Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

TATALAKSANA HIPERPIGMENTASI

Dosen Pembimbing :
dr. Heryanto Syamsudin, Sp.KK

Disusun Oleh :
Cindy Salsabila Muharani
2018730023

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT KELAMIN


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA SUKAPURA
FAKUTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan hidayah-Nya sehingga laporan referat ini dapat penulis
selesaikan. Pada laporan referat ini menyajikan topik mengenai
Tatalaksana Hiperpigmentasi. Adapun tujuan penulisan laporan referat ini
adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik stase kulit kelamin di
RSIJ Sukapura.

Pada kesempatan ini, penuh ingin menyampaikan terima kasih


kepada pembimbing penulis, yaitu dr. Heryanto Syamsudin, Sp.KK. Besar
harapan penulis melalui laporan ini, pengetahuan dan pemahaman penulis
semakin bertambah.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih belum


sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan laporan referat ini. Atas
bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak, penulis ucapkan terima
kasih.

Jakarta, 13 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 4
A. Depigmenting Agent ............................................................................................... 4
B. Tindakan Khusus ..................................................................................................... 7
REFERENSI ........................................................................................................................... 9

i
BAB I
PENDAHULUAN

Hiperpigmentasi merupakan istilah luas untuk menggambarkan


peningkatan pigmentasi pada kulit. Hiperpigmentasi pada kulit merupakan kondisi
dermatologis umum dimana warna kulit umumnya menjadi lebih gelap. Perubahan
warna kulit ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor internal dan eksternal
termasuk perubahan hormonal, peradangan, cedera, jerawat, eksim, obat-obatan
tertentu, paparan sinar UV, dll. Hiperpigmentasi dapat disebabkan oleh karena
produksi, distribusi, atau transportasi melanin yang berlebihan. Etiologi umum
hiperpigmentasi yaitu hiperpigmentasi pasca inflamasi, melasma, solar lentigines,
ephelides, dan makula café au lait. 1–3

Mekanisme patogenesis pada hiperpigmentasi dapat disebabkan oleh


berbagai gen atau penyebab yang didapat. Hal ini terjadi karena banyak gen
berkembang dalam berbagai tahapan produksi melanin dan terdistribusi secara
abnormal. Penyebab lainnya dapat terjadi pada pembentukan melanosit dan
melanosom, atau selama sekresi melanosom menjad kreatinosit.2

1
Gambaran klinis hiperpigmentasi dapat menggambarkan manifestasi dari
beberapa penyakit berdasarkan pola lesinya. 4

Pola Lesi Hiperpigmentasi Penyakit


Circumscribed Freckles, lentigines, melanocytic naevi,
melasma, acanthosis nigricans, post-
inflammatory, fixed drug eruption, cafe-au-lait
macules, mastocytosis, pityriasis versicolor
Diffuse
Diffuse Drug-related, endocrinopathies,
haemochromatosis, HIV
Reticulate and mottled Poikiloderma of Civatte, genetic reticulate
pigmentary disorders, poikilodermatous
disorders (eg, mycosis fungoides and
dermatomyositis), confluent and reticulate
papillomatosis, livedoid vasculopathy, graft-vs-
host disease, post-kala azar dermal
leishmaniasis, systemic sclerosis
Blaschkoid Pigmentary mosaicism, incontinentia pigment

Hiperpigmentasi dapat didiagnosis secara klinis. Anamnesis dengan


menanyakan riwayat perjalanan penyakit dalam mendiagnosis dengan menanyakan
riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
memegang peran penting dalam mendiagnosis penyakit ini. Lesi yang muncul sejak
lahir dapat daikibatkan oleh kelainan genetik. Riwayat penyakit keluarga dapat
membantu menentukan apakah penyakit disebabkan oleh kelainan genetik. Pada
lesi jenis difus, perubahan pigmen mungkin disebabkan akibat kelainan metabolik,
hormonal atau nutrisional. Riwayat obat yang terperinci dapat membantu
menentukan apakah hiperpigmentasi disebabkan oleh reaksi fototoksik atau alergi,
atau dari erupsi obat tetap. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan Wood’s
Lamp dan dermatoscope untuk mengevaluasi efloresensi lesi pada pasien dan
membantu menegakkan diagnosis. 4

