Anda di halaman 1dari 8

Atrial Fibrilasi sedangkan miokardium penghantar

normal memiliki periode refraktori


Definisi: yang lebih lama, mereka
Fibrilasi atrium adalah takiaritmia memerlukan waktu istirahat yang
supraventrikular yang khas, dengan aktivasi lebih lama sebelum diaktifkan.
Jadi, ketika impuls lain tiba di
atrium yang tidak terkoordinasi mengakibatkan
daerah penghantar lambat, impuls
perburukan fungsi mekanis atrium.
tersebut dapat dibacakan kembali,
dan dengan demikian daerah
penghantar lambat kemudian dapat
Etiologi: membangkitkan kembali jaringan
miokard normal di sekitarnya juga,
1) Trigger (Ectopic Foci)
yang dapat memicu sirkuit masuk
2) Re-entrant circuit kembali.
Mekanisme:
 Setelah sirkuit re-entry terbentuk,
1) Ectopic foci adalah Pacemaker cell impuls yang dihasilkan di sini akan
atau sel pacu jantung yang bertabrakan dan membatalkan
menginisiasi impuls dari lokasi lain impuls lain di sekitarnya. Nodus
selain jalur sistem konduksi normal. AV dengan demikian akan
Paling sering terjadi dari atrium kiri di menangkap impuls secara tidak
lengan otot vena pulmonalis, lebih teratur menghasilkan ritme yang
jarang di atrium kanan dekat vena kava tidak sinkron dan laju ventrikel
yang cepat
superior atau vena cava inferior.
 Fokus ektopik (Ectopic Foci) akan Ectopic foci dapat memicu impuls dan
menembakkan impuls cepat ke menghadapi miokardium atrium dengan berbagai
nodus AV dan bagian lain dari konduktivitas dan rangsangan juga. Ketika impuls
atrium membatalkan impuls normal dari fokus ektopik bertemu area ini (miokardium
yang dihasilkan, sehingga nodus atrium), mereka juga dapat memicu reentry
AV akan mengambil impuls secara circuit.
tidak teratur, sehingga
menghasilkan ritme yang tidak
Klasifikasi:
aman dan laju ventrikel yang cepat
Secara klinis FA dapat dibedakan menjadi
2) Re-entrant circuit lima jenis menurut waktu presentasi dan
durasinya, yaitu:
Dapat terbentuk akibat penyakit jantung iskemik,
usia, hipertensi yang semuanya mengubah 1. FA yang pertama kali terdiagnosis
morfologi atrium, mengubah bentuk dan anatomi Jenis ini berlaku untuk pasien yang
atrium pertama kali datang dengan manifestasi
klinis FA, tanpa memandang durasi atau
berat ringannya gejala yang muncul.
 Sirkuit re-entry berasal dari 2. FA paroksismal
miokardium atrium yang sekarang
adalah FA yang mengalami terminasi
memiliki konduktivitas dan
spontan dalam 48 jam, namun dapat
eksitabilitas yang bervariasi.
Contoh: Miokardium atrium berlanjut hingga 7 hari.
memiliki sifat konduksi lambat 3. FA persisten
yang dikelilingi oleh area konduksi adalah FA dengan episode menetap hingga
normal. Miokardium penghantar lebih dari 7 hari atau FA yang memerlukan
lambat biasanya memiliki periode kardioversi dengan obat atau listrik
refraktori yang pendek, yang 4. FA persisten lama (long standing
berarti mereka dapat beristirahat persistent)
dan membaca lebih cepat,
adalah FA yang bertahan hingga ≥1 tahun, FA yang tidak terkait dengan penyakit rematik
dan strategi kendali irama masih akan mitral, katup jantung protese atau operasi
diterapkan. perbaikan katup mitral
5. FA permanen
FA sekunder:
merupakan FA yang ditetapkan sebagai
permanen oleh dokter (dan pasien) FA yang terjadi akibat kondisi primer yang
sehingga strategi kendali irama sudah tidak menjadi pemicu FA, seperti infark miokard akut,
digunakan lagi. Apabila strategi kendali bedah jantung, perikarditis, miokarditis,
irama masih digunakan maka FA masuk hipertiroidisme, emboli paru, pneumonia atau
ke kategori FA persisten lama. penyakit paru akut lainnya. Sedangkan FA
sekunder yang berkaitan dengan penyakit katup
disebut FA valvular.
Klasifikasi FA seperti di atas tidaklah selalu
eksklusif satu sama lain (gambar 3). Artinya,
seorang pasien mungkin dapat mengalami Respon ventrikel terhadap FA, sangat tergantung
beberapa episode FA paroksismal, dan pada waktu pada sifat elektrofisiologi dari NAV (Nodus
lain kadang-kadang FA persisten, atau sebaliknya. AtrioVentrikular / AV Node) dan jaringan
Untuk itu, secara praktis, pasien dapat konduksi lainnya, derajat tonus vagal serta
dimasukkan ke salah satu kategori di atas simpatis, ada atau tiadanya jaras konduksi
berdasarkan manifestasi klinis yang paling tambahan, dan reaksi obat.
dominan.

