkan
koloid memiliki sifat adhesi yang sangat tinggi terhadap partikel tanah lain.
3. Reaksi pH Tanah
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH pada dasarnya merupakan jumlah konsentrasi ion
hidrogen ( ) yang terdapat di dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion di dalam tanah,
maka semakin asam sifat tanah tersebut, demikian pula sebaliknya. Selain ion , di
dalam tanah juga dijumpai ion yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
banyaknya ion . Pada tanah yang bereaksi masam, jumlah ion lebih tinggi
dibandingkan dengan jumlah ion . Sedangkan pada tanah alkalis, kandungan ion
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ion . Apabila kandungan ion sama
dengan kandungan ion , maka tanah tersebut menunjukkan nilai pH = 7 dan
dinamakan tanah bereaksi netral.
Pada tanah pertanian, pH tanah biasanya berkisar antara 4 hingga 8. Hampir
semua tanah yang nilai pH nya di atas 8 memiliki kandungan Na+yang tinggi di dalam
kompleks pertukaran kationnya, sedangkan tanah yang pH nya di bawah 4 biasanya kaya
akan asam sulfat.
Nilai pH tanah sangat ditentukan oleh berbagai faktor. Selain kelima faktor
pembentuk tanah, nilai pH tanah juga ditentukan oleh:
a. kondisi musim setiap tahunnya,
b. cara bercocok tanam,
c. cara pengambilan sampel tanah,
d. kandungan air pada saat pengambilan sampel
e. metoda pengukuran pH yang digunakan.
G. Pengertian Remediasi
Remediasi adalah istilah yang digunakan untuk membersihkan lahan atau media yang
tercemar. Remediasi berasal dari kata “Remedial” yang artinya pembersih atau
membersihkan permukaan tanah maupun air yang tercemar. Remediasi tanah terdiri dari dua

14
jenis yaitu remediasi secara insitu dan ex-situ. Pembersihan in-site merupakan pembersihan
tanah atau lokasi setempat, sedangkan pembersihan ex-site yaitu pembersihan dengan cara
tanah atau media yang terkontaminan dibawa ke tempat lain dan aman untuk dibersihkan.
Bagian tanah atau air yang tercemar diambil dan dibawa ke daerah atau tempat yang aman
untuk dibersihkan. Pembersihan secara ex-site membutuhkan biaya yang cukup besar dan
pelaksanaannya agar rumit.
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan bahan pencemar yang
terkandung di dalam tanah. Tanah yang mengandung berbagai bahan yang
menimbulkankan gangguan fungsi tanah harus di bersihkan agar tanah terhindar dari
bahan-bahan pengganggu tersebut. Bahan pencemar tanah berasal dari berbagai materi
yang berbeda-beda sifat dan karakteristiknya. Sehingga memerlukan metode dan
peralatan yang berbeda-beda pula.
H. Jenis- jenis remediasi
1. Berdasarkan Tempat Pelaksanaannya Remediasi Dapat Dibedakan Menjadi Dua Jenis
yaitu in-situ (on-site) dan ex-situ (off-site).
a. Pembersihan on-site
Pembersihan on-site adalah pembersihan tanah yang tercemar ditempat
atau dilokasi tanah yang tercemar berada. Pembersihan ini lebih murah dan lebih
mudah. Adapun aktivitas yang dilakukan terdiri dari pembersihan, venting
(injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan yaitu melakukan pembersihan bahan-bahan pencemar tanah
seperti mengangkat barang-barang yang mencemari tanah seperti plastik, sampah
organik yang menumpuk, tumpukan bongkahan bangunan dll. Dengan dibersihan
bahan-bahan tersebut tanah akan dapat dimanfaatkan kembali untuk aktifitas
seperti sebelum tercemar.
Injeksi yaitu dengan memasukkan bahan tertentu yang dapat menetralkan
bahan pencemar. Untuk menetralkan tanah yang terlalu asam maka dimasukkan
bahan penetral keasaman tanah dengan menambahkan kapur tohor yang akan
mengurangi keasaman tanah. Bila tanah terlalu basa maka perlu ditamabahkan
bahan penurun kebasaan dengan menambah abu, kompos dan lain-lain.

