Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

LENGKUNG REFLEKS (REFLEX ARC)


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 1
Semester Genap Tahun Ajaran 2018/2019

Disusun oleh:

Nafiza Syarafina Yanani


185070201111006
PSIK 2018 Reg 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya, tentunya penulis tidak akan mampu untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam, semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata
kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 1.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian, apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,
khususnya kepada Dr. Yulian Wiji Utami selaku dosen Ilmu Dasar Keperawatan 1
yang telah membimbing penulis dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Banyuwangi, 26 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

1.3 Tujuan......................................................... Error! Bookmark not defined.

1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 2


1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat ....................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Refleks ....................................................... Error! Bookmark not defined.

2.1.1 Lengkung Refleks ................................ Error! Bookmark not defined.

2.1 .2 Komponen Lengkung Reflex .............. Error! Bookmark not defined.

2.1 .3 Deep Reflex dan Superficial Reflex .... Error! Bookmark not defined.

2.2 Jenis-Jenis Refleks ..................................... Error! Bookmark not defined.

2.2.1 Refleks Spinal ...................................... Error! Bookmark not defined.

2.2 .2 Refleks Cranial .................................... Error! Bookmark not defined.

2.2 .3 Refleks Otonom ................................... Error! Bookmark not defined.

2.3 Refleks Regang .......................................... Error! Bookmark not defined.

2.4 Refleks Fleksor dan Ekstensor ................... Error! Bookmark not defined.

2.4.1 Refleks Polisipnatik ............................. Error! Bookmark not defined.

2.4 .2 Respon Terhadap Rangsangan Nyeri .. Error! Bookmark not defined.

2.5 Refleks Fisiologis ....................................... Error! Bookmark not defined.

2.6 Refleks Patologis ........................................ Error! Bookmark not defined.

ii
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................ 10

3.2 Saran .......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk hidup yang dapat bernafas, selain itu sebagai
makhluk hidup manusia juga dapat bergerak. Gerak merupakan pola koordinasi
yang sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Pada
umumnya, gerak dapat terjadi secara sadar, dalam artian gerak yang terjadi pada
seseorang dapat disadari dan disengaja dilakukan oleh orang tersebut. Terjadinya
suatu gerak yang dapat kita sadari disebut gerak biasa. Namun, adapula gerak
yang terjadi tanpa kita sadari, bahkan sebelumnya kita tidak merencanakan
terjadinya suatu gerakan tersebut. Gerak tersebut dapat disebut gerak refleks.

Gerak biasa merupakan gerak yang terjadi akibat dari rangsangan yang
diolah dahulu oleh otak oleh impuls melalui jalur yang panjang. Dalam artian,
gerak biasa ini terjadi karena adanya suatu perintah dari otak. Contoh gerak biasa
yaitu apabila kita ingin untuk menangkap sebuah bola yang melambung ke arah
kita. Bola tersebut adalah sebuah rangsangan yang akan diteruskan oleh neuron
sensorik atau sel saraf sensorik ke otak. Kemudian, di dalam otak rangsangan
tersebut diolah, dan hasil dari pengolahan tersebut adalah berupa tanggapan yang
selanjutnya akan diteruskan oleh neuron motorik atau sel saraf motorik sebagai
perintah yang akan dilakukan oleh efektor yaitu oto. Lalu otot akan memberikan
tanggapan berupa gerak biasa.

Gerak refleks merupakan gerak yang terjadi tanpa kita sadari dan gerak
refleks ini berlangsung sangat cepat serta tanggapan terjadi secara otomatis
terhadap rangsangan. Mekanisme gerak refleks sendiri memiliki tujuan untuk
menghindari suatu rangsangan/stimulus yang dapat membahayakan tubuh seperti
stimulus dari Aδ (delta) fiber dan C fiber. Secara umum, gerak refleks dapat
dibagi menjadi refleks somatik dan refleks otonom. Efektor dari refleks somatik
adalah otot skelet dan efektor dari refleks otonom adalah otot polos, kelenjar, dan
otot jantung. Sebuah refleks disebut dengan refleks spinal apabila pusat integrasi