Diagnosis:

Selain dari 5 kategori yang disebutkan diatas,


yang terutama ditentukan oleh awitan dan durasi
episodenya, terdapat beberapa kategori FA
tambahan menurut ciri-ciri dari pasien:
FA sorangan (lone):
FA tanpa disertai penyakit struktur kardiovaskular
lainnya, termasuk hipertensi, penyakit paru terkait
atau abnormalitas anatomi jantung seperti
pembesaran atrium kiri, dan usia di bawah 60
tahun.
FA non-valvular:
• Riwayat prosedur ablasi FA secara pembedahan
(operasi Maze) atau perkutan (dengan kateter).
• Evaluasi penyakit-penyakit komorbiditas yang
memiliki potensi untuk berkontribusi terhadap
inisiasi FA (misalnya hipertensi, penyakit jantung
koroner, diabetes melitus, hipertiroid, penyakit
jantung valvular, dan PPOK).

Anamnesis:
Beberapa gejala ringan yang mungkin dikeluhkan
pasien antara lain:
• Palpitasi. Umumnya diekspresikan oleh pasien
sebagai: pukulan genderang, gemuruh guntur, atau
kecipak ikan di dalam dada.
• Mudah lelah atau toleransi rendah terhadap Pemeriksaan fisis:
aktivitas fisik
Pemeriksaan fisis selalu dimulai dengan
• Presinkop atau sinkop pemeriksaan jalan nafas (Airway), pernafasan
(Breathing) dan sirkulasi (Circulation) dan tanda-
• Kelemahan umum, pusing
tanda vital, untuk mengarahkan tindak lanjut
Selain mencari gejala-gejala tersebut diatas, terhadap FA. Pemeriksaan fisis juga dapat
anamnesis dari setiap pasien yang dicurigai memberikan informasi tentang dasar penyebab
mengalami FA harus meliputi dan gejala sisa dari FA.
pertanyaanpertanyaan yang relevan, seperti:
Tanda Vital
• Penilaian klasifikasi FA berdasarkan waktu
Pengukuran laju nadi, tekanan darah, kecepatan
presentasi, durasi, dan frekuensi gejala.
nafas dan saturasi oksigen sangat penting dalam
• Penilaian faktor-faktor presipitasi (misalnya evaluasi stabilitas hemodinamik dan kendali laju
aktivitas, tidur, alkohol). Peran kafein sebagai yang adekuat pada FA. Pada pemeriksaan fisis,
faktor pemicu masih kontradiktif. denyut nadi umumnya ireguler dan cepat, sekitar
110-140x/menit, tetapi jarang melebihi 160-
• Penilaian cara terminasi (misalnya manuver
170x/menit. Pasien dengan hipotermia atau
vagal).
dengan toksisitas obat jantung (digitalis) dapat
• Riwayat penggunaan obat antiaritmia dan mengalami bradikadia.
kendali laju sebelumnya.
Kepala dan Leher
• Penilaian adakah penyakit jantung struktural
Pemeriksaan kepala dan leher dapat menunjukkan
yang mendasarinya.
eksoftalmus, pembesaran tiroid, peningkatan
tekanan vena jugular atau sianosis. Bruit pada ditemukan pada pasien FA. Peningkatan refleks
arteri karotis mengindikasikan penyakit arteri dapat ditemukan pada hipertiroidisme.
perifer dan kemungkinan adanya komorbiditas
penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan Laboratorium
Paru
Pemeriksaan laboratorium yang dapat diperiksa
Pemeriksaan paru dapat mengungkap tanda-tanda
antara lain:
gagal jantung (misalnya ronki, efusi pleura).
Mengi atau pemanjangan ekspirasi • Darah lengkap (anemia, infeksi)
mengindikasikan adanya penyakit paru kronik
yang mungkin mendasari terjadinya FA (misalnya • Elektrolit, ureum, kreatinin serum (gangguan
PPOK, asma) elektrolit atau gagal ginjal)