15
Bioremediasi yaitu dengan menambahkan mikroorganisme yang berfungsi
untuk melakukan biodegradasi unsur-unsur pencemar tanah. Dengan penambahan
mikroorganisme akan mempebaiki kualitas tanah.
b. Pembersihan off-site
Meliputi penggalian tanah yangtercemar dan kemudian dibawa ke daerah
yang aman. Setelah itu didaerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
2. Berdasarkan Organisme Pembersihnya
a. Bioremediasi
Bioremediasi berasal dari kata bio dan remediasi atau remediate yang
berarti menyelesaikan masalah. Secara umum bioremediasi adalah penyelesaian
masalah lingkungan atau menghilangkan senyawa yang tidak dibutuhkan, lumpur,
air tanah atau air permukaan sehingga lingkungan kembali bersih dan alamiah.
Bioremediasi merupakaan upaya pemanfaatan mikroorganisme untuk
mengurangi polutan lingkungan. Saat bioremediasi terjadi enzim-enzim yang
diproduksi mikroorganisme memodifikasi polutan, peristiwa ini disebut
biotransformasi. Pada banyak kasus biotransformasi berujung pada biodegradasi
dimana polutan beracun terdegradasi strukturnya menjadi tidak kompleks dan
akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun.
Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut:
1) Biostimulasi
Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas,
ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar untuk
memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri remediasi yang
telah ada di dalam air atau tanah tersebut.
2) Bioaugmentasi
Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan
kontaminan tertentu ditambahkan ke dalam air atau tanah yang
tercemar. Cara ini yang paling sering digunakan dalam
menghilangkan kontaminasi di suatu tempat.
3) Bioremediasi Intrinsik

16
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau
tanah yang tercemar. Di masa yang akan datang, mikroorganisme
rekombinan dapat menyediakan cara yang efektif untuk
mengurangi senyawa-senyawa kimiawi yang berbahaya di
lingkungan kita.
b. Fitoremediasi
Fitoremediasi merupakan upaya pencucian polutan yang dimediasi oleh
tumbuhan, termasuk pohon, rumput-rumputan, dan tumbuhan air. Pencucian bisa
berarti penghancuran, inaktivasi atau imobilisasi polutan ke bentuk yang tidak
berbahaya.
Proses yang terjadi dalam Fitoremediasi:
1) Phytoacumulation : tumbuhan menarik zat kontaminan sehingga
berakumulasi disekitar akar tumbuhan
2) Rhizofiltration : proses adsorpsi/pengendapan zat kontaminan oleh
akar dimana bahan kontaminan menempel pada akar.
3) Phytostabilization : penempelan zat-zat contaminan tertentu pada
akar yang tidak mungkin terserap kedalam batang tumbuhan.
4) Rhyzodegradetion : penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas
microba
5) Phytodegradation : penguraian zat kontamin oleh akar sehingga
mudah diserap oleh akar
6) Phytovolatization : transpirasi zat contaminan oleh tumbuhan
dalam bentuk yang telah menjadi larutan terurai sebagai bahan
yang tidak berbahaya
Keuntungan dari Fitoremediasi dalam memperbaiki kualitas tanah yang
tercemar adalah:
1) Biaya operasi lebih murah
2) Tanaman juga bisa dijadikan bahan bakar.
3) Pencemaran pada tanah bisa berkurang secara alamiah
4) Tanah juga akan mengalami perbaikan akibat adanya aktivitas
akar.

17
5) Tanah menjadi lebih subur kembali.
6) Tanaman yang mampu menyerap unsur bernilai ekonomi seperti
emas (Au) dan nikel (Ni) bisa digunakan untuk pertambangan.
I. Manfaat Remediasi
Manfaat dari dilakukannya remediasi tanah yaitu menyehatkan tanah dari bahan
pencemar agar seperti kondisi semula, mengurangi resiko terhadap manusia dan
lingkungan, mengurangi sumber kontaminan air tanah atau air permukaan, mematuhi
peraturan sebelum dibuang ke landfill, dan membersihkan serta menghilangkan bahan
pencemar yang ada pada tanah.
J. Pengertian Penyuburan Tanah
Kondisi tanah akan selalu mengalami perubahan karena tanah selalu kontak baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan kondisi lingkungan yang ada. Baik itu kondisi
udara, air maupun tanaman dan hewan yang selalu hidup di atas permukaan tanah. Untuk
memperbaiki kualitas tanah perlu pendauran hara yang sumber-sumbernya berasal dari
bahan-bahan yang tersedia di alam dan merupakan upaya pemanfaatan sumberdaya yang
tersedia secara alami.
Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur
hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik,
kimia dan biologi tanah (Syarif Effendi, 1995). Kesuburan tanah adalah kondisi suatu
tanah yg mampu menyediakan unsur hara essensial untuk tanaman tanpa efek racun dari
hara yang ada (Foth and Ellis ; 1997).
Kesuburan tanah adalah keadaan tanah yang tercukupi tata air, udara dan unsur
hara essensiaal yang seimbang yang mendukung pertumbuhan tanaman tanpa
menimbulkan effek racun. Menurut Sutejo, 2002 ciri-ciri tanah yang subur adalah tanah
yang mempunyai profil yang dalam melebihi 150 cm, strukturnya gembur remah,
mempunyai aktivitas jasad renik yang tinggi (maksimum), kandungan unsur haranya
yang tersedia bagi tanaman cukup, tidak terdapat pembatas-pembatas tanah untuk
pertumbuhan tanaman, serta pH 6 - 6,5. Kesuburan tanah berbeda-beda tergantung
sejumlah faktor pembentuk tanah di lokasi tersebut, yaitu: bahan induk, iklim, relief,
organisme, atau waktu.