2
Tatalaksana hiperpigmentasi dapat ditentukan berdasarkan mekanisme
patogenesisnya. Secara umum dikenal beberapa modalitas terapi untuk kelainan
pigmentasi seperti hidrokuinon sebagai bahan pemutih kulit, bahan kosmeseutikal
alami, chemical peeling (pengelupasan kimiawi), mikrodermabrasi dan terapi laser.
Bahan pemutih kulit tersedia sangat beragam, di samping mengatasi
hiperpigmentasi, pada pemakaian jangka panjang dapat memicu peradangan yang
pada akhirnya meninggalkan hiperpigmentasi yang justru dapat lebih berat dari
sebelumnya. Peradangan yang berakibat munculnya hiperpigmentasi ini juga dapat
terjadi pada pilihan terapi lainnya seperti chemical peeling, mikrodermabrasi dan
laser, sehingga diperlukan penanganan kelainan hiperpigmentasi dengan penuh
kehati-hatian.5

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Depigmenting Agent
1) Hydroquinone 2%
Komponen fenol hidrokuinon dipakai secara luas untuk melasma,
hiperpigmentasi pasca inlamasi, dan kelainan hiperpigmentasi lainnya.
Hidrokuinon didapatkan secara alamiah pada kopi, teh, bir, dan anggur.
Mekanisme kerja hidrokuinon adalah dengan menghambat aktivitas
tirosinase sehingga mengganggu konversi tirosin menjadi melanin.
Besarnya aktivitas penghambatan tirosinase sampai 90%. Di samping
itu hidrokuinon ini juga menghambat sintesa DNA dan RNA serta
mempercepat degradasi melanosom. Hidrokuinon di pasaran tersedia
dalam konsentrasi 2%-5%. Secara umum hidrokuinon tergolong relatif
aman, labil mudah berubah warna terutama apabila terpapar UV dan
merupakan baku emas sebagai bahan pemutih kulit. Hidrokuinon ini
dilaporkan mempunyai efek mutagenik, sehinga di beberapa negara
seperti Afrika, Jepang dan Eropa melarang penggunaan hidrokuinon
untuk terapi kelainan hiperpigmentasi. Untuk mengurangi efek yang
tidak diinginkan, hidrokuinon dianjurkan pemakaiannya selama 4 bulan
kemudian diganti dengan bahan pemutih lainnya, begitu seterusnya
secara periodik. Hidrokuinon dapat dioleskan 2 kali sehari pada area
kulit yang terkena. Apabila pemakaian setelah 8 minggu tidak
memberikan respons, dianjurkan untuk diberhentikan pemakaiannya.4–6
2) Asam Kojik (5-hydroxymethyl-4 pyrone) 1-4%
Merupakan inhibitor tirosinase yang berasal dari Aspergilus dan
Penicilium. Pada industri makanan, asam kojik dipakai untuk mencegah
perubahan warna makanan menjadi kecoklatan dan untuk mempercepat
pematangan buah strawberi. Di pasaran tersedia dalam konsentrasi 1%
dan 4% dioleskan 2 kali sehari. Efek pencerahan kulit akan tampak
setelah pemakaian selama 1-2 bulan. Asam kojik juga sering