1
lengkung refleks tersebut berada di sumsum tulang belakang. Sedangkan pusat
integrasi refleks cranial berada di batang otak. Contoh dari gerak refleks spinal
adalah ketika kulit tangan kita terkena benda dengan rangsangan C fiber yaitu
berupa rangsangan panas. Secara tiba-tiba dan dengan cepat kita akan menarik
tangan kita dari benda tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa definisi dari gerak refleks?
2) Apa yang dimaksud dengan lengkung refleks?
3) Apa saja komponen dari lengkung refleks?
4) Apa yang dimaksud dengan deep reflex dan superficial reflex?
5) Apa sajakah jenis-jenis dari refleks?
6) Apa yang dimaksud dengan refleks regang?
7) Apa yang dimaksud dengan refleks fleksor dan ekstensor?
8) Apa yang dimaksud dengan refleks fisiologis?
9) Apa yang dimaksud dengan refleks patologis?

1.1 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 1
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui definisi dari gerak refleks
2) Untuk mengetahui definisi lengkung refleks
3) Untuk mengetahui komponen-komponen dari lengkung refleks
4) Untuk mengetahui deep reflex dan superficial reflex
5) Untuk mengetahui jenis-jenis dari refleks
6) Untuk mengetahui tentang refleks regang
7) Untuk mengetahui tentang refleks fleksor dan ekstensor
8) Untuk mengetahui tentang refleks fisiologis
9) Untuk mengetahui tentang refleks patologis

2
1.4 Manfaat
1) Sebagai penambah wawasan dan rujukan dalam ilmu pengetahuan
mahasiswa keperawatan
2) Menumbuhkan etos ilmiah dikalangan mahasiswa keperawatan sehingga
tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan saja, tetapi juga mampu
menjadi penghasil gagasan pikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu
pengetahuan yang objektif
3) Melatih kemampuan mahasiswa keperawatan semester 2 dalam menulis
karya tulis ilmih sebagai awal untuk menghadapi pengerjaan skripsi

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Refleks

Refleks adalah sebuah respon yang bekerja diluar kesadaran terhadap


adanya suatu stimulus. Secara umum, gerak refleks dapat dibagi menjadi refleks
somatik dan refleks otonom. Efektor dari refleks somatik adalah otot skelet dan
efektor dari refleks otonom adalah otot polos, kelenjar, dan otot jantung. Sebuah
refleks disebut dengan refleks spinal apabila pusat integrasi lengkung refleks
tersebut berada di sumsum tulang belakang. Sedangkan pusat integrasi refleks
cranial berada di batang otak. Gerakan yang timbul akibat dari gerakan refleks ini
disebut gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan gerakan yang
terjadi dengan tujuan untuk menjamin adanya ketangkasan gerakan yang disadari
dan untuk membela diri berupa menghindari stimulus yang membahayakan.
Gerakan reflektorik tidak hanya terjadi dan dilakukan oleh anggota gerak saja,
otot lurik pun dapat melakukan gerakan reflektorik. Perangsangan gerakan
reflektorikpun tidak hanya berada di permukaan tubuh saja, semua impuls
perseptif mampu menstimulus gerakan reflektorik. Secara umum refleks dibagi
atas dua macam yaitu refleks dalam atau deep reflex dan refleks permukaan atau
superficial reflex.

Deep reflex merupakan refleks yang melibatkan suatu otot yang memiliki
reseptor dan efekteor yang akan mengirim impuls pada lengkung refleks bagian
spinalis, seperti biseps, triseps, pergelangan tangan, refleks rahang, dan
patela/lutut. Sedangkan superficial reflex merupakan refleks yang melibatkan
kontraksi otot yang timbul karena efek dari rangsangan pada mukosa, seperti
refleks pada saat bersin, refleks dinding perut, faringeal, dan anal.

 Tabel deep reflex

4
 Tabel superficial reflex

2.2 Lengkung Refleks

Semua rangsangan yang direspon akibat saraf motorik menstimulus otot-otot lurik
untuk melakukan suatu gerakan reflektorik menunjukkan bahwa terdapat sebuah
hubungan antara daerah yang dirangsang dengan otot yang bergerak secara
reflektorik. Lintasan atau sirkuit yang menghubungkan antara reseptor dan efektor
itu disebut dengan busur reflek/ lengkung reflek/ reflex arc. Jadi lengkung reflex
ini adalah jalur yang dilewati oleh impuls saraf untuk menghasilkan suatu refleks.