18
K. Manfaat Penyuburan Tanah
Manfaat dari penyuburan tanah diantaranya kualitas tanah tetap terjaga,menjaga
ekosistem kehidupan didalam tanah membuat tumbuhan tumbuh secara optimum. tanah
dapat memberikan hasil yang banyak berupa daun, batang, dan buah, menyediakan unsur
hara dalam jumlah yang cukup dalam bentuk yang tersedia dan seimbang untuk menjamin
pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimum
L. Metode Penyuburan Tanah
Definisi kesuburan tanah dibedakan lagi menjadi dua yaitu kesuburan tanah aktual, yaitu
kesuburan tanah hakiki (aseli atau alamiah) dan kesuburan tanah potensial, yaitu kesuburan
tanah maksimum yang dapat diperoleh dengan intervensi teknologi yang mengoptimumkan
semua faktor, misalnya dengan memasang instalasi pengairan untilk lahan yang tidak
tersedia air secara terus menerus atau yang lainnya.
Nilai kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati tetapi hanya dapat diperkirakan
(ditaksir). Perkiraan nilainya dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia dan biologi
tanah yang terukur, yang kemudian dihubungkan atau dikaitkan dengan penampilan
(performance) tanaman menurut pengalaman atau hasil penelitian sebelumnya. Kesuburan
tanah juga dapat ditaksir dengan mengamati keadaan tanaman secara langsung. Beberapa
metode penyuburan tanah diantaranya :
1. Penyuburan Tanah dengan Cacing
Cacing tanah merupakan organisme tanah yang hidup dan habitatnya ditanah dan
membawa makannnya ke dalam tanah kemudian memakannya bersama dengan tanah
yang bercampur kepadanya. Adapun aktivitas cacing tanah yang mempengaruhi struktur
tanah meliputi pencernaan tanah, perombakan bahan organik, pengadukannya dengan
tanah dan produksi kotorannya yang diletakkan di permukaan di dalam tanah, penggalian
tanah dan transportasi tanah bawah ke atas, kotoran cacing tanah yang mengandung
sejumlah partikel pasir atau kerikil yang lebih sedikit ketimbang tanah merupakan bukti
kemampuan cacing tanah dalam mencerna atau melumatkan partikel mineral menjadi
lebih kecil, komponen pasir relatif terhadap debu dan liat pada dua padang rumput yang
banyak dihuni cacing tanah meningkat dengan kedalaman tanah, serta butiran granit pada
tanah bercacing tanah menjadi lebih kecil daripada tanah tanpa cacing tanah.

19
Bentuk penyatuan butiran mineral tanah baik akibat gaya fisik, kimiawi maupun
biologis sedemikian rupa sehingga tahan terhadap pembasah keringan, aliran permukaan
atau erosi dan pemadatan serta tetap lepas baik pada kondisi basah maupun kering
disebut Agregat. Tanah yang memiliki agregat baik maka akan beraerasi dan berdrainase
baik pula sehingga perannya menjadi sangat penting dalam menjadikan tanah sebagai
media tumbuh bagi tanaman dan mikrobia tanah. Kotoran cacing tanah mengandung
agregat yang lebih stabil terhadap pembasahan daripada agregat tanah di sekitarnya
sehingga lebih meningkatkan erodibilitas tanah dan ketahanan tanah terhadap erosifitas
aliran permukaan (run off).
2. Penyuburan Tanah dengan Garam
Garam bermanfaat untuk mendekomposer atau demineralisasi senyawa
kompleks yang berasal dari sisa makhluk hidup (dedaunan, ranting dan batang tanaman
juga bagian tubuh hewan yang mati) dan kotoran (tinja dan urin) menjadi
mineral/unsur/zat yang lebih sederhana untuk diserap oleh akar tanaman. Sebagai
senyawa ionik, garam memiliki dua ion yaitu Na+ dan Cl-, namun masih banyak unsur
lain yang ada didalamnya.
Manfaat penggunaan NaCl dapat berperan ganda yaitu sebagai bahan untuk
mempercepat pembusukan dan sekaligus sebagai pengawet (menahan proses
pembusukan). Pemanfaatnya dapat dilaksankan secara terpisah dan tergantung dari
kondisi kadar garam pada tanah, Berbagai macam manfaat garam dalam penyuburan
tanah adalah:
a. Menetralkan tanah alkali atau basa
Tanah alkali seperti tanah parit atau mengandung kotoran ternak
yang masih basah butuh waktu beberapa minggu untuk proses
pendinginan dan penetralan untuk digunakan. Untuk mengatasinya dapat
dilakukan dengan memberikan larutan garam pada tanah tersebut sehingga
bisa ditanami.
b. Sumber unsur mikro kebutuhan tanaman
Garam memiliki kandungan unsur natrium dan klorida yang
merupakan unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Dengan terpenuhinya unsur-unsur mikro