4
memunculkan efek iritasi kulit sehingga sering dikombinasikan dengan
preparat steroid topikal. 4–6
3) Azelaic Acid 20% Cream
Merupakan asam dekarbosilat berasal dari Pityrosporum ovale. Efek
lightening bersifat selektif dengan menghambat enzim tirosinase pada
melanosit yang sangat aktif, sehingga tidak berpengaruh pada
perubahan warna kulit normal. Di pasaran, tersedia pada konsentrasi
20%, dioleskan sehari 2 kali selama 3-12 bulan. Asam azeleat secara
umum ditoleransi dengan baik sehingga dapat digunakan dalam jangka
panjang. Efek samping dirasakan sedikit rasa menyengat beberapa saat
setelah dioleskan berupa eritema, rasa gatal, panas dan skuamasi yang
akan menghilang setelah 2-4 minggu pemakaian. 4–6
4) Glabridin (Liquorice extract)
Didapat dari akar Glycyrrhiza glabra linneva yang mengandung 10-
40% glabridin, sebagai bahan aktifnya. Glabridin dapat menghambat
aktivitas tirosinase tanpa efek sitotoksik. Glabridin 0,5 % dapat
mengurangi eritema dan pigmentasi akibat UVB dan mempunyai efek
antiinlamasi karena dapat menghambat produksi anion superoksid. 4–6
5) Arbutin
Arbutin merupakan beta D glucopyranoside dari hidrokuinon yang
berasal dari tanaman bearberry (Uva ursi folium) dan juga didapatkan
dari daun cranberry dan blueberry. Mekanisme aksi diperkirakan pada
penghambatan tirosinase dan DHICA (5,6 hydrokyindole 2 carboxylic
acid) polimerase, serta penghambatan maturasi melanosom. Di Jepang
bahan ini dipakai dalam konsentrasi 3%, tetapi konsentrasi yang lebih
tinggi dapat menimbulkan hiperpigmentasi paradoksal. 4–6
6) Kedelai (Soy)
Dikenal dua fraksi protein yang berefek mengurangi pigmentasi
yaitu soybean trypsin inhibitor dan Bowman-Birk inhibitor. Kedua
protein ini terbukti secara in vitro dan in vivo mengurangi pigmentasi
dan mampu mencegah pigmentasi yang disebabkan oleh paparan UV.
Mekanismenya melalui penghambatan pecahnya protease-activated

5
receptor 2 (PAR-2) yang diekspresikan di keratinosit, sehingga
diperkirakan berefek menghambat transfer melanosom dari melanosit
ke keratinosit. Mekanisme yang sama juga terdapat pada niasinamid
yang merupakan turunan vitamin B3. Pemakaian susu soya segar dan
tidak dipasteurisasi, dua kali sehari selama 12 minggu memperbaiki lesi
hiperpigmentasi dengan efek samping minimal.4–6
7) Vitamin C 10-15% Serum / Cream
Vitamin C berefek pada beberapa tahap oksidasi melanogenesis.
Mekanisme terjadinya efek pengurangan pigmentasi, disebabkan oleh
karena vitamin C ini mampu berinteraksi dengan ion Cu
(copper/tembaga) pada tempat kerja tirosinase dan mengurangi konversi
menjadi DOPAquinon. Digunakan 2 kali sehari, biasanya akan terlihat
respons setelah penggunaan 8-12 minggu. Secara umum sediaan
vitamin C topical bersifat labil, tetapi di antara sediaan vitamin C topical
ternyata magnesium Lascorbic acid 2 phosphate (MAP) merupakan
yang paling stabil. 4–6
8) Niasinamid
Niasinamid atau nikotinamid, merupakan bentuk aktif dari vitamin
B3. Niasinamid dapat menghambat transfer melanosom ke keratinosit
epidermis. Pemakaian niasinamid 5% dua kali sehari selama 8 minggu
memperbaiki lesi hiperpgimentasi. Kombinasi niasinamd 3,5% dan
retinil palmitat dua kali sehari menunjukkan perbaikan lesi
hiperpigmentasi setelah 4 minggu dibandingkan vehikulum saja. Efek
samping yang tidak diinginkan berupa eritema, deskuamasi dan rasa
seperti terbakar yang disebut dengan retinoid dermatitis.4–6
9) Asam Glikolat
Asam glikolat merupakan asam hidroksi alfa yang berasal dari gula
tebu, yang mempunyai efek pencerahan. Manifestasi klinis GA sangat
tergantung pada konsentrasi. Pada konsentrasi rendah, GA mampu
melepaskan ikatan antar keratinosit sehingga deskuamasi keratinosit
yang berpigmen menjadi lebih cepat, sedang dalam konsentrasi tinggi
menyebabkan efek epidermolisis sehingga dapat digunakan dalam

6
pengelupasan kimiawi guna menghilangkan lapisan epidermis sampai
lapisan dermis bagian atas.4–6