Lintasan dari lengkung refleks dapat dikelompokkan menjadi refleks


monosinaptik berupa satu sinap dengan dua neuron dan refleks polisinaptik yang
mengandung satu atau lebih dari sinap interneuron. Beberapa lengkung refleks
antara lain refleks regang (strectch/ myotactic reflex), refleks neuron motor
gamma dan refleks menarik (withdrawal reflex).

5
Reseptor di kulit yang kemudian impuls tersebut dikirim melalui serabut radiks
dorsalis ke sebuah neuron di substansia grisea medula spinalis. Kemudian impuls
tersebut akan merangsang motoneuron di kornu anterior untuk menstimulus otot
agar berkontraksi (Talley, 1995). Reseptor, serabut aferen, interneuron di
substansia grisea, motoneuron dan akson beserta otot yang disarafinya merupakan
lengkung refleks.

2.3 Komponen Lengkung Reflex

Komponen-komponen dari lengkung refleks yaitu terdapat reseptor


berupa serabut dendrit yang berfungsi sebagai penerima stimulus/rangsangan,
terdapat jalur aferen yang melintas sepanjang lintasan neuron sensorik sampai ke
cranial atau medulla spinalis, terdapat bagian pusat berupa sisi sinaps yang
bertempat pada bagian grey matter dari sistem saraf pusat. Pada sisi sinaps inilah
impuls rangsangan dapat ditransmisikan, diulang rutenya atau bahkan dihambat
prosesnya, kemudian terdapat jalur eferen (motorik) yang akan merespons
impuls eferen atau motorik, dan terdapat efektor dapat berupa otot skelet, otot
jantung, dan otot polos, serta glands yang merespon.

2.4 Jenis-Jenis Refleks

Berdasarkan , refleks dibagi menjadi 3 yaitu refleks spinal, cranial dan


otonom.

 Refleks Spinal yaitu refleks


 Refleks Cranial
 Refleks Otonom

2.5 Refleks Regang

Refleks regang atau stretch reflex/myotactic reflex merupakan lengkung


refleks monosinaptik dengan satu sinap dan dua neuron yang berfungsi dalam
pemeliharaan ketegakan tubuh dan postur berdiri dengan cara merangsang otot-
oto skelet pada tungkai bagian bawah, punggunh, leher dan kepala sehingga oto-
otot tersebut berkontraksi. Refleks regang dapat ditimbulkan dengan cara
memberikan ketukan pada area ligamentum, tendon, dan periosteum. Penilaian

6
pada refleks fisiologis ini harus selalu sebanding antara bagian tubuh kanan dan
kiri. Contoh refleks regang adalah pada refleks patela atau lutut yang direseptori
oleh neuromuscular spindle.

2.6 Refleks Fleksor dan Ekstensor

2.7 Refleks Fisiologis

Refleks fisiologis dapat disebut pula dengan refleks dalam merupakan


gerakan reflektorik yang timbul akibat stimulus terhadap otot yang dapat
dilakukan dengan menyebabkan kontraksi pada otot sehingga muncul refleks
regang. Refleks fisiologis ini dapat ditemukan pada orang yang sehat dan tidak
memiliki gangguan pada sistem saraf dengan cara memberikan ketukan pada area
ligamentum, tendon, dan periosteum. Penilaian pada refleks fisiologis ini harus
selalu sebanding antara bagian tubuh kanan dan kiri.

2.8 Refleks Patologis

Kata patologis adalah suatu kata yang selalu merujuk kepada “ keadaan
yang tidak normal dan sebuah pertanda yang merujuk kepada suatu penyakit”.
Maka dari itu refleks patologis adalah refleks yang dapat ditemukan pada
seseorang yang memiliki gangguan pada sistem sarafnya. Refleks patologis tidak
dapat ditemukan pada seseorang yang sehat, kecuali pada anak kecil dan anak
bayi. Karena pada anak-anak yang berusia 4-6 tahun tersebut aktivitas traktus
kortikospinalisnya masih belum sempurna. Maka dari itu refleks patologis dinilai
pada orang dewasa saja.