20
tersebut tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga
produktivitasnyapun optimal.
c. Sumber pengganti kalium
Kebutuhan kalium ini dapat dipenuhi dengan pemberian garam
karena unsur natrium dan klorida diketahui dapat menggantikan unsur
yang memilki lambang K.
d. Menyuburkan tanah pertanian
Natrium dan klorida yang terkandung didalam garam dapat
meningkatkan proses pembusukan sehingga merupakan sumber nutrisi
bagi mikroorganisme yang hidup didalam tanah dengan demikian populasi
mikroorganisme akan hidup dan berkembang biak.
e. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit
Natrium yang terkandung dalam garam berperan membunuh
bakteri dan jamur yang mengganggu tanaman.
f. Sebagai penyubur tanah alami jangka panjang
Garam merupakan penyubur tanah alami sehingga penggunaan
dalam jangka panjang tidak akan menimbulkan kerusakan pada tanah.
g. Mencegah tanah mengalami kekeringan atau dehidrasi
Musim kemarau para petani bisa memanfaatkan garam yang
dikenal dapat membantu menjaga kandungan air dalam tanah sehinga
tanah terhindar dari kekeringan.

Jenis garam yang paling baik untuk menyuburkan tanah adalah yang belum
melalui proses pemurnian (garam grosok). Penggunaan garam dapur asli dari laut
(bentuknya kasar, tidak mengandung pengawet, pewarna) merupakan salah satu pilihan
terbaik. Cara penggunaannya untuk diaplikasikan pada tanaman.

21
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tanah merupakan lapisan yang menyelimuti bumi dengan ketebalan yang bervariasi dari
beberapa sentimeter hingga lebih dari 3 meter. Tanah mempunyai fungsi yang vital, yaitu
sebagait tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran. Sebagai bagian dari ekosisitem bumi,
tanah berinteraksi dengan atmosfer, hidrosfer, litosfer dan biosfer, oleh karnanya tanah
mengandung udara (dari atmosfer), air (dari hidrosfer), mineral (dari litosfer) dan bahan organik
(dari biosfer). Tanah memiliki sifat fisik, biologis dan kimia. Sifat fisik tanah adalah sifat tanah
yang dapat diukur secara visual ataupun dengan perasaan. Sifat ini dapat dinyatakan dalam skala
seperti ukuran besar, ketegangan, atau intensitas. Tanah mengandung jasad hidup, baik dari jenis
tumbuhan (flora), maupun dari jenis hewan (fauna), dari yang berukuran mikro, meso hingga
makro. Jasad hidup ini tumbuh, berkembang dan mati di dalam tanah. Aktivitas jasad ini sangat
mempengaruhi sifat tanah, baik sifat fisik maupun sifat kimianya.
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan bahan pencemar yang terkandung di dalam
tanah. Jenis-jenis remediasi dibedakan berdasarkan tempat pelaksanaannya remediasi dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu in-situ (on-site) dan ex-situ (off-site) dan berdasarkan
organisme pembersihnya yaitu bioremediasi dan fitoremediasi.
Kesuburan tanah adalah Suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur hara dalam
keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi
tanah. Manfaat dari penyuburan tanah diantaranya kualitas tanah tetap terjaga,menjaga ekosistem
kehidupan didalam tanah membuat tumbuhan tumbuh secara optimum. Beberapa metode
penyuburan tanah yaitu menggunakan penyuburan tanah dengan cacing dan penyuburan tanah
dengan garam

22
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Syarif. 1995. Ilmu Tanah. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.


Gusmara, Herry. 2016. Bahan Ajar Dasar-Dasar Ilmu Tanah ITN-100. Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu.
Joyuwono, Notohadiprawiro, dkk. 2006. Pengelolaan Kesuburan Tanah dan Peningkatan
Efisiensi Pemupukan. Yogyakarta: Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada.

Puspawati, Catur & Hariyono. 2018. Penyehatan Tanah. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta.
Sutedjo, M. M. (2002). Pupuk Dan Cara Penggunaan. Rineka Cipta. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai