Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah penulis paparkan dalam bab-bab

sebelumnya, maka dalam bab penutup ini akan penulis kemukakan

beberapa kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut:

1. Pada hakekatnya dalam hukum Islam talak bisa terjadi ketika seorang

suami mengucapkan lafadz talak kepada isterinya. Ucapan sah

dilakukan kapanpun dan dimanapun asalkan memenuhi rukun dan

syarat yang sudah ditetapkan menurut hukum Islam. Meskipun

demikian Islam tetap menjadikan perceraian sebagai jalan terakhir

ketika rumah tangga sudah tidak dapat di selamatkan. Hal yang

demikian berbeda dengan hukum positif yang berlaku di Indonesia,

karena dalam hukum positif yang berlaku di Indonesia perceraian

dianggap sah apabila dilakukan didepan sidang pengadilan sesuai

dengan ketentuan pasal 39 ayat 1 Undang-undang No. 1 tahun 1974

tentang Perkawinan.

2. Mengenai akibat hukum pasca talak, baik hukum Islam maupun

hukum positif yang berlaku di Indonesia keduanya sama-sama

mengatur tentang hak, kedudukan, dan kewajiban bekas suami isteri.

Pada intinya kedua sistem hukum ini memberikan perlindungan

kepada masing-masing pihak baik suami, isteri, maupun anak setelah

perceraian itu terjadi.


3. Hukum positif yang berlaku di Indonesia terutama yang mengatur

tentang talak telah mengalami eklektisisme hukum. Diamana

eklektisisme tersebut terlihat dalam perpaduanya antara fiqih dan

administrasi kemudian administrasi dan persidangan. Dimana

perpaduan tersebut berimplikasi kepada terjaminya asas legalitas, rasa

keadilan, dan kemanusian atau dalam redaksi hukum Islam sudah

mengarah kepada suatu mashlahat yang melingkupu lima aspek, yakni

pemeliharaan agama, pemeliharaan jiwa, pemeliharaan akal,

pemeliharaan keturunan, dan pemeliharaan harta.

4. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa perbedaan antara

hukum Islam dan hukum positif mengenai talak hanya terletak pada

mekanisme dan keabsahanya saja. Tetapi untuk hal-hal lain yang

menyangkut kemaslahatan masing-masing pihak tetap diperhatikan

oleh kedunya. Meskipun terkait hal-hal yang sifatnya subtantif hukum

Islam lebih detail dalam memberi aturan, akan tetapi secara garis besar

diantara keduanya tidak perlu ada yang dipertentangkan.

B. Saram-Saran

Dengan berakhirnya penyusunan skripsi ini, sesuai dengan

permasalahan yang terjadi maka penyusun memberikan sedikit saran

kepada pembaca dan pihak-pihak yang berkompeten antara lain:

1. Adanya peraturan yang melaglisasi talak yang dilakukan diluar

pengadilan. Sehingga Pengadilan bukan hanya sekedar memeriksa,

mengadili dan memutus perkara cerai, tetapi juga berperan sebagai


tempat melegalisasi talak seseorang yang dilakukan diluar sidang

Penadilan, atau adanya aturan menenai Isbat Talak di Pengadilan.

2. Hendaknya pemerintah tidak hanya mengupayakan cara mempersulit

cara terjadinya perceraian hanya melalui hukum. Tetapi juga

mengoptimalkan pemahaman setiap warga negara tentang masalah

talak, sehingga masing-masing individu memahami konsep talak

secara mendalam.

3. Hendaknya pemerintah memberikan sosialisasi secara menyeluruh

kepada masyarakat agar tidak terjadi perbedaan pandangan hukum

tentang talak.

Anda mungkin juga menyukai