Jantung • Enzim jantung seperti CKMB dan atau troponin


(infark miokard sebagai pencetus FA)
Pemeriksaan jantung sangat penting dalam
pemeriksaan fisis pada pasien FA. Palpasi dan • Peptida natriuretik (BNP, N-terminal pro-BNP
auskultasi yang menyeluruh sangat penting untuk dan ANP) memiliki asosiasi dengan FA. Level
mengevaluasi penyakit jantung katup atau plasma dari peptida natriuretik tersebut meningkat
kardiomiopati. Pergeseran dari punctum pada pasien dengan FA paroksismal maupun
maximum atau adanya bunyi jantung tambahan persisten, dan menurun kembali dengan cepat
(S3) mengindikasikan pembesaran ventrikel dan setelah restorasi irama sinus.
peningkatan tekanan ventrikel kiri. Bunyi II (P2) • D-dimer (bila pasien memiliki risiko emboli
yang mengeras dapat menandakan adanya paru)
hipertensi pulmonal.
• Fungsi tiroid (tirotoksikosis)
Pulsus defisit, dimana terdapat selisih jumlah nadi
yang teraba dengan auskultasi laju jantung dapat • Kadar digoksin (evaluasi level subterapeutik
ditemukan pada pasien FA. dan/atau toksisitas)
• Uji toksikologi atau level etanol

Abdomen
Adanya asites, hepatomegali atau kapsul hepar Elektrokardiogram (EKG)
yang teraba mengencang dapat mengindikasikan Temuan EKG biasanya dapat mengkonfirmasi
gagal jantung kanan atau penyakit hati intrinsik. diagnosis FA dan biasanya mencakup laju
Nyeri kuadran kiri atas, mungkin disebabkan ventrikel bersifat ireguler dan tidak terdapat
infark limpa akibat embolisasi perifer. gelombang P yang jelas, digantikan oleh
gelombang F yang ireguler dan acak, diikuti oleh
kompleks QRS yang ireguler pula.
Ekstremitas bawah
Manifestasi EKG lainnya yang dapat menyertai
Pada pemeriksaan ekstremitas bawah dapat FA antara lain:
ditemukan sianosis, jari tabuh atau edema.
Ekstremitas yang dingin dan tanpa nadi mungkin • Laju jantung umumnya berkisar 110-140x/menit,
mengindikasikan embolisasi perifer. Melemahnya tetapi jarang melebihi 160-170x/menit.
nadi perifer dapat mengindikasikan penyakit • Dapat ditemukan denyut dengan konduksi
arterial perifer atau curah jantung yang menurun. aberan (QRS lebar) setelah siklus interval R-R
panjang-pendek (fenomena Ashman)

Neurologis • Preeksitasi

Tanda-tanda Transient Ischemic Attack (TIA) atau • Hipertrofi ventrikel kiri


kejadian serebrovaskular terkadang dapat • Blok berkas cabang
• Tanda infark akut/lama Elektrokardiogram juga • Trombus atrium kiri (terutama di AAK)
diperlukan untuk memonitor interval QT dan QRS
• Memandu kardioversi (bila terlihat trombus,
dari pasien yang mendapatkan terapi antiaritmia
kardioversi harus ditunda)
untuk FA.