B. Tindakan Khusus
1) Chemical Peels
Pengelupasan kimiawi merupakan salah satu prosedur pengolesan
bahan kimia yang mengakibatkan perubahan struktur epidermis maupun
dermis, mempercepat turnover epidermis dan menghilangkan
keratinosit berpigmen, sehingga dapat dipakai untuk kelainan
hiperpigmentasi. Dikenal berbagai bahan pengelupas kimiawi seperti
asam glikolat (GA), trichlor acetic acid (TCAA) 50% dan asam salisilat
20%-30%. Pengelupasan kimiawi dengan asam glikolat 30%-40%
setiap 2-3 minggu ternyata mampu meningkatkan kerja bahan pemutih
seperti hidrokuinon, walaupun untuk itu diperlukan kehati-hatian dalam
pemakaiannya oleh karena pemakaian bahan ini pada pasien berkulit
gelap dapat menyebabkan munculnya hiperpigmentasi pasca inlamasi.7
2) Microdermabrasi
Mikrodermabrasi diindikasikan untuk tujuan estetik, termasuk untuk
mengatasi kelainan hiperpigmentasi seperti melasma, hiperpigmentasi
pasca inlamasi, dan kelainan diskromia akibat penuaan kulit.
Mikrodermabrasi merupakan tindakan non invasif yang diperkenalkan
pertama kali di Itali pada tahun 1985. Sejak saat itu, walaupun tindakan
ini belum dibuktikan efektivitas dan efek jangka panjangnya, namun
tindakan ini paling sering dilakukan untuk keperluan estetik. Prosedur
tindakan ini memerlukan waktu sekitar 20- 30 menit dan dianjurkan
untuk dilakukan pengulangan setiap 2-4 minggu.8
3) Terapi Laser
Prinsip penggunaan laser untuk terapi hiperpigmentasi sama dengan
untuk indikasi lain yaitu berdasarkan prinsip selektif fototermolisis.
Laser yang dipilih adalah jenis Q switched dengan panjang gelombang
500-1100 nm yang sesuai dengan target kromofornya berupa melanin.
Beberapa contoh Q switched yang dipakai adalah QS Nd YAG 532 nm,

7
1064nm, QS Ruby 694nm dan QS Alexanderite 755 nm. Kelainan
hiperpigmentasi yang dapat diterapi dengan laser adalah lesi-lesi
hiperpigmentasi di epidermis dan dermis, seperti: lentigo, efelid,
berbagai nevus, dan tato. Seperti halnya modalitas terapi lain untuk
kelainan hiperpigmentasi, terapi laser ini akan efektif dan sedikit
menimbulkan efek samping apabila diawali dengan peningkatan
ketepatan diagnosis, pengetatan seleksi pasien, perawatan pre laser dan
post laser dengan benar. 9,10

8
REFERENSI

1. Yoo J. Differential diagnosis and management of hyperpigmentation.


2022;251–8.

2. Nautiyal A, Wairkar S. INTERNATIONAL FEDERATION OF PIGMENT


CELL SOCIETIES · SOCIETY FOR MELANOMA RESEARCH
PIGMENT CELL & MELANOMA. 2020;

3. Plensdorf S, General L, Family H, Residency M, Livieratos PM, Healthcare


MF, et al. Pigmentation Disorders: Diagnosis and Management. 2017;

4. Rathnayake D, Sinclair. How to Treat Disorders of pigmentation. Aust Dr


[Internet]. 2014;(April):31. Available from:
https://www.ausdoc.com.au/howtotreat

5. Bandem AW. Analisis Pemilihan Terapi Kelainan Kulit Hiperpigmentasi.


2013;26(2):47–52.

6. Wardhani PH. Pilihan Terapi Hiperpigmentasi Pascainflamasi pada Kulit


Berwarna ( Treatment Options for Postinflammatory Hyperpigmentation in
Color Skin ). 2016;

7. Z AS. Journal of Pigmentary Disorders Chemical Peels for Post Acne


Hyperpigmentation in Skin of Color. 2015;2(2).

8. Grimes P. Microdermabrasion. In: Draelos ZD (ed) Cosmetic Dermatology.


Products and Procedures.Wiley-Blackwell. 2010. 418- 25

9. Rohrer TE, Ort RJ, Arndt KA and Dover JS. Laser in the treatment of
pigmented lesions. In: Kaminer MS, Arndt KA, Dover JS RohreTE,
Zachary CB (eds), Atlas of Cosmetic Surgery, 2nd ed, Philadelphia,
Saunders Elsevier, 2009; 155-17

10. Carniol PJ, Lloyd HW, Zhao AS, Murray K. Laser treatment for ethnic
skin. Facial Plast Surg Clin N Am 2010;18:105-10.

Anda mungkin juga menyukai