Contoh dari refleks patologis adalah refleks babinsky atau ekstensor


plantar response. Yaitu respon ekstensi dan pengembangan jari jari kaki disertai
elevasi pada bagian ibu jari kaki akibat dari rangsangan goresan telapak kaki
bagian lateral

7
Gambar 2.8.1 Goresan pada kulit telapak kaki. a) Respon (-) yaitu fleksi pada kaki dan
semua jari kaki, b) Respon (+) yaitu ekstensor pada kaki dan pengembangan di semua
jari kaki. (sumber: Muttaqin Arif. Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika; 2008)

Refleks patologis yang lainnya ada refleks chaddock, schaeffer, gordon,


bing, dan oppenhim dimana respon yang dihasilkan apabila positif akan sama
seperti dengan respon refleks babinsky.

 Refleks chaddock yaitu metode membangkitkan respon dengan cara


memberikan goresan pada bagian lateral malleolus (Dapat dilihat
pada gambar 2.8.2 A).
 Refleks oppenheim yaitu metode membangkitkan respon dengan
mengurut dengan kuat pada area tibia dan otot tibialis anterior
dengan arah mengurut kebawah ( Dapat dilihat pada gambar 2.8.2
B).

8
Gambar 2.8.2 a) Refleks Chaddock, b) Refleks Oppenheim, c) Refleks Gordon, d)
Refleks Schaeffer e) Refleks Bing (sumber: Muttaqin Arif. Asuhan Keperawatan Dgn
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika; 2008)

 Refleks gordon yaitu metode membangkitkan respon dengan cara


memencet otot betis secara keras (Dapat dilihat pada Gambar 2.8.2
C).
 Refleks Schaeffer yaitu metode membangkitkan respon dengan cara
memencet tendon achilles secara keras ( Dapat dilihat pada gambar
2.8.2 D).
 Refleks bing yaitu metode membangkitkan respon dengan
memberikan refleks tusuk di bagian metatarsal ke-5 ( Dapat dilihat
pada gambar 2.8.2 E).

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

10
DAFTAR PUSTAKA
Sumber E-Book

Anthoney, R. Terence. Neuroanatomy and the Neurologic Exam: A Thesaurus of


Synonyms, Similar-Sounding Non-Synonyms, and Terms of Variable Meaning.
Florida: CRC Press LLC; 1994. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=WlU8DwAAQBAJ&pg=PT701&dq=patholo
gical+reflex+definition&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjPzK_K48DiAhVEXq0KH
VmKC-
YQ6AEIKzAA#v=onepage&q=pathological%20reflex%20definition&f=false .

Muttaqin Arif. Asuhan Keperawatan Dgn Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:


Salemba Medika; 2008. 116-124 p. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=8UIIJRjz95AC&pg=PA116&dq=refleks+ada
lah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiEwN7xosDiAhVDgK0KHZl6A6YQ6AEILT
AB#v=onepage&q=refleks%20adalah&f=false .

Prof.Dr.dr. Satyanegara, Sp.BS. Ilmu Bedah Saraf Edisi V. 5th. Ed. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama; 2014. 126-127 p. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=PKJLDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq
=inauthor:%22Prof.Dr.dr.+Satyanegara,+Sp.BS%22&hl=id&sa=X&ved=0ahUK
Ewj17r6NvbjiAhUFlKwKHVhgAEcQuwUILTAA#v=onepage&q=lengkung%20
refleks&f=false.

https://books.google.co.id/books?id=kNuPMfhLcjAC&pg=PA63&dq=gerak+refl
eks+adalah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjA-
NeukMDiAhUORa0KHVaBA0QQ6AEIKTAA#v=onepage&q=gerak%20refleks
%20adalah&f=false

https://www.academia.edu/13636677/2.1_Mekanisme_Gerak_Refleks_2.1.1_Pen
gertian_Gerak_Refleks?auto=download

11
12

Anda mungkin juga menyukai