Computed tomography (CT) scan dan


Foto toraks
magnetic resonance imaging (MRI)
Pemeriksaan foto toraks biasanya normal, tetapi
Pada pasien dengan hasil D-dimer positif, CT
kadangkadang dapat ditemukan bukti gagal
angiografi mungkin diperlukan untuk
jantung atau tanda-tanda patologi parenkim atau
menyingkirkan emboli paru. Teknologi 3 dimensi
vaskular paru (misalnya emboli paru, pneumonia).
seperti CT scan atau MRI seringkali berguna
untuk mengevaluasi anatomi atrium bila
direncanakan ablasi FA. Data pencitraan dapat
Uji latih atau uji berjalan enam-menit
diproses untuk menciptakan peta anatomis dari
Uji latih atau uji berjalan enam-menit dapat atrium kiri dan VP.
membantu menilai apakah strategi kendali laju
sudah adekuat atau belum (target nadi <110x
/menit setelah berjalan 6 menit). Uji latih dapat Monitor Holter atau event recording
menyingkirkan iskemia sebelum memberikan obat
Monitor Holter dan event recording dapat berguna
antiaritmia kelas 1C dan dapat digunakan juga
untuk menegakkan diagnosis FA paroksismal,
untuk mereproduksi FA yang dicetuskan oleh
dimana pada saat presentasi, FA tidak terekam
aktivitas fisik.
pada EKG. Selain itu, alat ini juga dapat
digunakan untuk mengevaluasi dosis obat dalam
kendali laju atau kendali irama.
Ekokardiografi
Ekokardiografi transtorakal memiliki sensitivitas
yang rendah dalam mendeteksi trombus di atrium Treatment:
kiri, dan ekokardiografi transesofageal adalah
Acute management of Atrial Fibrillation
modalitas terpilih untuk tujuan ini.
 Unstable patient
- Kardioversi  Kardioversi
tersinkronisasi mengambil kompleks QRS
dan memberikan kejutan dan menargetkan
Ekokardiografi transtorakal (ETT) terutama
gelombang R di EKG
bermanfaat untuk:
- Amiodarone  Kardioversi elektrik
• Evaluasi penyakit jantung katup biasanya diikuti dengan infus Amiodarone
• Evaluasi ukuran atrium, ventrikel dan dimensi
dinding
 Stable patient
• Estimasi fungsi ventrikel dan evaluasi trombus - Kardioversi elektrik  bisa dilakukan
ventrikel nanti
• Estimasi tekanan sistolik paru (hipertensi
- Kardioversi kimia  dapat dilakukan
pulmonal)
• Evaluasi penyakit perikardial dengan menggunakan antiaritmia

Ada beberapa antiaritmia yang dapat digunakan


Ekokardiografi transesofageal (ETE) terutama untuk kardioversi kimia, dan didasarkan pada
bermanfaat untuk:
klasifikasi singh vagon Williams yang stroke atau ke arteri mesenterika menyebabkan

menargetkan berbagai bagian potensial aksi iskemia.

jantung. Untuk mencegahnya, sebelum melakukan

1) Flecainide: Kelas 1 Antiaritmia menghambat kardioversi, dilakukan ekokardiogram

masuknya natrium pada fase nol dan dengan transesofageal untuk mencari trombus di atrium

demikian menghambat potensial aksi yang kiri atau apendiks atrium kiri sebelum dilakukan

memperlambat denyut jantung. kardioversi.

2) Sotalol : Antiaritmia kelas 3 dan menghambat Sebagai alternatif, antikoagulasi selama empat

penghabisan kalium. Ini memperpanjang potensial minggu harus dilakukan, untuk memecahkan

aksi dan meningkatkan waktu sebelum sinyal gumpalan di atrium sebelum kardioversi (terapi

listrik lain dapat dihasilkan di miosit ventrikel antikoagulan (AVK atau dabigatran) selama 3

3) Amiodaron: agen antiaritmia kelas 3 lain, dan minggu sebelumnya. Antikoagulan dilanjutkan

bekerja dengan cara yang sama Sotalol tetapi sampai dengan 4 minggu pascakardioversi (target

dengan mekanisme lain juga. INR 2-3 apabila menggunakan AVK) ).

 Kardioversi kimiawi:
Penting untuk identifikasi pasien FA yang benar-
memperlambat konduksi dan atau benar risiko rendah mengalami stroke agar risiko
yang tidak perlu akibat pemberian antikoagulan
memperpanjang potensial aksi. dapat dihindari. Terapi antitrombotik tidak
direkomendasikan pada pasien FA yang berusia
Pasien yang melakukan kardioversi dengan
<65 tahun dan FA serangan karena keduanya
kardioversi kimia atau elektrik berarti jantung termasuk benar benar risiko rendah dengan tingkat
kejadian stroke yang sangat rendah.
diharapkan akan kembali ke ritme sinus normal.

Jika AF >48 jam:

Trombus bisa berpotensi terbentuk dari stagnasi

dan stasiun darah di atrium, sehingga jika AF

telah berlangsung cukup lama dan dikembalikan

ke irama sinus, tiba-tiba trombus yang telah

terbentuk dapat benar-benar tersangkut (dislodge)

ke dalam arteri, jika arteri serebral menyebabkan


Semua obat ini mempengaruhi nodus AV,

memperlambat konduksi melalui nodus AV dan

ini menghasilkan lebih sedikit impuls atrium yang

dihantarkan ke ventrikel, memperlambat denyut

jantung.
Obat yang menghambat NAV tidak boleh
digunakan pada kondisi FA dengan preeksitasi
karena dapat menyebabkan aritmia letal.
Untuk FA dengan preeksitasi obat yang terpilih
adalah antiaritmia kelas I (propafenon,
disopiramid, mexiletine) atau amiodaron.

 Stable patient
Long Term Management of Atrial Fibrillation
Penting untuk mengontrol laju fibrilasi
atrium (Alternatif dari kardioversi adalah - membakar fokus ektopik dengan Radio
mengontrol laju) karena fibrilasi atrium Frequency Ablation (RFA) 
dengan respons ventrikel yang cepat akan direkomendasikan pada pasien FA yang
menyebabkan gejala yang tidak nyaman, masih simtomatik meskipun telah
seperti: dilakukan terapi medikamentosa optimal
atau pasien memilih strategi kendali irama
1) Palpitasi karena menolak mengonsumsi obat
antiaritmia seumur hidup.
2) Dispnea (sulit bernapas)
- Untuk Atrial Fibrillation (khususnya selain
3) Kelelahan
pakai RFA) Chad Vasque Score (CHAD –
4) Ketidaknyamanan dada
VAS – S)
5) Pusing
Jika kalkulasi Chad Vasque Score ini >2 yang
6) Sakit kepala ringan
menunjukkan bahwa mereka membutuhkan
Ada tiga kelas utama obat detak jantung yang
antikoagulan yang tinggi. Jadi, mulailah mereka
digunakan untuk mengontrol laju Fibrilasi Atrium:
dengan antikoagulan, untuk mencoba mencegah
- Pemblokir beta (Beta Blocker)
penggumpalan darah ini menyebar ke berbagai
- Pemblokir Saluran Kalsium (Calcium Channel
area yang berbeda, yang paling mematikan atau
Blocker)
menakutkan adalah ke otak yang menyebabkan
- Digoksin  direkomendasikan untuk
stroke.
mengontrol laju ventrikel pada pasien dengan FA

dan gagal jantung atau adanya hipotensi.

Anda mungkin juga menyukai